BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4) Rumah sakit umum kelas d, adalah kelas rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik minimal 2 pelayanan medik
spesialis dasar. Jumlah tempat tidur yang harus dimiliki oleh rumah sakit
umum kelas d minimal 50 buah.
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan,
pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis.
juga terlibat dalam pelayanan kesehatan sedangkan kegiatan farmasi non klinik
biasanya tidak secara langsung dilakukan sebagai bagian terpadu dari pelayanan
penderita seperti kegiatan perencanaan, pengadaan, pembelian, produksi,
penyimpanan, distribusi dan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang
beredar dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan.
Untuk obat “Life saving” sistem yang paling tepat adalah persediaan di
ruangan dengan jenis dan jumlah terbatas dengan kebutuhan. Sistem
distribusi obat untuk pasien rawat jalan menggunakan resep perseorangan
dari dokter. Instalasi Farmasi Rumah Sakit melayani permintaan obat-
obatan dari poliklinik dilayani di depo rawat jalan rumah sakit.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada didalam
kepanitian atau seorang ahli farmakologi. Sekretarisnya merupakan apoteker
dari instalasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya
2 bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali.
Rapat tersebut dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar
rumah sakit sehingga memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi
dan Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat Panitia Farmasi dan Terapi
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia lain di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.4.1 Falsafah
Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang
farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
2.4.2 Tujuan
Tujuan pelayanan farmasi ialah :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedi.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai
obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara
lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah
Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak
ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
b. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
c. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
d. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
e. Pemantauan terapi Obat;
f. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
g. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;
h. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan.
i. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan
Obat yang efektif.Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya
sekali setahun.Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
Obat yang berkelanjutan.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medication).High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
c. Obat-Obat sitostatika.
2.6.1 Apotek
2.6.2 Definisi Apotek
Menurut KEMENKES NO. 1332/MENKES/SK/X/2002 apotek
merupakan tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
di rumah sakit. Proses pembuatan obat atau sediaan farmasi di rumah sakit
dapat dilakukan secara steril dan nonsteril.
3. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Nama, jumlah dan satuan barang yang disesuaikan dengan surat pesanan
dan faktur pembelian.
b. Bentuk fisik barang dan waktu kadaluarsa.
4. Penyimpanan
Penyimpanan barang yang baik dan benar diperlukan agar obat atau sediaan
farmasi dan alat kesehatan dapat terjamin mutunya, mempermudah untuk
mendapatkan obat atau sediaan farmasi dan alat kesehatan apabila diperlukan,
mempermudah dalam pengawasan sehingga kemungkinan kehilangan kecil.
Jenis-jenis sistem penyimpanan perbekalan di rumah sakit antara lain:
a. Spoty Location Sistem, yaitu penyimpanan berdasarkan tempat yang kosong.
Keuntungan dari sistem ini adalah ruangan atau area gudang dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin, sedangkan kekurangannya adalah
memerlukan daya ingat yang kuat untuk mengambil perbekalan di tempatnya
dengan cepat dan untuk seorang yang bukan petugas akan kesulitan
mengambil barang sehingga akan menambah waktu kerja.
b. Size Location Sistem, yaitu sistem penyimpanan yang dilakukan berdasarkan
besar kecilnya ukuran barang.
c. Popolarity Location Sistem, yaitu sistem penyimpanan yang dilakukan
berdasarkan seringnya permintaan atas suatu barang.
d. Squance Location Sistem, yaitu sistem penyimpanan yang dilakukan
berdasarkan alfabetis atau berdasarkan nomor urut.
Selain itu untuk menjaga kestabilan dari obat atau sediaan farmasi yang ada,
perlu tempat yang sesuai. Tempat penyimpanan obat atau sediaan farmasi yang
dibedakan atas dasar: suhu kamar, sedang (dilengkapi dengan pendingin udara)
dan dingin (dalam lemari es); tempat khusus untuk golongan narkotika; tempat
khusus untuk penyimpanan bahan kimia yang mudah terbakar.
