Anda di halaman 1dari 123

KESUBURAN TANAH DAN

KEANEKARAGAMAN
HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB
Kalimantan Barat

PENULIS :
Sulakhudin
Ratna Herawatiningsih
Santi
Sukirno
Andi M. Abdillah
Billy V. Iskandar
JUDUL BUKU
KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat

TIM PENULIS
Sulakhudin
Ratna Herawatiningsih
Santi
Sukirno
Andi M. Abdillah
Billy V. Iskandar

EDITOR
Syaiful Muazir

LAYOUTER
M. Maulana Zulkarnain

PENERBIT UNTAN PRESS


Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) No. 004/KLB/03
Anggota Asosiasi Penerbitan Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI)
No. 004.099.7.08.2019

DICETAK OLEH
Pusat Ketahanan Jurnal dan Penerbitan (PKJP)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Tanjungpura bekerjasama dengan PD. Aksara Indah

CETAKAN PERTAMA - 2023


ISBN : 978-623-7571-85-8

COPYRIGHT © 2023
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip dan/atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Penerbit
sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun.

Isi buku ini menggunakan Font Cambria, Arial, 8/36pt, Jelle Bosma, Robin
Nicholas and Patricia Saunders, hlm. vi:121 15 cm x 23 cm
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanallah Ta’ala, Tuhan
yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
buku yang berjudul, Kesuburan Tanah dan Keanekaragaman Hayati di Area
IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat. Buku ini disusun berdasarkan
hasil kegiatan pemantauan kesuburan tanah, flora, fauna dan biota air di area
IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat.
Kegiatan pemantauan tersebut merupakan komitmen PT ANTAM dalam
menjalankan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pelaksanaan
reklamasi dan pasca tambang seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri ESDM nomor 07 tahun 2014. Kajian status kesuburan tanah dan
keanekaragaman hayati ini merupakan kerjasama antara ANTAM Bauksit
dengan LPPM Universitas Tanjungpura, serta pihak lainnya yang
berkontribusi dalam kajian status kesuburan tanah dan keanekaragaman
hayati di areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat. Hasil dari
inventarisasi kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan kebijakan lingkungan dan pengembangan
program perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati perusahaan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberi dukungan berupa materi tulisan, informasi,
dokumentasi, serta waktu untuk membantu penulis sehingga dapat
menyusun buku Kesuburan Tanah dan Keanekaragaman Hayati di Area IUP
PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat secara lengkap.
Harapan penulis, buku ini tidak hanya menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat, tetapi juga dapat berperan sebagai sumber informasi untuk
mengetahui dan memahami tentang kegiatan di area IUP PT. ANTAM Tbk
UBPB Kalimantaan Barat. Dengan demikian, dapat dihindari adanya
kesalahpahaman, dan sekaligus dapat mewujudkan kerjasama yang baik
dengan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan bauksit. Tiada gading
yang tak retak, penulis selalu menantikan saran dan masukan yang
membangun untuk penyempurnaan buku ini.

Pontianak, November 2022


Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Profil PT ANTAM Tbk – UBPB Kalimantan Barat ............................ 1
1.2. Latar Belakang ............................................................................... 2
BAB 2. KESUBURAN TANAH AREAL REKLAMASI .................................................. 5
2.1. Sifat-sifat Tanah di Lahan Reklamasi PT. ANTAM Tbk-UBPB
Kalimantan Barat ........................................................................... 7
2.2. Ketersediaan Unsur Hara di Lahan Reklamasi .............................. 13
2.3. Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi ................................ 21
BAB 3. KEANEKARGAM FLORA .....................................................................................25
3.1. Keanekaragaman Flora di Hutan Sekitar Areal Penambangan ...... 28
3.2. Keanekaragaan Flora di Areal Reklamasi ..................................... 52
BAB 4. KEANEKARAGAMAN FAUNA...........................................................................66
4.1. Keanekaragaman Fauna di Hutan Alam ........................................ 68
4.2. Keanekaragaman Fauna di Areal Reklamasi ................................. 77
4.3. Kekayaan Jenis Fauna di dalam Areal Hutan Alam dan Reklamasi 84
BAB 5. KEANEKARAGAMAN BIOTA AIR.... ...............................................................86
5.1. Keanekaragaman Plakton ............................................................ 86
5.2. Keanekaragaman Nekton ............................................................. 93
BAB 6. SERAPAN KARBON ..............................................................................................96
BAB 7. PENUTUP ..................................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 101
GLOSARI ................................................................................................................................ 104
INDEX ..................................................................................................................................... 107

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanaman Jambu Mete di Areal Reklamasi 2014 Bukit 2 ................ 6
Gambar 2.2. Sebaran Lokasi Pemantauan Status Kesuburan Tanah .................. 7
Gambar 2.3. Sebaran Nilai pH Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi .............. 11
Gambar 2.4. Sebaran C-organik Tanah di Area Reklamasi 2022 ....................... 13
Gambar 2.5. Lahan Reklamasi 2015 dengan nisbah C/N terendah .................. 16
Gambar 2.6. Ketersediaan Unsur P Tanah di Areal Reklamasi ........................... 17
Gambar 2.7. Ketersediaan Unsur K Tanah di Areal Reklamasi ........................... 20
Gambar 2.8. Sebaran Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi ................. 23
Gambar 3.1. Jumlah Spesies Flora dari Beberapa Periode Pemantauan ........ 28
Gambar 3.2. Tanaman Buat-buat Tingkat Semai di Lokasi FFa-4 ..................... 30
Gambar 3.3. Buah Tanaman Kemenyan di Hutan Alam ......................................... 30
Gambar 3.4. Tanaman Kumpang Tingkat Pancang di Hutan Alam ................... 33
Gambar 3.5. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Lokasi FFa-2 ................................ 34
Gambar 3.6. Pohon Embeng di Lokasi FFa-2 Areal Hutan Alam ........................ 38
Gambar 3.7. Pohon Embeng yang Tumbang di Lokasi FFa-1 ............................. 39
Gambar 3.8. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Areal Hutan Alam ...................... 43
Gambar 3.9. Pohon Pudu di Areal Hutan Alam ......................................................... 45
Gambar 3.10. Tanaman Medang Ayau Tingkat Semai di Lokasi FFr-2 ........... 53
Gambar 3.11. Tanaman Plaik Putih yang Ditebang di Lokasi FFr-3 ................. 55
Gambar 3.12. Hamparan Tanaman Johar Tingkat Tiang di Lokasi FFr-4 ...... 56
Gambar 3.13. Tanaman Jambu Mente pada Lokasi FFr-2 Areal Reklamasi .. 57
Gambar 3.14. Indeks Keanekaragaman Flora pada Semester I 2022 ............. 61
Gambar 4.1. Sarang Burung Empuluk di Lokasi FFa-6 .......................................... 69
Gambar 4.2. Laba-laba (a) dan Milipeda (b) di areal hutan alam ...................... 70
Gambar 4.3. Lintah pada lokasi FFa-3 ........................................................................... 73
Gambar 4.4. Ulat Tanduk di Lokasi FFa-4 .................................................................... 77
Gambar 4.5. Sarang Burung Beriak di Lokasi FFr-1 ................................................ 78
Gambar 4.6. Capung Orange di Lokasi FFr-1 Areal Reklamasi ........................... 78

iii
Gambar 4.7. Ulat Bulu di Lokasi FFr-2 ...........................................................................80
Gambar 4.8. Ulat Daun di Lokasi FFa-4 ..........................................................................83
Gambar 4.9. Indeks Kekayaan Jenis Fauna ...................................................................84
Gambar 5.1. Jenis Zooplankton Amoeba di Perairan Jety Baru ...........................87
Gambar 5.2. Schizogonium ditemukan di Muara Sungai Benganjing ................88
Gambar 5.3. Plankton Stichosiphon dan Zygnema .....................................................91
Gambar 5.4. Nilai Keanekaragaman Jenis Plankton Setiap Lokasi ...................92
Gambar 5.5. Jenis Ikan yang Ditemukan pada Lokasi Ba-4 ...................................95
Gambar 5.6. Jenis-jenis Ikan yang Ditemukan di Pelabuhan Jety Baru ...........95
Gambar 6.1. Nilai Potensi Serapan Karbon di Areal Reklamasi PT ANTAM 97

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Lokasi Pemantauan Status Kesuburan Tanah Tahun 2022 ............... 6
Tabel 2.2. Kandungan Fraksi dan Kelas Tekstur Tanah ........................................... 8
Tabel 2.3. Sifat-sifat Kimia Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi ..................... 10
Tabel 2. 4. C-organik, N-total dan C/N Rasio Tanah di Lahan Reklamasi ...... 14
Tabel 2. 5. Kandungan P-tersedia dan P-total di Areal Reklamasi.................... 16
Tabel 2. 6. Kandungan K-tertukar dan K-total di Areal Reklamasi ................... 18
Tabel 2.7. Status Kesuburan Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi ................. 22
Tabel 3.1. Jenis-jenis Flora di Areal Hutan Alam dan Reklamasi ...................... 25
Tabel 3.2. Flora Tingkat Semai di Hutan Alam Semester I Tahun 2022 ......... 29
Tabel 3.3. Flora Tingkat Tiang di Areal Hutan Alam ............................................... 35
Tabel 3.4. Flora Tingkat Pohon di Areal Hutan Alam.............................................. 37
Tabel 3.5. Indeks Keanekaragaman Flora Semai di Hutan Alam ....................... 40
Tabel 3.6. Indeks Keanekaragaman Flora Pancang di Hutan Alam .................. 41
Tabel 3.7. Indeks Keanekaragaman Flora Tiang di Areal Hutan Alam............ 44
Tabel 3.8. Indeks Keanekaragaman Pohon di Areal Hutan Alam ...................... 46
Tabel 3.9. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Hutan Alam ......................... 47
Tabel 3.10. Indeks Morisita Flora Tingkat Pancang di Hutan Alam ................. 48
Tabel 3.11. Indeks Morisita Flora Tingkat Tiang di Hutan Alam ....................... 50
Tabel 3.12. Indeks Morisita Flora Tingkat Pohon di Hutan Alam ..................... 51
Tabel 3.13. Flora Tingkat Semai di Areal Reklamasi ............................................... 52
Tabel 3.14. Flora Tingkat Pancang di Areal Reklamasi .......................................... 54
Tabel 3.15. Flora Tingkat Tiang di Areal Reklamasi................................................ 56
Tabel 3.16. Flora Tingkat Pohon di Areal Reklamasi .............................................. 58
Tabel 3.17. Indeks Keanekaragaman Flora Semai di Areal Reklamasi .......... 58
Tabel 3.18. Indeks Keanekaragaman Flora Pancang di Areal Reklamasi ...... 59
Tabel 3.19. Indeks Keanekaragaman Flora Tiang di Areal Reklamasi ............ 60
Tabel 3.20. Indeks Keanekaragaman Pohon di Areal Reklamasi ...................... 61
Tabel 3.21. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Areal Reklamasi ............. 62

v
Tabel 3.22. Indeks Morisita Flora Tingkat Pancang di Areal Reklamasi .........63
Tabel 3.23. Indeks Morisita Flora Tingkat Tiang di Areal Reklamasi..............64
Tabel 3.24. Indeks Morisita Flora Tingkat Pohon di Areal Reklamasi .............65
Tabel 4.1. Fauna yang Teramati di Areal Hutan Alam & Reklamasi ..................66
Tabel 4.2. Jumlah dan Jenis Burung yang ditemukan di Hutan Alam ...............69
Tabel 4.3. Fauna Jenis Serangga di Areal Hutan Alam .............................................71
Tabel 4.4. Fauna Jenis Mamalia di Areal Hutan Alam .............................................72
Tabel 4.5. Fauna Melata di Areal Hutan Alam ............................................................72
Tabel 4.6. Indeks Keanekaragaman Burung di Areal Hutan Alam .....................74
Tabel 4.7. Indeks Keanekaragaman Serangga di Hutan Alam .............................75
Tabel 4.8. Indeks Keanekaragaman Mamalia di Hutan Alam ...............................76
Tabel 4.9. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Hutan Alam.....................76
Tabel 4.10. Fauna Jenis Burung di Areal Reklamasi ................................................77
Tabel 4.11 Fauna Jenis Serangga di Areal Reklamasi .............................................79
Tabel 4. 12. Fauna Mamamia pada Areal Reklamasi................................................80
Tabel 4.13. Fauna Melata pada Areal Reklamasi .......................................................81
Tabel 4.14. Indeks Keanekaragaman Burung di Areal Reklamasi ....................81
Tabel 4.15. Indeks Keanekaragaman Serangga di Areal Reklamasi..................82
Tabel 4.16. Indeks Keanekaragaman Mamalia di Areal Reklamasi ..................83
Tabel 4.17. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Areal Reklamasi ........83
Tabel 5.1. Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis Plankton ...............................87
Tabel 5.2. Jenis dan Jumlah Plankton ..............................................................................89
Tabel 5.3. Hasil Analisis Plankton di Lokasi Pemantauan Semester I 2022 .93
Tabel 5.4. Jumlah Nekton pada Pemantauan Semester I Tahun 2022 .............94

vi
BAB 1
Pendahuluan

1.1. Profil PT ANTAM Tbk – UBPB Kalimantan Barat

P
T ANTAM Tbk merupakan anggota holding Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Pertambangan yang bergerak di bidang pengelolaan sumber
daya alam dengan aktivitas eksplorasi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pemasaran bahan mineral dan logam. Daerah operasi
ANTAM tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, satu di antaranya terletak di
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. PT ANTAM mengelola pertambangan
bijih bauksit di lokasi ini. Unit bisnis yang mengelola operasional
pertambangan ini adalah Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Kalimantan
Barat, atau disingkat UBPB Kalbar.
Wilayah pertambangan bauksit yang dijalankan oleh PT Antam Tbk
UBPB Kalbar mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sanggau, yaitu
Kecamatan Tayan Hilir, Toba, dan Meliau. Hal ini berdasarkan SK Gubernur
No. 15/Distamben/2015 tanggal 2 Januari 2015 tentang Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) PT ANTAM UBPB Kalbar. PT
ANTAM UBPB Kalbar beroperasi untuk memenuhi kebutuhan pabrik
pengolahan atau smelter milik Indonesia Chemical Alumina (ICA), yang masih
merupakan anak perusahaan PT ANTAM Tbk. Smelter ini dapat menyerap
850 ribu ton per tahun bauksit untuk diolah menjadi 350 ribu ton alumina.
Produk utama yang dihasilkan oleh PT ANTAM UBPB Kalbar adalah bijih
bauksit atau yang dikenal dengan wahsed bauxite (WBx). Bauksit berukuran
maksimal 10 cm dengan kadar silika di bawah 10 % dan kadar Al2O3 sebesar
47 % umumnya diekspor, sedangkan bauksit berukuran sampai 5 cm, kadar
silika di bawah 4 % dan kadar Al2O3 47 persen dipasok ke PT ICA. Proses
produksi bijih bauksit di Tayan dilakukan dengan prosedur lingkungan yang
ketat. Tidak ada lubang-lubangn bekas tambang yang ditinggalkan begitu
saja. Lubang-lubang tersebut dilakukan reklamasi.
Proses reklamasi dimulai dari perencanaan tambang yang dari awal
mempersiapkan kebutuhan reklamasi, yaitu dimulai dari pembukaan lahan,
pengumpulan top soil, penggalian Over Burden (OB), pengambilan bijih
bauksit untuk dimobilisasi ke Washing Plant (WP), pengembalian OB ke lahan
bekas tambang, penataan lahan menggunkan top soil yang telah
dikumpulkan, penanaman tanaman perintis (kacang-kacangan), serta
penanaman tanaman kehutanan. Penambahan serasah dari lantai hutan
dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah di areal reklamasi. Metode

BAB 1| Pendahuluan 1
reklamasi tanah yang dilakukan dengan prosedur tersebut untuk
menunjukkan bahwa PT ANTAM UBPB Kalbar menjalankan praktik
pertambangan yang baik dapat meminimalkan kerusakan lingkungan.
Hasil dari kegiatan reklamasi dengan teknik yang ramah lingkungan, PT
ANTAM UBPB Kalbar dianugerahi Proper Hijau oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 5 kali sejak tahun 2017 hingga
2021. Selain itu, PT ANTAM UBPB Kalbar juga berhasil memperoleh ISO
9001:2008 (Sistem manajemen mutu) dan ISO 14001:2004 (standar
internasional dalam hal manajemen lingkungan). Sertifikasi OHSAS
18001:2007 juga diperoleh PT ANTAM UBPB Kalbar sebagai wujud telah
memiliki sistem yang sistematis dan terukur untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan kerja. Satu di antara bentuk tanggungjawab dalam
melaksanakan teknik penambangan yang ramah lingkungan PT ANTAM
UBPB Kalbar melaksanakan kajian tentang status kesuburan tanah dan
keanekaragaman hayati di sekitar areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalbar.
Kajian status kesuburan tanah dan keanekaragaman dilakukan di areal
reklamasi dalam beberapa periode dan hutan alam yang ada di sekitar areal
penambangan bauksit.

1.2. Latar Belakang


Sektor pertambangan merupakan satu di antara sektor yang mampu
menyerap tenaga kerja, dan faktor pendorong devisa karena ekspor yang
nilainya sangat besar dalam kondisi pandemi COVID-19. Bersama nikel dan
tembaga, bauksit disebut krusial bagi stabilitas perekonomian di saat sektor
industri lainnya menurun pada masa pandemi COVID-19. Pemerintah
memberikan ruang relaksasi ekspor konsentrat mineral logam bauksit
hingga Juni 2023 untuk menggeliatkan industri pertambangan bauksit.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI memberikan
rekomendasi Penjualan ke Luar Negeri Mineral Logam pada Masa Pandemi.
Rekomendasi itu diberikan untuk komoditas mineral logam tertentu satu di
antaranya bauksit yang telah dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan
kadar Al2O3 ≥ 42%. PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM) telah mendapatkan
persetujuan ekspor mineral logam untuk penjualan ekspor bijih bauksit
tercuci dengan kadar Al2O3 ≥ 42% sebesar 1,89 juta wet metric ton (wmt)
untuk periode tahun 2021-2022 dan mendapatkan rekomendasi persetujuan
ekspor yang diperpanjang setiap tahunnya paling lama sampai dengan tahun
2023 (BUMNInc, 2021). Satu di antara lokasi penambangan bauksit PT
ANTAM terletak di Propinsi Kalimantan Barat.
Provinsi Kalimantan Barat diperkirakan mempunyai potensi kandungan
bauksit sebesar 1.129.154.090 ton yang tersebar di Kabupaten Bengkayang,
Sanggau, Mempawah, Landak, Ketapang, Sekadau, Kubu Raya, dan Kayong
Utara (Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012 ).
Cadangan bauksit di Kabupaten Sanggau sekarang terletak di daerah Tayan

2 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
dan termasuk dalam IUP PT ANTAM Tbk – UBPB Kalimantan Barat. Sumber
daya bauksit yang terindikasi potensial yaitu sekitar 104 juta ton kubik,
dengan grade rata-rata yaitu T- Al2O3 = 46%, T-SiO2 = 13%, R-SiO2 = 4%, Fe2O3
= 12% dan TiO2 = 0,9% (Surata dkk, 2010; Wilatikta, 2015).
Penambangan bauksit di Indonesia pada umumnya adalah sistem
tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem
penambangan ini merupakan kombinasi dari penggunaan excavator shovel
dan truk (Yani, 2005). Kegiatan pertambangan bauksit yang dilakukan oleh
perusahaan tambang memiliki dampak positif maupun negatif. Termasuk
dampak positif dari kegiatan pertambangan tersebut antara lain menambah
devisa negara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan
pekerjaan, dan lain-lain. Sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan
dari kegiatan pertambangan bauksit adalah kerusakan lingkungan, terutama
lahan yang fungsinya sudah menurun dibandingkan sebelum dilakukan
kegiatan pertambangan. Dampak kegiatan pertambangan tersebut adalah
terbukanya tanah pucuk, menghilangkan beberapa bagian vegetasi,
hilangnya bahan organik tanah dan mikrobia, meningkatnya laju erosi,
kerusakan habitat dan satwa liar, rusaknya wilayah penangkap air serta
terganggunya tingkat stabilitas lahan (Firdaus dkk., 2014 ).
Kerusakan lingkungan akibat penambangan bauksit dapat dimitigasi
dengan tindakan-tindakan yang tepat dengan menerapkan sistem standar
pengelolaan lingkungan yang berlaku secara universal. Pengelolaan
lingkungan pada kawasan lahan tambang di Indonesia diatur dalam Undang-
undang no. 40 tahun 2007 mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh
karena itu setiap langkah operasional di lapangan senantiasa dilaksanakan
dengan memperhatikan butir-butir seperti tercantum dalam dokumen
AMDAL, RKL dan RPL yang merupakan prasyarat sekaligus parameter yang
disepakati bersama sebelum kegiatan operasional. Penambangan bauksit
berkelanjutan harus memiliki tata kelola yang baik dan memenuhi aspek: 1)
mendokumentasikan nilai, kebijakan dan prosedur terkait proses yang
dilakukan, termasuk pengambilan keputusan; 2) mengikuti peraturan
pemerintah; dan 3) mempublikasikan kinerja mereka, termasuk rincian
mengenai ketidaktaatan yang pernah dilakukan dan sangsi. Kegiatan
pertambangan bauksit yang dilakukan oleh perusahaan tambang memiliki
dampak positif maupun negatif. Termasuk dampak positif dari kegiatan
pertambangan tersebut antara lain menambah devisa negara, sumber
pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan pekerjaan, dan lain-lain.
Sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan
pertambangan bauksit adalah kerusakan lingkungan, terutama lahan yang
fungsinya sudah menurun dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan
pertambangan (Sembiring, 2008).
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan perusahan
tambang menjalankan sistem terakreditasi ISO 14001:2004 yang mencakup
sistem manajemen lingkungan, audit lingkungan, evaluasi kinerja lingkungan

BAB 1| Pendahuluan 3
dan kajian daur hidup pokok. Pemantauan dilaksanakan secara
berkelanjutan dan menyeluruh yang mencakup lingkungan fisik (terutama
sistem tata air) dan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya (flora
dan fauna) untuk mengurangi dampak kegiatan pertambangan bagi
lingkungan dan masyarakat. Setiap program pelaksanaan pengelolaan
lingkungan yang dijalankan kemudian dipantau dan dievaluasi dengan
menggunakan parameter yang telah mempertimbangkan penilaian terhadap
dampak utama yang muncul akibat kegiatan penambangan. Evaluasi
terhadap indikator sasaran lingkungan tersebut kemudian dilaporkan secara
rutin.
Satu di antara prinsip dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dalam pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang seperti yang
tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM nomor 07 tahun 2014 pasal 2 ayat
2 adalah perlindungan dan pemulihan keragaman hayati. Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan merupakan
dua rencana yang saling melengkapi. Hasil pemantuan lingkungan ini akan
menjadi umpan balik bagi rencana pengelolaan lingkungan dengan demikian
akan diperoleh hasil yang maksimal. Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan seperti komponen yang ada dalam lingkungan hidup
dengan memantau perubahan-perubahan yang terjadi berikut dengan
dampak-dampak yang ada. Aspek yang perlu diperhatikan adalah jenis data,
lokasi pemantauan lingkungan, metode yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data, metode yang tepat untuk menganalisis data yang ada
dan frekuensi serta lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan
pemantauan tersebut.
Pelaporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)
dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) dilakukan sesuai dengan
Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKL) pada AMDAL atau
Surat Rekomendasi UKL-UPL pada UKL-UPL. Apabila dalam surat tersebut
tidak tercantum ketetapan frekuensi pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL,
maka pelaporan dilakukan setiap satu semester sekali. Berdasarkan
ketentuan ini PT ANTAM secara rutin melakukan pemantauan flora dan fauna
dengan tujuan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang mungkin
terjadi dan sekaligus sebagai upaya dalam mitigasi resiko lingkungan,
khususnya terhadap kehilangan keanekaragaman/biodiversitas flora dan
fauna yang hidup di sekitar area pertambangan.

