KEANEKARAGAMAN
HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB
Kalimantan Barat
PENULIS :
Sulakhudin
Ratna Herawatiningsih
Santi
Sukirno
Andi M. Abdillah
Billy V. Iskandar
JUDUL BUKU
KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
TIM PENULIS
Sulakhudin
Ratna Herawatiningsih
Santi
Sukirno
Andi M. Abdillah
Billy V. Iskandar
EDITOR
Syaiful Muazir
LAYOUTER
M. Maulana Zulkarnain
DICETAK OLEH
Pusat Ketahanan Jurnal dan Penerbitan (PKJP)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Tanjungpura bekerjasama dengan PD. Aksara Indah
COPYRIGHT © 2023
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip dan/atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Penerbit
sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun.
Isi buku ini menggunakan Font Cambria, Arial, 8/36pt, Jelle Bosma, Robin
Nicholas and Patricia Saunders, hlm. vi:121 15 cm x 23 cm
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanallah Ta’ala, Tuhan
yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
buku yang berjudul, Kesuburan Tanah dan Keanekaragaman Hayati di Area
IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat. Buku ini disusun berdasarkan
hasil kegiatan pemantauan kesuburan tanah, flora, fauna dan biota air di area
IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat.
Kegiatan pemantauan tersebut merupakan komitmen PT ANTAM dalam
menjalankan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pelaksanaan
reklamasi dan pasca tambang seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri ESDM nomor 07 tahun 2014. Kajian status kesuburan tanah dan
keanekaragaman hayati ini merupakan kerjasama antara ANTAM Bauksit
dengan LPPM Universitas Tanjungpura, serta pihak lainnya yang
berkontribusi dalam kajian status kesuburan tanah dan keanekaragaman
hayati di areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat. Hasil dari
inventarisasi kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan kebijakan lingkungan dan pengembangan
program perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati perusahaan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberi dukungan berupa materi tulisan, informasi,
dokumentasi, serta waktu untuk membantu penulis sehingga dapat
menyusun buku Kesuburan Tanah dan Keanekaragaman Hayati di Area IUP
PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat secara lengkap.
Harapan penulis, buku ini tidak hanya menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat, tetapi juga dapat berperan sebagai sumber informasi untuk
mengetahui dan memahami tentang kegiatan di area IUP PT. ANTAM Tbk
UBPB Kalimantaan Barat. Dengan demikian, dapat dihindari adanya
kesalahpahaman, dan sekaligus dapat mewujudkan kerjasama yang baik
dengan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan bauksit. Tiada gading
yang tak retak, penulis selalu menantikan saran dan masukan yang
membangun untuk penyempurnaan buku ini.
i
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Profil PT ANTAM Tbk – UBPB Kalimantan Barat ............................ 1
1.2. Latar Belakang ............................................................................... 2
BAB 2. KESUBURAN TANAH AREAL REKLAMASI .................................................. 5
2.1. Sifat-sifat Tanah di Lahan Reklamasi PT. ANTAM Tbk-UBPB
Kalimantan Barat ........................................................................... 7
2.2. Ketersediaan Unsur Hara di Lahan Reklamasi .............................. 13
2.3. Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi ................................ 21
BAB 3. KEANEKARGAM FLORA .....................................................................................25
3.1. Keanekaragaman Flora di Hutan Sekitar Areal Penambangan ...... 28
3.2. Keanekaragaan Flora di Areal Reklamasi ..................................... 52
BAB 4. KEANEKARAGAMAN FAUNA...........................................................................66
4.1. Keanekaragaman Fauna di Hutan Alam ........................................ 68
4.2. Keanekaragaman Fauna di Areal Reklamasi ................................. 77
4.3. Kekayaan Jenis Fauna di dalam Areal Hutan Alam dan Reklamasi 84
BAB 5. KEANEKARAGAMAN BIOTA AIR.... ...............................................................86
5.1. Keanekaragaman Plakton ............................................................ 86
5.2. Keanekaragaman Nekton ............................................................. 93
BAB 6. SERAPAN KARBON ..............................................................................................96
BAB 7. PENUTUP ..................................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 101
GLOSARI ................................................................................................................................ 104
INDEX ..................................................................................................................................... 107
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanaman Jambu Mete di Areal Reklamasi 2014 Bukit 2 ................ 6
Gambar 2.2. Sebaran Lokasi Pemantauan Status Kesuburan Tanah .................. 7
Gambar 2.3. Sebaran Nilai pH Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi .............. 11
Gambar 2.4. Sebaran C-organik Tanah di Area Reklamasi 2022 ....................... 13
Gambar 2.5. Lahan Reklamasi 2015 dengan nisbah C/N terendah .................. 16
Gambar 2.6. Ketersediaan Unsur P Tanah di Areal Reklamasi ........................... 17
Gambar 2.7. Ketersediaan Unsur K Tanah di Areal Reklamasi ........................... 20
Gambar 2.8. Sebaran Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi ................. 23
Gambar 3.1. Jumlah Spesies Flora dari Beberapa Periode Pemantauan ........ 28
Gambar 3.2. Tanaman Buat-buat Tingkat Semai di Lokasi FFa-4 ..................... 30
Gambar 3.3. Buah Tanaman Kemenyan di Hutan Alam ......................................... 30
Gambar 3.4. Tanaman Kumpang Tingkat Pancang di Hutan Alam ................... 33
Gambar 3.5. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Lokasi FFa-2 ................................ 34
Gambar 3.6. Pohon Embeng di Lokasi FFa-2 Areal Hutan Alam ........................ 38
Gambar 3.7. Pohon Embeng yang Tumbang di Lokasi FFa-1 ............................. 39
Gambar 3.8. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Areal Hutan Alam ...................... 43
Gambar 3.9. Pohon Pudu di Areal Hutan Alam ......................................................... 45
Gambar 3.10. Tanaman Medang Ayau Tingkat Semai di Lokasi FFr-2 ........... 53
Gambar 3.11. Tanaman Plaik Putih yang Ditebang di Lokasi FFr-3 ................. 55
Gambar 3.12. Hamparan Tanaman Johar Tingkat Tiang di Lokasi FFr-4 ...... 56
Gambar 3.13. Tanaman Jambu Mente pada Lokasi FFr-2 Areal Reklamasi .. 57
Gambar 3.14. Indeks Keanekaragaman Flora pada Semester I 2022 ............. 61
Gambar 4.1. Sarang Burung Empuluk di Lokasi FFa-6 .......................................... 69
Gambar 4.2. Laba-laba (a) dan Milipeda (b) di areal hutan alam ...................... 70
Gambar 4.3. Lintah pada lokasi FFa-3 ........................................................................... 73
Gambar 4.4. Ulat Tanduk di Lokasi FFa-4 .................................................................... 77
Gambar 4.5. Sarang Burung Beriak di Lokasi FFr-1 ................................................ 78
Gambar 4.6. Capung Orange di Lokasi FFr-1 Areal Reklamasi ........................... 78
iii