Sistem pencatatan keluar masuknya barang dengan sistem First In First Out
(FIFO). Sistem ini berguna untuk mencegah tertimbunnya barang-barang lama
yang dapat mengakibatkan terlewatnya kadaluarsa obat atau sediaan farmasi
tertentu. Gudang merupakan tempat pemberhentiaan sementara atau terminal
barang-barang sebelum dialirkan ke konsumen, maka harus ditata sedemikian
rupa sehingga dapat melancarkan arus lalu lintas barang.
5. Distribusi
Dalam distribusi perbekalan farmasi harus ada mekanisme kontrol terpadu
yang menunjang dan mengembangkan interaksi antara apoteker, dokter, perawat
dan penderita.
PFT. Hal ini dapat disiapkan dengan memadai oleh suatu pelayanan informasi
obat. Monografi menyajikan suatu peninjauan dan evaluasi objektif dari informasi
tentang suatu obat, serta harus membantu PFT dalam pembuatan keputusannya.
C. Pelayanan Informasi Obat dalam Bentuk Publikasi
Upaya mengkomunikasikan informasi tentang kebijakan penggunaan obat
dan perkembangan mutakhir dalam pengobatan yang mempengaruhi seleksi obat
adalah suatu komponen penting dari pelayanan informasi obat. Untuk mencapai
sasaran itu, buletin farmasi atau kartu informasi yang terfokus pada suatu
golongan obat, dapat dipublikasikan dan disebarkan kepada profesional kesehatan.
Berbagai hal yang berkaitan dengan isi dan format perlu dipikirkan, seperti judul
yang sering dimasukan dalam buletin, antara lain :
1. Artikel pengkajian obat
2. Abstrak dari pustaka mutakhir
3. Pengumuman tentang prosedur baru, keputusan PFT, dan berbagai program
4. Evaluasi penggunaan obat termasuk hasil dari pengkajian yang dilakukan dan
juga informasi dari pustaka
5. Permintaan informasi obat yang diterima
6. Laporan reaksi obat merugikan yang diringkas dari laporan rumah sakit dan
atau pustaka
Informasi tentang judul tersebut harus ditujukan kepada pembaca, merupakan
hal praktis dan bukan kuliah.
d. Pelayanan Informasi Obat untuk Edukasi
Keterlibatan dalam edukasi dapat sangat beragam, bergantung pada berbagai
sumber di rumah sakit dan apakah rumah sakit itu merupakan fasilitas pendidikan.
Karena standar minimal menetapkan suatu tanggung jawab IFRS pada profesional
kesehatan dan pasien menyediakan informasi obat, maka kebutuhan serta sumber
informasi untuk kedua kelompok perlu dievaluasi, disusun berdasarkan prioritas.
Suatu program pelayanan informasi obat untuk kedua kelompok itu, perlu
diadakan di rumah sakit. Untuk pasien diadakan program edukasi dan konseling
obat bagi pasien yang akan dibebaskan dan untuk berbagai kelompok profesional
kesehatan diadakan program pendidikan “in service”, dikoordinasikan melalui
pelayanan informasi obat.
a.2 Profil Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
a.3 Motto dan Logo Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita
3.3.1 Motto Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
“Patient First!” mengutamakan pasien atau “Pasien yang Utama!”
3.3.2 Logo Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
3.4 Tujuan dan Kegiatan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
3.4.1 Tujuan
Tujuan Utama RSJPDHK adalah menyelenggarakan kegiatan jasa
pelayanan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan pegawai secara layak
dan berkeadilan.
3.4.2 Kegiatan
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, maka diselenggarakan
kegiatan pelayanan kardiovaskuler yang meliputi pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative, pendidikan dan pelatihan dalam bidang kardiovaskuler
dan penelitian dan pengembangan dalam bidang kardiovaskuler
3.6 Visi Misi, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
3.6.1 Visi
“Institusi Kardiovaskular terpercaya di Asia Pasifik”Leader In
Cardiovascular Care, Education And Research ( Terdepan Dalam
Pelayanan, Pendidikan, Dan Penelitian Kardiovaskuler )
3.6.2 Misi
“Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian
kardiovaskular secara profesional dan ditopang oleh tatakelola korporasi yang
baik”.