4 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
BAB 2
Kesuburan Tanah Areal Reklamasi

T
anah merupakan satu di antara sumber daya alam yang berperan
penting dalam menopang kehidupan. Peran penting tanah dapat
diketahui dari berbagai fungsinya dalam menyediakan bahan makanan,
air bersih, tempat daur ulang sampah dan sebagai media tumbuhnya
tanaman. Tanah sebagai media tumbuhnya tanaman menunjukkan arti
bahwa tanah dapat menyediakan beberapa kebutuhan tanaman, yaitu unsur
hara, air, udara dan tempat tumpuhan tanaman. Keberadaan unsur hara, air
dan udara akan mengalami ketidakseimbangan ketika kondisi tanah
mengalami perubahan akibat berbagai aktivitas manusia.
Aktivitas manusia yang banyak mempengaruhi kondisi tanah adalah
sektor pertambangan, khususnya penambangan bauksit. Bauksit pada
umumnya ditambang dengan sistem terbuka (open pit ) yaitu mengambil
tanah lapisan bagian atas sampai ke dalam tanah yang masih mengandung
bauksit. Proses penambangan bauksit diawali dengan pembersihan semua
vegetasi, pengambilan lapisan atas tanah setebal 10-15 cm dan penghilangan
lapisan penutup (overbaurden) setebal ± 40 cm (Harahap dkk., 2020 ). Tahap
akhir dalam proses penambangan adalah kegiatan reklamasi yang
dimaksudkan untuk mengembalikan kesuburan tanah sehingga dapat
menyediakan unsur hara dan air yang cukup dan berimbang bagi
pertumbuhan tanaman revegetasi.
Reklamasi lahan pasca penambangan bauksit telah dilakukan oleh PT.
ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat dengan mengelolah tanah dengan
mengembalikan lapisan atas tanah (top soil), dan pengaturan tata lahan (re-
land scaping) melalui kegiatan: pembentukan kontur (counturing) dan
penataan level bentang lahan (land leveling), mulsa dan tata air. Kegiatan
reklamasi tersebut untuk mencegah erosi dan memperbaiki beberapa sifat
tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Tahap selanjutnya
setelah kegiatan reklamasi selesai adalah menanam lahan tersebut dengan
tanaman yang mampu tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi tanah yang
baru diperbaiki, jenis tanaman yang dipilih adalah tanaman lokal atau
tanaman perintis yang sifatnya growing fast dan mampu bertahan hidup
dengan kondisi tanah pasca penambangan, seperti Jambu Mete, Karet,
Sengon, Johar, Jambu Hutan dan lain-lainnya. Gambar 2.1 menunjukkan
kondisi areal reklamasi tahun 2014 di Bukit 2.

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 5


Gambar 2.1. Tanaman Jambu Mete di Areal Reklamasi 2014 di Bukit 2
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Kegiatan reklamasi lahan sebagai upaya perbaikan kondisi kesuburan


tanah memerlukan proses pemulihan sifat-sifat tanah yang terganggu akibat
penambangan. Pemulihan beberapa sifat tanah di areal reklamasi sejak
tahun 2018 di area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat telah
dilakukan pemantauan dalam rangka mengetahui perkembangan perbaikan
sifat-sifat tanah setelah proses reklamasi. Beberapa sifat tanah yang diamati
merupakan sifat tanah yang terkait erat dengan pertumbuhan tanaman.
Tabel 2.1. Lokasi Pemantauan Status Kesuburan Tanah Tahun 2022

No. Kode Loukasi Koordinat Periode reklamasi


1 B2-R2014 Bukit 2 110.14503, -0.06934 2014
2 B2-R2015 Bukit 2 110.14473, -0.06997 2015
3 B2-R2016 Bukit 2 110.14551, -0.06993 2016
4 B7-R2014 Bukit 7 110.14918, -0.08788 2014
5 B7-R2017 Bukit 7 110.15660, -0,06404 2017
6 B7-R2020 Bukit 7 110.15301, -0,05606 2020
7 B7a-R2018 Bukit 7a 110.16025, -0.05721 2018
8 B7b-R2016 Bukit 7b 110.14918, -0.08788 2016
9 B7b-R2019 Bukit 7b 110.15448, -0,05677 2019
10 B15-R2015 Bukit 15 110.14918, -0.08788 2015
11 B19-R2013 Bukit 19 110.13355, -0.08439 2013
12 B19-R2017 Bukit 19 110.13344, -0.08567 2017
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

6 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Pemantauan status kesuburan tanah di tahun 2022 pada lahan-lahan
reklamasi PT. ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat sebanyak 12 lokasi yang
tersebar di Bukit 2, 7, 15, 16 dan 19 pada beberapa periode penanaman dari
tahun 2013 sampai 2020 (Tabel 2.1.). Sebaran lokasinya dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Data tingkat kesuburan tanah dapat menggambarkan kondisi
aktual tanah yang tercermin dalam nilai-nilai kandungan unsur hara dan
sifat-sifat tanah, misalnya kandungan unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P),
Kalium (K), Aluminium (Al), dan Besi (Fe). Beberapa sifat tanah yang diamati
meliputi tingkat kemasaman tanah (pH), Kapasitas tukar/pertukaran kation
(KTK/KPK), dan Kejenuhan Basa (KB). Kombinasi dari beberapa sifat tanah
dan kandungan unsur hara di dalam tanah akan digunakan untuk
menentukan status kesuburan tanah di areal reklamasi. Berdasarkan status
kesuburan tanahnya dapat diketahui masalah utama dari tanah tersebut.

Gambar 2.2. Sebaran Lokasi Pemantauan Status Kesuburan Tanah


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

2.1. Sifat-sifat Tanah di Lahan Reklamasi PT. ANTAM


Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tanah secara fisik terdiri dari fraksi pasir, debu dan klei. Perbandingan
relatif dari ketiga fraksi tersebut di sebut Tekstur Tanah. Tabel 2.1
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan fraksi pasir pada pemantauan
tingkat kesuburan tanah dibandingkan hasil pemantauan tingkat kesuburan
tanah pada tahun sebelumnya, yaitu pada lokasi B2-R2015, B7-R2014, B7-
R2020 dan B7b-R2019. Kandungan fraksi debu (31,67 – 66,76) pada

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 7


pemantauan tahun ini tidak menunjukkan perbedaan yang besar dengan
kandungan fraksi debu pada pemantauan tahun 2020 dan 2021 masing-
masing berkisar antara 57,63 - 69,2% dan 29,97 – 68,50%. Data kandungan
fraksi liat/lempung pada pemantauan tahun 2022 berkisar antara 21,41–
24,20%, lebih rendah dari pada kisaran kandungan liat pada pemantauan
tahun 2020 dan 2021 yang berkisar antara 13,81 – 35,41% dan 10,19 –
24,46%. Perbandingan data fraksi tanah ini menunjukkan adanya
peningkatan persentase kandungan fraksi pasir dari pemantauan tingkat
kesuburan tanah tahun 2020. Adanya peningkatan kandungan fraksi pasir
pada beberapa lokasi telah merubah kelas tekstur tanah di empat lokasi
menjadi lempung berdebu, liat berdebu, lempung liat berdebu.

Tabel 2.2. Kandungan Fraksi dan Kelas Tekstur Tanah

Pasir Debu Liat


No. Kode Sampel Kelas Teksur
(%)
1. B2-R2014 41,48 36,58 21,94 Lempung Berdebu
2. B2-R2015 40,35 37,72 21,93 Lempung Berdebu
3. B2-R2016 40,79 36,48 22,73 Lempung Berdebu
4. B7-R2014 33,02 44,10 22,88 Liat Berdebu
5. B7-R2017 15,12 62,77 22,11 Lempung Liat Berdebu
6. B7-R2020 17,67 59,91 22,42 Lempung Liat Berdebu
7. B7a-R2018 18,23 59,12 22,65 Liat Berdebu
8. B7b-R2016 9,04 66,76 24,20 Lempung Liat Berdebu
9. B7b-R2019 23,70 54,89 21,41 Liat Berdebu
10. B15-R2015 45,92 31,67 22,42 Lempung Berdebu
11. B19-R2013 39,77 38,77 21,46 Lempung Berdebu
12. B19-R2017 36,27 41,35 22,39 Lempung Berdebu
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Perubahan kandungan fraksi pasir, debu dan liat pada hasil pemantauan
tahun 2022 mengubah kelas tekstur seperti yang tercantum dalam Tabel 2.2.
Kelas tekstur yang paling dominan dari 12 titik lokasi pemantauan adalah
lempung berdebu sebanyak 6 lokasi, sedangkan tiga lokasi lainnya berkelas
tekstur lempung liat berdebu dan dua lokasi bertekstur liat berdebu. Kelas
tekstur tanah pada pemantauan tahun 2022 sedikit berbeda dengan kelas
tekstur pada pemantauan tingkat kesuburan tanah pada tahun 2021 yang
mempunyai dua kelas tekstur, namun sama dengan hasil pemantauan tingkat
kesuburan tanah pada tahun 2018 yang mempunyai tiga kelas tekstur yaitu
lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir. Perbedaan ini

8 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
terutama disebabkan oleh adanya penurunan persentase fraksi pasir pada
beberapa lokasi pemantauan tingkat kesuburan tanah pada tahun 2022.
Nilai perbandingan data hasil pemantauan tahun 2022 dan 2021 terjadi
peningkatan fraksi pasir rata-rata sebesar 78,39%, sedangkan peningkatan
kandungan debu sebesar 35,91% dan penurunan fraksi liat sebesar 40,58%.
Tabel 2.2. menunjukkan kandungan fraksi pasir paling banyak terdapat pada
lokasi yang sama dengan tahun sebelumnya B15-R2015 (Lahan reklamasi
tahun 2015 di Bukit 15) yaitu sebesar 45,92%. Peningkatan kandungan fraksi
pasir pada tahun ini dari tahun sebelumnya akan menyebabkan perubahan
beberapa sifat tanah. Satu di antara sifat fisika tanah yang berubah akibat
peningkatan fraksi pasir adalah porositas tanah, terutama kenaikan jumlah
pori-pori yang berukuran besar atau pori-pori makro. Peningkatan porositas
akan menyebabkan tanah menjadi sulit menahan air sehingga kurang mampu
membantu ketersediaan air untuk tanaman. Akibat selanjutnya akan
mempengaruhi kandungan unsur hara, ketika air bergerak ke lapisan bagian
bawah tanah, maka air tersebut akan mempercepat pencucian unsur hara
sehingga kandungan hara dan klei di lapisan bagian atas tanah tidak
mencukupi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara dan air bagi tanaman.
Perubahan komposisi fraksi tanah juga akan mempengaruhi sifat fisika
lain seperti bobot isi (BI) atau berat volume, peningkatan kandungan fraksi
pasir akan meningkatkan nilai bobot isi. Hasil analisis bobot isi di
Laboratorium menunjukkan bobot isi sampel tanah berkisar antara 0,70 –
0,91. Tanah yang mempunyai nilai BI mendekati satu, maka tanah tersebut
tergolong padat. Sehingga perlu diolah atau ditambahkan bahan organik
untuk mengurangi kepadatan tanahnya. Peningkatan persentase fraksi pasir
khususnya pada lokasi B15-R2015 akan menyebabkan tanah semakin porous
dan pelindihan unsur hara menjadi lebih besar oleh karena adanya fraksi
pasir yang cukup banyak akan meningkatkan porositas tanah dan
menurunkan retensi unsur hara sehingga mudah terlindi/tercuci, terutama
unsur-unsur hara yang bersifat basis seperti K, Ca, Mg dan Na. Pencucian
unsur-unsur tersebut akan merubah keseimbangan unsur hara di dalam
tanah. Akibat menurunnya kandungan unsur hara yang bersifat basis
tersebut, maka unsur hara yang berukuran besar dan berat, serta penyebab
kemasaman tanah menjadi lebih dominan seperti Al dan Fe. Kedua unsur
tersebut merupakan unsur penyebab utama kemasaman tanah sehingga akan
mempengaruhi pH tanah.
Hasil analisis pH tanah (Tabel 2.3.) pada pemantauan tingkat kesuburan
tanah tahun 2022 berkisar antara 4,51 – 4,92 dengan harkat masam. Harkat
pH tanah pada semester ini berubah dari hasil pemantauan tingkat
kesuburan tanah pada tahun 2020 dan 2021 yang juga menunjukkan harkat
pH di areal reklamasi sangat masam sampai masam dengan nilai pH 4,19 –
4,88 dan 4,08 – 4,64. Hal ini menunjukan lokasi reklamasi pada tahun ini
mengalami peningkatan nilai pH tanah. Nilai pH paling rendah terdapat pada
lokasi lahan reklamasi tahun 2015 di Bukit 2 (B2-R2015), sedangkan yang

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 9


paling tinggi pada lokasi lahan reklamasi tahun 2015 di Bukit 15 (B15-
R2015). Ini berbeda dengan hasil pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun
2021 yang menunjukkan pH tanah terendah terdapat pada lokasi lahan
reklamasi tahun 2015 di Bukit 7 (B7-R2014), sedangkan yang paling tinggi
pada lokasi lahan reklamasi tahun 2013 di Bukit 19 (B19-R2013), masing-
masing sebesar 4,19 dan 4,88.
Tabel 2.3. Sifat-sifat Kimia Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi

KPK KB
No. Kode Sampel Nilai pH Harkat Harkat (%) Harkat
cmol(+)kg-1
1. B2-R2014 4,73 M 4,24 SR 33,73 R
2. B2-R2015 4,51 M 7,30 R 17,81 SR
3. B2-R2016 4,83 M 7,19 R 21,70 R
4. B7-R2014 4,77 M 10,26 R 16,57 SR
5. B7-R2017 4,74 M 6,24 R 28,04 R
6. B7-R2020 4,60 M 14,46 R 10,51 SR
7. B7a-R2018 4,75 M 5,48 R 29,93 R
8. B7b-R2016 4,75 M 10,21 R 18,61 SR
9. B7b-R2019 4,91 M 12,90 R 15,27 SR
10. B15-R2015 4,92 M 9,21 R 25,30 R
11. B19-R2013 4,66 M 10,42 R 13,63 SR
12. B19-R2017 4,79 M 4,35 SR 40,92 S
Keterangan: M = masam, , R = rendah, SR = sangat rendah, S = sedang, KPK = kapasitas
pertukaran kation, KB = kejenuhan basa
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Sebaran nilai pH tanah tidak selalu tergantung pada lokasinya (Gambar


2. 3.), namun dalam suatu area misalnya Bukit 19 maka terlihat nilai pH tanah
pada dua lokasi yang dipantau menunjukkan harkat masam pada lokasi B19-
R2013 sebesar 4,66 dan tergolong masam dengan nilai pH tanah lebih rendah
sebesar 4,15. Begitu juga dengan lahan Reklamasi tahun 2014, 2015 dan 2016
di Bukit 2 memiliki nilai pH yang berbeda-beda. Nilai pH tanah yang rendah
atau bereaksi masam maka beberapa unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman menjadi kurang tersedia. Satu diantara unsur hara yang
ketersediaan rendah jika tanah bersifat masam adalah fosfor. Unsur ini
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion fosfat (H2PO41- dan HPO42- dan PO43),
dan ion-ion fosfat ini akan terikat oleh Al dan Fe membentuk Aluminium
fosfat dan Besi fosfat yang tidak bisa diserap oleh akar tanaman. Unsur Al dan
Fe yang banyak larut pada tanah masam akan mudah mengikat P, sehingga
penambahan pupuk P kurang bermanfaat bagi tanaman dan efisiensi

10 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
pemupukan P menjadi rendah. Selain itu unsur hara mikro seperti Cu, Zn, Mn
dan B juga menurun kandungannya pada tanah yang masam.

Gambar 2.3. Sebaran Nilai pH Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Keberadaan unsur hara di dalam tanah di samping dipengaruhi oleh pH


tanah, juga tergantung pada kapasitas pertukaran/tukar kation tanah
(KPK/KTK). Kapasitas pertukaran kation merupakan jumlah total muatan
negatif tanah yang akan menentukan daya ikat tanah terhadap unsur hara,
khususnya unsur hara yang bermuatan positif. Nilai KPK tanah pada
pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 berkisar antara 4,24 –
14,46 cmol(+)kg-1 dengan harkat sangat rendah – rendah (Tabel 2. 3.). Nilai
KPK hasil pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun ini lebih rendah dari
pada hasil pemantuan tahun 2020 dan 2018 yang berharkat sangat rendah –
tinggi. Penurunan nilai KPK pada kegiatan pemantauan tingkat kesuburan
tanah tahun ini disebabkan oleh karena adanya peningkatan kandungan
fraksi pasir. Obalum dkk. (2013) menyatakan bahwa penuruan nilai KPK
tanah satu di antaranya disebabkan oleh adanya peningkatan kandung fraksi
pasir di dalam tanah. Hal ini disebabkan karena fraksi pasir mempunyai
luas permukaan spesifik yang kecil (< 29 cm2/g) sehingga hanya sedikit
jumlah muatan negatifnya.
Kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara berkisar sangat rendah
- rendah pada semua lokasi pemantauan tingkat kesuburan tanah pada tahun
2022 dengan nilai KPK sebesar antara 4,24 - 14,46 cmol(+)kg-1. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai KPK tanah di sebagian besar lahan reklamai rendah,
Ada dua lokasi yang berharkat sangat rendah (Tabel 2.3.). Penyebab nilai KPK

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 11


tanah yang sangat rendah – rendah di lahan-lahan reklamasi PT. ANTAM Tbk-
UBPB Kalimantan Barat diantaranya adalah kandungan fraksi pasir yang
meningkat pada pemantauan tingkat kesuburan tanah semester ini (Tabel
2.2.). Di samping itu juga disebabkan karena kandungan bahan organik yang
rendah (Tabel 2.4.), kecuali pada lokasi B7b-R2019 dan B7-R2020 yang
berharkat sedang. Kandungan bahan organik tanah pada beberapa lokasi
bahkan sangat rendah, seperti lokasi B2-R2014 dan B7-R2017. Bahan
organik merupakan koloid organik tanah yang bertanggungjawab terhadap
jumlah muatan negatif tanah yang diukur dalam parameter KPK. Koloidal
organik ini melalui muatan negatifnya dapat meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah 30 kali lebih besar ketimbang koloidal anorganik (liat dan
mineral oksida berdiameter <1μm); 30-90% KPK tanah mineral
merupakan sumbangan koloidal organik ini (Brady & Foth, 1984). Nilai
KPK yang rendah akan menyebabkan penyediaan unsur hara bagi tanaman,
khususnya unsur hara yang berupa kation, seperti N (NH4+), K, Ca dan Mg
akan terganggu. Kation-kation tersebut akan mudah terlindi karena kurang
kuat terikat akibat nilai KPK yang rendah.
Sifat tanah lainnya yang dipengaruhi secara langsung oleh KPK dan pH
tanah adalah kejenuhan basa (KB). Kejenuhan basa merupakan sifat tanah
yang mencerminkan persentase dari semua muatan negatif di permukaan
partikel tanah yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium,
kalsium, magnesium, dan natrium. Nilai KB berhubungan erat dengan pH dan
tingkat kesuburan tanah. Kemasaman tanah akan menurun dan kesuburan
akan meningkat dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation bagi
tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa
tanah berkisar 50%-80% tergolong mempunyai kesuburan sedang dan
dikatakan tidak subur jika kurang dari 50% (Tan, 1991). Nilai KB tanah pada
kegiatan pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 tergolong sangat
rendah sampai sedang dengan nilai berkisar antara 10,51 - 40,92%. Bila
dibandingkan dengan kisaran nilai KB pada pemantauan tahun sebelumnya
mengalami peningkatan yaitu berharkat sangat rendah sampai sedang
dengan nilai berkisar antara 6,05 - 22,88%. Lokasi yang mempunyai nilai KB
paling tinggi adalah lahan reklamasi tahun 2013 di Bukit 19 (B19-R2017). Hal
ini disebabkan tanah pada lokasi tersebut mempunyai nilai KPK yang sangat
rendah (4,35 cmol(+)kg-1).
Nilai KB yang rendah menunjukkan bahwa jumlah kation-kation basa
yang pada umumnya merupakan unsur hara makro tanaman lebih kecil
dibandingkan kation-kation masam seperti Al dan Fe. Kedua unsur tersebut
merupakan unsur mikro yang akan menyebabkan tanaman mengalami
keracunan. Selain itu, keadaan ini menunjukkan bahwa kebanyakan
permukaan koloid (kompleks pertukaran) tanah tersebut didominasi oleh
kation masam terutama Al, sehingga menyebabkan kejenuhan Al tergolong
sangat tinggi. Yulius dkk. (1985) menyatakan bahwa kejenuhan basa
menggambarkan proporsi nisbi basa dapat dipertukarkan pada koloid tanah.
Tanah di daerah yang telah mengalami pelapukan lanjut, sebagian besar dari
12 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
komplek pertukaran pada permukaan koloid ditempati oleh kation Al.
Selanjutnya dinyatakan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa persen KB
merupakan perbandingan antara jumlah miliekuivalen kation basa dengan
miliekuivalen KPK, bila KB tanah tergolong rendah, maka Al merupakan
kation yang dominan terjerap pada permukaan koloid.