Gambar 4.7. Ulat Bulu di Lokasi FFr-2 ...........................................................................80
Gambar 4.8. Ulat Daun di Lokasi FFa-4 ..........................................................................83
Gambar 4.9. Indeks Kekayaan Jenis Fauna ...................................................................84
Gambar 5.1. Jenis Zooplankton Amoeba di Perairan Jety Baru ...........................87
Gambar 5.2. Schizogonium ditemukan di Muara Sungai Benganjing ................88
Gambar 5.3. Plankton Stichosiphon dan Zygnema .....................................................91
Gambar 5.4. Nilai Keanekaragaman Jenis Plankton Setiap Lokasi ...................92
Gambar 5.5. Jenis Ikan yang Ditemukan pada Lokasi Ba-4 ...................................95
Gambar 5.6. Jenis-jenis Ikan yang Ditemukan di Pelabuhan Jety Baru ...........95
Gambar 6.1. Nilai Potensi Serapan Karbon di Areal Reklamasi PT ANTAM 97
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Lokasi Pemantauan Status Kesuburan Tanah Tahun 2022 ............... 6
Tabel 2.2. Kandungan Fraksi dan Kelas Tekstur Tanah ........................................... 8
Tabel 2.3. Sifat-sifat Kimia Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi ..................... 10
Tabel 2. 4. C-organik, N-total dan C/N Rasio Tanah di Lahan Reklamasi ...... 14
Tabel 2. 5. Kandungan P-tersedia dan P-total di Areal Reklamasi.................... 16
Tabel 2. 6. Kandungan K-tertukar dan K-total di Areal Reklamasi ................... 18
Tabel 2.7. Status Kesuburan Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi ................. 22
Tabel 3.1. Jenis-jenis Flora di Areal Hutan Alam dan Reklamasi ...................... 25
Tabel 3.2. Flora Tingkat Semai di Hutan Alam Semester I Tahun 2022 ......... 29
Tabel 3.3. Flora Tingkat Tiang di Areal Hutan Alam ............................................... 35
Tabel 3.4. Flora Tingkat Pohon di Areal Hutan Alam.............................................. 37
Tabel 3.5. Indeks Keanekaragaman Flora Semai di Hutan Alam ....................... 40
Tabel 3.6. Indeks Keanekaragaman Flora Pancang di Hutan Alam .................. 41
Tabel 3.7. Indeks Keanekaragaman Flora Tiang di Areal Hutan Alam............ 44
Tabel 3.8. Indeks Keanekaragaman Pohon di Areal Hutan Alam ...................... 46
Tabel 3.9. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Hutan Alam ......................... 47
Tabel 3.10. Indeks Morisita Flora Tingkat Pancang di Hutan Alam ................. 48
Tabel 3.11. Indeks Morisita Flora Tingkat Tiang di Hutan Alam ....................... 50
Tabel 3.12. Indeks Morisita Flora Tingkat Pohon di Hutan Alam ..................... 51
Tabel 3.13. Flora Tingkat Semai di Areal Reklamasi ............................................... 52
Tabel 3.14. Flora Tingkat Pancang di Areal Reklamasi .......................................... 54
Tabel 3.15. Flora Tingkat Tiang di Areal Reklamasi................................................ 56
Tabel 3.16. Flora Tingkat Pohon di Areal Reklamasi .............................................. 58
Tabel 3.17. Indeks Keanekaragaman Flora Semai di Areal Reklamasi .......... 58
Tabel 3.18. Indeks Keanekaragaman Flora Pancang di Areal Reklamasi ...... 59
Tabel 3.19. Indeks Keanekaragaman Flora Tiang di Areal Reklamasi ............ 60
Tabel 3.20. Indeks Keanekaragaman Pohon di Areal Reklamasi ...................... 61
Tabel 3.21. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Areal Reklamasi ............. 62
v
Tabel 3.22. Indeks Morisita Flora Tingkat Pancang di Areal Reklamasi .........63
Tabel 3.23. Indeks Morisita Flora Tingkat Tiang di Areal Reklamasi..............64
Tabel 3.24. Indeks Morisita Flora Tingkat Pohon di Areal Reklamasi .............65
Tabel 4.1. Fauna yang Teramati di Areal Hutan Alam & Reklamasi ..................66
Tabel 4.2. Jumlah dan Jenis Burung yang ditemukan di Hutan Alam ...............69
Tabel 4.3. Fauna Jenis Serangga di Areal Hutan Alam .............................................71
Tabel 4.4. Fauna Jenis Mamalia di Areal Hutan Alam .............................................72
Tabel 4.5. Fauna Melata di Areal Hutan Alam ............................................................72
Tabel 4.6. Indeks Keanekaragaman Burung di Areal Hutan Alam .....................74
Tabel 4.7. Indeks Keanekaragaman Serangga di Hutan Alam .............................75
Tabel 4.8. Indeks Keanekaragaman Mamalia di Hutan Alam ...............................76
Tabel 4.9. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Hutan Alam.....................76
Tabel 4.10. Fauna Jenis Burung di Areal Reklamasi ................................................77
Tabel 4.11 Fauna Jenis Serangga di Areal Reklamasi .............................................79
Tabel 4. 12. Fauna Mamamia pada Areal Reklamasi................................................80
Tabel 4.13. Fauna Melata pada Areal Reklamasi .......................................................81
Tabel 4.14. Indeks Keanekaragaman Burung di Areal Reklamasi ....................81
Tabel 4.15. Indeks Keanekaragaman Serangga di Areal Reklamasi..................82
Tabel 4.16. Indeks Keanekaragaman Mamalia di Areal Reklamasi ..................83
Tabel 4.17. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Areal Reklamasi ........83
Tabel 5.1. Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis Plankton ...............................87
Tabel 5.2. Jenis dan Jumlah Plankton ..............................................................................89
Tabel 5.3. Hasil Analisis Plankton di Lokasi Pemantauan Semester I 2022 .93
Tabel 5.4. Jumlah Nekton pada Pemantauan Semester I Tahun 2022 .............94
vi
BAB 1
Pendahuluan
P
T ANTAM Tbk merupakan anggota holding Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Pertambangan yang bergerak di bidang pengelolaan sumber
daya alam dengan aktivitas eksplorasi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pemasaran bahan mineral dan logam. Daerah operasi
ANTAM tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, satu di antaranya terletak di
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. PT ANTAM mengelola pertambangan
bijih bauksit di lokasi ini. Unit bisnis yang mengelola operasional
pertambangan ini adalah Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Kalimantan
Barat, atau disingkat UBPB Kalbar.
Wilayah pertambangan bauksit yang dijalankan oleh PT Antam Tbk
UBPB Kalbar mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sanggau, yaitu
Kecamatan Tayan Hilir, Toba, dan Meliau. Hal ini berdasarkan SK Gubernur
No. 15/Distamben/2015 tanggal 2 Januari 2015 tentang Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) PT ANTAM UBPB Kalbar. PT
ANTAM UBPB Kalbar beroperasi untuk memenuhi kebutuhan pabrik
pengolahan atau smelter milik Indonesia Chemical Alumina (ICA), yang masih
merupakan anak perusahaan PT ANTAM Tbk. Smelter ini dapat menyerap
850 ribu ton per tahun bauksit untuk diolah menjadi 350 ribu ton alumina.
Produk utama yang dihasilkan oleh PT ANTAM UBPB Kalbar adalah bijih
bauksit atau yang dikenal dengan wahsed bauxite (WBx). Bauksit berukuran
maksimal 10 cm dengan kadar silika di bawah 10 % dan kadar Al2O3 sebesar
47 % umumnya diekspor, sedangkan bauksit berukuran sampai 5 cm, kadar
silika di bawah 4 % dan kadar Al2O3 47 persen dipasok ke PT ICA. Proses
produksi bijih bauksit di Tayan dilakukan dengan prosedur lingkungan yang
ketat. Tidak ada lubang-lubangn bekas tambang yang ditinggalkan begitu
saja. Lubang-lubang tersebut dilakukan reklamasi.