3.8 Fasilitas Umum Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita
3.8.1 UGD Instalasi Gawat Darurat (IGD )
UGD terletak di gedung utama lantai 1. Unit Gawat Darurat memberikan
pelayanan selama 24 jam kepada siapa saja yang memerlukan pertolongan
pertama pada situasi kegawatan jantung (Kardiovaskuler).
3.8.2 Rawat Jalan (Poliklinik)
Lokasi terletak di gedung utama lantai 1. Poliklinik terbagi menjadi dua
jenis layanan yaitu poliklinik umum dan eksekutif dengan ragam pelayanan :
Klinik Vaskuler, Klinik Aritmia, Klinik Bedah Kardiovaskuler, Klinik Gagal
Jantung, Klinik Paru & Penyakit Dalam, Klinik Syaraf, Klinik Gigi, Klinik Gizi
3.8.3 Rawat Inap
Unit perawatan di bagi menjadi 2 yaitu Unit Intermediate dan unit
perawatan biasa, unit perawatan intermediate terletak di gedung utama lantai 3
yang meliputi intermediate bedah yang melayani pasien pra dan pasca operasi
yang sudah stabil dan intermediate non bedah yang melayani perawatan pasien
non operasi yang sudah stabil (pindahan dari unit perawatan intensive) sedangkan
intermediate non bedah diperuntukkan bagi semua pasien yang tidak dioperasi.
Unit Perawatan Biasa terletak di Gedung Perawatan II lantai 3, 4, 5, 6 dan
Paviliun Internasional.Unit perawatan biasa merupakan unit perawatan pasien
dengan gangguan kardiovaskuler yang sudah stabil.
3.8.4 Pediatrik Kardiologi
Lokasi terletak di gedung perwatan II lantai 6, 7 dan 8. Instalasi Pediatrik
(anak) terdiri dari tiga unit perawatan, yaitu: unit perawatan anak bedah dan non
bedah, unit perawatan intermediate bedah dan non bedah, unit perawatan intensive
bedah dan non bedah serta unit bedah khusus anak.
1. Unit Perawatan Anak
Merupakan unit perawatan yang memberikan pelayanan bagi anak yang
memiliki kelainan jantung bawaan (kongenital) sebelum maupun sesudah operasi,
2. Echokardiografi Doppler
Merupakan pemeriksaan ekokardiografi dengan menggunakan teknik
Doppler. Ekokardiografi Doppler ini digunakan untuk menilai aliran darah
dalam jantung maupun pembuluh darah sehingga dapat mendeteksi adanya
penyakit jantung, seperti: stenosis (penyempitan) katup, regurtasi (kebocoran)
katup, kelainan jantung bawaan.
3. Dobutamine Stress Echocardiography (DSE)
Dobutamine Stress Echocardiography (DSE) adalah pemeriksaan
ekokardiografi dengan menggunakan infus Dobutamine pada pasien-pasien yang
dicurigai memiliki penyakit jantung koroner namun tidak dapat diperiksa dengan
alat Treadmill.
Selain untuk mendeteksi ada tidaknya penyempitan pembuluh koroner,
pemeriksaan DSE juga dapat digunakan untuk mengetahui viabilitas otot jantung
dengan memantau gangguan gerakan otot jantung.
4. Trans Esofageal Echokardiografi (TEE)
Adalah suatu pemeriksaan ekokardiografi dengan memasukkan transducer
endoscopy melewati mulut sampai ke esofagus untuk mengetahui struktur
anatomi dan fungsi jantung secara lebih jelas. Hampir semua penyakit katup
jantung dapat dideteksi dengan pemeriksaan TEE tanpa katerisasi.
5. Treadmill Tes
Merupakan suatu bentuk pemeriksaan yang digunakan untuk kemampuan
maksimal kerja jantung pada saat melakukan aktifitas. Pada pemeriksaan ini
pasien diharuskan berjalan diatas ban treadmill dan setiap 3 menit beban maupun
kecepatan alat tersebut akan ditingkatkan. Tes dihentikan apabila pasien ada
keluhan, atau target nadi maksimal telah dicapai atau adanya perubahan terhadap
rekaman EKG maupun tekanan darah yang tidak normal.