2.2. Ketersediaan Unsur Hara di Lahan Reklamasi


Unsur hara dibutuhkan selama masa pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tanaman akan membutuhkan sejumlah unsur hara esensial.
Berdasarkan kebutuhannya, unsur hara yang diperlukan tanaman dalam
jumlah besar disebut unsur hara makro yang meliputi: N, P, K, Ca, Mg, dan
S; sementara unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit
disebut unsur hara mikro seperti: Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl. Selain
itu tanaman juga membutuhkan unsur hara C, O dan H dalam jumlah yang
sangat banyak sehingga disebut sebagai unsur pembangun. Unsur karbon
selain sebagai unsur hara yang dibutuhan untuk pembangun tubuh tanaman,
perannya di dalam tanah juga sebagai bahan organik yang bertanggungjawab
dalam berbagai reaksi tanah. Sebaran unsur karbon di lahan reklamasi PT
ANTAM dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Sebaran C-organik Tanah di Lahan Reklamasi Tahun 2022


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Satu di antara peran bahan organik adalah mengurangi reaktivitas unsur


Al dan Fe di dalam tanah ada bahan organik melalui proses pengkhelatan.
Tapi proses ini tidak berjalan dengan cepat karena kandungan bahan organik
tanah di lahan-lahan reklamasi PT. ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
tergolong sangat rendah sampai rendah, kecuali pada lokasi B7-R2020 dan
B7b-R2019 yang tergolong sedang. Kandungan bahan organik tanah dapat

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 13


diketahui dari nilai C-organik tanah yang berkisar antara 0,37 – 2,74% (Tabel
2.4.). Kandungan C-organik yang paling rendah di lokasi B2-R2014 yaitu
sebesar 0,37%.
Sebaran nilai C-organik tanah pada pemantauan kesuburan tanah tahun
2022 menunjukkan bahwa kandungan unsur karbon tidak tergantung pada
lama masa reklamasi (Tabel 2.4.). Namun lebih pada jenis vegetasi, misalnya
kandungan C-organik pada areal reklamasi 2019 dan 2020 di Bukit 7
berharkat sedang, sedangkan pada lokasi lainnya lahan reklamasi berharkat
sangat rendah sampai rendah. Lahan reklamasi yang mempunyai kandungan
bahan organik paling kecil terdapat di lokasi B2-R2014. Menurut Munawar
(2013) bahwa bahan organik tanah adalah seluruh karbon di dalam tanah
yang berasal dari sisa tanaman/tumbuhan dan hewan yang telah mati.
Sebagian besar sumber bahan organik tanah adalah jaringan
tanaman/tumbuhan. Berbeda sumber dan jumlah bahan organik tersebut
akan berbeda pula pengaruhnya terhadap bahan organik yang disumbangkan
ke dalam tanah.
Tabel 2.4. C-organik, N-total dan C/N Rasio Tanah di Lahan Reklamasi

C-organik N-total C/N


No. Kode Sampel Harkat Harkat rasio Harkat
(%) (%)
1. B2-R2014 0,37 SR 0,05 SR 7.40 R
2. B2-R2015 1,14 R 0,16 R 7.13 R
3. B2-R2016 1,13 R 0,16 R 7.06 R
4. B7-R2014 1,76 R 0,25 S 7.04 R
5. B7-R2017 0,62 SR 0,09 SR 6.89 R
6. B7-R2020 2,74 S 0,39 S 7.03 R
7. B7a-R2018 0,75 SR 0,11 R 6.82 R
8. B7b-R2016 1,60 R 0,23 S 6.96 R
9. B7b-R2019 2,02 S 0,29 S 6.97 R
10. B15-R2015 1,44 R 0,21 S 6.86 R
11. B19-R2013 1,63 R 0,23 S 7.09 R
12. B19-R2017 0,38 SR 0,05 SR 7.60 R
Keterangan: R = rendah, SR = sangat rendah, S = sedang.
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Kandungan C-organik di areal reklamasi pada pemantauan tingkat


kesuburan tanah tahun 2022 rerata sebesar 1,30% lebih kecil daripada
kandungan C-organik pada pemantuan tahun 2020 dan 2021, masing-masing
reratanya sebesar 1,31% dan 1,67%. Hal ini disebabkan karena adanya
penurunan jumlah tanaman yang ada di areal reklamasi. Hal ini didukung
14 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
data pada pemantauan flora semester I tahun 2022 yang menunjukkan
bahwa jumlah flora tingkat pohon di areal reklamasi pada semester I Tahun
2022 lebih sedikit daripada yang ditemukan pada pemantauan semester
sebelumnya (semester II tahun 2021). Jumlah tanaman yang semakin sedikit
maka akan menyebabkan kandungan C-organiknya menjadi lebih rendah
karena sumber utama C-organik tanah berasal dari seresah tanaman berubah
dedaunan yang jatuh di atas tanah.

Bahan organik tanah merupakan sumber utama dari N yang ada di


dalam tanah. Jika kandungan bahan organik rendah maka kandungan N-total
tanah di rendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.4. yang menunjukkan
lokasi-lokasi yang mempunyai harkat C-organik sangat rendah akan
menpunyai kandungan N-total tanah yang sangat rendah pula seperti pada
lokasi B2-R2014, B7-R2017 dan B19-R2017. Sebaliknya lokasi yang
mempunyai kandungan N-total sedang memiliki nilai C-organiknya juga
tergolong sedang, seperti pada lokasi B7-R2020 dan B7b-R2019. Kandungan
N-total yang rendah selaras atau mengikuti nilai C-organiknya oleh karena
sebagian besar N-total di dalam tanah adalah N organik yang bersumber dari
bahan organik, semakin sedikit bahan organik maka akan semakin kecil
kandungan unsur hara nitrogennya. Saidy (2018) menjelaskan bahan organik
tanah merupakan sumber unsur hara nitrogen, fosfor dan sulfur.

Komponen atau bagian bahan organik tanah yang dianggap penting


dalam penyediaan unsur hara makro ini adalah bahan organik partikulat
(particulate organic matter). Unsur nitrogen sebanyak 95%, fosfor, dan
sulfur-organik sekitar 20-75% dihasilkan dari proses mineralisasi bahan
organik tanah dan akan dirubah menjadi bentuk yang dapat diserap oleh
tanaman. Sebagian dari unsur hara dari proses perombakan bahan organik
digunakan untuk pembentuk biomassa yang baru, sebagian mengalami
immobilisasi dan sebagian dimineralisasi dan dilepaskan ke dalam bentuk
anorganik/mineral yang merupakan bentuk hara yang tersedia bagi
tanaman. Nilai C/N rasio yang rendah menunjukkan bahwa bahan
organiknya sudah mengalami pelapukan/dekomposisi yang lanjut
membentuk fraksi bahan organik yang stabil dengan kandungan N yang
rendah, sehingga kecil kemungkinan bahan organik dapat menyuplai unsur
hara N dengan cukup. Lokasi yang mempunyai nilai C/N rasio paling kecil
terdapat pada lokasi B15-R2015 (Gambar 2.5.).
Unsur hara kedua yang paling banyak dibutuhkan tanaman adalah
fosfor (P). Unsur hara ini merupakan unsur hara kunci kehidupan tanaman
oleh karena berperan penting dalam beberapa proses metabolisme penting
yaitu berperan dalam transfer energi dalam sel, dan merupakan komponen
dalam struktur DNA. Unsur P diserap tanaman dalam bentuk anion sehingga
ketersediaannya di dalam tanah relatif rendah oleh karena diikat lemah oleh
koloid tanah.

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 15


Gambar 2.5. Lahan Reklamasi 2015 dengan nisbah C/N terendah
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Tabel 2.5. Kandungan P-tersedia dan P-total di Areal Reklamasi

No. Kode Sampel P-tersedia (ppm) Harkat P-total (mg/100g) Harkat


1. B2-R2014 6,83 SR 2,82 SR
2. B2-R2015 4,82 SR 5,64 SR
3. B2-R2016 8,74 SR 6,63 SR
4. B7-R2014 11,59 R 13,69 R
5. B7-R2017 4,45 SR 24,88 SR
6. B7-R2020 14,36 R 19,46 R
7. B7a-R2018 3,32 SR 13,11 R
8. B7b-R2016 14,97 R 22,02 SR
9. B7b-R2019 13,99 R 18,79 R
10. B15-R2015 12,93 R 9,63 SR
11. B19-R2013 14,14 R 10,70 R
12. B19-R2017 2,35 SR 7,90 SR
Keterangan: R = rendah, SR = sangat rendah.
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Tabel 2.5 menunjukkan bahwa kandungan P tersedia, yaitu unsur hara


fosfor yang dapat diserap oleh akar tanaman pada lahan-lahan reklamasi PT.
ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat masuk dalam harkat/kriteria sangat
rendah – rendah dengan kisaran 2,35 – 14,97 ppm (part per million/bagian
seper sejuta). Lokasi yang mempunyai kandungan P tersedia yang paling
kecil adalah areal reklamasi di Bukit 19 dengan kode B19-R2017, sedangkan

16 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
yang tertinggi pada area reklamasi di Bukit 19 dengan kode B7b-R2016.
Kandungan P tersedia di lahan reklamasi dengan kode B7b-R2016 paling
tinggi di antara lokasi lainnya karena diduga pelindihan unsur P lebih rendah
dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini disebabkan lokasi ini cukup datar
pelindihan unsur hara P lebih sedikit dengan cara mengurangi intensitas run
off air ke arah horisontal tanah. Di samping itu lokasinya yang paling rendah,
dimungkinkan adanya tambah unsur P dari sekitarnya yang mengendap di
lokasi ini.
Hasil analisis laboratorium sampel tanah di lahan reklamasi
menunjukkan P-tersedia pada pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun
ini lebih rendah dibandingkan dengan P-tersedia pada tahun 2021. Demikian
juga untuk parameter P-totalnya yang menurun dibandingkan hasil
pemantauan tahun lalu. Fosfor total pada tahun ini berkisar antara 2,82 –
24,88 yang berharkat sangat rendah – rendah. Fosfor total pada pemantauan
tahun 2021 berkisar antara 7,22 – 37,11 mg/100 g, sedangkan hasil
pemantauan tahun 2020 hanya berkisar antara 9,14 - 52,02 mg/100 g.

Gambar 2.6. Ketersediaan Unsur P Tanah di Areal Reklamasi


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Jumlah total unsur P tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan


pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun sebelumnya diduga oleh karena
banyak unsur hara P yang terlindi oleh air hujan. Unsur P di dalam tanah
berbentuk anion (ion bermuatan negatif) seperti H2PO4, HPO42- dan PO43-,
muatannya sama dengan muatan tanah sehingga ion fosfat tersebut tidak
terikat oleh partikel tanah dan bila ada curah hujan yang tinggi maka unsur P
akan mudah hilang dari tanah.
Persentase ketersediaan unsur P (persentase unsur hara P yang tersedia
dari P total yang ada di dalam tanah) pada pemantuan tingkat kesuburan
tanah tahun 2022 dapat dilihat pada Gambar 6. Lokasi reklamasi yang paling
tinggi persentase ketersediaan P adalah lahan reklamasi tahun 2017 yang
berada di Bukit 19 yaitu sebesar 57,99%, ini menunjukkan bahwa dari jumlah
total P yang ada di dalam tanah pada lahan reklamasi tersebut separohnya
dalam bentuk yang mudah diserap oleh tanaman.

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 17


Lokasi B7-R2020 mempunyai persentase ketersediaan P yang paling
rendah yaitu sebesar 2,26%, hal ini berarti sebagian besar unsur hara P yang
ada di dalam tanah tidak atau belum dapat diserap oleh akar tanaman dan
masih dalam bentuk yang terikat pada beberapa mineral dan batuan.
Akibatnya tanah pada lahan tersebut perlu dilakukan beberapa tindakan
misalnya pengapuran dan penambahan bahan organik atau pupuk hayati
(mikroorganisme pelarut fosfat) sehingga ketersediaannya menjadi
meningkat. Upaya ini untuk mengatasi kekurangan tanaman di areal
reklamasi terhadap unsur P.
Pertumbuhan tanaman akan terhambat bahkan mengalami stagnan bila
kebutuhan unsur hara P nya yang kurang optimal oleh karena unsur P
berperan sebagai komponen yang berkaitan dengan energi di dalam sel dan
komponen dari materi genetik tanaman. Satu diantara usaha untuk
meningkatkan ketersediaan P dengan menggunakan pupuk P dalam bentuk
batuan fosfat yang mampu melepaskan unsur P secara perlahan sehingga
tidak mudah terlindi oleh air hujan. Disamping itu, batuan fosfat juga
mempunyai efek dalam memperbaiki beberapa sifat tanah, misalnya dapat
meningkatkan pH tanah karena batuan fosfat mempunyai pH yang tinggi dan
banyak mengandung unsur kalsium dan magmesium. Selain unsur fosfor,
tanaman membutuhkan unsur kalium (K) dapat jumlah yang cukup.
Tabel 2.6. Kandungan K-tertukar dan K-total di Areal Reklamasi

Kode K-tertukar K-total


No. Harkat Harkat
Sampel (cmol(+)kg-1) (mg/100g)
1. B2-R2014 0,03 SR 3,09 SR
2. B2-R2015 0,05 SR 4,64 SR
3. B2-R2016 0,04 SR 4,59 SR
4. B7-R2014 0,07 SR 4,62 SR
5. B7-R2017 0,17 R 7,80 SR
6. B7-R2020 0,05 SR 4,74 SR
7. B7a-R2018 0,13 R 6,39 SR
8. B7b-R2016 0,09 SR 6,23 SR
9. B7b-R2019 0,18 R 7,93 SR
10. B15-R2015 0,07 SR 4,53 SR
11. B19-R2013 0,05 SR 4,54 SR
12. B19-R2017 0,06 SR 4,52 SR
Keterangan: R = rendah, SR = sangat rendah.
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

18 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Kandungan unsur hara K di areal reklamasi PT. ANTAM pada beberapa
periode dapat dilihat pada Tabel 2.6. Eviati dan Sulaeman (2009) K tertukar
hasil pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 termasuk sangat
rendah - rendah dengan nilai berkisar antara 0,03 - 0,18 cmol(+)kg-1. Nilai
kandungan unsur K terendah ditemukan pada lokasi reklamasi tahun 2014
dan 2015 di Bukit 2 dengan kode B2-R2014 dan B19-R2015, sedangkan
tertinggi di lokasi Bukit 7b lahan reklamasi tahun 2019 dengan kode B7b-
R2019. Bila dibandingkan dengan hutan alam yang belum terganggu oleh
kegiatan penambangan yang berkisar antara 0,07 – 0,17 cmol(+)kg-1, maka
dapat dikatakan bahwa unsur hara K tidak dipengaruhi oleh kegiatan
penambangan karena kandungan K-tertukar pada lokasi pasca penambangan
tergolong dalam harkat yang sama.
Kalium di dalam tanah mempunyai beberapa bentuk di antaranya K-
terfiksasi, K tertukar dan K yang masih dalam matrik mineral, semuanya
disebut K-total tanah. Kalium tertukar mencerminkan jumlah unsur kalium
yang mudah atau tersedia diserap oleh akar tanaman, sedangkan K total
adalah jumlah keseluruhan unsur kalium di dalam tanah. Kalium total di
lahan-lahan reklamasi berkisar berkisar antara 3,09 – 7,93 mg/100 g dengan
harkat sangat rendah pada pemantuan tingkat kesuburan tanah tahun 2022.
Kalium total terendah terdapat pada lokasi B2-R2014, sedangkan yang
tertinggi di lokasi B7b-R2019. Lahan reklamasi tahun 2019 di Bukit tujuh
merupakan lahan yang baru empat tahun dilakukan revegetasi sehingga
unsur hara kaliumnya belum banyak yang tercuci oleh air hujan masuk ke
lapisan dalam tanah. Selain itu, diduga karena batuan induk yang terdapat
pada lahan-lahan di Bukit 7 banyak mengandung mineral feldspart dan mika
yang banyak mengandung unsur K dan belum banyak mengalami pelapukan
sehingga kalium yang tersedia bagi tanaman masih rendah.
Jumlah K-total pada pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun ini, bila
dibandingkan dengan K-total di lahan-lahan reklamasi pada pemantuan
tingkat kesuburan tanah tahun 2021 yang berkisar antara 6,10 – 71,62
mg/100 g dengan harkat sangat rendah sampai sangat tinggi, maka telah
terjadi penurunan kandungan total kalium di dalam tanah. Kemungkinan
selama setahun ini telah terjadi penyerapan kalium oleh tanaman-tanaman
revegetasi yang cukup banyak, disamping juga kemungkinan hilangnya unsur
hara kalium akibat pelindihan oleh air hujan.
Hasil analisis pada Tabel 2.6. menunjukkan ketersediaan unsur K pada
beberapa lokasi tergolong sangat rendah padahal jumlah totalnya di dalam
tanah cukup banyak, bila dipresentasikan ketersediaan K di lahan-lahan
reklamasi pada pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 kurang
dari 1% (Gambar 2.7.). Lokasi yang mempunyai ketersediaan unsur K paling
tinggi adalah lokasi B7b-R2019 yaitu sebesar 0,23%, sedangkan yang
terendah ketersediaannya terdapat pada lahan reklamasi dengan kode B2-
R2016 yang merupakan lahan reklamasi tahun 2016 di Bukit 2 yaitu sebesar
0,09%. Hal ini diduga karena unsur kalium masih terfiksasi (terikat kuat)
atau menjadi komponen mineralnya sehingga belum banyak yang tersedia
bagi tanaman. Satu di antara usaha untuk meningkatkan ketersediaan unsur

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 19


K adalah dengan menambahkan bahan organik tanah dalam bentuk pupuk
kandang atau kompos dengan nilai C/N rasio yang sedang (11 – 15) dan
diperkaya dengan mikrobia pelarut kalium. Pemberian bahan organik
dengan C/N rasio 11 – 15 dimaksudkan untuk mendapatkan asam-asam
organik hasil dekomposisi bahan organik yang akan melarutkan unsur K dari
mineral-mineralnya. Selain itu, pemberian mikrobia pelarut Kalium dalam
bentuk pupuk hayati yang dapat melepaskan unsur K dari mineralnya
sehingga Kaliumnya dapat diserap oleh akar tanaman.

Gambar 2.7. Ketersediaan Unsur K Tanah di Areal Reklamasi


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Konsentrasi kalium tertukar dalam tanah biasanya sangat rendah


hanya 1-2% dan lebih dari 90% dari kalium dalam tanah ada dalam bentuk
batuan larut dan mineral silikat (mika, muskofit, feldspar, mikrolin,
orthoklas), sebagian besar tidak tersedia untuk penyerapan tanaman
(Parmar dan Sindhu 2013). Mikroba tanah berperan penting dalam
pelarutan kalium terikat dalam bentuk mineral silikat, seperti
Pseudomonas dan Bacillus (Murali dkk., 2005). Beberapa bakteri yang
mampu melarutkan kalium di dalam tanah di antaranya Bacillus sp.,
Paenibacillus sp., B. mucilaginosus, B. edaphicus (Sugumaran dan
Janarthanam, 2007; Liu dkk., 2012). Pelarutan illit dan feldspar oleh mikrobia
ini disebabkan oleh produksi asam organik seperti asam oksalat dan asam
tartarat dan juga karena produksi polisakarida yang membantu dalam
pembubaran mineral untuk melepaskan kalium (Sheng dan He, 2006).
Dekomposisi mineral silikat oleh B. mucilaginosus karena produksi oksalat,
sitrat, dan polisakarida (Liu dkk., 2006). Asam-asam organik, merupakan
bagian dari bahan organik, yang merupakan hasil kegiatan jasad hidup
baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan batuan. Senyawa ini
umumnya merupakan hasil buangan (sekresi, eksudat) atau pun rombakan.
Asam-asam ini, seperti asam organik umumnya karena pada gugus
fungsionalnya dapat mengalami disosiasi yang melepaskan proton (H+) dan
proton ini dapat menyerang mineral batuan. Selain itu sisa asamnya
(anion organik) dapat membentuk senyawa kompleks dengan kation-
20 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
kation pada tepi mineral atau kation yang terlepas dari mineral. Dengan
demikian asam-asam ini nyata berperan dalam pelapukan kimia (Ismangil
dan Hanudin, 2005). Bakteri pelarut kalium dapat digunakan sebagai
teknologi alternatif dalam bentuk pupuk hayati untuk menjadikan kalium
tersedia bagi tanaman selain itu dapat digunakan untuk reklamasi lahan
bekas tambang.

2.3. Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi


Reklamasi tanah merupakan satu di antara kegiatan yang dilakukan
setelah proses pengambilan bahan tambang selesai, sebelum tanah tersebut
ditanamai dengan beberapa jenis tanaman revegetasi. Tanaman memerlukan
tanah yang subur sebagai media tumbuh dan berkembang sehingga dalam
waktu yang tidak terlalu lama tanah pasca penambangan dapat kembali hijau
penuh dengan tanaman. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah
untuk menyediakan air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup
seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik secara fisik, kimia
dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur,
struktur, kelembaban dan tata udara tanah. Sifat kimia tanah meliputi reaksi
tanah (pH tanah), KTK, KB, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan
unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan
biologi tanah antara lain meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan
organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara.
Penilaian untuk penentuan tingkat atau status kesuburan tanah telah
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Indonesia dengan mengacu
kepada nilai KPK, kejenuhan basa, kandungan bahan organik, P-total dan K-
total. Kelima sifat tanah ini merupakan sifat tanah yang sangat terkait erat
dengan kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara yang paling
optimal bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Kandungan P-total dan K-total
merupakan nilai yang menunjukkan jumlah unsur hara fosfor dan kalium
yang terkandung di dalam tanah. Kedua unsur ini dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang cukup besar. Kandungan C-organik merupakan jumlah total
senyawa karbon yang ada di dalam tanah, yang juga merupakan sumber
makanan bagi berbagai mikroorganisme yang berperan dalam menentukan
kesuburan tanah. Beberapa di antara mikroorganisme tanah dapat
membantu tanaman mendapatkan unsur hara N, P dan K. Kejenuhan basa dan
KPK merupakan dua sifat tanah yang dapat menggambarkan ketersediaan
unsur hara di dalam tanah karena kedua sifat tersebut menunjukkan daya
retensi hara di dalam tanah dan prosentase unsur hara makro, dibandingkan
unsur hara lainnya. Hasil analisis tanah yang kemudian dikaitkan dengan
kriteria penilaian status kesuburan tanah menunjukkan bahwa kesuburan
tanah pada pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 di lahan-lahan
reklamasi PT. ANTAM UBPB Tbk Tayan tergolong sangat rendah sampai
rendah (Tabel 2.7.).

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 21


Tabel 2.7. Status Kesuburan Tanah di Beberapa Lahan Reklamasi

C- Status
No. Kode Sampel KPK KB P-total K-total
organik
1. B2-R2014 SR R SR SR SR Sangat Rendah
2. B2-R2015 R SR SR SR R Rendah
3. B2-R2016 R R SR SR R Rendah
4. B7-R2014 R SR R SR R Rendah
5. B7-R2017 R R SR SR SR Rendah
6. B7-R2020 R SR R SR S Rendah
7. B7a-R2018 R R R SR SR Rendah
8. B7b-R2016 R SR SR SR R Rendah
9. B7b-R2019 R SR R SR S Rendah
10. B15-R2015 R R SR SR R Rendah
11. B19-R2013 R SR R SR R Rendah
12. B19-R2017 SR S SR SR SR Sangat Rendah
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

Tingkat kesuburan tanah pada tahun ini belum berubah dengan hasil
pemantaun tingkat kesuburan tanah tahun 2020 dan 2021. Tabel 10
menunjukkan tingkat kesuburan tanah di lahan-lahan reklamasi PT. ANTAM
Tbk UBPB Kalimantan Barat berdasarkan analisis beberapa sifat tanah
menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanahnya ditentukan oleh kapasitas
pertukaran kation (KPK) dan kejenuhan basa (KB). Nilai KPK menjadi
penentu tingkat kesuburan tanah dapat dilihat pada areal reklamasi tahun
2019 di Bukit 7b, walaupun kandungan C-organiknya dalam kategori sedang
namun karena nilai KPK-nya termasuk rendah maka tingkat kesuburannya
menjadi rendah. Kasus lain yang serupa adalah di areal reklamasi tahun 2017
yang ada di Bukit 19. Areal reklamasi ini mempunyai nilai KB dalam kategori
sedang, tetapi oleh karena nilai KPK nya sangat rendah maka tingkat
kesuburan tanah-nya tergolong sangat rendah (Tabel 2.7.).
Tanah dengan KPK rendah menyediakan unsur hara lebih rendah
daripada tanah dengan KPK tinggi. Tanah dengan KPK tinggi bila didominasi
oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi
bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat
mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam
kompleks jerapan koloid sehingga tidak mudah hilang tercuci oleh air. Selain
itu KPK juga menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan
dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KPK, makin banyak
kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KPK tanah ditentukan oleh
kandungan liat dan bahan organik dalam tanah. Tanah yang memiliki KPK
22 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. KPK tanah
juga mempengaruhi kapan dan berapa banyak pupuk nitrogen dan kalium
harus ditambahkan ke dalam tanah, pada KPK tanah yang rendah, misalnya
kurang dari 5 cmol(+)/kg, pencucian beberapa kation dapat terjadi.
Penambahan ammonium dan kalium pada tanah ini akan menyebabkan
sebagian ammonium dan kalium itu mengalami pencucian di bawah zona
akar, khususnya pada tanah pasiran dengan KPK tanah bawah (subsoil) yang
rendah. Nilai KPK tanah yang lebih tinggi, misalnya lebih besar dari 10
cmol(+)/kg, hanya sedikit pencucian kation akan terjadi. Oleh karena itu,
penambahan nitrogen dan kalium pada tanah ini memungkinkan untuk
dilaksanakan. Menurut Mengel (1993) kation tanah yang paling umum
adalah: kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), kalium (K+), ammonium (NH4+),
hidrogen (H+) dan natrium (Na+). Sedangkan anion tanah umumnya meliputi:
khlorin (Cl-), nitrat (NO3-), sulfat (SO42-) dan fosfat (PO43-).
Sifat tanah lainnya yang menentukan status kesuburan tanah di lahan
reklamasi pada pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 adalah
kejenuhan basa. Sifat kimia tanah ini merupakan persentase dari total KPK
yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium, magnesium,
dan natrium. Tanah dengan KB tinggi menunjukkan kandungan basa/kation
basa yang umumnya merupakan unsur hara tanaman yang tinggi pula dan
sebagai pertanda belum banyak mengalami pencucian. Tanah demikian
dinilai termasuk yang subur bagi pertanian dan kehutanan. Selain itu nilai KB
tanah berkaitan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman
akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya KB.
Laju pelepasan kation terjerap bagi tanaman tergantung pada tingkat KB
tanah.