Proses reklamasi dimulai dari perencanaan tambang yang dari awal
mempersiapkan kebutuhan reklamasi, yaitu dimulai dari pembukaan lahan,
pengumpulan top soil, penggalian Over Burden (OB), pengambilan bijih
bauksit untuk dimobilisasi ke Washing Plant (WP), pengembalian OB ke lahan
bekas tambang, penataan lahan menggunkan top soil yang telah
dikumpulkan, penanaman tanaman perintis (kacang-kacangan), serta
penanaman tanaman kehutanan. Penambahan serasah dari lantai hutan
dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah di areal reklamasi. Metode
BAB 1| Pendahuluan 1
reklamasi tanah yang dilakukan dengan prosedur tersebut untuk
menunjukkan bahwa PT ANTAM UBPB Kalbar menjalankan praktik
pertambangan yang baik dapat meminimalkan kerusakan lingkungan.
Hasil dari kegiatan reklamasi dengan teknik yang ramah lingkungan, PT
ANTAM UBPB Kalbar dianugerahi Proper Hijau oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 5 kali sejak tahun 2017 hingga
2021. Selain itu, PT ANTAM UBPB Kalbar juga berhasil memperoleh ISO
9001:2008 (Sistem manajemen mutu) dan ISO 14001:2004 (standar
internasional dalam hal manajemen lingkungan). Sertifikasi OHSAS
18001:2007 juga diperoleh PT ANTAM UBPB Kalbar sebagai wujud telah
memiliki sistem yang sistematis dan terukur untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan kerja. Satu di antara bentuk tanggungjawab dalam
melaksanakan teknik penambangan yang ramah lingkungan PT ANTAM
UBPB Kalbar melaksanakan kajian tentang status kesuburan tanah dan
keanekaragaman hayati di sekitar areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalbar.
Kajian status kesuburan tanah dan keanekaragaman dilakukan di areal
reklamasi dalam beberapa periode dan hutan alam yang ada di sekitar areal
penambangan bauksit.
BAB 1| Pendahuluan 3
dan kajian daur hidup pokok. Pemantauan dilaksanakan secara
berkelanjutan dan menyeluruh yang mencakup lingkungan fisik (terutama
sistem tata air) dan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya (flora
dan fauna) untuk mengurangi dampak kegiatan pertambangan bagi
lingkungan dan masyarakat. Setiap program pelaksanaan pengelolaan
lingkungan yang dijalankan kemudian dipantau dan dievaluasi dengan
menggunakan parameter yang telah mempertimbangkan penilaian terhadap
dampak utama yang muncul akibat kegiatan penambangan. Evaluasi
terhadap indikator sasaran lingkungan tersebut kemudian dilaporkan secara
rutin.
Satu di antara prinsip dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dalam pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang seperti yang
tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM nomor 07 tahun 2014 pasal 2 ayat
2 adalah perlindungan dan pemulihan keragaman hayati. Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan merupakan
dua rencana yang saling melengkapi. Hasil pemantuan lingkungan ini akan
menjadi umpan balik bagi rencana pengelolaan lingkungan dengan demikian
akan diperoleh hasil yang maksimal. Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan seperti komponen yang ada dalam lingkungan hidup
dengan memantau perubahan-perubahan yang terjadi berikut dengan
dampak-dampak yang ada. Aspek yang perlu diperhatikan adalah jenis data,
lokasi pemantauan lingkungan, metode yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data, metode yang tepat untuk menganalisis data yang ada
dan frekuensi serta lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan
pemantauan tersebut.
Pelaporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)
dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) dilakukan sesuai dengan
Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKL) pada AMDAL atau
Surat Rekomendasi UKL-UPL pada UKL-UPL. Apabila dalam surat tersebut
tidak tercantum ketetapan frekuensi pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL,
maka pelaporan dilakukan setiap satu semester sekali. Berdasarkan
ketentuan ini PT ANTAM secara rutin melakukan pemantauan flora dan fauna
dengan tujuan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang mungkin
terjadi dan sekaligus sebagai upaya dalam mitigasi resiko lingkungan,
khususnya terhadap kehilangan keanekaragaman/biodiversitas flora dan
fauna yang hidup di sekitar area pertambangan.
T
anah merupakan satu di antara sumber daya alam yang berperan
penting dalam menopang kehidupan. Peran penting tanah dapat
diketahui dari berbagai fungsinya dalam menyediakan bahan makanan,
air bersih, tempat daur ulang sampah dan sebagai media tumbuhnya
tanaman. Tanah sebagai media tumbuhnya tanaman menunjukkan arti
bahwa tanah dapat menyediakan beberapa kebutuhan tanaman, yaitu unsur
hara, air, udara dan tempat tumpuhan tanaman. Keberadaan unsur hara, air
dan udara akan mengalami ketidakseimbangan ketika kondisi tanah
mengalami perubahan akibat berbagai aktivitas manusia.
Aktivitas manusia yang banyak mempengaruhi kondisi tanah adalah
sektor pertambangan, khususnya penambangan bauksit. Bauksit pada
umumnya ditambang dengan sistem terbuka (open pit ) yaitu mengambil
tanah lapisan bagian atas sampai ke dalam tanah yang masih mengandung
bauksit. Proses penambangan bauksit diawali dengan pembersihan semua
vegetasi, pengambilan lapisan atas tanah setebal 10-15 cm dan penghilangan
lapisan penutup (overbaurden) setebal ± 40 cm (Harahap dkk., 2020 ). Tahap
akhir dalam proses penambangan adalah kegiatan reklamasi yang
dimaksudkan untuk mengembalikan kesuburan tanah sehingga dapat
menyediakan unsur hara dan air yang cukup dan berimbang bagi
pertumbuhan tanaman revegetasi.
Reklamasi lahan pasca penambangan bauksit telah dilakukan oleh PT.
ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat dengan mengelolah tanah dengan
mengembalikan lapisan atas tanah (top soil), dan pengaturan tata lahan (re-
land scaping) melalui kegiatan: pembentukan kontur (counturing) dan
penataan level bentang lahan (land leveling), mulsa dan tata air. Kegiatan
reklamasi tersebut untuk mencegah erosi dan memperbaiki beberapa sifat
tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Tahap selanjutnya
setelah kegiatan reklamasi selesai adalah menanam lahan tersebut dengan
tanaman yang mampu tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi tanah yang
baru diperbaiki, jenis tanaman yang dipilih adalah tanaman lokal atau
tanaman perintis yang sifatnya growing fast dan mampu bertahan hidup
dengan kondisi tanah pasca penambangan, seperti Jambu Mete, Karet,
Sengon, Johar, Jambu Hutan dan lain-lainnya. Gambar 2.1 menunjukkan
kondisi areal reklamasi tahun 2014 di Bukit 2.
Perubahan kandungan fraksi pasir, debu dan liat pada hasil pemantauan
tahun 2022 mengubah kelas tekstur seperti yang tercantum dalam Tabel 2.2.