6. Cardio Pulmonary Exercise Test
Merupakan suatu tes terhadap fungsi jantung dan paru (kardiorespirasi)
dengan menggunakan peralatan khusus. Prosedur yang dilaksanakan hampir
sama dengan Treadmill tes, bedanya disini pernafasan pasien saat menghirup
maupun mengeluarkan nafas dilakukan hanya boleh melalui alat khusus yang
dipasangkan pada mulut saja.
3.9 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai rumah
sakit unggulan yang berwawasan global dalam pelayanan pendidikan dan
penelitan memiliki satu bagian yang disebut Instalasi Farmasi yaitu unit rumah
sakit yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien
yang mencakup pelayanan produk, farmasi klinik, pendidikan dan penelitian.
Instalasi farmasi di pimpin oleh seorang Apoteker yang kompeten, profesional,
dan sah menurut hukum.
VISI, MISI, FALSAFAH DAN TUJUAN INSTALASI FARMASI RSJPDHK
A. VISI
Visi Instalasi Farmasi adalah Pelayanan Farmasi professional dari aspek
manajemen maupun klinik dengan orientasi kepada kepentingan pasien
sebagai individu, berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja
berdasarkan kode etik.
B. MISI
a. Melaksanakan Pharmaceutical Care (Pelayanan Kefarmasian)
bagi penderita penyakit jantung dan pembuluh darah yang
berorientasi pada tercapainya hasil pengobatan maksimal bagi
pasien dan efek samping yang minimal. Dalam upaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kardiovaskular yang
professional, menuju menjadi rumah sakit dan atau institusi
kardiovaskular unggulan dan terpercaya di Asia Pasifik.
b. Menjamin ketersediaan, kelengkapan perbekalan farmasi di RS,
dan keterjangkauan harga bagi pasien
c. Berperan serta dalam menyelenggarakan pendidikan
kardiovaskular yang berkesinambungan di bidang kefarmasian.
d. Berperan serta dalam program-program penelitian kesehatan di
Rumah Sakit di bidang kardiovaskular.
C. FALSAFAH
Melaksanakan pelayanan pengobatan berdasarkan prinsip-prinsip
Evidence Based Medicine ( penggunaan obat yang rasional dan bijak ) atau
memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan resiko dari terapi obat pada
pasien, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan / asuhan
kefarmasian ( Pharmaceutical Care ) dan kode etik yang telah ditetapkan
demi kepuasan pasien atau pelanggan (patient first), di bidang
kardiovaskular
D. TUJUAN
1. Tujuan Pelayanan Farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai
dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
3.9.1 Visi
Menjadi Rumah Sakit unggulan bagi pelayanan kefarmasian (asuhan
kefarmasian) tentang penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular,
untuk menunjang menjadi Rumah Sakit unggulan Kardiovaskular.
3.9.2 Misi
1. Melaksanakan Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian) bagi penderita
penyakit jantung dan pembuluh darah yang berorientasi pada tercapainya hasil
pengobatan maksimal bagi pasien dan efek samping yang minimal. Dalam
upaya menyelenggarkan pelayanan kesehatan kardiovaskular yang
profesional, menjadi Rumah Sakit unggulan Kardiovaskular.
2. Menjamin ketersediaan, kelengkapan perbekalan farmasi di Rumah Sakit, dan
keterjangkauan harga bagi pasien.
3. Berperan serta dalam menyelenggarakan pendidikan kardiovaskular yang
berkesinambungan di bidang kesehatan.
4. Berperan serta dalam program-program penelitian kesehatan di Rumah Sakit
di bidang kardiovaskular.
3.9.4 Kegiatan
Ruang lingkup pelayanan farmasi Di RSJPDHK meliputi kegiatan :
Darurat; 4)Unit Dose Sistem untuk unit perawatan di Intermediate dan kelas III,
II, I, VIP.
3. Farmasi Intermediate
Merupakan unit yang bertugas menyuplai obat dan alat kesehatan perawatan
semi intensive yang diberikan bagi pasien dengan gangguan kardiovaskuler yang
sudah dalam keadaan stabil yang terletak di Gedung Perawatan I lantai 3. Tersedia
dua jenis Intermediate, yaitu: Intermediate Bedah dan Intermediate Non Bedah
atau Medical.