Gambar 2.8. Sebaran Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022a

BAB 2 | Kesuburan Tanah Areal Reklamasi 23


Kejenuhan basa tanah berkisar 50% - 80% tergolong mempunyai
kesuburan sedang dan dikatakan tidak subur jika kurang dari 50%.
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan
sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerap untuk
tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Hasil pemantauan tingkat
kesuburan tanah pada beberapa lahan reklamasi PT. ANTAM Tbk UBPB
Tayan menunjukkan dua lokasi mempunyai status yang sangat rendah yaitu
di lokasi B2-R2014 dan B19-R2017, sedangkan 10 lokasi termasuk rendah.
Sebaran status kesuburan tanah di lahan reklamasi tercantum pada Gambar
2.8.

24 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
BAB 3
Keanekaragaman Flora

K
eanekaragaman flora areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan
Barat dikelompokkan dalam empat tingkat pertumbuhan dari yang
terkecil sampai terbesar, yaitu tingkat semai, pancang, tiang dan
pohon. Semai, yaitu anakan pohon atau tumbuhan bawah; Pancang,
yaitu tanaman yang telah tumbuh dengan ketinggian kurang dari 1,5 m dan
diameter batang 0 - 10 cm; Tiang, yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter
batang antara 10 cm hingga 20 cm dengan ketinggian lebih dari 1,5 m; dan
Pohon, yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm
(Bismarck, 2011).
Beberapa jenis flora tingkat semai, pancang, tiang dan pohon ditemukan
pada hutan alam di sekitar areal penambangan dan reklamasi, berserta nama
latin serta familinya dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1. Jenis-jenis Flora di Areal Hutan Alam dan Reklamasi

No. Nama Lokal Nama Latin Famili


1 Ajuk
2 Asam Kandis Garcinia sp Guttiferaceae
3 Berangan Castanopsis sp. Fagaceae
4 Berangkis
5 Bongkal Litsea noronhae Lauraceae
6 Buat-buat
7 Bun-bun Aglania elliptica Blume Meliaceae
8 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
9 Cengkodok Melastoma candidum Melastomataceae
10 Damak Sintong Agathis dammara Araucariace
11 Embeng Ixora javanica (Bl.) DC. Rubiceae
12 Embulan Dactylocladus stenostachys Oliv. Melastomataceae
13 Empapan Myristica iners Myristicaceae
14 Empenat Antidesma coriaceum Tul. Phyllanthaceae
15 Engkubang Maracanga gigantea Euphorbiaceae
16 Entawak Into Artocarpus anisophyllus Moraceae

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 25


Lanjutan Tabel 3.1. …
No. Nama Lokal Nama Latin Famili
17 Entikal Ochanostachys Amentacea
18 Jambu Hutan Anacardium occidentaleL. Anacardiaceae
19 Jambu Mente Xanthophyllum spp. Polygalaceae
20 Jelindan Rhodamnia cinerea Jack Myrtaceae
21 Johar Cassia javanica L Leguminosae
22 Jemai Archidendron pauciflorum Fabaceae
23 Jengkol Archidendron pauciflorum Fabaceae
24 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae
25 Kayu Rusa Litsea firma Lauraceae
27 Kedondong Hutan Spondias pinnata (L.F) Kurz Anacardiaceae
28 Kelampai Tikus Elateriospermum tapos Euphorbiaceae
29 Kemenyan Styrax sp. Styracaceae
30 Kepala Beruang Dipterocarpus ursinus V.Sl. Dipterocarpaceae
31 Kepuak Xanthophyllum obscurum Polygalaceae
32 Keraci Polyalthia sp Annonaceae
33 Kerampak
34 Ketikal Oschanostachys sp Olacaceae
35 Kubing Elaeocarpus petiolatus Elaeocarpaceae
36 Kumpang Knema latericia Elmer Myristicaceae
37 Labe Eurya sp. Pentaphylacaceae
38 Leban Vitex pinnata L. Verbenaceae
39 Longkat Eurycoma Longifolia Simaroubaceae
40 Made Litsea odorifera Val. Lauraceae
41 Mangga Mangifera minor Anacardiaceae
42 Medang Ayau Litsea sp Lauraceae
43 Medang Perekam Litsea elliptica Blume Lauraceae
44 Medang Ruman
45 Pando
46 Pansi
47 Plaik Pipit Alstonia scholaris Apocynaceae
48 Plaik Putih Alstonia angustiloba Apocynaceae
49 Pudu

26 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Lanjutan Tabel 3.1. …
No. Nama Lokal Nama Latin Famili
50 Purak
51 Rambutan Hutan Nephelium lappaceum Sapindaceae
52 Rengas Ayam Gluta renghas Anacardiaceae
53 Ribis Vatica sp. Dipterocarpaceae
54 Ribu-ribu Diospyros macrophylla Bl. Ebenaceae
55 Satak Ficus Religiosa L. Moraceae
56 Senggayang
57 Sengon Albizia chinensis Fabaceae
58 Simpur
59 Subal
60 Sugi Mallotus paniculatus Phyllanthaceae
61 Temau Cratoxylon arborencens Bi. Guttiferae
62 Temubak Fagraea fragrans Loganiaceae
63 Ubah Euggenia spicata L. Myrtaceae
64 Ubah Jambu Eugenia sp Myrtaceae
65 Ubah Merah Eugenia sp Myrtaceae
66 Ujan-ujan Uranda secundifloraO Ktze. Dipterocarpaceae

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan flora di PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat mulai


dilakukan sejak pada semester I tahun 2017, terdapat adanya pola naik
turunnya jumlah spesies flora di areal IUP PT ANTAM Tbk-UBPB KALBAR.
Gambar 3.1 di bawah menunjukkan bahwa jumlah spesies flora yang
ditemukan pada pemantauan semester I Tahun 2022 lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang teramati di semester II tahun 2021.
Pemantauan semester I tahun 2017 teramati sebanyak 50 spesies flora, pada
semester II tahun yang sama ditemukan sebanyak 77 spesies flora. Pola yang
sama terlihat pada hasil pemantauan tahun 2018 yang menunjukkan pada
semester II jumlah spesies flora yang ditemukan lebih banyak daripada
semester I. Kecenderungan ini juga nampak pada pemantaun semester I
tahun 2022 yang jumlah spesies floranya kembali mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan pemantauan pada semester I menurut data Iklim Wilayah
Kalimantan Barat masuk musim transisi atau pancaroba, musim penghujan
menuju musim kemarau sedangkan pada semester II termasuk dalam musim
penghujan.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 27


Gambar 3.1. Jumlah Spesies Flora dari Beberapa Periode Pemantauan
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan jenis flora pada semester I Tahun 2022 menurun dari


pemantauan seemster II tahun 2021 yaitu hanya sebanyak 66 tanaman, pola
yang sama terjadi seperti pola pemantauan tahun 2017 dan 2018. Penurunan
jumlah jenis tanaman pada semester ini, diimbangi dengan adanya jenis
tanaman yang tumbuh baru, seperti tanaman pada tiang ditemukan tanaman
Berangan, Embeng dan Embulan yang tidak ditemukan pada semester
sebelumnya. Hal ini dikarenakan tanaman pancang yang sudah tumbuh
menjadi tingkat tiang.

3.1. Keanekaragaman Flora di Hutan Sekitar Areal


Penambangan
Struktur dan komposisi flora pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinterksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat
mengalami perubahan signifikan karena pengaruh anthropogenik.
Pemantauan flora di areal hutan alam pada semester I Tahun 2022
menunjukkan bahwa jumlah dan jenis flora tingkat semai lebih sedikit
dibandingkan pada pemantauan semester II tahun 2021. Jumlah individu
flora tingkat semai pada semester I Tahun 2022 sebanyak 301 individu dari
27 jenis (Tabel 3.2.), sedangkan pada semester sebelumnya sebanyak 375
dari 28 jenis tanaman.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa terdapat beberapa flora tingkat
semai jenis baru ditemukan pada pemantauan semester I Tahun 2022 adalah
Tanaman Buat-buat, Embeng, Kedondong Hutan dan Pudu (Tabel 3.2.).
Tanaman Made, Kedingkak dan Ubah merupakan tanaman tingkat semai
yang paling banyak ditemukan pada pemantauan areal hutan alam semester
I Tahun 2022, masing-masing sebanyak 110, 50 dan 36 individu.

28 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 3.2. Flora Tingkat Semai di Areal Hutan Alam Semester I Tahun 2022

Petak Pengamatan Jumlah


No. Nama Lokal
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7 Individu

1 Bun-bun 1 1

2 Buat-buat 1 1

3 Cempedak 1 1 2

4 Embeng 1 1

5 Empenat 1 1 2

6 Jambu Hutan 1 1

7 Jelindan 1 1

8 Jengkol 2 2

9 Karet 1 4 4 1 1 11

10 Kayu Rusa 1 1

11 Kedingkak 50 50

12 Kedondong Hutan 1 1

13 Kelampai Tikus 1 1 2

14 Kemenyan 6 14 2 22

15 Kepuak 1 1

16 Made 110 110

17 Medang Ayau 1 1 1 1 1 4

18 Plaik Pipit 3 1 1 5

19 Pudu 1 1 2

20 Rengas Ayam 1 1 2

21 Ribis 4 4

22 Ribu-ribu 3 7 4 2 16

23 Satak 1 1

24 Sugi 1 4 3 8 16

25 Temubak 1 1 2

26 Ubah 1 2 2 17 3 11 1 36

27 Ubah Merah 2 2

Total 15 123 61 33 33 18 18 301


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 29


Tanaman Made terdapat sebanyak 110 tanaman yang hanya terdapat
pada lokasi FFa-2. Tanaman Kedingkak banyak ditemukan pada lokasi FFa-3,
dan tanaman Ubah banyak ditemukan secara merata di semua lokasi kecuali
FFa-1. Dominasi flora tingkat semai pada semester ini sama dengan hasil
pengamatan pada kegiatan pemantauan semester II tahun 2021 yaitu
Tanaman Made sebanyak 109 tanaman. Terdapat tanaman baru yang hanya
ditemukan pada lokasi FFa-4 (Gambar 3.2.) yaitu Tanaman Buat-buat.

Gambar 3.2. Tanaman Buat-buat Tingkat Semai di Lokasi FFa-4


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Jumlah flora tingkat semai yang banyak ditemukan selanjutnya di areal


hutan alam adalah Tanaman Kemenyan, terdapat sebanyak 22 tanaman yang
ditemukan pada tiga lokasi yaitu di lokasi FFa-1, FFa-5 dan FFa-7. Tanaman
ini sebelumnya hanya ditemukan sebanyak 17 Tanaman. Tanaman
Kedingkak bertambah kemungkinan disebabkan oleh biji-bijian dari pohon
ini yang sudah berbuah dan menumbuhkan semaian baru, sehingga pada saat
pemantauan flora semester ini biji-bijian tersebut sudah tumbuh menjadi
tanaman yang baru yang termasuk kategori tanaman tingkat semai. Gambar
3.3. dibawah menunjukkan buah dari Tanaman Kemenyan yang akan
menumnuhkan semaian yang berasal dari biji-bijian.

Gambar 3.3. Buah Tanaman Kemenyan di Hutan Alam


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

30 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Pemantauan tanaman tingkai semai pada semester I Tahun 2022 tidak
ditemukan kembali semaian tanaman Mangga pada lokasi FFa-6, hal ini
dikarenakan Tanaman Mangga sudah tumbuh menjadi tanaman tingkat
pancang. Tanaman Jelik dan Tangur di lokasi FFa-7 pada pemantauan flora
semester I tahun 2021 juga tidak ditemukan kembali pada semester ini,
sedangkan Tanaman Medang Ayau juga berkurang jumlahnya dibanding
pemantauan semester sebelumnya. Pengurangan jumlah tanaman tingkat
semai tersebut diduga karena pertumbuhan tanaman tersebut tergolong
cepat sehingga dalam masa enam bulan sudah mencapai tingkat
pertumbuhan pancang.

Tabel 3.3. Flora Tingkat Pancang di Areal Hutan Alam

Petak Pengamatan Jumlah


No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
1 Ajuk 1 1

2 Asam Kandis 1 1

3 Berangan 3 3

4 Berangkis 1 1

5 Bun-bun 1 1

6 Cempedak 1 1 1 1 1 1 6

7 Empapan 1 1

8 Embulan 2 2

9 Empenat 3 3

10 Jambu Hutan 1 1

11 Jemai 1 3 1 1 6

12 Karet 6 7 2 5 5 25

13 Kedondong Hutan 1 1

14 Kelempai tikus 1 1 6 8

15 Kemenyan 5 4 2 3 14

16 Kepala Beruang 3 3

17 Kepuak 3 3

18 Kumpang 1 1

19 Mangga 1 1

20 Made 2 2

21 Medang Ayau 1 1 2

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 31


Lanjutan Tabel 3.3. …
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
22 Medang Ruman 1 1

23 Pando 2 2

24 Plaik Pipit 2 1 1 4 8

25 Pudu 1 1

26 Purak 2 5 1 8

27 Ribis 1 1

28 Senggayang 1 1

29 Satak 1 1

30 Sugi 2 1 7 10

31 Subal 1 1

32 Temau 1 1

33 Temubak 1 1

34 Ubah 4 2 4 10

35 Ubah Merah 8 3 11

36 Ujan-ujan 1 1

Total 29 24 19 13 16 28 14 144

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pemantauan jumlah dan jenis flora tingkat pancang pada semester
I Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Jenis flora tingkat pancang
ditemukan sebanyak 144 flora dari 36 jenis tanaman. Tanaman tingkat
pancang yang jumlahnya paling banyak berturut-turut adalah Tanaman
Karet, Kemenyan, Sugi dan Ubah yang dominasinya sama dengan semester
sebelumnya. Jenis flora terbanyak yang diamati pada semester ini sama
dengan jenis flora pada pemantauan semester sebelumnya yaitu Tanaman
Karet, namun jumlah pada semester ini berkurang dari jumlah pemantauan
semester sebelumnya. Tanaman Karet ditemukan tersebar di semua lokasi
kecuali lokasi FFa-4 dan FFa-7, dibandingkan dengan semester II tahun 2021
pada lokasi FFa-7 ditemukan satu jenis tanaman Karet. Hal ini dikarenakan
tanaman Karet tingkat pancang telah mati atau ditebang. Tanaman
Kemenyan juga tergolong tanaman yang banyak ditemukan semester ini
yaitu sebanyak 14 tanaman.
Jumlah tanaman tingkat pancang pada semester ini lebih sedikit
ditemukan dibandingkan dengan semester II tahun 2021. Hal ini

32 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
menunjukkan bahwa terdapat jumlah individu dan jenis spesies mengalami
penurunan. Jumlah flora tingkat pancang pada semester II tahun 2021
sebanyak 175 individu dari 40 jenis flora, sedangkan pada semester I Tahun
2022 sebanyak 144 individu dari 36 jenis flora. Pemantauan jumlah flora
semester ini terlihat sedikit, namun terdapat beberapa tanaman tingkat
pancang yang baru ditemukan pada kegiatan pemantauan flora semester I
Tahun 2022 antara lain: Tanaman Berangkis, Kumpang, Mangga, Medang
Ruman, Pando, Senggayang dan Temubak (Tabel 3.4). Terdapat juga tanaman
yang tidak ada pada semester ini namun ditemukan pada semester
sebelumnya yaitu Tanaman Belian Bunga, Berangan, Damak, Ekor Musang,
Engkubang, Gambir dan Jengkol. Gambar 3.5. menunjukkan flora tingkat
pancang yang ditemukan di areal hutan alam pada pemantauan flora
semester I Tahun 2022.

Tanaman Kumpang

Gambar 3.4. Tanaman Kumpang Tingkat Pancang di Hutan Alam


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tanaman tingkat tiang pada pemantauan semester I Tahun 2022


dibandingkan pada semester I tahun 2021 hanya selisih satu jenis dan jumlah
tanamannya. Flora tingkat tiang pada pemantauan semester I tahun 2022
ditemukan sebanyak 36 jenis flora dari 164 individu, sedangkan pada
semester II Tahun 2021 berjumlah 165 tanaman dari 37 jenis flora.
Penurunan jumlah dan jenis flora tingkat tiang pada semester ini diimbangi
dengan ditemukan jenis tanaman baru pada tingkat tiang sebanyak empat
tanaman yaitu Tanaman Berangan, Embeng, Embulan dan Pansi.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 33


Pemantauan flora tingkat tiang yang menurun pada semester ini terjadi
pada sebagian besar jenis tanaman, seperti Tanaman Temau tingkat tiang
pada pemantauan semester ini menurun sebanyak dua tanaman. Penurunan
jumlah seperti Tanaman Temau tersebut terdapat pada lokasi FFa-3 dengan
jumlah sebanyak 5 tanaman dibandingkan semester sebelumnya ditemukan
sebanyak 7 tanaman. Tanaman Ubah lebih meningkat dibandingkan
pemantauan semester sebelumnya yaitu sebanyak 8 tanaman. Tanaman ini
ditemukan pada semester II tahun 2021 hanya sebanyak lima tanaman. Flora
tingkat tiang di areal hutan alam yang ditemukan pada pemantauan semester
ini dapat dilihat pada Gambar 3.6. Peningkatan jumlah dan jenis flora tingkat
tiang diduga berasal dari pertumbuhan tanaman yang cepat sehingga
tanaman dari tingkat pancang dalam waktu enam bulan sudah mencapai
pertumbuhan tingkat tiang.

Tanaman
Ubah
Gambar 3.5. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Lokasi FFa-2
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tanaman tingkat tiang yang dominan pada pemantauan flora semester


I Tahun 2022 sama dengan pemantauan semester sebelumnya namun
memiliki jumlah yang berbeda yaitu Tanaman Karet sebanyak 47 individu,
Tanaman Kemenyan sebanyak 25 individu dan Tanaman Temau sebanyak 13
individu. Perhitungan jumlah Tanaman Karet yang ditemukan pada semester
ini menurun dibandingkan pemantauan sebelumnya yang disebabkan
banyak tanaman yang tumbang akibat angin dan mati karena rapuh (Tabel
3.4). Berikut ini data rekapitulasi flora tingkat tiang hasil pemantauan flora
pada semester I Tahun 2022 di areal hutan alam.

34 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 3.4. Flora Tingkat Tiang di Areal Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
1 Asam Kandis 1 1

2 Berangan 1 1 2

3 Bongkal 1 1

4 Bun-bun 2 2

5 Cempedak 1 2 3
Damak
6 1 1
Sintong
7 Embeng 1 1

8 Embulan 1 1 2

9 Engkubang 1 1 2

10 Entikal 1 1

11 Jambu Hutan 1 1

12 Jelindan 1 1 2

13 Jemai 3 3 6

14 Karet 8 7 3 9 15 5 47

15 Kedingkak 1 1
Kedondong
16 3 3
Hutan
17 Kemenyan 14 1 3 2 2 3 25
Kepala
18 6 1 7
Beruang
19 Kepuak 1 1

20 Keraci 1 1 2

21 Ketikal 1 1

22 Kubing 6 1 7

23 Labe 2 2

24 Leban 1 1
Medang
25 3 3
Ayau
Medang
26 1 1
Perekam

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 35


Lanjutan Tabel 3.4. …
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
27 Pansi 1 1

28 Plaik Putih 1 1

29 Plaik Pipit 1 1 3 1 6
Rambutan
30 1 2 3
Hutan
31 Satak 1 1

32 Temau 5 8 13

33 Ubah 1 1 2 2 2 8

34 Ubah Jambu 1 1

34 Ubah Jambu 1 1

35 Ubah Merah 1 1 1 3

36 Ujan-ujan 1 1

Total 31 13 31 19 20 27 23 164

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tanaman Karet dan Kemenyan tingkat tiang merupakan tanaman yang


paling banyak tersebar di semua lokasi kecuali FFa-4. Lokasi pemantauan
jumlah flora tingkat tiang yang paling banyak yaitu terdapat pada lokasi FFa-
1 dan FFa-3 yaitu sama sebanyak 31 tanaman, diikuti oleh lokasi FFa-6
sebanyak 27 tanaman dan lokasi FFa-7 ditemukan dengan jumlah sebanyak
24 tanaman. Tanaman tingkat tiang yang paling banyak sebarannya pada
pemantauan flora semester ini adalah Tanaman Karet yang ditemukan pada
lima lokasi. Tanaman Karet dapat menyebar secara luas ini disebabkan oleh
karena di sekitar lokasi pengamatan flora banyak terdapat Kebun Karet baik
yang dimiliki oleh rakyat atau perusahan, sehingga biji-biji Tanaman Karet
dapat tersebar secara alami oleh faktor alam misalnya angin dan air, maupun
aktivitas hewan khususnya jenis burung. Lokasi FFa-1 dan FFa-3 menjadi
lokasi yang banyak ditemukan flora alam tingkat tiang.
Hasil pemantauan flora tingkat pohon pada semester I Tahun 2022 lebih
sedikit ditemukan jenis dan jumlah individunya dibandingkan dengan hasil
pemantauan semester sebelumnya. Hasil pemantauan semester ini
ditemukan 55 tanaman tingkat pohon dari 13 jenis sedangkan pada
pemantauan semester II tahun 2021 didapatkan 16 jenis flora dari 56
individu. Jumlah flora tingkat pohon pada semester ini tidak jauh berbeda
dengan pemantauan semester sebelumnya dengan selisih hanya satu
tanaman. Terdapat tanaman yang tidak ditemukan pada semester ini namun
36 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
ditemukan pada semester sebelumnya yaitu tanaman Berangan dan Pudu.
Tanaman tersebut diduga telah mati atau tumbang akibat rapuh di areal
hutan alam. Tanaman tingkat pohon yang paling banyak ditemukan pada
pemantauan semester ini adalah Tanaman Karet dan Temau masing-masing
sebanyak 11 dan 8 pohon (Tabel 3.5.).
Tabel 3.5. Flora Tingkat Pohon di Areal Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7 Individu