Kelas tekstur yang paling dominan dari 12 titik lokasi pemantauan adalah
lempung berdebu sebanyak 6 lokasi, sedangkan tiga lokasi lainnya berkelas
tekstur lempung liat berdebu dan dua lokasi bertekstur liat berdebu. Kelas
tekstur tanah pada pemantauan tahun 2022 sedikit berbeda dengan kelas
tekstur pada pemantauan tingkat kesuburan tanah pada tahun 2021 yang
mempunyai dua kelas tekstur, namun sama dengan hasil pemantauan tingkat
kesuburan tanah pada tahun 2018 yang mempunyai tiga kelas tekstur yaitu
lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir. Perbedaan ini
KPK KB
No. Kode Sampel Nilai pH Harkat Harkat (%) Harkat
cmol(+)kg-1
1. B2-R2014 4,73 M 4,24 SR 33,73 R
2. B2-R2015 4,51 M 7,30 R 17,81 SR
3. B2-R2016 4,83 M 7,19 R 21,70 R
4. B7-R2014 4,77 M 10,26 R 16,57 SR
5. B7-R2017 4,74 M 6,24 R 28,04 R
6. B7-R2020 4,60 M 14,46 R 10,51 SR
7. B7a-R2018 4,75 M 5,48 R 29,93 R
8. B7b-R2016 4,75 M 10,21 R 18,61 SR
9. B7b-R2019 4,91 M 12,90 R 15,27 SR
10. B15-R2015 4,92 M 9,21 R 25,30 R
11. B19-R2013 4,66 M 10,42 R 13,63 SR
12. B19-R2017 4,79 M 4,35 SR 40,92 S
Keterangan: M = masam, , R = rendah, SR = sangat rendah, S = sedang, KPK = kapasitas
pertukaran kation, KB = kejenuhan basa
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a
C- Status
No. Kode Sampel KPK KB P-total K-total
organik
1. B2-R2014 SR R SR SR SR Sangat Rendah
2. B2-R2015 R SR SR SR R Rendah
3. B2-R2016 R R SR SR R Rendah
4. B7-R2014 R SR R SR R Rendah
5. B7-R2017 R R SR SR SR Rendah
6. B7-R2020 R SR R SR S Rendah
7. B7a-R2018 R R R SR SR Rendah
8. B7b-R2016 R SR SR SR R Rendah
9. B7b-R2019 R SR R SR S Rendah
10. B15-R2015 R R SR SR R Rendah
11. B19-R2013 R SR R SR R Rendah
12. B19-R2017 SR S SR SR SR Sangat Rendah
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a
Tingkat kesuburan tanah pada tahun ini belum berubah dengan hasil
pemantaun tingkat kesuburan tanah tahun 2020 dan 2021. Tabel 10
menunjukkan tingkat kesuburan tanah di lahan-lahan reklamasi PT. ANTAM
Tbk UBPB Kalimantan Barat berdasarkan analisis beberapa sifat tanah
menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanahnya ditentukan oleh kapasitas
pertukaran kation (KPK) dan kejenuhan basa (KB). Nilai KPK menjadi
penentu tingkat kesuburan tanah dapat dilihat pada areal reklamasi tahun
2019 di Bukit 7b, walaupun kandungan C-organiknya dalam kategori sedang
namun karena nilai KPK-nya termasuk rendah maka tingkat kesuburannya
menjadi rendah. Kasus lain yang serupa adalah di areal reklamasi tahun 2017
yang ada di Bukit 19. Areal reklamasi ini mempunyai nilai KB dalam kategori
sedang, tetapi oleh karena nilai KPK nya sangat rendah maka tingkat
kesuburan tanah-nya tergolong sangat rendah (Tabel 2.7.).
Tanah dengan KPK rendah menyediakan unsur hara lebih rendah
daripada tanah dengan KPK tinggi. Tanah dengan KPK tinggi bila didominasi
oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi
bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat
mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam
kompleks jerapan koloid sehingga tidak mudah hilang tercuci oleh air. Selain
itu KPK juga menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan
dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KPK, makin banyak
kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KPK tanah ditentukan oleh
kandungan liat dan bahan organik dalam tanah. Tanah yang memiliki KPK
22 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. KPK tanah
juga mempengaruhi kapan dan berapa banyak pupuk nitrogen dan kalium
harus ditambahkan ke dalam tanah, pada KPK tanah yang rendah, misalnya
kurang dari 5 cmol(+)/kg, pencucian beberapa kation dapat terjadi.
Penambahan ammonium dan kalium pada tanah ini akan menyebabkan
sebagian ammonium dan kalium itu mengalami pencucian di bawah zona
akar, khususnya pada tanah pasiran dengan KPK tanah bawah (subsoil) yang
rendah. Nilai KPK tanah yang lebih tinggi, misalnya lebih besar dari 10
cmol(+)/kg, hanya sedikit pencucian kation akan terjadi. Oleh karena itu,
penambahan nitrogen dan kalium pada tanah ini memungkinkan untuk
dilaksanakan. Menurut Mengel (1993) kation tanah yang paling umum
adalah: kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), kalium (K+), ammonium (NH4+),
hidrogen (H+) dan natrium (Na+). Sedangkan anion tanah umumnya meliputi:
khlorin (Cl-), nitrat (NO3-), sulfat (SO42-) dan fosfat (PO43-).
Sifat tanah lainnya yang menentukan status kesuburan tanah di lahan
reklamasi pada pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 adalah
kejenuhan basa. Sifat kimia tanah ini merupakan persentase dari total KPK
yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium, magnesium,
dan natrium. Tanah dengan KB tinggi menunjukkan kandungan basa/kation
basa yang umumnya merupakan unsur hara tanaman yang tinggi pula dan
sebagai pertanda belum banyak mengalami pencucian. Tanah demikian
dinilai termasuk yang subur bagi pertanian dan kehutanan. Selain itu nilai KB
tanah berkaitan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman
akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya KB.
Laju pelepasan kation terjerap bagi tanaman tergantung pada tingkat KB
tanah.
K
eanekaragaman flora areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan
Barat dikelompokkan dalam empat tingkat pertumbuhan dari yang
terkecil sampai terbesar, yaitu tingkat semai, pancang, tiang dan
pohon. Semai, yaitu anakan pohon atau tumbuhan bawah; Pancang,
yaitu tanaman yang telah tumbuh dengan ketinggian kurang dari 1,5 m dan
diameter batang 0 - 10 cm; Tiang, yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter
batang antara 10 cm hingga 20 cm dengan ketinggian lebih dari 1,5 m; dan
Pohon, yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm
(Bismarck, 2011).
Beberapa jenis flora tingkat semai, pancang, tiang dan pohon ditemukan
pada hutan alam di sekitar areal penambangan dan reklamasi, berserta nama
latin serta familinya dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1. Jenis-jenis Flora di Areal Hutan Alam dan Reklamasi
1 Bun-bun 1 1
2 Buat-buat 1 1
3 Cempedak 1 1 2
4 Embeng 1 1
5 Empenat 1 1 2
6 Jambu Hutan 1 1
7 Jelindan 1 1
8 Jengkol 2 2
9 Karet 1 4 4 1 1 11
10 Kayu Rusa 1 1
11 Kedingkak 50 50
12 Kedondong Hutan 1 1
13 Kelampai Tikus 1 1 2
14 Kemenyan 6 14 2 22
15 Kepuak 1 1
17 Medang Ayau 1 1 1 1 1 4
18 Plaik Pipit 3 1 1 5
19 Pudu 1 1 2
20 Rengas Ayam 1 1 2
21 Ribis 4 4
22 Ribu-ribu 3 7 4 2 16
23 Satak 1 1
24 Sugi 1 4 3 8 16
25 Temubak 1 1 2
26 Ubah 1 2 2 17 3 11 1 36
27 Ubah Merah 2 2
2 Asam Kandis 1 1
3 Berangan 3 3
4 Berangkis 1 1
5 Bun-bun 1 1
6 Cempedak 1 1 1 1 1 1 6
7 Empapan 1 1
8 Embulan 2 2
9 Empenat 3 3
10 Jambu Hutan 1 1
11 Jemai 1 3 1 1 6
12 Karet 6 7 2 5 5 25
13 Kedondong Hutan 1 1
14 Kelempai tikus 1 1 6 8
15 Kemenyan 5 4 2 3 14
16 Kepala Beruang 3 3
17 Kepuak 3 3
18 Kumpang 1 1
19 Mangga 1 1
20 Made 2 2
21 Medang Ayau 1 1 2
23 Pando 2 2
24 Plaik Pipit 2 1 1 4 8
25 Pudu 1 1
26 Purak 2 5 1 8
27 Ribis 1 1
28 Senggayang 1 1
29 Satak 1 1
30 Sugi 2 1 7 10
31 Subal 1 1
32 Temau 1 1
33 Temubak 1 1
34 Ubah 4 2 4 10
35 Ubah Merah 8 3 11
36 Ujan-ujan 1 1
Total 29 24 19 13 16 28 14 144
Hasil pemantauan jumlah dan jenis flora tingkat pancang pada semester
I Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Jenis flora tingkat pancang
ditemukan sebanyak 144 flora dari 36 jenis tanaman. Tanaman tingkat
pancang yang jumlahnya paling banyak berturut-turut adalah Tanaman
Karet, Kemenyan, Sugi dan Ubah yang dominasinya sama dengan semester
sebelumnya. Jenis flora terbanyak yang diamati pada semester ini sama
dengan jenis flora pada pemantauan semester sebelumnya yaitu Tanaman
Karet, namun jumlah pada semester ini berkurang dari jumlah pemantauan
semester sebelumnya. Tanaman Karet ditemukan tersebar di semua lokasi
kecuali lokasi FFa-4 dan FFa-7, dibandingkan dengan semester II tahun 2021
pada lokasi FFa-7 ditemukan satu jenis tanaman Karet. Hal ini dikarenakan
tanaman Karet tingkat pancang telah mati atau ditebang. Tanaman
Kemenyan juga tergolong tanaman yang banyak ditemukan semester ini
yaitu sebanyak 14 tanaman.