Ruang Intermediate Bedah diperuntukkan bagi semua pasien operasi jantung
yang sudah stabil (pindahan dari Unit Perawatan Intensive) sedangkan
Intermediate Non Bedah diperuntukkan bagi semua pasien yang tidak melakukan
operasi.
Pengadaan barang di Farmasi Intermediate berasal dari gudang farmasi
dengan menyerahkan daftar pesanan barang kepada gudang farmasi. Apabila
persediaan obat atau alat kesehatan tidak ada di unit farmasi Intermediate, maka
unit ini dapat meminta obat atau alat kesehatan kepada unit UPF Famasi dan
Apotek lainnya.
4. Farmasi Bedah Jantung Dewasa
Merupakan unit yang meyuplai kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk
tindakan Bedah Jantung dan Pembuluh Darah diberikan kepada semua pasien
dewasa yang memiliki permasalahan dengan jantung dan pembuluh darahnya.
Obat dan alat kesehatan diberikan dalam bentuk paket dan dapat diberikan juga
dalam satuan sesuai dengan kebutuhan. Pengadaan barang berasal dari gudang
logistik atau umum.
5. Farmasi Catheter
Merupakan unit yang ditujukan pada pasien rawat inap untuk menunjang
tindakan dan menyuplai kebutuhan obat dan alat kesehatan dari unit DI dan INB
(Diagnostik Invasif dan Intervensi Non Bedah). Ruang Farmasi Catheter terletak
di Gedung Perawatan I lantai 2.
Diagnostik Invasif (DI) dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyempitan dengan melakukan tindakan koronagrafi. Intervensi Non Bedah
(INB) yaitu operasi kecil untuk memasukan selang atau kateter kecil melalui
pembuluh darah melalui tangan (radial) atau paha (femoral) dalam keadaan pasien
tersadar (hanya diberikan obat anaestetik lokal).
Pengadaan alat kesehatan dan obat Catheter Lab berasal dari Gudang Logistik
(umum) dan Gudang Alkes Khusus (konsinyasi).
Distribusi alat kesehatan dan obat farmasi catheter disalurkan untuk
kebutuhan didalam ruang lingkup Catheter Lab (4 ruang tindakan dan 2 ruang
pre/post tindakan) dan CVC (Jika ruang CVC sudah tutup dan tidak melayani
permintaan alkes dan obat maka permintaan alat kesehatan dan obat melalui Cath
Lab).
6. Farmasi Bedah jantung Anak
Merupakan unit yang menyuplai kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk
tindakan Bedah Jantung dan Pembuluh Darah diberikan pada semua pasien baik
bayi maupun anak yang memiliki permasalahan dengan jantung dan pembuluh
darahnya. Obat dan alat kesehatan diberikan dalam bentuk paket dan dapat
diberikan juga dalam satuan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pengadaan barang
berasal dari gudang logistik (umum).
7. Unit Dose
Suatu bagian dari instalasi farmasi yang bertanggung jawab dalam melayani
resep untuk pasien rawat inap dan karyawan yang disediakan dalam bentuk satu
kali pemakaian, dikemas untuk jangka panjang yang diminum sesuai waktu yang
ditetapkan.
Alur kerja di unit dose diawali dengan visit ke setiap ruangan untuk mencatat
obat yang harus disiapkan untuk satu hari yang ditulis oleh dokter pada terapi list
masing-masing pasien yang terdapat di setiap tempat tidur pasien. Lembar ini
berfungsi untuk mengontrol apabila ada kesalahan dalam pemakaian atau
pemberian obat. Pengadaan obat di Unit Dose berasal dari Gudang Logistik
(umum).
Sistem distribusi obat atau alat kesehatan dari farmasi untuk pasien rawat
jalan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dilayani melalui
tiga depo, yaitu: depo 24 jam, depo paviliun, dan depo BPJS.