1 Bun-bun 1 1 1 3 6

2 Embeng 1 1
Entawak
3 1 1
Into
4 Jelindan 1 1 3 5

5 Karet 1 3 3 2 2 11

6 Kemenyan 1 1 1 3

7 Keraci 1 1

8 Kubing 6 6
Medang
9 1 2 1 4
Ayau
10 Plaik Pipit 1 1 4 1 7

11 Plaik Putih 1 1

12 Temau 6 2 8

13 Ubah 1 1

Total 5 6 15 4 11 11 3 55

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Lokasi yang paling banyak ditemukan tanaman tingkat pohon sama


dengan lokasi pemantauan semester sebelumnya yaitu lokasi FFa-3, FFa-5
dan FFa-6 masing-masing sebanyak 15 dan 11 pohon. Lokasi FFa-3 terdapat
Tanaman Kubing sebanyak enam pohon, Temau sebanyak enam pohon,
Berangan, Bun-bun, Kemenyan dan Plaik Pipit masing-masing satu pohon,
sedangkan pada lokasi FFa-5 terdapat Tanaman Karet sebanyak tiga pohon,
Plaik Pipit empat pohon dan Bun-bun, Jelindan, Medang Ayau dan Plaik Putih
masing masing satu pohon, sedangkan FFa-6 terdapat Tanaman Bun-bun
sebanyak tiga tanaman, Jelindan sebanyak tiga tanaman, Karet sebanyak dua
tanaman, Medang Ayau sebanyak dua Tanaman dan Plaik Pipit sebanyak stau
tanaman. Gambar 3.7. menunjukkan jenis flora tingkat pohon yang
ditemukan di areal hutan alam.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 37


Gambar 3.6. Pohon Embeng di Lokasi FFa-2 Areal Hutan Alam
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Flora pada pemantauan semester I Tahun 2022 menunjukkan adanya


penurunan dan peningkatan pada beberapa jumlah dan jenis flora daripada
semester sebelumnya. Tanaman tingkat pohon yang mengalami peningkatan
diantaranya Karet, Medang Ayau, Kubing, Temau dan Kemenyan, sedangkan
Tanaman yang mengalami penurunan adalah tanaman Embeng. Lokasi
pemantauan yang paling sedikit ditemukan flora tingkat ppohon adalah
lokasi FFa-4 dan FFa-7 masing-masing hanya sebanyak tiga dan empat
Tanaman. Jenis tanaman yang hannyak ditemukan satu Tanaman di semua
lokasi adalah Tanaman Embeng, Entawak Into, Keraci, Plaik Putih dan Ubah.
Sebaran flora jenis pohon pada areal hutan alam dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Hasil pengamatan jenis pohon yang teramati pada semester ini menurun
dibandingkan dengan semester sebelumnya sebesar 18,75%. Di antara jenis
pohon yang menurun adalah pohon Berangan sebanyak dua tanaman, Pansik
dan Pudu masing-masing sebanyak satu tanaman. Penurunan persentase
jumlah tanaman tingkat pohon pada pemantauan semester ini menunjukkan
bahwa pada kurun waktu 6 bulan terdapat beberapa tanaman yang telah mati
akibat rapuh atau ditebang.
Tingkat variasi suatu spesies flora dalam suatu kawasan dapat dilihat
dari hasil analisis nilai keanekaragaman suatu jenis tanaman. Suatu areal

38 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
mempunyai keanekaragaman yang tinggi bila nilai indeks
keanekaragamannya lebih dari satu, sebaliknya bila kurang dari satu maka
digolongkan keanekaragamannya rendah. Berdasarkan hasil analisis data
untuk keanekaragaman jenis flora di areal hutan alam (FFa-1 - FFa-7)
dikelompokkan menjadi tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Tanaman
Embeng pada lokais FFa-1 ditemukan sudah mati, hal ini dikarenkan oleh
angin sehingga tanaman tumbang dan mati. Tanaman ini ditemukan pada
lokasi FFa-1 dengan diameter sebesar 27,61 cm pada semseter II tahun 2021.
Tanaman Embeng bisa dilihat pada Gambar 3.8 yang ditemukan dalam
keadaan sudah tumbang.

Gambar 3.7. Pohon Embeng yang Tumbang di Lokasi FFa-1


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan flora areal hutan alam memberi pengaruh terhadap Nilai


Indeks Keberagaman jenis flora pada semester I tahun 2022. Nilai Indeks
Keanekaragaman Jenis (H) flora tingkat semai di hutan alam semester I
Tahun 2022 diperoleh nilai H sebesar 0,95. Nilai H kurang dari satu
menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis flora tingkat semai di areal hutan
alam termasuk rendah. Tanaman tingkat semai ditemukan sebanyak 27 jenis
flora dengan jumlah individu sebanyak 301 tanaman. Bila dibandingkan
dengan hasil pemantauan pada semester II tahun 2021 maka tingkat
keanekaragaman tanaman tingkat semai pada semester I Tahun 2022 ini
berbeda satu angka untuk nilai indeks daripada semester sebelumnya.
Pemantauan pada semester II tahun 2021 tingkat keanekaragamanya
termasuk kategori rendah dengan nilai H = 0,96 dengan jumlah individu
sebanyak 375 dengan 28 jenis flora. Nilai indeks keanekaragaman flora
tingkat semai dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 39


Tabel 3.6. Indeks Keanekaragaman Flora Semai di Hutan Alam

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)

1 Bun-bun 1 0,003 2,48 0.01

2 Buat-buat 1 0,003 2,48 0,01

3 Cempedak 2 0,007 2,18 0,01

4 Embeng 1 0,003 2,48 0,01

5 Empenat 2 0,007 2,18 0,01

6 Jambu Hutan 1 0,003 2,48 0,01

7 Jelindan 1 0,003 2,48 0,01

8 Jengkol 2 0,007 2,18 0,01

9 Karet 11 0,037 1,44 0,05

10 Kayu Rusa 1 0,003 2,48 0,01

11 Kedingkak 50 0,166 0,78 0,13

12 Kedondong Hutan 1 0,003 2,48 0,01

13 Kelampai Tikus 2 0,007 2,18 0,01

14 Kemenyan 22 0,073 1,14 0,08

15 Kepuak 1 0,003 2,48 0,01

16 Made 110 0,365 0,44 0,16

17 Medang Ayau 5 0,017 1,78 0,03

18 Plaik Pipit 5 0,017 1,78 0,03

19 Pudu 2 0,007 2,18 0,01

20 Rengas Ayam 2 0,007 2,18 0,01

21 Ribis 4 0,013 1,88 0,02

22 Ribu-ribu 16 0,053 1,27 0,07

23 Satak 1 0,003 2,48 0,01

24 Sugi 16 0,053 1,27 0,07

25 Temubak 2 0,007 2,18 0,01

26 Ubah 37 0,123 0,91 0,11

27 Ubah Merah 2 0,007 2,18 0,01

Total 301 1 52,41 0,95

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Perbedaan nilai indeks keanekaragaman yang tidak jauh berbeda ini


disebabkan karena berkurangnya jenis tanaman pada periode pemantauan
semester I Tahun 2022. Tanaman tingkat semai yang mendominasi pada
40 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
pemantauan flora semester ini adalah Tanaman Made dan Kedingkak yaitu
berturut-turut sebesar 110 dan 50 tanaman. Tanaman ini tersebar secara
mengelompok pada masing-masing satu lokasi saja yaitu pada lokasi FFa-2
dan FFa-3, hal yang sama terjadi pada semester sebelumnya. Terdapat
tanaman tingkat semai Cempedak, Karet dan Jengkol pada areal pemantauan
hutan alam, tanaman ini bisa dikembangkan secara baik untuk menjadi
tanaman revegetasi di areal reklamasi bekas tambang. Selain tanaman ini
bisa menjadi tanaman tingkat pohon dan memiliki jangkauan akar yang luas,
tanaman tersebut juga bisa menghasil buah yang bisa dimanfaatkan.
Tabel 3.7. Indeks Keanekaragaman Flora Pancang di Hutan Alam

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)


1 Ajuk 1 0.007 2.16 0.01
2 Asam Kandis 1 0.007 2.16 0.01
3 Berangan 3 0.021 1.68 0.04
4 Berangkis 1 0.007 2.16 0.01
5 Bun-bun 1 0.007 2.16 0.01
6 Cempedak 6 0.042 1.38 0.06
7 Empapan 1 0.007 2.16 0.01
8 Embulan 2 0.014 1.86 0.03
9 Empenat 3 0.021 1.68 0.04
10 Jambu Hutan 1 0.007 2.16 0.01
11 Jemai 6 0.042 1.38 0.06
12 Karet 25 0.174 0.76 0.13
13 Kedondong Hutan 1 0.007 2.16 0.01
14 Kelempai tikus 8 0.056 1.26 0.07
15 Kemenyan 14 0.097 1.01 0.10
16 Kepala Beruang 3 0.021 1.68 0.04
17 Kepuak 3 0.021 1.68 0.04
18 Kumpang 1 0.007 2.16 0.01
19 Mangga 1 0.007 2.16 0.01
20 Made 2 0.014 1.86 0.03
21 Medang Ayau 2 0.014 1.86 0.03
22 Medang Ruman 1 0.007 2.16 0.01
23 Pando 2 0.014 1.86 0.03
24 Plaik Pipit 8 0.056 1.26 0.07

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 41


Lanjutan Tabel 3.7. …
No. Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)
25 Pudu 1 0.007 2.16 0.01
26 Purak 8 0.056 1.26 0.07
27 Ribis 1 0.007 2.16 0.01
28 Senggayang 1 0.007 2.16 0.01
29 Satak 1 0.007 2.16 0.01
30 Sugi 10 0.069 1.16 0.08
31 Subal 1 0.007 2.16 0.01
32 Temau 1 0.007 2.16 0.01
33 Temubak 1 0.007 2.16 0.01
34 Ubah 10 0.069 1.16 0.08
35 Ubah Merah 11 0.076 1.12 0.09
36 Ujan-ujan 1 0.007 2.16 0.01
Total 144 1 64.74 1.31

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Nilai Indeks Keanekaragaman jenis tingkat pancang pada Tabel 3.7


menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman pada kegiatan pemantauan
semester I Tahun 2022 diperoleh nilai H sebesar 1,31. Nilai H lebih dari satu
menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis flora di areal hutan alam tingkat
pancang termasuk kategori tinggi. Tanaman tingkat pancang ditemukan
sebanyak 36 jenis flora dengan jumlah individu sebanyak 144. Kategori
indeks keanekaragaman tanaman tingkat pancang pada semester II tahun
2021 sama dengan hasil pemantauan pada semester I Tahun 2022, meskipun
nilai indeks keanekaragaman jenisnya sedikit lebih rendah pada semester
sebelumnya. Hasil perhitungan nilai H tanaman tingkat pancang pada
semester II tahun 2021 sebesar 1,34, ada selisih 0,3 dari hasil perhitungan
indeks keanekaragaman semester I Tahun 2022 (Tabel 3.7.).
Analisis keanekaragaman flora tingkat tiang pada pemantauan semester
I tahun 2022 di areal hutan alam sebesar 1,19 (Tabel 3.8). Nilai
keanekaragaman jenis tanaman tingkat tiang pada semester I Tahun 2022
sama dengan nilai indeks keanekaragaman jenis flora pada pemantauan
semester sebelumnya. Walaupun keduanya masih termasuk dalam kategori
tinggi dan nilai indeks keanekaragaman flora tingkat tiang yang diperoleh
sama dengan semester sebelumnya, namun jumlah dan jenis floranya
berbeda dan berkurang daripada pemantauan semester II Tahun 2021.
Hasil pengamatan flora tingkat tiang di areal hutan alam pada semester
ini sebanyak 164 tanaman dari 36 jenis, sedangkan pada semester II tahun
42 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
2021 sebanyak 165 flora dari 37 jenis. Hal ini disebabkan karena flora tingkat
tiang pada pemantauan semester I Tahun 2022 terdapat tanaman yang
jumlahnya cukup banyak sehingga mendominasi flora tingkat tiang pada
areal hutan alam, yaitu Tanaman Karet, Kemenyan dan Temau dengan jumlah
masing masing 47, 25 dan 13 individu. Tanaman ini menyebar di semua
lokasi kecuali lokasi FFa-4, selain itu Tanaman Ubah juga menyebar di hutan
alam (Gambar 3.8.).

Gambar 3.8. Tanaman Ubah Tingkat Tiang di Areal Hutan Alam


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Flora tingkat tiang pada semester II tahun 2021 Tanaman Karet,


Kemenyan dan Temau juga menjadi tanaman yang mendominasi dengan
jumlah terbanyak di areal hutan alam sebanyak berturut-turut 49, 25 dan 15
individu. Terdapat jenis flora tingkat tiang mengalami peningkatan jumlah
akibat pertumbuhan tanaman tingkat pancang menjadi tiang seperti
Tanaman Berangan yang bertambah sebanyak dua tanaman pada
pengamatan semester I Tahun 2022, yang sebelumnya tanaman ini tidak
ditemukan pada pemantauan tingkat tiang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
tanaman tingkat pancang menjadi tanaman tingkat tiang.
Hasil perhitungan jumlah dan jenis flora tingkat tiang akan menentukan
nilai indeks keanekaragaman jenis flora di areal hutan alam, semakin banyak
jenis flora dengan jumlah individu yang sedikit akan meningkatkan nilai
indeks keanekaragamannya. Hasil pemantauan semester I Tahun 2022
didapatkan beberapa jenis tanaman yang baru seperti Tanaman Berangan,
Embeng, Embulan dan Pansik. Sebaran nilai indeks keanekaragaman flora
jenis tingkat tiang dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 43


Tabel 3.8. Indeks Keanekaragaman Flora Tiang di Areal Hutan Alam

No Nama Lokal ini ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)


1 Asam Kandis 1 0.006 2,21 0,01
2 Berangan 2 0,012 1,91 0,02
3 Bongkal 1 0,006 2,21 0,01
4 Bun-bun 2 0,012 1,91 0,02
5 Cempedak 3 0,018 1,74 0,03

6 Damak Sintong 1 0,006 2,21 0,01


7 Embeng 1 0,006 2,21 0,01
8 Embulan 2 0,012 1,91 0,02
9 Engkubang 2 0,012 1,91 0,02
10 Entikal 1 0,006 2,21 0,01
11 Jambu Hutan 1 0,006 2,21 0,01

12 Jelindan 2 0,012 1,91 0,02


13 Jemai 6 0,037 1,44 0,05
14 Karet 47 0,287 0,54 0,16
15 Kedingkak 1 0,006 2,21 0,01
16 Kedondong Hutan 3 0,018 1,74 0,03
17 Kemenyan 25 0,152 0,82 0,12

18 Kepala Beruang 7 0,043 1,37 0,06


19 Kepuak 1 0,006 2,21 0,01
20 Keraci 2 0,012 1,91 0,02
21 Ketikal 1 0,006 2,21 0,01
22 Kubing 7 0,043 1,37 0,06
23 Labe 2 0,012 1,91 0,02

24 Leban 1 0,006 2,21 0,01


25 Medang Ayau 3 0,018 1,74 0,03
26 Medang Perekam 1 0,006 2,21 0,01
27 Pansi 1 0,006 2,21 0,01
28 Plaik Putih 1 0,006 2,21 0,01

44 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Lanjutan Tabel 3.8. …

No Nama Lokal ini ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)

29 Plaik Pipit 6 0,037 1,44 0,05


30 Rambutan Hutan 3 0,018 1,74 0,03
31 Satak 1 0,006 2,21 0,01
32 Temau 13 0,079 1,10 0,09
33 Ubah 8 0,049 1,31 0,06
34 Ubah Jambu 1 0,006 2,21 0,01

35 Ubah Merah 3 0,018 1,74 0,03


36 Ujan-ujan 1 0,006 2,21 0,01
Total 164 1 66,91 1,19

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Nilai indeks keanekaragaman jenis tanaman tingkat pohon di areal


hutan alam pada semester I Tahun 2022 termasuk kategori rendah dengan
nilai H = 0,99. Kategori nilai indeks keanekaragaman pada semester ini
berbeda dengan yang didapatkan pada semester II tahun 2021 dengan nilai
1,07 dengan kategori tinggi.

Gambar 3.9. Pohon Pudu di Areal Hutan Alam


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 45


Penurunan nilai indeks keanekaragaman pada semester I Tahun 2022
disebabkan Berkurangnya jumlah dan jenis flora tingkat pohon pada
semester ini yang ditemukan sebanyak 55 pohon dari 13 jenis, sedangkan
pemantauan semester II tahun 2021 terpantau 56 pohon dari 16 jenis.
Berkurangnya jumlah dan jenis flora mengakibatkan nilai indeks
keanekaragaman flora tingkat pohon menurun. Beberapa tanaman tingkat
pohon yang tidak ditemukan pada semester ini adalah tanaman Berangan,
Pansik dan Pudu (Gambar 3.9.).
Tanaman Karet, Kemenyan dan Kubing merupakan tanaman yang
berkurang jumlahnya pada pemantauan semester I tahun 2022, sehingga
menjadi satu di antara faktor menurunnya nilai indeks keanekaragaman jenis
pohon di areal hutan alam. Ketiga tanaman tersebut masing-masing
berkurang satu individu pada pemantauan semester ini. Nilai indeks
keanekaragaman flora tingkat pohon di areal hutan alam terlihat di Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Indeks Keanekaragaman Pohon di Areal Hutan Alam
No. Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)
1 Bun-bun 6 0,109 0,96 0,10
2 Embeng 1 0,018 1,74 0,03
3 Entawak Into 1 0,018 1,74 0,03
4 Jelindan 5 0,091 1,04 0,09
5 Karet 11 0,200 0,70 0,14
6 Kemenyan 3 0,055 1,26 0,07
7 Keraci 1 0,018 1,74 0,03
8 Kubing 6 0,109 0,96 0,10
9 Medang Ayau 4 0,073 1,14 0,08
10 Plaik Pipit 7 0,127 0,90 0,11
11 Plaik Putih 1 0,018 1,74 0,03
12 Temau 8 0,145 0,84 0,12
13 Ubah 1 0,018 1,74 0,03
Total 55 1 16,50 0,99
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pola sebaran populasi suatu organisme pada suatu habitat yang dapat
ditentukan dengan suatu nilai indeks morisita (Id). Pola sebaran berdasar
nilai Id adalah jika Id < 1 maka pola sebarannya menyebar, dan jika Id > 1
maka pola sebarannya mengelompok. Berdasarkan hasil analisis data untuk
indeks morisita flora di areal hutan alam (FFa-1 sampai FFa-7)
dikelompokkan menjadi 4 tingkat pertumbuhan yaitu tingkat semai, pancang,
tiang dan pohon.
46 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Hasil nilai indeks morisita (Id) flora tingkat semai pada semester I
Tahun 2022 diperoleh nilai Id sebesar 0,703. Nilai Id kurang dari satu
menunjukkan bahwa pola sebaran individu flora tingkat semai bersifat
menyebar di areal hutan alam. Nilai indeks morisita pada semester ini
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan nilai indeks morisita pada
kegiatan pemantauan semester sebelumnya. Hal ini menunjukkan pola
sebaran tanaman tingkat semai dalam kurun 6 bulan sama yaitu menyebar.
Tabel 3.10. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Hutan Alam
No Nama Lokal Ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Bun-bun 1 1 -300 -0,023
2 Buat-buat 1 1 -300 -0,023
3 Cempedak 2 4 -297 -0,023
4 Embeng 1 1 -300 -0,023
5 Empenat 2 4 -297 -0,023
6 Jambu Hutan 1 1 -300 -0,023
7 Jelindan 1 1 -300 -0,023
8 Jengkol 2 4 -297 -0,023
9 Karet 11 121 -180 -0,014
10 Kayu Rusa 1 1 -300 -0,023
11 Kedingkak 50 2500 2199 0,170
12 Kedondong Hutan 1 1 -300 -0,023
13 Kelampai Tikus 2 4 -297 -0,023
14 Kemenyan 22 484 183 0,014
15 Kepuak 1 1 -300 -0,023
16 Made 110 12100 11799 0,915
17 Medang Ayau 5 25 -276 -0,021
18 Plaik Pipit 5 25 -276 -0,021
19 Pudu 2 4 -297 -0,023
20 Rengas Ayam 2 4 -297 -0,023
21 Ribis 4 16 -285 -0,022
22 Ribu-ribu 16 256 -45 -0,003
23 Satak 1 1 -300 -0,023
24 Sugi 16 256 -45 -0,003
25 Temubak 2 4 -297 -0,023
26 Ubah 37 1369 1068 0,083
27 Ubah Merah 2 4 -297 -0,023
Total 301 17193 9066 0,703
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 47


Hasil perhitungan nilai indeks morisita flora tingkat semai yang
mengalami penurunan terlihat dari data-data hasil pemantauan flora. Hal ini
dapat dijelaskan dengan keberadaan beberapa jenis flora tingkat semai yang
berada di lokasi secara menyebar, misalnya Tanaman Ubah yang tumbuh
menyebar di semua lokasi. Tanaman Ubah tumbuh pada lokasi FFa-1 sampai
FFa-7 masing-masing sebanyak 1, 2, 2, 17, 3, 11, 1 individu. Hal ini disebabkan
biji-biji semaian yang tumbuh pada lokasi secara menyebark akibat
repreduksi generatif, sehingga semaian flora menyebar pada lokasi areal
pemantauan. Nilai indeks morisita pada masing-masing jenis tanaman
tingkat semai dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tanaman tingkat semai pada
pemantauan semester sebelumnya sama dengan jenis flora yang menyebar
keberadaannya semester ini yaitu Tanaman Medang Ayau yang tumbuh di
lima lokasi (FFa-1, FFa-3, FFa-4, FFa-5 dan FFa-7) sebanyak 1 tanaman pada
setiap lokasi.
Pengamatan pola penyebaran flora tingkat pancang di areal hutan alam
pada semester I Tahun 2022 memiliki nilai indeks morisita sebesar -1,260
(Tabel 3.11.). Nilai Id kurang dari satu menunjukkan bahwa pola sebaran
individu flora tingkat pancang bersifat menyebar atau seragam di areal hutan
alam dengan jumlah individu sebanyak 144. Pola sebaran tanaman tingkat
pancang pada semester I Tahun 2022 ini tidak berbeda jauh dengan pola
sebaran tanaman tingkat pancang pada semester II tahun 2021, yaitu
menyebar dengan nilai indeks morisita sebesar -1,029. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi lingkungan yang cukup seragam pada area pemantauan hutan
alam serta ada kompetisi yang kuat antar individu tanaman sehingga
mendorong terjadinya pembagian ruang yang sama pada penyebaran
tanaman tingkat pancang. Penyebaran tanaman tingkat pancang di areal
hutan alam pada semester ini lebih sedikit dibandingkan semester
sebelumnya dan tanaman yang ditemukan baru akan menambah keragaman
tanaman yang menyebar merata pada areal pemantauan.
Tabel 3.11. Indeks Morisita Flora Tingkat Pancang di Hutan Alam
No. Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Ajuk 1 1 -143 -0,049
2 Asam Kandis 1 1 -143 -0,049
3 Berangan 3 9 -135 -0,046
4 Berangkis 1 1 -143 -0,049
5 Bun-bun 1 1 -143 -0,049
6 Cempedak 6 36 -108 -0,037
7 Empapan 1 1 -143 -0,049
8 Embulan 2 4 -140 -0,048
9 Empenat 3 9 -135 -0,046
10 Jambu Hutan 1 1 -143 -0,049
11 Jemai 6 36 -108 -0,037