Jumlah tanaman tingkat pancang pada semester ini lebih sedikit
ditemukan dibandingkan dengan semester II tahun 2021. Hal ini
Tanaman Kumpang
Tanaman
Ubah
Gambar 3.5. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Lokasi FFa-2
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
2 Berangan 1 1 2
3 Bongkal 1 1
4 Bun-bun 2 2
5 Cempedak 1 2 3
Damak
6 1 1
Sintong
7 Embeng 1 1
8 Embulan 1 1 2
9 Engkubang 1 1 2
10 Entikal 1 1
11 Jambu Hutan 1 1
12 Jelindan 1 1 2
13 Jemai 3 3 6
14 Karet 8 7 3 9 15 5 47
15 Kedingkak 1 1
Kedondong
16 3 3
Hutan
17 Kemenyan 14 1 3 2 2 3 25
Kepala
18 6 1 7
Beruang
19 Kepuak 1 1
20 Keraci 1 1 2
21 Ketikal 1 1
22 Kubing 6 1 7
23 Labe 2 2
24 Leban 1 1
Medang
25 3 3
Ayau
Medang
26 1 1
Perekam
28 Plaik Putih 1 1
29 Plaik Pipit 1 1 3 1 6
Rambutan
30 1 2 3
Hutan
31 Satak 1 1
32 Temau 5 8 13
33 Ubah 1 1 2 2 2 8
34 Ubah Jambu 1 1
34 Ubah Jambu 1 1
35 Ubah Merah 1 1 1 3
36 Ujan-ujan 1 1
Total 31 13 31 19 20 27 23 164
1 Bun-bun 1 1 1 3 6
2 Embeng 1 1
Entawak
3 1 1
Into
4 Jelindan 1 1 3 5
5 Karet 1 3 3 2 2 11
6 Kemenyan 1 1 1 3
7 Keraci 1 1
8 Kubing 6 6
Medang
9 1 2 1 4
Ayau
10 Plaik Pipit 1 1 4 1 7
11 Plaik Putih 1 1
12 Temau 6 2 8
13 Ubah 1 1
Total 5 6 15 4 11 11 3 55
Pola sebaran populasi suatu organisme pada suatu habitat yang dapat
ditentukan dengan suatu nilai indeks morisita (Id). Pola sebaran berdasar
nilai Id adalah jika Id < 1 maka pola sebarannya menyebar, dan jika Id > 1
maka pola sebarannya mengelompok. Berdasarkan hasil analisis data untuk
indeks morisita flora di areal hutan alam (FFa-1 sampai FFa-7)
dikelompokkan menjadi 4 tingkat pertumbuhan yaitu tingkat semai, pancang,
tiang dan pohon.
46 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Hasil nilai indeks morisita (Id) flora tingkat semai pada semester I
Tahun 2022 diperoleh nilai Id sebesar 0,703. Nilai Id kurang dari satu
menunjukkan bahwa pola sebaran individu flora tingkat semai bersifat
menyebar di areal hutan alam. Nilai indeks morisita pada semester ini
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan nilai indeks morisita pada
kegiatan pemantauan semester sebelumnya. Hal ini menunjukkan pola
sebaran tanaman tingkat semai dalam kurun 6 bulan sama yaitu menyebar.
Tabel 3.10. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Hutan Alam
No Nama Lokal Ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Bun-bun 1 1 -300 -0,023
2 Buat-buat 1 1 -300 -0,023
3 Cempedak 2 4 -297 -0,023
4 Embeng 1 1 -300 -0,023
5 Empenat 2 4 -297 -0,023
6 Jambu Hutan 1 1 -300 -0,023
7 Jelindan 1 1 -300 -0,023
8 Jengkol 2 4 -297 -0,023
9 Karet 11 121 -180 -0,014
10 Kayu Rusa 1 1 -300 -0,023
11 Kedingkak 50 2500 2199 0,170
12 Kedondong Hutan 1 1 -300 -0,023
13 Kelampai Tikus 2 4 -297 -0,023
14 Kemenyan 22 484 183 0,014
15 Kepuak 1 1 -300 -0,023
16 Made 110 12100 11799 0,915
17 Medang Ayau 5 25 -276 -0,021
18 Plaik Pipit 5 25 -276 -0,021
19 Pudu 2 4 -297 -0,023
20 Rengas Ayam 2 4 -297 -0,023
21 Ribis 4 16 -285 -0,022
22 Ribu-ribu 16 256 -45 -0,003
23 Satak 1 1 -300 -0,023
24 Sugi 16 256 -45 -0,003
25 Temubak 2 4 -297 -0,023
26 Ubah 37 1369 1068 0,083
27 Ubah Merah 2 4 -297 -0,023
Total 301 17193 9066 0,703
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
Gambar 3.13. Tanaman Jambu Mente pada Lokasi FFr-2 Areal Reklamasi
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
Hasil Nilai (Id) flora tingkat tiang pada pemantauan semester I Tahun
2022 diperoleh nilai kurang dari satu yaitu sebesar 0,867 (Tabel 3.24). Nilai
indeks morisita kurang dari satu menunjukkan bahwa pola sebaran individu
L
ingkungan yang tertutup pada areal hutan alam akan membantu
kemudahan fauna dalam beradaptasi. Kondisi vegetasi yang tertutup
dan tajuk perpohonan akan mempengaruhi keberadaan fauna pada
areal pemantauan. Pemantauan fauna semester I tahun 2022 dilakukan pada
petak pengamatan ukuran 20 x 20 meter, dan dalam petak tersebut diamati
fauna berdasarkan jejak fauna yang ada di sekitar petak pengamatan, seperti
kotoran, sarang, suara maupun wujudnya. Pemantauan fauna pada semester
I Tahun 2022 ini dilakukan pada dua areal yang berbeda yaitu areal hutan
alam (FFa) dan areal reklamasi (FFr). Pemantauan fauna di areal FFa
dilakukan sebanyak tujuh lokasi dan areal FFr sebanyak empat lokasi.