Sistem Distribusi
a. Apotek 24 jam
Sistem pemberian obat kepada pasien rawat jalan dari poliklinik berdasarkan
resep individual yang dibawa oleh pasien itu sendiri. Apotek 24 jam melayani
resep tunai dan resep jaminan perusahaan/asuransi
b. Apotek Satelit
Merupakan apotek yang melayani resep rawat inap dan resep rawat jalan
khusus gakin/jamkesmas.
c. Apotek Askes
Merupakan apotek yang melayani resep rawat jalan khusus pasien peserta
jaminan askes wajib
pembelian tender untuk alkes umum,cairan dasar dan pembelian regular untuk
obat.
2. Gudang Alkes Khusus / Konsinyasi
Merupakan suatu unit penyimpanan / penitipan alkes tertentu digunakan
secara khusus serta memiliki harga yang tinggi untuk mengurangi kerugian akibat
kerusakan dan exp.date pada alkes tersebut.
tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.
Bentuk Rekam Medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas
dan dalam bentuk elektronik sesuai ketentuan. Rekam medis terdiri dari catatan-
catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Catatan-catatan
tersebut sangat penting utuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang
lengkap dpaat memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik
pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi
diwajibkan membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku.
Menurut PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III/2008 data-data yang
harus dimasukan dalam Medical Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di
unit rawat jalan dan rawat inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan baik dirawat
jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan data-data
sebagai berikut:
1. Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record antara lain:
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontohram klinik dan
j. Persetujuan tindakan bila perlu.
2. Pasien Rawat Inap
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil emeriksaan Fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik
3. Ruang Gawat Darurat (IGD)
Data pasien ruang gawat darurat yang harus dimasukan dalam medhical
record antara lain:
a. Identitas pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan instalasi
gawat darurat dan rencana tindak lanjut
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
k. Saran transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lainnya, dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
BAB IV
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
R. RAWAT KAMAR
(IW BEDAH) OPERASI
ICU
DEWASA
R. RAWAT R. RAWAT
(IW BEDAH) (GP II LT. 6)
Sementara itu pelayanan farmasi untuk pasien operasi dewasa antara lain :
1. Mencatat jadwal pasien operasi (buku dan papan tulis).
2. Menyiapkan paket pasien operasi (bedah + benang, anastesi + obat, perfusi)
sesuai diagnosa dan surgeon untuk 4 kamar.
3. Verifikasi jadwal.
4. Melayani permintaan di luar paket.
5. Hitung sisa paket pasien operasi yang telah selesai.
6. Billing pemakaian pasien.
7. Penggantian trolly dan tas emergency.
Pasien yang sudah selesai operasi akan di pindahkan ke ruang ICU dewasa
agar kondisinya dapat terus dipantau secara intensive. Pelayanan farmasi yang
dilakukan yakni Verifikasi jadwal pasien operasi, Menyiapkan paket ICU
dewasa sesuai jadwal, Sensus pasien ICU dewasa, Serah terima paket ICU
dewasa, Melayani permintaan untuk pasien ICU dewasa, Menghitung sisa paket
pasien ICU dewasa, Billing pemakaian pasien, Penggantian trolly emergency.
Kegiatan mahasiswa yang melaksanakan PKL antara lain :
1. Melakukan sensus nama pasien ke ruang ICU.
2. Menyiapkan paket bedah untuk pasien yang akan di operasi
digunakan oleh rumah sakit lain dan barang tersebut ada di gudang. Amprahan di
gudang alkes setiap hari selasa dan jumat
BAB V
PEMBAHASAN
Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit. Dari kegiatan PKL yang sudah
dilaksanakan Teori yang didapat selama proses perkuliahan dengan kegiatan PKL
di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita tidak ada perbedaan
yang signifikan, serta teori yang didapat di perkuliahan dapat diaplikasikan di
rumah sakit tersebut. Setiap rumah sakit memiliki proses pelayanan yang berbeda-
beda sesuai dengan kondisi rumah sakit tersebut.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ini untuk rawat
jalan dilakukan oleh farmasi rawat jalan, dengan memberikan pelayanan resep
obat dan alat kesehatan. Pelayanan farmasi rawat jalan dibuka 24 jam dengan
dibagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi pada jam 07.00 – 14.00, shift siang jam
14.00 – 21.00, dan shift malam jam 21.00 – 07.00.08.00 pada dasarnya farmasi
rawat jalan mempunyai dua fungsi pelayanan yaitu, pada shift pagi dan siang
melayani pasien rawat jalan, pasien jaminan BPJS, dan pasien jaminan pribadi.