48 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Lanjutan Tabel 3.11. …
No. Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
12 Karet 25 625 481 0,164
13 Kedondong Hutan 1 1 -143 -0,049
14 Kelempai tikus 8 64 -80 -0,027
15 Kemenyan 14 196 52 0,018
16 Kepala Beruang 3 9 -135 -0,046
17 Kepuak 3 9 -135 -0,046
18 Kumpang 1 1 -143 -0,049
19 Mangga 1 1 -143 -0,049
20 Made 2 4 -140 -0,048
21 Medang Ayau 2 4 -140 -0,048
22 Medang Ruman 1 1 -143 -0,049
23 Pando 2 4 -140 -0,048
24 Plaik Pipit 8 64 -80 -0,027
25 Pudu 1 1 -143 -0,049
26 Purak 8 64 -80 -0,027
27 Ribis 1 1 -143 -0,049
28 Senggayang 1 1 -143 -0,049
29 Satak 1 1 -143 -0,049
30 Sugi 10 100 -44 -0,015
31 Subal 1 1 -143 -0,049
32 Temau 1 1 -143 -0,049
33 Temubak 1 1 -143 -0,049
34 Ubah 10 100 -44 -0,015
35 Ubah Merah 11 121 -23 -0,008
36 Ujan-ujan 1 1 -143 -0,049
Total 144 1476 -3708 -1,260

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Indeks morisita tanaman tingkat tiang pada semester I tahun 2022


diperoleh nilai Id  1 yaitu sebesar -0,675, nilai Id kurang dari satu
menunjukkan pola sebaran individu flora tingkat tiang bersifat menyebar
dengan jumlah individu sebanyak 164 dari 36 jenis flora. Pola sebaran
tanaman tingkat tiang pada semester I Tahun 2022 sama dengan pola
sebarannya pada semester II tahun 2021, dengan nilai indeks morisita
sebesar -0,668. Dibandingkan dengan nilai indeks morisita pada semester I
tahun 2021, pola sebaran flora tingkat tiang menyebar dengan nilai indeks
sebesar -1,04. Ketiga nilai indeks morisita masih di bawah satu, sehingga pola

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 49


sebarannya menyebar di areal hutan alam. Hal ini menunjukkan tidak ada
perubahan pola sebaran tanaman tingkat tiang di areal hutan alam dalam
kurun waktu satu tahun. Selain itu juga dapat diketahui bahwa perubahan
musim dan susunan benih lokal pertumbuhan tanaman juga tidak
mempengaruhi pola sebaran tanaman tingkat tiang karena pemantauan
semester I 2021 dilakukan pada musim penghujan, sedangkan pemantauan
semester I 2022 dilaksanakan pada musim Pancaroba. Nilai indeks morisita
tingkat tiang hutan alam dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Indeks Morisita Flora Tingkat Tiang di Hutan Alam
No Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Asam Kandis 1 1 -163 -0,043
2 Berangan 2 4 -160 -0,042
3 Bongkal 1 1 -163 -0,043
4 Bun-bun 2 4 -160 -0,042
5 Cempedak 3 9 -155 -0,041
6 Damak Sintong 1 1 -163 -0,043
7 Embeng 1 1 -163 -0,043
8 Embulan 2 4 -160 -0,042
9 Engkubang 2 4 -160 -0,042
10 Entikal 1 1 -163 -0,043
11 Jambu Hutan 1 1 -163 -0,043
12 Jelindan 2 4 -160 -0,042
13 Jemai 6 36 -128 -0,034
14 Karet 47 2209 2045 0,536
15 Kedingkak 1 1 -163 -0,043
16 Kedondong Hutan 3 9 -155 -0,041
17 Kemenyan 25 625 461 0,121
18 Kepala Beruang 7 49 -115 -0,030
19 Kepuak 1 1 -163 -0,043
20 Keraci 2 4 -160 -0,042
21 Ketikal 1 1 -163 -0,043
22 Kubing 7 49 -115 -0,030
23 Labe 2 4 -160 -0,042
24 Leban 1 1 -163 -0,043
25 Medang Ayau 3 9 -155 -0,041
26 Medang Perekam 1 1 -163 -0,043
27 Pansi 1 1 -163 -0,043
28 Plaik Putih 1 1 -163 -0,043

50 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Lanjutan Tabel 3.12. …

No Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)


29 Plaik Pipit 6 36 -128 -0,034
30 Rambutan Hutan 3 9 -155 -0,041
31 Satak 1 1 -163 -0,043
32 Temau 13 169 5 0,001
33 Ubah 8 64 -100 -0,026
34 Ubah Jambu 1 1 -163 -0,043
35 Ubah Merah 3 9 -155 -0,041
36 Ujan-ujan 1 1 -163 -0,043
Total 164 3326 -2578 -0,675
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Perhitungan nilai indeks morisita (Id) tingkat pohon pada kegiatan


pemantauan semester I Tahun 2022 diperoleh nilai Id  1 yaitu -0,834 (Tabel
3.13). Nilai Id kurang dari satu menunjukkan bahwa pola sebaran individu
flora di tingkat pohon bersifat menyebar di areal hutan alam. Pola sebaran
tanaman tingkat pohon di areal hutan alam pada semester I Tahun 2022 tidak
berubah dari pola sebarannya pada semester II tahun 2021 dengan nilai
indeks morisita sebesar -1,295. Perhitungan indeks morisita flora tingkat
pohon dapat dilihat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Indeks Morisita Flora Tingkat Pohon di Hutan Alam
No. Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Bun-bun 6 36 -19 -0,045
2 Embeng 1 1 -54 -0,127
3 Entawak Into 1 1 -54 -0,127
4 Jelindan 5 25 -30 -0,071
5 Karet 11 121 66 0,156
6 Kemenyan 3 9 -46 -0,108
7 Keraci 1 1 -54 -0,127
8 Kubing 6 36 -19 -0,045
9 Medang Ayau 4 16 -39 -0,092
10 Plaik Pipit 7 49 -6 -0,014
11 Plaik Putih 1 1 -54 -0,127
12 Temau 8 64 9 0,021
13 Ubah 1 1 -54 -0,127
Total 55 361 -354 -0,834
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 51


3.2. Keanekaragaan Flora di Areal Reklamasi
Pertumbuhan tanaman yang baik pada areal reklamasi menjadi suatu
pencapaian yang sangat diharapkan karena menjadi indikator keberhasilan
dalam mereklamasi lahan pasca tambang. Pemantauan flora di areal
reklamasi pada semester I Tahun 2022 dilakukan pada lokasi yang sama
dengan lokasi pemantauan pada semester sebelumnya. Lokasi-lokasi
pemantauan terdapat di Bukit 19 dengan kode FFr-1, Bukit 2 (FFr-2), dan
Bukit 7 dengan dua lokasi yaitu FFr-3 dan FFr-4 (Lampiran 1). Hasil
pengamatan jenis dan jumlah flora dikelompokkan berdasarkan 4 tingkat
pertumbuhan yaitu semai, pancang, tiang dan pohon.
Tabel 3.14. Flora Tingkat Semai di Areal Reklamasi
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4 Individu
1 Cengkodok 5 6 11
2 Jambu Hutan 1 1 2
3 Jelindan 2 1 3
4 Jemai 1 1
5 Jengkol 1 1
6 Johar 7 14 21
7 Keraci 1 1
8 Kerampak 1 1
9 Leban 3 1 2 4 10
10 Longkat 1 1
11 Medang Ayau 1 1 2
12 Plaik Pipit 6 6
13 Simpur 1 1
14 Sugi 1 1
15 Ubah 3 3
16 Ubah Merah 1 1
Total 14 19 10 23 66

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b


Pemantauan flora tingkat semai pada semester I Tahun 2022 ditemukan
sebanyak 16 jenis flora dari 66 tanaman. Jenis flora yang dominan adalah
Tanaman Johar, Cengkodok dan Leban masing-masing sebanyak 21, 11 dan
10 tanaman (Tabel 3.14). Tanaman Leban tersebar pada semua lokasi
pemantauan areal reklamasi dengan sebaran paling banyak di lokasi FFa-4
sebanyak empat tanaman, sedangkan Tanaman Cengkodok sebanyak enam
individu yang tersebar pada lokasi FFr-3 dan Tanaman Johar pada lokasi FFr-
4 sebanyak 14 tanaman.

52 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Jumlah tanaman pada pemantauan semester ini rata-rata mengalami
penurunan namun memiliki jumlah yang meningkat. Tanaman baru yang
ditemukan pada pemantauan semester ini adalah tanaman Jemai, Jengkol,
Keraci dan Sugi. Tanaman Medang Ayau ditemukan baru pada lokasi FFr-1
sebanyak satu tanaman, sebelumnya pada semester II tahun 2021 tidak
ditemukan semaian ini. Hal ini diduga semaian tumbuh akibat terbawa biji-
bijian oleh burung ke lokasi pemantauan. Tanaman semai Medang Ayau
dapat dilihat pada (Gambar 3.10).

Gambar 3.10. Tanaman Medang Ayau Tingkat Semai di Lokasi FFr-2


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Lokasi pemantauan yang paling banyak ditemukan jenis dan jumlah


individu tanaman tingkat semai adalah FFr-4 dan FFr-2 masing-masing
sebanyak 23 dan 19 individu, sedangkan hasil pemantauan flora tingkat
semai yang paling sedikit ditemukan adalah pada lokasi FFr-3 sebanyak 10
tanaman. Jenis flora pada pemantauan semester ini lebih banyak daripada
semester sebelumnya (semester II tahun 2021), namun jumlah yang
diitemukan sedikit. Pemantauan semester I Tahun 2022 ditemukan sebanyak
16 jenis tanaman semai dari 66 tanaman sedangkan pada semester
sebelumnya ditemukan sebanyak 14 jenis dari 73 tanaman. Keempat lokasi
pemantauan mengalami penurunan jumlah tanaman tingkat semai pada
semester ini daripada jumlah pemantauan semester II tahun 2021.
Pemantauan semester II tahun 2021 ada empat lokasi didapatkan berturut-
turut sebanyak 15, 27, 17 dan 14 tanaman, sedangkan pada semester ini
berturut-turut sebanyak 14, 19, 10 dan 23 tanaman. Terdapat tanaman yang
tidak ditemukan pada semetser ini, yang sebelumnya ditemukan adalah

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 53


Tanaman Jenang. Tanaman ini diduga telah mati karena kegiatan perawatan
tanaman. Beberapa tanaman baru tingkat semai yang ditemukan pada
pemantauan flora semester ini yaitu Tanaman Jemai, Jengkol, Keraci dan Sugi.
Adanya beberapa jenis tanaman tingkat semai yang baru menunjukkan
bahwa keanekaragaman yang lebih tinggi sehingga akan membuat
lingkungan menjadi lebih stabil.
Pemantauan flora pada tingkat pancang yang ditemukan pada lokasi
pemantauan semester I Tahun 2022 menunjukkan ada peningkatan jumlah
dan jenis flora. Pemantauan semester ini ditemukan sebanyak tujuh jenis
tanaman dengan jumlah sebanyak 15 individu. Dibandingkan dengan
semester sebelumnya yaitu hanya sebanyak lima jenis flora dengan jumlah
12 individu. Peningkatan jumlah individu tanaman tingkat pancang pada
semester ini. Rekapitulasi data tanaman tingkat pancang di areal reklamasi
pada semester I Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 3.15 di bawah ini.
Tabel 3.15. Flora Tingkat Pancang di Areal Reklamasi
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4 Individu
1 Bun-bun 1 1
2 Cengkodok 1 1
3 Jambu Hutan 2 2 4
4 Johar 2 3 5
5 Leban 1 1
6 Plaik Putih 1 1
7 Sengon 2 2
Total 1 3 4 7 15
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pengamatan flora tingkat pancang pada semester ini menunjukkan


bahwa lokasi yang paling banyak ditemukan tanaman tingkat pancang adalah
lokasi FFr-4 yaitu sebanyak 7 Tanaman dari empat jenis yaitu Tanaman Bun-
bun, Jambu Hutan, Johar dan Plaik Putih. Lokasi FFr-2 pada semester ini
ditemukan sebanyak dua tanaman, dibandingkan dengan semester II tahun
2021 tidak ditemukan satupun tanaman tingkat pancang. Hal ini diduga oleh
karena cepatnya pertumbuhan tanaman tingkat semai menjadi tanamna
tingkat pancang. Terdapat tanaman baru yang ditemukan pada semester ini
yaitu Tanaman Bun-bun, Cengkodok dan Leban sedangkan tanaman yang
tidak ditemukan semester ini kembali dan ditemukan pada semester
sebelumnya adalah Tanaman Karet. Tanaman Karet yang tidak ditemukan
diakibatkan adanya perawatan pada areal reklamasi sehingga tanaman
tersebut ditebang.

54 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tanaman Plaik Putih ditemukan hanya satu individu pada lokasi FFr-4,
dibandingkan semester II tahun 2021 Tanaman Plaik Putih ditemukan
sebanyak 2 tanaman. Tanaman tersebut telah ditebang pada lokasi FFr-1
dikarenakan lokasi tersebut telah mengalami kegiatan perawatan tanaman
revegetasi (Gambar 3.11). Lokasi FFr-2 ditemukan dua jenis tanaman tingkat
pancang yaitu Tanaman Cengkodok dan Jambu Hutan, tanaman ini tumbuh
dengan cepat menjadi tanaman tingkat pancang dalam kurun waktu 6 bulan.

Gambar 3.11. Tanaman Plaik Putih yang Ditebang di Lokasi FFr-3


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan flora tingkat tiang yang ditemukan pada semester I Tahun


2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan dibandingkan pemantauan
semester sebelumnya. Pemantauan semester I Tahun 2022 didapatkan tujuh
jenis flora tingkat tiang dari 40 tanaman, sedangkan pada pemantauan flora
semester sebelumnya ditemukan sebanyak tujuh jenis dari 52 tanaman.
Tujuh jenis tanaman tingkat tiang yang ditemukan pada areal reklamasi,
terdapat tiga jenis tanaman reklamasi yang ditanami pada kegiatan
revegetasi lahan bekas pertambangan yaitu Tanaman Jambu Hutan, Jambu
Mente dan Johar. Tanaman Cempedak, Leban, Plaik Putih dan Senggayang
merupakan tanaman yang tumbuh di areal reklamsi akibat dari bawaan
semaian oleh hewan seperti burung.
Hasil rekapitulasi data pemantauan flora pada Tabel 3.16 menunjukkan
tanaman tingkat tiang yang ditemukan di areal reklamasi pada semester ini
menurun sebanyak 12 individu. Tanaman Johar yang ditemukan sebanyak 27
individu pada semester II tahun 2021 menurun menjadi 21 individu pada
semester ini. Tanaman Johar menurun pada lokasi FFr-3 dan FFr-4 yang
ditemukan masing-masing hanya sebanyak 5 dan 14 individu dibandingkan
semester sebelumnya sebanyak 8 dan 17 individu. Tanaman tingkat tiang
yang menurun dikarenakan tanaman tersebut sudah berkembang menjadi
tanaman tingkat pohon. Berikut ini data rekapitulasi flora tingkat tiang di
areal reklamasi semester I Tahun 2022.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 55


Tabel 3.16. Flora Tingkat Tiang di Areal Reklamasi
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4 Individu
1 Cempedak 1 1 2
2 Jambu Hutan 1 1
3 Jambu Mente 13 13
4 Johar 2 5 14 21
5 Leban 1 1
6 Plaik Putih 1 1
7 Senggayang 1 1
Total 7 13 6 14 40
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Gambar 3.12. Hamparan Tanaman Johar Tingkat Tiang di Lokasi FFr-4


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan flora pada areal reklamasi semester I Tahun 2022


menunjukkan bahwa lokasi FFr-2 dan FFr-4 adalah lokasi yang paling banyak
ditemukan flora tingkat tiang yaitu masing-masing sebanyak 13 dan 14
tanaman. Tanaman yang dominan pada pemantauan flora tingkat tiang pada
semester ini adalah Tanaman Johar dan Jambu Mente berturut-turut
sebanyak 21 dan 13 tanaman. Pemantauan flora tingkat tiang pada semester
ini dalam kurun waktu enam bulan memperlihatkan adanya pertambahan
diameter batang tanaman. Hamparan Tanaman Johar pada lokasi FFr-4 bisa
dilihat pada Gambar 3.12.
Perhitungan jumlah pemantauan flora tingkat pohon di areal reklamasi
pada semester I Tahun 2022 lebih sedikit daripada yang ditemukan pada
pemantauan semester sebelumnya (semester II tahun 2021). Tanaman
tingkat pohon yang ditemukan pada semester ini di areal reklamasi

56 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
berjumlah 8 pohon dari 5 jenis tanaman (Tabel 3.16.), sedangkan pada
pemantauan semester II tahun 2021 berjumlah 9 pohon dari 5 jenis tanaman.
Penurunan jumlah tanaman tingkat pohon dapat dilihat bahwa tanaman
Plaik Pipit ditemukan sebanyak tiga individu pada semester ini, sebelumnya
ditemukan sebanyak empat individu. Lokasi FFr-3 dan FFr-4 mengalami hal
yang sama pada semester sebelumnya yaitu tidak ditemukan satupun jenis
tanaman. Tanaman Jambu Mente juga menjadi satu di antara jenis tanaman
yang berkurang ditemukan pada lokasi FFr-2. Tanaman ini ditemukan
sebanyak dua tanaman pada semester sebelumnya dan hanyak ada satu
individu ditemukan pada semester ini. Tanaman Jambu Mente pada lokasi
FFr-1 ditemukan telah bertambah diameter menjadi sebesar 23,95 cm
(Gambar 3.13.).

Gambar 3.13. Tanaman Jambu Mente pada Lokasi FFr-2 Areal Reklamasi
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Lokasi areal reklamasi yang paling banyak jumlah pohonnya adalah


lokasi FFr-1 dengan jumlah pohon sebanyak enam individu yang terdiri dari
Pohon Cempedak, Plaik Putih, Johar dan Leban, sedangkan lokasi yang tidak
ditemukan satupun tanaman tingkat pohon adalah lokasi FFr-3 dan FFr-4.
Lokasi tersebut merupakan areal reklamasi yang masih dominan tanaman
yang mencapai tingkat tiang.
Tanaman Johar tingkat pohon pada lokasi FFr-1 tidak ditemukan lagi
pada semester II Tahun 2021, pada semester ini Tanaman Johar ditemukan
sebanyak satu tanaman pada lokasi FFr-1. Tanaman Leban dan Plaik Putih
masing-masing berkurang satu tanaman pada lokasi FFr-1, sedangkan lokasi
FFr-2 ditemukan dua tanaman Jambu Mente. Dibandingkan dengan
pemantauan flora tingkat pohon pada semester II tahun 2021, lokasi FFr-2
ditemukan Tanaman Jambu Mente dan Johar. Tanaman tersebut tumbuh
karena sengaja ditanam untuk revegetasi sehingga menambah jumlah flora.
Daftar flora tingkat pohon pada pemantauan flora semester I Tahun 2022
dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut.

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 57


Tabel 3.17. Flora Tingkat Pohon di Areal Reklamasi
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4 Individu
1 Cempedak 1 1
2 Jambu Mente 2 2
3 Plaik Putih 3 3
4 Johar 1 1
5 Leban 1 1
Total 6 2 0 0 8
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tanaman Cempedak tingkat pohon mengalami peningkatan diameter


tanaman menjadi sebesar 74,90 cm pada pemantauan semester I Tahun
2022. Tanaman tersebut ditemukan pada semester ini dengan kondisi tidak
sedang berbuah, namun ditemukan pada semester sebelumnya dalam
keadaan berbuah. Hal ini dikarenakan Tanaman Cempedak akan
mengeluarkan buah pada masa periode pemantauan semester II pada setiap
tahun pementauan yang biasanya sudah memasuki musim kemarau.
Tabel 3.18. Indeks Keanekaragaman Flora Semai di Areal Reklamasi

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)


1 Cengkodok 11 0,167 0,78 0,13
2 Jambu Hutan 2 0,030 1,52 0,05
3 Jelindan 3 0,045 1,34 0,06
4 Jemai 1 0,015 1,82 0,03
5 Jengkol 1 0,015 1,82 0,03
6 Johar 21 0,318 0,50 0,16
7 Keraci 1 0,015 1,82 0,03
8 Kerampak 1 0,015 1,82 0,03
9 Leban 10 0,152 0,82 0,12
10 Longkat 1 0,015 1,82 0,03
11 Medang Ayau 2 0,030 1,52 0,05
12 Plaik Pipit 6 0,091 1,04 0,09
13 Simpur 1 0,015 1,82 0,03
14 Sugi 1 0,015 1,82 0,03
15 Ubah 3 0,045 1,34 0,06
16 Ubah Merah 1 0,015 1,82 0,03
Total 66 1 23,42 0,94
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
58 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang harus mampu membantu
kegiatan mempercepat proses suksesi secara alami ke arah peningkatan
keanekaragaman flora. Nilai Indeks Keanekaragaman jenis flora di areal
reklamasi pada semester I Tahun 2022 diamati dalam empat tingkat
pertumbuhan yaitu tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Indeks
keanekaragaman jenis (H) tingkat semai di areal reklamasi pada pemantauan
semester ini diperoleh nilai H sebesar 0,94 (Tabel 3.18.).
Kategori nilai indeks H kurang dari satu menunjukkan bahwa
keanekaragaman jenis flora di areal reklamasi tingkat semai termasuk
kategori rendah. Tanaman tingkat semai ditemukan sebanyak 16 jenis flora
dengan jumlah individu sebanyak 66. Indeks keanekaragaman flora tingkat
semai yang tergolong rendah di areal reklamasi pada pemantauan semester
I Tahun 2022 disebabkan adanya jenis flora yang mendominasi dan
sedikitnya jenis flora. Tanaman Johar, Cengkodok dan Leban yang
mempunyai nilai H masing-masing sebesar 0,16, 0,13 dan 0,12. Dibandingkan
dengan semester sebelumnya, semester ini nilai H untuk flora tingkat semai
areal reklamasi lebih tinggi dibandingkan semester sebelumnya yaitu 0,84
dengan jenis flora sebanyak 14 tanaman dan 73 individu. Jumlah flora pada
pemantauan semester I tahun 2022 ini sama dengan jumlah pemantauan
semester I tahun 2021 sebanyak 66 individu dengan nilai indeks sebesar 0,79
yang termasuk kategori rendah.
Tabel 3.19. Indeks Keanekaragaman Flora Pancang di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)
1 Bun-bun 1 0,067 1,18 0,08
2 Cengkodok 1 0,067 1,18 0,08
3 Jambu Hutan 4 0,267 0,57 0,15
4 Johar 5 0,333 0,48 0,16
5 Leban 1 0,067 1,18 0,08
6 Plaik Putih 1 0,067 1,18 0,08
7 Sengon 2 0,133 0,88 0,12
Total 15 1 6,63 0,74

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tabel 3.19 dibawah ini menunjukkan hasil nilai indeks keanekaragaman


jenis tanaman tingkat pancang di areal reklamasi diperoleh nilai H sebesar
0,74. Nilai H kurang dari satu menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis
flora di areal reklamasi tingkat pancang pada semester I Tahun 2022
termasuk kategori rendah. Jika dibandingkan nilai keanekaragaman jenis
tanaman tingkat pancang pada semester II tahun 2021 (0,59) nilai indeksnya
lebih rendah. Hal ini disebabkan pada pemantauan semester I Tahun 2022
lebih banyak ditemukan jenis dan jumlah flora di areal reklamasi pada
tanaman tingkat pancang dibandingkan semester sebelumnya. Nilai indeks

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 59


keanekaragaman tanaman tingkat pancang di areal reklamasi dapat dilihat
pada Tabel 3.18. Tanaman Johar menjadi tanaman yang mendominasi pada
pemantauan flora tingkat pancanag semester ini dengan nilai indeks sebesar
0,16.
Hasil nilai indeks keanekaragaman jenis flora tingkat tiang pada
pemantauan semester I Tahun 2022 di areal reklamasi sebesar 0,53 (Tabel
3.19). Nilai H kurang dari satu menunjukkan keanekaragaman jenis flora
tingkat tiang di areal reklamasi termasuk kategori rendah. Hal ini disebabkan
jenis dan jumlah tanaman tingkat tiang di areal reklamasi hanya ditemukan
sebanyak tujuh jenis flora yang sama dengan semester sebelumnya yaitu
Tanaman Cempedak, Jambu Mente, Jambu Hutan, Johar, Leban, Plaik Putih
dan Senggayang dengan jumlah individu sebanyak 40 tanaman. Bila
dibandingkan dengan nilai indeks keanekaragaman pada pemantauan
semester II tahun 2021 nilai H = 0,49 lebih rendah dari semester ini. Hal ini
diduga karena adanya tanaman tingkat tiang yang mendominasi pada
pemantauan semester ini yaitu Tanaman Johar sebanyak 21 tanaman dengan
nilai indeks sebesar 0,15. Selain itu, tanaman yang mendominasi tingkat tiang
selanjutnya adalah Tanaman Jambu Mente sebanyak 13 individu dengan niali
indeks sebesar 0,16. Perhitungan nilai indeks keanekaragaman tanaman
tingkat tiang di areal reklamasi dapat dilihat pada Tabel 3.20.
Tabel 3.20. Indeks Keanekaragaman Flora Tiang di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)
1 Cempedak 2 0,050 1,30 0,07
2 Jambu Hutan 1 0,025 1,60 0,04
3 Jambu Mente 13 0,325 0,49 0,16
4 Johar 21 0,525 0,28 0,15
5 Leban 1 0,025 1,60 0,04
6 Plaik Putih 1 0,025 1,60 0,04
7 Senggayang 1 0,025 1,60 0,04
Total 40 1 8,48 0,53

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Nilai indeks keanekaragaman jenis tanaman tingkat pohon pada


semester I Tahun 2022 sebesar 0,65. Nilai H kurang dari satu menunjukkan
bahwa keanekaragaman jenis flora di areal reklamasi tingkat pohon
termasuk kategori rendah dengan Tanaman Plaik Putih yang mendominasi.
Nilai indeks keanekaragaman pohon pada semester II tahun 2021 sebesar
0,62, maka nilai indeks keanekaragaman pohon pada semester ini lebih tinggi
dibandingkan semester sebelumnya dengan selisish sebesar 0,3. Tabel 3.21
dibawah ini menunjukkan nilai keanekaragaman pohon di areal reklamasi
semester I Tahun 2022.