Berikut ini disampaikan data rekapitulasi pengamatan fauna beserta nama
latinnya (Tabel 4.1). Hasil pemantauan fauna pada semester I Tahun 2022
ditemukan sebanyak 59 jenis fauna, pada areal hutan alam ditemukan 53
jenis fauna dengan jumlah sebanyak 1857 individu, sedangkan di areal
reklamasi teramati 653 fauna dari 43 jenis fauna. Jenis dan nama fauna yang
diamati pada pemantauan semester ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Fauna yang Teramati di Areal Hutan Alam & Reklamasi
Tabel 4.2. Jumlah dan Jenis Burung yang ditemukan di Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No Nama Lokal
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7 Individu
1 Burung Beriak 1 1 5 1 3 2 13
2 Burung Bubut 1 1
3 Burung Ceriak 2 2
4 Burung Empuluk 1 4 1 1 2 7
5 Burung Entarak 1 1
6 Burung Jalak 1 1
7 Burung Kebece 3 3
8 Burung Kutilang 1 2 3
9 Burung Laut 1 1
10 Burung Obok 1 1
11 Burung Pelatuk 1 1
12 Burung Pipit 1 4 5
13 Burung Punai 5 5
Burung Mimpi
14 1 1 2
Dudi
15 Burung Tembuguk 1 1
16 Burung Uncit 1 1 2 2 6
Total 12 2 10 4 5 15 7 55
a b
Gambar 4.2. Laba-laba (a) dan Milipeda (b) di areal hutan alam
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
Fauna di areal hutan alam yang tergolong sebagai fauna melata (Tabel
4.5). Pemantauan fauna jenis dan jumlah melata pada semester I Tahun 2022
lebih banyak daripada semester sebelumnya yaitu sebanyak tujuh jenis
dengan 30 individu. Fauna melata ditemukan pada semester ini termasuk
dalam spesies Lintah, Siput dan Ulat yang ditemukan pada semua lokasi areal
hutan alam kecuali lokasi FFa-6. Hal ini dikarenakan habitat asli fauna
tersebut mendukung untuk berkembang dan hidup.
Tabel 4.5. Fauna Melata di Areal Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
1 Lintah 1 1
2 Siput 1 1 2
3 Ulat Kaki Hitam 8 1 9
4 Ulat Cokelat 1 1
5 Ulat Hijau 1 1
6 Ulat Bulu 1 3 11 15
7 Ulat Tanduk 1 1
Total 8 3 3 1 4 0 11 30
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
72 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Pemantauan fauna melata pada semeter ini ditemukan jenis baru yaitu
Lintah yang ditemukan pada lokasi FFa-3. Fauna ini termasuk dalam keluarga
cacing dan spesies ini banyak ditemukan pada lingkungan habitat yang
lembab. FFa-3 merupakan lokasi yang cukup lembab dan tertutup sehingga
fauna jenis Lintah bisa ditemukan pada semester ini. Lintah bisa dilihat pada
Gambar 4.3.
Lokasi FFa-4 ditemukan fauna jenis ulat (Ulat Tanduk) yang baru pada
pemantauan semester ini (Gambar 4.4). Ulat ini tidak ditemukan pada
pemantauan semester sebelumnya dan ditemukan dengan warna permukaan
kulit yang berwarna hijau. Memiliki tanduk dibagian kepala.
76 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Gambar 4.4. Ulat Tanduk di Lokasi FFa-4
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
Petak Pengamtan
No. Nama Lokal Jumlah Individu
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4
1 Burung Beriak 2 1 3
2 Burung Empuluk 1 1 2
3 Burung Kanjit 1 1
4 Burung Pipit 1 1
5 Burung Punai 1 1 2
6 Burung Kebece 1 1
Total 4 3 1 2 10
Jumlah dan jenis serangga yang diamati pada semester I Tahun 2022 di
areal reklamasi lebih sedikit dibandingkan jenis serangga hasil pengamatan
fauna di semester II tahun 2021. Pemantauan pada semester II tahun 2021
ditemukan sebanyak 654 serangga dari 31 jenis, sedangkan pemantauan
semester I Tahun 2022 didapatkan serangga sebanyak 632 ekor dari 18 jenis
serangga (Tabel 4.11). Beberapa jenis serangga yang baru ditemukan pada
semester ini di areal reklamasi adalah Cacing dan Lalat Besar.
1 Tupai 6 6
Total 0 0 0 0 6
Hasil pemantauan fauna jenis melata pada semester I Tahun 2022 lebih
banyak dibandingkan dengan hasil pemantauan fauna semester II tahun
2021. Hasil pemantauan fauna semester ini ditemukan 3 jenis fauna dengan
jumlah sebanyak lima ekor yaitu Ulat Kaki Hitam, Ulat Bulu dan Ulat Daun,
sedangkan pada pemantauan semester sebelumnya hanya terdapat dua
individu Ulat Kepala Merah. Fauna jenis melata yang ditemukan pada
semester I Tahun 2022 memiliki ciri kepala yang berwarna hitam belang
serta bulu yang panjang di seluruh permukaan kulitnya. Fauna ini belum
ditemukan pada semester sebelumnya (Gambar 4.7).
Nilai indeks keanekaragaman fauna jenis melata pada Tabel 4.17 di areal
reklamasi sebesar 0,413, yang berarti tingkat keanekaragamannya tergolong
rendah. Hal ini disebabkan oleh karena hanya ditemukan tiga fauna jenis ulat
yaitu Ulat Kaki Hitam, Ulat Bulu dan Ulat Daun pada lokasi FFr-1 dan FFr-3.
Tabel 4.17. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)
1 Ulat Kaki Hitam 1 0,2 0,699 0,140
2 Ulat Bulu 3 0,6 0,222 0,133
3 Ulat Daun 1 0,2 0,699 0,140
Total 5 1 1,620 0,413
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
P
lankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
menjadi indikator perubahan kualitas biologis perairan. Beberapa
organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang
berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Ekosistem perairan memiliki
peran penting sebagai habitat biota air, ketergantungan keanekaragaman
biota air dengan kualitas air merupakan interkasi yang saling mempengaruhi.
Begitupun dengan pemantauan plankton juga menjadi sangat penting
dalam ekosistem perairan karena plankton menjadi rantai utama jaring –
jaring makanan pada suatu perairan di suatu area. Plankton yang ada di
perairan dapat digolongkan menjadi zooplankton dan fitoplankton.
Organisme ini merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan
organik serta oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan
cara fotosintesis, sehingga dapat dijadikan indikator kualitas perairan.
Kuantitas plankton di perairan sepanjang tahun berubah-ubah sesuai
dengan berubahnya kualitas air (Sachlan, 1980). Kelimpahan dan
keanekaragamannya dapat berubah oleh karena perubahan-perubahan
kondisi lingkungan baik secara fisik, kimia maupun biologi (Reynolds dkk.,
1984). Sementara itu, limbah organik yang banyak mengandung unsur hara
akan memyebabkan kenaikan populasi plankton, sedangkan limbah yang
banyak mengandung logam berat, minyak dan detergen menyebabkan
penurunan populasi plankton (Dix, 1981).
Aktivitas pertambangan memiliki potensi yang mempengaruhi kualitas
air, terutama kekeruhan air akibat sedimen hasil erosi pada lokasi penggalian
tanah serta lahan terbuka lainnya. Respon pertumbuhan plankton terhadap
perubahan lingkungan dapat digunakan sebagai indikator kualitas suatu
perairan. Hal ini didasarkan juga pada siklus hidupnya yang pendek, respon
yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan. Plankton terdiri dari
zooplankton dan fitoplankton yang keduanya dapat dijadikan indikator
untuk menentukan kualitas perairan oleh karena kondisi kualitas perairan
dapat diketahui melalui keragaman planktonnya.