Namun, pada shift malam dan pada hari libur melayani pasien rawat inap yang
bersifat CITO atau resep rawat inap dengan status terapi baru yang belum
diresepkan sebelumnya. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
menggunakan sistem distribusi individual pescription yaitu resep datang dari
pasien untuk disiapkan obatnya oleh petugas farmasi yang kemudian diserahkan
kembali obat – obat yang ditebus oleh pasien sesuai dengan permintaan. Terdapat
dua sistem individual pescription di sini meliputi resep manual dan electronic
praescribing.
Sistem distribusi obat atau alat kesehatan dari farmasi untuk pasien rawat
inap di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menggunakan
empat sistem dasar, yaitu; 1)Persediaan ruangan untuk obat emergensi (Emergensi
Trolley) 2)Resep individual untuk ruang perawatan CVC dan ICU 3)Daily service
sistem (paket) untuk unit Bedah Jantung, CVC, ICU, Gawat Darurat 4)Unit Dose
Sistem untuk unit perawatan di Intermediate dan kelas III, II, I, VIP. Alur kerja di
unit dose diawali dengan visit ke setiap ruangan untuk mencatat obat yang harus
disiapkan untuk satu hari yang ditulis oleh dokter di suatu lembaran di setiap
tempat tidur pasien. Lembar ini berfungsi untuk mengontrol apabila ada kesalahan
dalam pemakaian atau pemberian obat. Pengadaan obat di Unit Dose berasal dari
Gudang Logistik (umum).pusat farmasi
Expired First Out yaitu barang yang tanggal kadaluarsa lebih dekat dikeluarkan
lebih dahulu. Setiap kali sebelum obat keluar atau masuk ke tempat
penyimpanannya dilakukan pencatatan pada kartu stok obat. Selain itu didukung
dengan sistem komputerisasi yang sangat membantu petugas dalam pengendalian
persediaan sehingga petugas gudang mengetahui jumlah persediaan akhir yang
akan menentukan kapan waktu pembelian harus dilaksanakan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Peran dan fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu
melaksanakan pelayanan kesehatan dibidang farmasi, sedangkan tanggung
jawab Tenaga Teknis Kefarmasian adalah bertanggung jawab kepada
apoteker sesuai dengan tugas yang dilakukan serta melaksanakan tugas
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
2. Pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat
Jantung Harapan Kita meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian.
3. Alur pelayanan resep di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita untuk pasien rawat jalan meliputi penerimaan resep,
pembayaran obat, telaah resep, proses penyiapan obat baik yang racikan
maupun non racikan, proses pengemasan, dan proses penyerahan obat.
Alur pelayanan resep untuk pasien rawat inap yaitu penerimaan resep oleh
farmasi, proses penyiapan obat baik racikan maupun non racikan, proses
penyiapan, dan proses pencatatan (billing) untuk pembayaran obat.
6.2 Saran
1. Ruang penyimpanan B3 dihindarkan dari barang-barang yang mudah
terbakar
2. Lemari obat narkotik sebaiknya diberi lakban merah dan di tulis petunjuk
jelas bahwa di dalamnya berisi obat narkotik
3. Lemari pendingin untuk obat-obatan yang memerlukan suhu dingin isinya
jangan bercampur makanan
Saran hrs sesuai dengan pembahasan lebih baik saran no.1 &2 di ganti dengan
saran yg berhub dengan pengkajian resep atau yang dibahas di atas
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
61
Tolong resepnya ganti dengan resep yg sdh di verivikasi oleh petugas farmasi
Lemari narkotika nya jgn ditampil yg itu tidak boleh ada tulisan “obat
narkotika”
Kulkas Obat
Kalau bisa cari lembar permintaan alkes yang satu pasien aja
Formulir Pemakaian
Obat/Alkes
Paket OK Dewasa
Lembar Pemakaian
Paket ICU Dewasa
Trolley Emergency
Penyusunan Letak
Obat
Surat Pesanan
Gudang B3
Kalau bisa foto rak yang terlihat rapih dong, gambar ini kurang rapih
Penyusunan Alkes