60 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 3.21. Indeks Keanekaragaman Pohon di Areal Reklamasi

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)-log(ni/N)


1 Cempedak 1 0,13 0,90 0,11
2 Jambu Mente 2 0,25 0,60 0,15
3 Plaik Putih 3 0,38 0,43 0,16
4 Johar 1 0,13 0,90 0,11
5 Leban 1 0,13 0,90 0,11
Total 8 1 3,74 0,65
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Perhitungan nilai indeks keanekaragaman flora semua tingkat


pertumbuhan pada pemantauan semester I Tahun 2022 lebih tinggi di areal
hutan alam daripada di areal reklamasi (Gambar 3.15). Indeks
keanekaragaman flora pada areal hutan alam berkisar antara 0,95 – 1,31
sedangkan pada areal reklamasi hanya berkisar 0,53 – 0,94. Hal ini
disebabkan karena di areal hutan alam lebih banyak ditemukan berbagai
jenis keanekaragaman flora dalam berbagai tingkat pertumbuhan, sedangkan
pada areal reklamasi banyak ditemukan jenis tanaman yang sengaja ditanami
sebagai tanaman revegetasi lahan bekas tambang. Jumlah jenis flora yang
teramati dalam pemantauan flora di areal hutan alam untuk tingkatan
pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon secara berturut-turut
sebanyak 27, 36, 36 dan 13 jenis flora, sedangkan pada areal reklamasi hanya
ditemukan jenis flora pada tingkatan yang sama berturut-turut sebanyak 16,
7, 7 dan 5 jenis flora. Selisih antar tingkat pertumbuhan nilai indeks
keanekaragaman jenis flora di areal reklamasi cukup berbeda, misalnya
antara tingkat semai dengan pohon selisih 0,29. Hal ini mencerminkan
komunitas flora di lingkungan reklamasi semakin bertambah.

Gambar 3.14. Indeks Keanekaragaman Flora Pemantauan Semester I 2022


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 61


Rekapitulasi nilai indeks keanekaragaman flora semester I Tahun 2022
pada Gambar 3.14 menunjukan bahwa jenis flora di areal reklmasi paling
tinggi terdapat di tingkat semai dibandingkan dengan tingkat pancang, tiang
dan pohon. Kecenderungan yang sama terjadi pada pemantauan semester II
tahun 2021. Nilai indeks keanekaragaman kedua tertinggi ada pada flora
tingkat pancang, yaitu sebesar 0,74 kemudian disusul dengan tingkat pohon
sebesar 0,65 dan tingkat tiang 0,53. Hal ini menunjukkan sudah berjalan
pengkayaan flora di areal reklamasi dan akan menguntungkan proses
revegetasi secara alami apabila tanaman semai dikembangkan dengan
perawatan yang cukup. Flora tingkat tiang dan pohon yang beranekaragam
akan meningkatkan biodiversitas areal reklamasi sehingga dapat diprediksi
dalam waktu 2 atau 3 tahun tanaman tingkat pancang akan tumbuh menjadi
pepohonan, dan akan menghasilkan biji-bijian yang akan tumbuh menjadi
semaian-semaian pada waktu mendatang. Hal ini sangat diharapkan dalam
mencapai suksesi alami pertumbuhan tanaman dalam kegiatan revgetasi
lahan bekas tambang.
Tabel 3.22. Indeks Morisita Flora Tingkat Semai di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Cengkodok 11 121 55 0,051
2 Jambu Hutan 2 4 -62 -0,058
3 Jelindan 3 9 -57 -0,053
4 Jemai 1 1 -65 -0,061
5 Jengkol 1 1 -65 -0,061
6 Johar 21 441 375 0,350
7 Keraci 1 1 -65 -0,061
8 Kerampak 1 1 -65 -0,061
9 Leban 10 100 34 0,032
10 Longkat 1 1 -65 -0,061
11 Medang Ayau 2 4 -62 -0,058
12 Plaik Pipit 6 36 -30 -0,028
13 Simpur 1 1 -65 -0,061
14 Sugi 1 1 -65 -0,061
15 Ubah 3 9 -57 -0,053
16 Ubah Merah 1 1 -65 -0,061
Total 66 732 -324 -0,302
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Identifikasi pola sebaran flora di areal reklamasi pada kegiatan


pemantauan semester I Tahun 2022 berdasarkan 4 tingkat pertumbuhan
yaitu tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Tabel 3.22 menunjukkan

62 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
indeks morisita (Id) tingkat semai diperoleh nilai Id kurang dari satu yaitu -
0,302, nilai Id kurang dari satu menunjukkan bahwa pola sebaran individu
flora di tingkat semai menyebar di areal reklamasi. Pola sebaran tanaman
tingkat semai di areal reklamasi menurun dari hasil pemantauan pada
semester II tahun 2021 yang mempunyai nilai indeks morisita sebesar 0,057
yang menunjukkan bahwa flora menyebar di areal reklamasi. Kedua
semester pemantauan termasuk dalam pola sebaran menyebar, meskipun
memiliki jumlah dan jenis flora yang berbeda. Pola sebaran yang menyebar
disebabkan flora tingkat semai pada area reklamasi menyebar di semua
lokasi pemantauan dengan jumlah yang tidak jauh berbeda antara lokasi
berturut-turut dari FFr-1 – FFr-4 sebanyak 14, 19, 10 dan 23 flora. Pola
sebaran di areal reklamasi memiliki kewajaran karena tanaman yang menjadi
penanaman pada kegiatan revegatasi ditanami secara menyebar di area
kawasan reklamasi.
Indeks morisita (Id) flora tingkat pancang pada semester I Tahun 2022
memiliki nilai kurang dari satu yaitu -1,067, nilai Id kurang dari satu
menunjukkan bahwa pola sebaran individu flora tingkat pancang bersifat
menyebar di areal reklamasi. Pola sebaran tanaman tingkat pancang di areal
reklamasi pada semester I Tahun 2022 sama dengan pola sebarannya pada
semester II tahun 2021 yang mempunyai nilai indeks morisita sebesar -0,424.
Pola sebaran flora yang sama ini diduga karena pada pemantauan semester I
Tahun 2022 jenis dan jumlah flora tingkat pancang yang ditemukan tidak
jauh berbeda yaitu sebanyak 7 jenis flora dengan 15 individu, namun lebih
banyak daripada semester sebelumnya yaitu sebesar 5 jenis tanaman dengan
12 individu. Nilai indeks morisita flora tingkat pancang di areal reklamasi
pada semester I Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 3.23.
Tabel 3.23. Indeks Morisita Flora Tingkat Pancang di Areal Reklamasi
No Nama Lokal Ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Bun-bun 1 1 -14 -0,267
2 Cengkodok 1 1 -14 -0,267
3 Jambu Hutan 4 16 1 0,019
4 Johar 5 25 10 0,190
5 Leban 1 1 -14 -0,267
6 Plaik Putih 1 1 -14 -0,267
7 Sengon 2 4 -11 -0,210
Total 15 49 -56 -1,067
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil Nilai (Id) flora tingkat tiang pada pemantauan semester I Tahun
2022 diperoleh nilai kurang dari satu yaitu sebesar 0,867 (Tabel 3.24). Nilai
indeks morisita kurang dari satu menunjukkan bahwa pola sebaran individu

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 63


flora tingkat tiang bersifat menyebar di areal reklamasi. Penyebaran tanaman
tingkat tiang yang menyebar pada semester I Tahun 2022 di areal reklamasi
disebabkan jumlah individunya banyak dan jenis tanaman yang sedikit yaitu
terdapat tujuh jenis tanaman dengan didominasi oleh jenis tanaman tingkat
tiang yaitu Tanaman Johar dan Jambu Mente masing masing sebanyak 21 dan
13 tanaman.
Tabel 3.24. Indeks Morisita Flora Tingkat Tiang di Areal Reklamasi
No Nama Lokal Ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Cempedak 2 4 -36 -0,092
2 Jambu Hutan 1 1 -39 -0,100
3 Jambu Mente 13 169 129 0,331
4 Johar 21 441 401 1,028
5 Leban 1 1 -39 -0,100
6 Plaik Putih 1 1 -39 -0,100
7 Senggayang 1 1 -39 -0,100
Total 40 618 338 0,867
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Nilai Id Tanaman Johar dan Jambu Mente berturut-turut sebesar 1,028


dan 0,311. Dibandingkan dengan semester sebelumnya, nilai indeks morisita
flora tingkat tiang semester ini lebih rendah dari sebelumnya, serta pola
sebarannya berbeda yaitu mengelompok dengan nilai indeks morisita
sebesar 1,107, dengan jenis flora yang berbeda dan jumlah flora yang lebih
banyak sebesar 52 tanaman.
Indeks morisita tingkat pohon diperoleh nilai Id < 1 yaitu sebesar -1,714.
Nilai Id kurang dari satu menunjukkan bahwa pola sebaran flora tingkat
pohon pada pemantauan semester I Tahun 2022 bersifat menyebar di areal
reklamasi. Sebaran flora tingkat pohon yang menyebar disebabkan karena
beberapa tanaman pada areal reklamasi masih banyak belum termasuk
kategori pohon. Tanaman revegetasi yang ditanami masih banyak tergolong
tanaman tingkat tiang sehingga jenis dan jumlah flora tingkat pohon tidak
banyak ditemukan. Jumlah tanaman tingkat pohon yang ditemukan sebanyak
delapan pohon. Pola sebaran tanaman tingkat pohon pada semester I Tahun
2022 sama dengan pola sebaran flora tingkat pohon pada pemantauan
semester II tahun 2021 di areal reklamasi yang mempunyai nilai indeks
morisita sebesar -1,222. Jumlah flora pada semester ini berkurang satu
tanaman tingkat pohon. Nilai indeks morisita flora tingkat pohon di areal
reklamasi pada semester I Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 3.25 berikut
ini.

64 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 3.25. Indeks Morisita Flora Tingkat Pohon di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni2 (ni2-N) q(ni2-N)/(N(N-1)
1 Cempedak 1 1 -7 -0,500
2 Jambu Mente 2 4 -4 -0,286
3 Plaik Putih 3 9 1 0,071
4 Johar 1 1 -7 -0,500
5 Leban 1 1 -7 -0,500
Total 8 16 -24 -1,714
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 3 | Keanekaragaman Flora 65


BAB 4
Keanekaragaman Fauna

L
ingkungan yang tertutup pada areal hutan alam akan membantu
kemudahan fauna dalam beradaptasi. Kondisi vegetasi yang tertutup
dan tajuk perpohonan akan mempengaruhi keberadaan fauna pada
areal pemantauan. Pemantauan fauna semester I tahun 2022 dilakukan pada
petak pengamatan ukuran 20 x 20 meter, dan dalam petak tersebut diamati
fauna berdasarkan jejak fauna yang ada di sekitar petak pengamatan, seperti
kotoran, sarang, suara maupun wujudnya. Pemantauan fauna pada semester
I Tahun 2022 ini dilakukan pada dua areal yang berbeda yaitu areal hutan
alam (FFa) dan areal reklamasi (FFr). Pemantauan fauna di areal FFa
dilakukan sebanyak tujuh lokasi dan areal FFr sebanyak empat lokasi.
Berikut ini disampaikan data rekapitulasi pengamatan fauna beserta nama
latinnya (Tabel 4.1). Hasil pemantauan fauna pada semester I Tahun 2022
ditemukan sebanyak 59 jenis fauna, pada areal hutan alam ditemukan 53
jenis fauna dengan jumlah sebanyak 1857 individu, sedangkan di areal
reklamasi teramati 653 fauna dari 43 jenis fauna. Jenis dan nama fauna yang
diamati pada pemantauan semester ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Fauna yang Teramati di Areal Hutan Alam & Reklamasi

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili


1 Belalang Dissosteira carolina Dericorythidae
2 Belalang Hijau Melanoplus differentialis Caeliferae
3 Belalang Sembah Hierodula patellifera Mantidae
4 Burung Beriak belum teridentifikasi
5 Burung Bubut
6 Burung Ceriak
7 Burung Empuluk Pycnootus goiavier Pyycnonotidae
8 Burung Entarak
9 Burung Jalak
10 Burung Kanjit
11 Burung Kebece Napothera crassa Timaliidae
12 Burung Kutilang
13 Burung Laut

66 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Lanjutan Tabel 4.1. …

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili


14 Burung Mimpi Dudi
15 Burung Obok
16 Burung Pelatuk
17 Burung Pipit Taeniopygia guttata Estrildidae
18 Burung Punai
19 Burung Tembuguk
20 Burung Uncit Aegithina tiphia Aegithinidae
21 Cacing
22 Capung Neurothemis sp. Libellulidae
23 Capung Hitam
24 Capung Orange
25 Empangau
26 Induk Panas Neotibicen linnei Cicadidae
27 Jangkrik Gryllus assimilis Gryllidae
28 Kecoa Periplaneta americana Blattodea
29 Kumbang
30 Kunang-kunang
31 Kupu-kupu Cokelat Appias libythea Nymphalidae
32 Kupu-kupu Kuning Photuris lucicrescens Lampyridae
33 Kupu-kupu Merah
34 Kupu-kupu Putih Pieris brassicae Pieridae
35 Laba-laba Araneous diadematus Araneidae
36 Laba-laba Besar Araneous sp. Araneidae
37 Laba-laba kecil Oxyopes sertatus Oxyopidae
38 Lalat Besar Limnobia limnobioides Limoniidae
39 Lalat Kecil Sarcophaga sp. Sarcophagidae
40 Lebah Apis andreniformis Apidae
41 Milipeda Chilognatha
42 Lintah
43 Ngengat
44 Nyamuk Aides sp Culicidae

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 67


Lanjutan Tabel 4.1. …

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili


45 Rayap Isoptera Rhinotermitidae
46 Semut Cokelat Lasius Niger Formicidae
47 Semut Hitam Besar Pheidologeton diversus Formicidae
48 Semut Hitam Kecil Dolichoderus thoracicus Formicidae
49 Semut Merah kecil Oechophylla smaragdina Formicidae
50 Semut Rang-rang Oecophylla smaragdina Formicidae
51 Serangga Solenopsis invicta Formicidae
52 Siput Helix aspersa Stylommatophorae
53 Tawon Vespinae Apidae
54 Tupai Tupaia minor Tupaiidae
55 Ulat Hijau
56 Ulat Kaki Hitam Lymantrildae
57 Ulat Bulu Arctornis sp. Lymantrildae
58 Ulat Daun Lymantrildae
59 Ulat Tanduk Lymantrildae

4.1. Keanekaragaman Fauna di Hutan Alam


Keberadaan fauna sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
sumber makanan. Lingkungan yang nyaman akan memberi peluang fauna
untuk bisa berkembang biak dengan banyak. Pemantauan fauna pada
semester I Tahun 2022 di areal hutan alam dilakukan pada 7 lokasi yaitu
dengan kode (FFa-1 sampai FFa-7). Rekapitulasi data fauna diklasifikasikan
berdasarkan kelompok fauna yaitu Aves (burung), insekta (serangga),
mamalia dan melata. Hasil pemantauan fauna pada semester I Tahun 2022 di
hutan alam ditemukan fauna kelompok burung sebanyak 16 jenis, dengan
total 55 ekor. Sebagian besar jenis burung diidentifikasi dari suara,
penemuan sarangnya dan jejak kotoran seperti pada lokasi FFa-1 ditemukan
sarang burung Empuluk (Gambar 4.1.). Burung ini ditemukan sebanyak tujuh
ekor pada areal pemantauan hutan alam dan ditemukan sedang melakukan
perkembangbiakan telur pada sarang burung. Hal ini menunjukkan burung
Empuluk telah merasa nyaman dengan kondisi alam lingkungan habitatnya.
Lokasi FFa-6 menjadi lokasi yang paling banyak ditemukan sarang burung
yaitu 5 sarang dan lokasi ini menjadi lokasi yang paling dominan ditemukan
jumlah burung. Jenis burung yang ditemukan pada lokasi FFa-6 terdiri dari
Burung Ceriak, Empuluk, Entarak, Kebece, Kutilang, Pipit dan burung Uncit.

68 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Gambar 4.1. Sarang Burung Empuluk di Lokasi FFa-6
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan fauna jenis burung menunjukkan yang dominan adalah


Burung Beriak sebanyak 13 individu. Beberapa jenis burung lainnya yang
ditemukan pada pemantauan fauna semester ini adalah Burung Kebece,
Kutilang, Punai dan Uncit masing-masing sebanyak 3, 3, 5 dan 6 ekor.
Beberapa jenis burung seperti Burung Bubut, Jalak, Laut, Obok, dan Pelatuk
yang sebarannya sedikit karena keberadaannya hanya satu pada setiap
lokasi. Hasil pengamatan burung di hutan alam pada semester I 2022 lebih
banyak dibandingkan semester II 2021 yaitu sebanyak 12 jenis dengan
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan semester ini sebanyak 51
individu. Berikut rekapitulasi burung di areal hutan alam (Tabel 4.2.).

Tabel 4.2. Jumlah dan Jenis Burung yang ditemukan di Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No Nama Lokal
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7 Individu
1 Burung Beriak 1 1 5 1 3 2 13
2 Burung Bubut 1 1
3 Burung Ceriak 2 2
4 Burung Empuluk 1 4 1 1 2 7
5 Burung Entarak 1 1
6 Burung Jalak 1 1
7 Burung Kebece 3 3
8 Burung Kutilang 1 2 3
9 Burung Laut 1 1
10 Burung Obok 1 1
11 Burung Pelatuk 1 1
12 Burung Pipit 1 4 5
13 Burung Punai 5 5
Burung Mimpi
14 1 1 2
Dudi
15 Burung Tembuguk 1 1
16 Burung Uncit 1 1 2 2 6
Total 12 2 10 4 5 15 7 55

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 69


Fauna jenis serangga merupakan fauna yang banyak ditemukan pada
pemantauan di areal hutan alam. Hasil pemantauan fauna jenis serangga di
areal hutan alam pada semester I Tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Jumlah serangga yang ditemukan pada semester ini sebanyak 1768 serangga
dari 29 jenis, lebih banyak daripada serangga yang dijumpai pada semester
sebelumnya yang hanya berjumlah 1255 individu dengan jenis yang lebih
sedikit sebanyak 31 jenis fauna. Terdapat beberapa serangga baru yang
ditemukan pada pemantauan semester ini di antaranya Capung, Empangan,
Kumbang, Lebah dan Tawon. Berikut beberapa jenis Serangga yang
ditemukan pada areal pemantauan hutan alam.
Serangga yang paling dominan ditemukan pada pemantauan fauna
adalah Semut Hitam Kecil dan Nyamuk masing-masing sebanyak 800 dan 262
individu, disusul dengan Semut Rang-rang 200 individu dan Semut Hitam
besar sebanyak 100 individu (Tabel 4.3). Gambar 24a merupakan Laba-laba
dengan jenis yang baru, Laba-laba yang ditemukan berwarna Merah pada
bagian atas punggung yang masih termasuk dalam famili Araneidae. Terdapat
jenis serangga milipeda yang ditemukan setiap tahunnya. Fauna ini biasa
hidup di bawah tanah dengan kedalaman 3-4 cm pada kondisi lembab dan
gelap serta muncul kepermukaan tanah untuk mencari makanan. Milipeda
sering ditemukan pada pagi hari terutama selesai hujan karena kondisi tanah
yang lembab (Gambar 4.2.).

a b
Gambar 4.2. Laba-laba (a) dan Milipeda (b) di areal hutan alam
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah individu yang paling banyak


terdapat pada lokasi FFa-5 dan FFa-2 dibandingkan lokasi lainnya, masing-
masing ditemukan fauna jumlah serangga sebanyak 417 dan 374 ekor,
kemudian diikuti oleh lokasi FFa-7 sebanyak 364 individu dan FFa-4
sebanyak 177 ekor serangga. FFa-5 juga menjadi lokasi yang paling banyak
ditemukan jenis serangga yaitu sebanyak 13 jenis fauna, hal ini disebabkan
lokasi tersebut masih tergolong hutan alam yang rimbun serta banyak
tumbuhannya sehingga fauna jenis serangga akan mudah ditemukan pada
lokasi yang menyediakan habitat yang baik untuk perkembangan fauna.