Keberadaaan plankton dalam suatu perairan dapat dillihat dari
beberapa parameter pengamatan misalnya indeks keanekaragaman,
kemerataan dan dominansi yang merupakan indeks untuk menilai suatu
kondisi kualitas lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologinya.
Hubungan ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak seimbangnya kondisi
lingkungan akan turut mempengaruhi penyebaran suatu organisme yang
86 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
hidup pada suatu perairan. Kaitan antara keberadaan plankton dengan
tingkat penyebarannya ditentukan berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Shanon-Winener (H’) sesuai Tabel 50 (Odum, 1993). Klasifikasi indeks
keanekaragaman plankton dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1. Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis Plankton
No. Indeks Keanekaragaman Derajat Keanekaragaman
Keanekaragaman tinggi, penyebaran
1 > 6,908
jumlah individu tiap jenis tinggi
Keanekaragaman sedang, penyebaran
2 2,303 – 6,908
jumlah individu tiap jenis sedang
Keanekaragaman rendah, penyebaran
3 < 2,303
jumlah individu tiap jenis rendah
Jumlah dan Jenis plankton yang ditemukan pada semester I Tahun 2022
mengalami penurunan. Pemantauan plankton pada semester ini ditemukan
sebanyak 885 plankton yang terdiri dari 5 jenis zooplankton dan 50 jenis
fitoplankton dengan jumlah sebanyak 55 jenis plankton. Sedangkan pada
pemantauan biota air semester II tahun 2021 terpantau sebanyak 1245
plankton dari 61 jenis yang terdiri dari golongan zooplankton 8 jenis dan
fitoplankton 53 jenis. Jenis zooplankton yang paling banyak teramati pada
semester ini berbeda dengan pengamatan semester sebelumnya yaitu jenis
Lokasi dengan jumlah ikan yang paling sedikit ditemukan adalah pada
lokasi Ba-3 (Hilir Sungai Beganjing) dengan jumlah sebanyak delapan ikan.
Lokasi ini juga didapatkan jenis ikan yang paling sedikit ditemukan yatu Ikan
Bis dan Ikan Jajak. Ikan Bis merupakan ikan yang baru ditemukan di lokasi
Ba-3. Dibandingkan dengan pemantauan semester sebelumnya, lokasi ini
hanya ditemukan dua jenis ikan yaitu Ikan Gabus dan Ikan Jajak.
H
utan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menyerap
banyak karbondioksida yang ada di atmosfer merupakan hasil dari
fotosintesis. Hasil fotosintesis digunakan tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya dalam bentuk biomasa. Biomassa
merupakan hasil dari fotosintesis yang energi matahari dikonversi menjadi
karbondioksida (CO2) dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen dan
oksigen.Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi yang hidup
di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dalam suatu ton berat
kering dalam satu per satuan luas (Browen, 1997). Senyawa karbon yang
menjadi biomassa tanaman dapat digunakan sebagai parameter potensi
serapan karbon dalam suata areal. Hasil perhitungan potensi serapan karbon
di areal hutan alam dan areal reklamasi pada pemantauan semester I tahun
2022 dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Nilai Potensi Serapan Karbon di Areal Hutan Alam dan Areal Reklamasi
Pola sebaran flora pada pemantauan flora semester I tahun 2022 tidak
mengalami perubahan dari hasil pemantauan semester sebelumnya, yaitu
semua tingkatan pertumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon)
mempunyai pola sebaran yang homogen (menyebar) di areal hutan alam.
Pola sebaran flora di areal reklamasi pada pemantauan semester I Tahun
2022 mengalami perubahan pada tanaman tingkat tiang dibandingkan
dengan pemantauan semester sebelumnya yaitu dari pola sebaran
mengelompok menjadi menyebar, sedangkan untuk tanaman tingkat semai,
pancang dan pohon tidak mengalami perubahan.
BAB 7 | Penutup 99
lebih sedikit dibandingkan hasil pengamatan fauna di semester II tahun 2021.
Tupai yang ditemukan di areal hutan alam dan areal reklamasi pada
pemantauan fauna semester I tahun 2022 lebih banyak dibandingkan hasil
pemantauan semester sebelumnya, masing-masing sebanyak empat dan
enam ekor.
101
Mengel, D.B. (1993). Fundamentals of soil cation exchange capacity (CEC).
AY-238. Soils (Fertility) Agronomy Guide. Purdue University
Cooperative Extension Service. Purdue University.
https://www.extension.purdue.edu/extmedia/ay/ay-238.html.
Munawar, A. (2013). Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. IPB Press, Bogor.
Murali, G., Gupta A., Air R.V. (2005.) Variations in hosting beneficial plant
associated microorganisms by root (wilt) diseased and field tolerant
coconut palms of west coast tall variety. Curr Sci. 89(11): 1922-1927.
Obalum, S. E., Watanabe, Y., Igwe, C. A., Obi, M. E., & Wakatsuki, T. (2013).
Improving on the prediction of cation exchange capacity for highly
weathered and structurally contrasting tropical soils from their fine-
earth fractions. Communications in Soil Science and Plant Analysis
44(12),1831–1848.
https://doi.org/10.1080/00103624.2013.790401
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gajah mada University
Press. Jogjakarta. Hlm. 134-162
Parmar P., & Sindhu, S. S. (2013). Potassium solubilization by rhizosphere
bacteria: influence of nutritional and environmental conditions. J
Microbiol. (1),25-31. DOI: 10.5923/j.microbiology.20130301.04
PPT. (1995). Kombinasi beberapa sifat kimia tanah dan status kesuburannya.
Bogor.
Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012).
Kajian kebijakan pengembangan industri mineral sebagai kawasan
ekonomi khusus. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Reynolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino. K. (1984). Observation on a metalimnetic
phytoplankton population in a stably stratified Tropical Lake. Arch.
Hydrobyol. Argentina. 97,7 – 17.
Sachlan. (1980). Planktonologi. Fakultas Perikanan dan Biologi UNDIP.
Semarang.
Saidy, A. R. (2018). Bahan organik tanah: klasifikasi, fungsi dan metode studi
(Cetakan Pertama) Lambung Mangkurat University Press
Sembiring, S. (2008). Sifat kimia dan fisik tanah pada areal bekas tambang
bauksit di Pulau Bintan, Riau. Info Hutan. V(2), 123-134.
Sheng, X.F., & He, L.Y. (2006). Solubilization of potassium bearing minerals by
a wild type strain of Bacillus edaphicus and its mutants and
increased potassium uptake by wheat. Can J Microbiol. 52(1), 66-72.
DOI: 10.1139/w05-117
102
Sugumaran, P., & Janarthanam, B. (2007). Solubilization of potassium
containing minerals by bacteria and their effect on plant growth.
World J Agric Sci. 3(3), 350-355.
Sulakhudin, Ratna, H., Rossie, W.N., Romiyanto dan Santi. (2022a).
Pemantauan Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi PT ANTAM
Tbk-UBPB Kalimantan Barat. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, UNTAN, p 68.
Surata, M., Suksiano, O., Pratomo, M., & Supriyadi. (2010). Discovery and
its genetic relationship bauxite deposit in Mempawah and Landak
Regency West Kalimantan Province, Proceeding of the Kalimantan
Coal and Mineral Resources Seminar, p. 107-116.
Tan, K. H. (1991). Dasar-dasar kimia tanah. Gajah Mada University
Press,Yogyakarta.
Wilatikta, A. P. S. (2015). Kajian genesa endapan bauksit tambang tayan,
Kalimantan Barat berdasarkan karakteristik mineralogi dan
geokimia, Tesis, Program Studi S-2, Universitas Gadjah Mada (tidak
dipublikasikan).
Yani, M. (2005). Reklamasi lahan bekas pertambangan dengan penanaman
jarak pagar (Jatropha curcas Linn). Pusat Penelitian Surfaktan dan
Bioenergi LPPM-IPB. Bogor.
Yulius, A. K., Nanere, J. L., Arifin, S. R., Lalopua, J. R., & Hariadji, B. (1985).
Dasar-dasar ilmu tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Timur. Ujung
Pandang.
103
GLOSARI
Area: bagian permukaan bumi; daerah; wilayah geografis yang digunakan
untuk keperluan khusus.
Endemik ialah jenis tumbuhan atau hewan yang hanya ada di wilayah
tertentu.
Kapasitas pertukaran kation: jumlah total muatan negatif tanah yang akan
menentukan daya ikat tanah terhadap unsur hara, khususnya unsur hara
yang bermuatan positif.
Karbon [zat arang]: merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan
nomor atom 6 pada tabel periodik dan unsur non-logam dan bervalensi 4
(tetravalen). karbon pada tumbuhan terdapat pada batang, daun, akar, buah,
juga pada daun-daun kering yang telah berguguran.
Karbon dioksida [CO2]: senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen
yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. CO2 berbentuk gas
pada keadaan temperatur dan tekanan standar di atmosfer bumi. Gas CO 2
tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan sedikit asam.
104
Kekayaan Jenis: jumlah atau banyaknya spesies di dalam sampel, komunitas
atau habitat.
Mineral: senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik
dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Pancang: tanaman yang telah tumbuh dengan ketinggian kurang dari 1,5
m dan diameter batang 0 - 10 cm.
105
Revegetasi: usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak
melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan
Tanah: tubuh alam bebas yang menempati sebagian permukaan bumi dan
mempunyai ukuran panjang, lebar dan dalam, mampu berperan sebagai
media tumbuh tanaman, dan sebagai hasil pelapukan bahan induk oleh
pengaruh iklim, vegetasi pada topografi dan kurun waktu tertentu.
Tanah masam: tanah yang memiliki pH rendah, yaitu pH kurang dari 6,5.
Nilai pH menunjukkan jumlah konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah,
semakin tinggi kadar ion hidrogen di dalam tanah maka semakin rendah nilai
pH tanah tersebut dan tanah semakin masam.
Unsur hara: zat-zat yang dibutuhkan oleh makhluk hidup baik hewan
ataupun tumbuhan untuk pembentukan jaringan tubuh, pertumbuhan, serta
aktivitas makhluk hidup lainnya.
106
INDEX
A
akar, 10, 16, 18, 19, 20, 23, 41, 101, 104
Aluminium, 7, 10
ammonium, 23
anion, 15, 17, 20, 23
Area, 3, 4, 104, 111
asam organik, 20, 101
B
Bahan organik, 12, 15, 102
basis, 9
batuan fosfat, 18
Bauksit, 1, 5, 101, 104, 111, 112
Biota air, 104
bobot isi, 9
burung, 36, 53, 55, 68, 69, 73, 74, 77, 78, 81, 84, 99, 100, 101
C
Capung, iii, 67, 70, 71, 75, 78, 79, 82
D
debu, 7, 8, 9
dominasi, 91, 92, 100
E
ekosistem, 28, 84, 86, 93, 104, 105
eksudat, 20
Endemik, 104
F
Fauna, ii, 66, 68, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 79, 80, 81, 83, 84, 104, 111
Fitoplankton, 88, 93, 104
Flora, ii, v, vi, 25, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 47, 48, 50, 51, 52, 54, 56,
58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 104, 111
Fosfor, 7, 17
107
fotosintesis, 86, 93, 96
H
habitat, 3, 46, 70, 72, 73, 84, 86, 87, 105
Hilir, 1, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 111
hutan alam, iii, 2, 19, 25, 28, 30, 33, 34, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 61,
66, 68, 69, 70, 72, 73, 74, 76, 77, 84, 85, 96, 97, 98, 99, 100
I
Ikan, iv, 93, 94, 95, 100
K
Kalium, 7, 19, 20
Kapasitas pertukaran kation, 11, 98, 104
Karbon, 96, 97, 104
Kation, 12
Keanekaragaman hayati, 104
Kejenuhan basa, 12, 21, 24, 98, 104
Kekayaan Jenis, ii, 84, 105
Kemenyan, iii, 26, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 49, 50, 51
Kemerataan jenis, 105
Kesuburan Tanah, ii, v, 5, 6, 7, 21, 22, 23, 105, 110
koloid, 12, 15, 22
koloidal, 12
kontur, 5
L
lingkungan hidup, 4
M
mamalia, 68, 72, 73, 76, 77, 79, 81, 82, 100
masam, 9, 10, 12, 88, 98, 106
mikroorganisme, 18, 21
Mineral, 2, 102, 103, 105
mineralisasi, 15
morisita, 46, 47, 48, 49, 51, 63, 64
Muara, iv, 88, 90, 93, 94
N
Nekton, ii, vi, 93, 94, 105
108
Nitrogen, 7
P
Pancang, v, vi, 25, 31, 33, 41, 48, 54, 59, 63, 105
Pasca tambang, 105
pasir, 7, 8, 9, 11, 98
pelindihan, 9, 17, 19
Penambangan, ii, 3, 28, 105, 111
perairan, 86, 87, 88, 91, 92, 93, 104, 105
Pertambangan, 1, 101, 105, 111, 112
Plankton, vi, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93, 105
Pohon, v, vi, 25, 37, 38, 39, 45, 46, 51, 57, 58, 61, 65, 97, 105, 111
porositas, 9
proton, 20
R
Rawa Benganjing, 88, 93, 94
rehabilitasi, 59
rekapitulasi, 34, 55, 66, 69
Reklamasi, ii, v, vi, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 25, 52, 54, 56, 57, 58,
59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 96, 97, 103, 105
Revegetasi, 106
S
sampel, 9, 17, 105
sekresi, 20
Semai, v, 25, 29, 30, 40, 47, 52, 53, 58, 62, 106
Senyawa karbon, 96, 106
serangga, 68, 70, 72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 81, 82, 85, 99, 100
Silika, 1
stagnan, 18
Sungai Benganjing, iv, 88, 93, 94
T
Tanah, ii, v, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 21, 22, 23, 101, 106, 110, 111
tanaman perintis, 1, 5
Tekstur Tanah, 7
Tiang, v, vi, 25, 34, 35, 43, 44, 50, 56, 60, 64, 106
U
unsur hara makro, 15
109
Unsur hara, 13, 15, 106
unsur mikro, 12
V
vegetasi, 3, 5, 14, 28, 66, 77, 85, 106
Z
Zooplankton, 87, 89, 106
110
Profil Penulis
111
Sukirno menyelesaikan sekolah teknologi menengah pembangunan
Yogyakarta tahun 1992 jurusan Geologi Pertambangan, bekerja di PT
Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sejak tahun 1994 –
April 2018 dengan sistem Penambangan Underground Mining. Pada bulan
Mei 2018 – Sekarang (2022) bergabung di Unit Bisnis Pertambangan
Bauksit Kalimantan Barat dengan sistem Penambangan Open cast Mining.
Kompetensi tersebut ditunjang dengan kepemilikan sertifikat kompetensi
yaitu: POP (Pengawas Operasional Pratama): POM (Pengawas Operasional
Madya),
112
113