70 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 4.3. Fauna Jenis Serangga di Areal Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
1 Belalang 2 1 1 4
2 Belalang Sembah 3 3
3 Capung 5 5
4 Empangau 1 2 3
5 Induk Panas 5 5
6 Jangkrik 1 2 1 2 6
7 Kecoa 2 1 3
8 Kumbang 1 1 1 3
9 Kunang-kunang 1 2 3
Kupu-kupu
10 2 5 1 8
Merah
Kupu-kupu
11 5 11 16
Cokelat
12 Kupu-kupu Putih 7 4 11
Kupu-kupu
13 2 3 5
Kuning
14 Laba-laba 5 5 5 5 20
15 Laba-laba Besar 1 1
16 Laba-laba kecil 15 15
17 Lalat Kecil 5 1 2 5 5 5 23
18 Lalat Besar 10 10
19 Lebah 1 1 2
20 Milipeda 1 1 2
21 Ngengat 3 10 6 15 10 3 47
22 Nyamuk 50 50 12 50 20 30 50 262
23 Rayap 100 100
Semut Hitam
24 50 150 100 100 200 100 100 800
Kecil
Semut Hitam
25 100 100
Besar
Semut Merah
26 60 30 90
kecil
27 Semut Rang-rang 50 150 200
28 Serangga 20 20
29 Tawon 1 1
Total 128 374 152 177 417 156 364 1768
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 71


Lokasi FFa-5 juga memiliki kondisi yang lebar, terdapat bekas sisa
genangan air pada areal pemantauan. Lokasi yang paling sedikit jumlah
serangganya adalah FFa-1 yaitu hanya ditemukan 128 ekor serangga yang
didominasi oleh Nyamuk dan Semut hitam kecil yaitu sebanyak 50 ekor. Hal
yang sama terjadi pada pemantauan sebelumnya, lokasi FFa-1 menjadi lokasi
yang paling sedikit jumlah fauna yang ditemukan.
Pengamatan jumlah fauna jenis mamalia yang diamati pada pemantauan
semester I Tahun 2022 ditemukan Tupai sebanyak empat ekor (Tabel 4.4.),
berbeda dengan pemantauan semester sebelumnya yang ditemukan fauna
Tupai sebanyak satu ekor. Tupai yang ditemukan pada semester I Tahun
2022 ditemukan pada lokasi FFa-2, FFa-4 dan FFa-7. Tupai yang ditemukan
pada lokasi FFa-2 dengan diketahui jejak dari sarang yang berada di antara
batang pohon sedangkan pada lokasi FFa-7 ditemukan jejak makanan bekas
gigitan Tupai. Fauna jenis mamalia dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Fauna Jenis Mamalia di Areal Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
1 Tupai 1 2 1 4
Total 0 1 0 2 0 0 1 4
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Fauna di areal hutan alam yang tergolong sebagai fauna melata (Tabel
4.5). Pemantauan fauna jenis dan jumlah melata pada semester I Tahun 2022
lebih banyak daripada semester sebelumnya yaitu sebanyak tujuh jenis
dengan 30 individu. Fauna melata ditemukan pada semester ini termasuk
dalam spesies Lintah, Siput dan Ulat yang ditemukan pada semua lokasi areal
hutan alam kecuali lokasi FFa-6. Hal ini dikarenakan habitat asli fauna
tersebut mendukung untuk berkembang dan hidup.
Tabel 4.5. Fauna Melata di Areal Hutan Alam
Petak Pengamatan Jumlah
No. Nama Lokal
Individu
FFa-1 FFa-2 FFa-3 FFa-4 FFa-5 FFa-6 FFa-7
1 Lintah 1 1
2 Siput 1 1 2
3 Ulat Kaki Hitam 8 1 9
4 Ulat Cokelat 1 1
5 Ulat Hijau 1 1
6 Ulat Bulu 1 3 11 15
7 Ulat Tanduk 1 1
Total 8 3 3 1 4 0 11 30
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
72 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Pemantauan fauna melata pada semeter ini ditemukan jenis baru yaitu
Lintah yang ditemukan pada lokasi FFa-3. Fauna ini termasuk dalam keluarga
cacing dan spesies ini banyak ditemukan pada lingkungan habitat yang
lembab. FFa-3 merupakan lokasi yang cukup lembab dan tertutup sehingga
fauna jenis Lintah bisa ditemukan pada semester ini. Lintah bisa dilihat pada
Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Lintah pada lokasi FFa-3


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Jumlah dan Jenis fauna berpengaruh terhadap hasil perhitungan tinggi


rendahnya keanekaragaman fauna di suatu areal pemantauan. Selain itu
hubungan antara flora dan fauna sangat erat dan berkaitan, flora hadir
sebagai habitat atau sumber makanan untuk keanekaragaman fauna.
Pemantauan fauna semester I tahun 2022 untuk analisis keanekaragaman
jenis fauna diamati pada areal hutan alam (FFa-1 - FFa-7) dikelompokkan
menjadi empat macam yaitu aves (burung), insekta (serangga), mamalia dan
melata. Pengelompokan fauna jenis melata hanya untuk mempermudah
pembahasan dalam kegiatan pemantauan karena sebenarnya fauna jenis ulat
merupakan bentuk dari metamorfosis beberapa jenis serangga.
Indeks keanekaragaman jenis digunakan untuk mengetahui
keanekaragaman fauna, dengan menggunakan rumus Shanon-Wienner,
dengan kriteria :
H’ > 3, menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis fauna melimpah
H’ 1 ≤ H’ ≤ 3, menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis fauna sedang

H’  1, menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis fauna rendah


Perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis (H) burung pada
semester I Tahun 2022 di areal hutan alam diperoleh nilai H = 1,035. Nilai H
sebesar 1,035 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis burung di areal
hutan alam termasuk kategori yang sedang. Burung yang ditemukan

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 73


sebanyak 16 jenis dengan jumlah individu sebanyak 55 tergolong sedang
pada kawasan areal pemantauan hutan alam (Tabel 4.6).
Indeks Keanekaragaman jenis burung pada pemantauan semester I
Tahun 2022, tingkat kategori keanekaragaman jenis burung pada semester
ini lebih tinggi daripada semester sebelumnya yaitu sebesar 0,885, hal ini
karena perbandingan jumlah terhadap jenis burung yang ditemui lebih
sedikit. Kondisi flora di lokasi pemantauan yang ditemukan sedikit fauna
pada lokasi FFa-2 dan FFa-, menunjukkan besarnya pengaruh keragaman
fauna terhadap keberadaan jenis flora.
Tabel 4.6. Indeks Keanekaragaman Burung di Areal Hutan Alam

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)


1 Burung Beriak 13 0,236 0,626 0,148
2 Burung Bubut 1 0,018 1,740 0,032
3 Burung Ceriak 2 0,036 1,439 0,052
4 Burung Empuluk 9 0,164 0,786 0,129
5 Burung Entarak 1 0,018 1,740 0,032
6 Burung Jalak 1 0,018 1,740 0,032
7 Burung Kebece 3 0,055 1,263 0,069
8 Burung Kutilang 3 0,055 1,263 0,069
9 Burung Laut 1 0,018 1,740 0,032
10 Burung Obok 1 0,018 1,740 0,032
11 Burung Pelatuk 1 0,018 1,740 0,032
12 Burung Pipit 5 0,091 1,041 0,095
13 Burung Punai 5 0,091 1,041 0,095
14 Burung Mimpi Dudi 2 0,036 1,439 0,052
15 Burung Tembuguk 1 0,018 1,740 0,032
16 Burung Uncit 6 0,109 0,962 0,105
Total 55 1 22,045 1,035

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pengamatan nilai indeks keanekaragaman jenis (H) serangga pada


pemantauan semester I Tahun 2022 di areal hutan alam sebesar = 0,864. Nilai
H kurang dari satu menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis insekta di
areal hutan alam pada semester I Tahun 2022 termasuk kategori rendah.
Serangga yang ditemukan sebanyak 29 jenis dengan jumlah individu
sebanyak 1768. Hasil pemantauan fauna jenis serangga pada semester I
Tahun 2022 lebih sedikit daripada semester II tahun 2021, sehingga akan
mempengaruhi nilai indeks keanekaragaman jenis serangga yang lebih

74 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
rendah pada semester ini dibandingkan semester sebelumnya (0,934). Nilai
indeks keanekaragaman serangga di areal hutan alam pada semester I Tahun
2022 dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7. Indeks Keanekaragaman Serangga di Hutan Alam
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)
1 Belalang 4 0,0023 2,645 0,006
2 Belalang Sembah 3 0,0017 2,770 0,005
3 Capung 5 0,0028 2,549 0,007
4 Empangau 3 0,0017 2,770 0,005
5 Induk Panas 5 0,0028 2,549 0,007
6 Jangkrik 6 0,0034 2,469 0,008
7 Kecoa 3 0,0017 2,770 0,005
8 Kumbang 3 0,0017 2,770 0,005
9 Kunang-kunang 3 0,0017 2,770 0,005
10 Kupu-kupu Merah 8 0,0045 2,344 0,011
11 Kupu-kupu Cokelat 16 0,0090 2,043 0,018
12 Kupu-kupu Putih 11 0,0062 2,206 0,014
13 Kupu-kupu Kuning 5 0,0028 2,549 0,007
14 Laba-laba 20 0,0113 1,946 0,022
15 Laba-laba Besar 1 0,0006 3,247 0,002
16 Laba-laba kecil 15 0,0085 2,071 0,018
17 Lalat Kecil 23 0,0130 1,886 0,025
18 Lalat Besar 10 0,0057 2,247 0,013
19 Lebah 2 0,0011 2,946 0,003
20 Milipeda 2 0,0011 2,946 0,003
21 Ngengat 47 0,0266 1,575 0,042
22 Nyamuk 262 0,1482 0,829 0,123
23 Rayap 100 0,0566 1,247 0,071
24 Semut Hitam Kecil 800 0,4525 0,344 0,156
25 Semut Hitam Besar 100 0,0566 1,247 0,071
26 Semut Merah kecil 90 0,0509 1,293 0,066
27 Semut Rang-rang 200 0,1131 0,946 0,107
28 Serangga 20 0,0113 1,946 0,022
29 Tawon 1 0,0006 3,247 0,002
Total 1768 1 63,175 0,846
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 75


Indeks keanekaragaman jenis fauna mamalia di hutan alam nilainya
sebesar nol, yang menunjukkan kelimpahannya rendah. Hal ini disebabkan
hanya ditemukan satu jenis fauna yaitu Tupai (Tabel 4.8). Fauna yang
ditemukan semester ini sama nilai keaneragamannya dibandingkan semester
sebelumnya, namun jumlah yang ditemukan lebih banyak dan nilai indeks
masih berada pada kategori yang rendah.
Tabel 4.8. Indeks Keanekaragaman Mamalia di Hutan Alam
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)
1 Tupai 4 1 0 0
Total 4 1 0
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Fauna jenis melata pada semester I Tahun 2022 menunjukkan nilai


keanekaragaman fauna melata sebesar 0,583 dengan nilai indeks < dari 1
yang menunjukkan tingkat keragamannya termasuk rendah (Tabel 4.9). Nilai
indeks keanekaragaman jenis fauna pada semester ini lebih rendah daripada
semester II tahun 2021. Pemantauan semester ini ditemukan 7 jenis dengan
jumlah individu sebanyak 30 ekor sedangkan pada semester II 2021 hanya
terdapat 6 jenis dengan jumlah 8 individu. Jumlah individu yang banyak
dengan jenis yang sedikit menyebabkan nilai indeks keanekaragaman lebih
rendah, dibandingkan dengan jumlah pemantauan semester sebelumnya
yang hanya delapan individu. Hal ini menunjukkan bahwa banyak ditemukan
bentuk metamofosis serangga pada areal pemantauan fauna yang bisa
menambah keanekaragamn jenis fauna serangga. Berikut tabel indeks
keanekaragaman fauna melata di hutan alam semester I Tahun 2022.
Tabel 4.9. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Hutan Alam

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)


1 Lintah 1 0,033 1,477 0,049
2 Siput 2 0,067 1,176 0,078
3 Ulat Kaki Hitam 9 0,300 0,523 0,157
4 Ulat Cokelat 1 0,033 1,477 0,049
5 Ulat Hijau 1 0,033 1,477 0,049
6 Ulat Bulu 15 0,500 0,301 0,151
7 Ulat Tanduk 1 0,033 1,477 0,049
Total 30 1 7,908 0,583
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Lokasi FFa-4 ditemukan fauna jenis ulat (Ulat Tanduk) yang baru pada
pemantauan semester ini (Gambar 4.4). Ulat ini tidak ditemukan pada
pemantauan semester sebelumnya dan ditemukan dengan warna permukaan
kulit yang berwarna hijau. Memiliki tanduk dibagian kepala.
76 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Gambar 4.4. Ulat Tanduk di Lokasi FFa-4
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

4.2. Keanekaragaman Fauna di Areal Reklamasi


Fauna di areal reklamasi lebih sedikit ditemukan daripada pemantauan
fauna pada areal hutan alam, hal ini dikarenakan umur vegetasi tanaman
reklamasi masih belum terlalu lama sehingga iklim mikro dan suasana
lingkungan yang kurang nyaman dan aman bagi perkembangan fauna.
Pemantauan fauna di areal reklamasi pada semester I Tahun 2022 dilakukan
pada lokasi yang sama dengan kegiatan pemantauan pada semester II tahun
2021, yaitu empat lokasi yang berbeda dengan kode (FFr-1 sampai FFr-4).
Rekapitulasi data fauna diklasifikasikan berdasarkan kelompok fauna yaitu
burung, serangga, mamalia dan melata. Pemantauan di areal reklamasi ini
ditemukan fauna kelompok burung sebanyak 6 jenis dari 10 ekor burung.
Tabel 4.10 menunjukkan jenis burung lebih banyak ditemukan adalah
Burung Beriak, Burung Empuluk dan Burung Punai masing-masing sebanyak
4, 2 dan 2 ekor, sedangkan burung lainnya hanya ditemukan satu ekor.
Tabel 4.10. Fauna Jenis Burung di Areal Reklamasi

Petak Pengamtan
No. Nama Lokal Jumlah Individu
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4
1 Burung Beriak 2 1 3
2 Burung Empuluk 1 1 2
3 Burung Kanjit 1 1
4 Burung Pipit 1 1
5 Burung Punai 1 1 2
6 Burung Kebece 1 1
Total 4 3 1 2 10

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 77


Lokasi FFr-3 hanya ditemukan satu jenis burung yaitu Burung Punai.
Burung ini juga ditemukan pada pemantauan semester sebelumnya.
Terdapat jenis burung yang baru ditemukan pada semester ini yaitu Burung
Kanjit pad alokasi FFr-2 dan Burung Kebece pada lokasi FFr-1. Burung Beriak
pada lokasi FFr-1 selalu menjadi jenis burung yang paling dominan
ditemukan, bukti keberadaannya ditemukan sarangnya pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Sarang Burung Beriak di Lokasi FFr-1


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan fauna jenis burung semester I Tahun 2022 di areal


reklamasi menurun jenis dan jumlahnya dibandingkan dengan pemantauan
burung pada semester II tahun 2021. Kegiatan pemantaun fauna pada
semester I Tahun 2022 ditemukan 10 ekor dari enam jenis burung,
sedangkan pada pemantauan fauna semester II tahun 2021 ditemukan 7 jenis
dari 11 ekor burung.

Gambar 4.6. Capung Orange di Lokasi FFr-1 Areal Reklamasi


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pengamatan fauna jenis serangga yang ditemukan pada areal


reklamasi semester I Tahun 2022 sebanyak 632 serangga dari 18 jenis. Jenis
serangga yang dominan adalah Semut Cokelat dan Semut Rang-rang masing-
masing sebanyak 400 dari 100 ekor. Tabel 43 menunjukkan bahwa lokasi
78 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
yang paling banyak ditemukan fauna jenis serangga adalah lokasi FFr-4 dan
FFr-3 berturut-turut sebanyak 295 dan 136 individu. Ada fauna jenis baru
yang ditemukan pada pemantauan semester di areal reklamasi yaitu Capung
Orange (Gambar 4.6). Fauna ini ditemukan hanya pada lokasi FFr-1 pada
pemantauan semester ini.
Tabel 4.11 Fauna Jenis Serangga di Areal Reklamasi

Petak Pengamtan Jumlah


No. Nama Lokal
Individu
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4
1 Belalang 5 5 2 12
2 Belalang Hijau 1 1
3 Belalang Sembah 2 1 1 4
4 Cacing 1 1
5 Capung Hitam 2 5 7
6 Capung Merah 1 1
7 Induk Panas 1 1
8 Jangkrik 1 2 3
9 Kupu-kupu Putih 3 5 8
10 Kupu-kupu Kuning 2 6 8
11 Laba-laba Besar 2 2
12 Laba-laba Kecil 3 2 5 10
13 Lalat Besar 1 1 2
14 Ngengat 2 5 7
15 Nyamuk 10 10 20 20 60
16 Semut 100 50 100 150 400
17 Semut Rang-rang 100 100
18 Serangga 5 5
Total 128 73 136 295 632

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Jumlah dan jenis serangga yang diamati pada semester I Tahun 2022 di
areal reklamasi lebih sedikit dibandingkan jenis serangga hasil pengamatan
fauna di semester II tahun 2021. Pemantauan pada semester II tahun 2021
ditemukan sebanyak 654 serangga dari 31 jenis, sedangkan pemantauan
semester I Tahun 2022 didapatkan serangga sebanyak 632 ekor dari 18 jenis
serangga (Tabel 4.11). Beberapa jenis serangga yang baru ditemukan pada
semester ini di areal reklamasi adalah Cacing dan Lalat Besar.

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 79


Tabel 4.12 menunjukkan bahwa mamalia jenis Tupai ditemukan
sebanyak enam jenis fauna pada semester I Tahun 2022. Berbeda pada
pemantauan semester sebelumnya ditemukan satu fauna jenis Tupai pada
pemantauan di areal reklamasi. Fauna yang ditemukan adalah Tupai pada
lokasi FFr-2, sedangkan pada semester sebelumnya ditemukan Tupai pada
lokasi FFr-1.
Tabel 4. 12. Fauna Mamamia pada Areal Reklamasi
Petak Pengamtan
No. Nama Loka Jumlah Individu
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4

1 Tupai 6 6

Total 0 0 0 0 6

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pemantauan fauna jenis melata pada semester I Tahun 2022 lebih
banyak dibandingkan dengan hasil pemantauan fauna semester II tahun
2021. Hasil pemantauan fauna semester ini ditemukan 3 jenis fauna dengan
jumlah sebanyak lima ekor yaitu Ulat Kaki Hitam, Ulat Bulu dan Ulat Daun,
sedangkan pada pemantauan semester sebelumnya hanya terdapat dua
individu Ulat Kepala Merah. Fauna jenis melata yang ditemukan pada
semester I Tahun 2022 memiliki ciri kepala yang berwarna hitam belang
serta bulu yang panjang di seluruh permukaan kulitnya. Fauna ini belum
ditemukan pada semester sebelumnya (Gambar 4.7).

Gambar 4.7. Ulat Bulu di Lokasi FFr-2


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Fauna jenis melata pada pemantauan semester ini ditemukan pada


lokasi FFr-1 dan FFr-3. Dibandingkan pada pemantauan semester
sebelumnya lokasi yang ditemukan fauna jenis melata hanya pada lokasi FFr-
2. Pengamatan fauna jenis melata dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.

80 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 4.13. Fauna Melata pada Areal Reklamasi

Petak Pengamtan Jumlah


No. Nama Loka
FFr-1 FFr-2 FFr-3 FFr-4 Individu

1 Ulat Kaki Hitam 1 1


2 Ulat Bulu 3 3
3 Ulat Daun 1 1
Total 4 0 1 0 5

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Lahan yang bervegetasi sangat dibutuhkan fauna untuk melangsungkan


hidup dan berkembang biak, sehingga akan mempengaruhi keberagaman
jenis fauna di suatu areal pemantauan. Keanekaragaman jenis fauna di areal
reklamasi pada lokasi (FFr-1 – FFr-4) dikelompokkan menjadi empat macam
yaitu burung, serangga, mamalia dan melata. Tabel 4.14 menunjukkan indeks
keanekaragaman jenis burung pada pemantauan fauna semester I Tahun
2022 diperoleh nilai H = 0,736. Nilai H kurang dari satu menunjukkan bahwa
keanekaragaman jenis burung di areal hutan reklamasi masih termasuk
kategori rendah (Tabel 4.14.).
Tabel 4.14. Indeks Keanekaragaman Burung di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)
1 Burung Beriak 3 0,300 0,523 0.157
2 Burung Empuluk 2 0,200 0,699 0.140
3 Burung Kanjit 1 0,100 1,000 0.100
4 Burung Pipit 1 0,100 1,000 0.100
5 Burung Punai 2 0,200 0,699 0.140
6 Burung Kebece 1 0,100 1,000 0.100
Total 10 1 4,921 0,736
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Pemantauan jenis burung yang ditemukan pada semester I Tahun 2022


di areal reklamasi lebih sedikit daripada semester II tahun 2021 yaitu
sebanyak 10 ekor dengan enam jenis burung. Fauna yang ditemukan pada
semester sebelumnya sebanyak sebelas ekor burung dari tujuh jenis. Selisih
jumlah burung yang ditemukan hanya satu sehingga nilai indeks
keaneragamannya tidak jauh berbeda. Hal ini juga terkait dengan musim
karena kegiatan pemantauan pada semester I Tahun 2022 termasuk musim
peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau sedangkan pemantauan
pada semester II tahun 2021 berlangsung pada musim kemarau. Burung
Beriak yang dominan ditemukan pada pemantauan semester ini, ditemukan
sebanyak dua ekor di lokasi FFr-1 san satu ekor di lokasi FFr-4. Diduga
burung Beriak yang ditemukan pada lokasi FFr-1 berlawanan jenis.

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 81


Kehadiran lawan jenis menjadi bagian penting bagi burung dan fauna
umumnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies atau
menyiapkan generasi berikutnya.
Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga pada pemantauan fauna
semester I Tahun 2022 sebesar 0,577. Nilai H pada Tabel 4.15 kurang dari
satu menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis serangga di areal reklamasi
termasuk kategori rendah. Bila dibandingkan dengan pemantauan
keanekaragaman jenis fauna pada semester II tahun 2021, pemantauan fauna
semester I Tahun 2022 lebih rendah dengan jenis yang lebih sedikit daripada
semester sebelumnya. Pemantauan fauna semester II tahun 2021 ditemukan
31 jenis dengan jumlah individu sebanyak 654. Nilai indeks keanekaragaman
serangga dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut.
Tabel 4.15. Indeks Keanekaragaman Serangga di Areal Reklamasi

No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)


1 Belalang 12 0,019 1,722 0.033
2 Belalang Hijau 1 0,002 2,801 0.004
3 Belalang Sembah 4 0,006 2,199 0.014
4 Cacing 1 0,002 2,801 0.004
5 Capung Hitam 7 0,011 1,956 0.022
6 Capung Orange 1 0,002 2,801 0.004
7 Induk Panas 1 0,002 2,801 0.004
8 Jangkrik 3 0,005 2,324 0.011
9 Kupu-kupu Putih 8 0,013 1,898 0.024
10 Kupu-kupu Kuning 8 0,013 1,898 0.024
11 Laba-laba Besar 2 0,003 2,500 0.008
12 Laba-laba Kecil 10 0,016 1,801 0.028
13 Lalat Besar 2 0,003 2,500 0.008
14 Ngengat 7 0,011 1,956 0.022
15 Nyamuk 60 0,095 1,023 0.097
16 Semut Cokelat 400 0,633 0,199 0.126
17 Semut Rang-rang 100 0,158 0,801 0.127
18 Serangga 5 0,008 2,102 0.017
Total 632 1 36,077 0,577

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pengamatan fauna jenis mamalia pada Tabel 4.16 menunjukkan


bahwa nilai indeks keanekaragaman di areal reklamasi sebesar nol, yang
82 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
berarti tingkat keanekaragamannya tergolong rendah. Hal ini disebabkan
oleh karena hanya ditemukan fauna jenis Tupai dengan jumlah sebanyak
enam inidividu. Bila dibandingkan dengan pemantauan semester
sebelumnya yang hanya ditemukan satu fauna Tupai jenis mamalia di area
reklamasi, hal ini menunjukkan keberadaan Tupai muncul ke permukaan
areal pemantauan untuk mencari makanan. Tupai ditemukan pada lokasi
FFr-2 yang flora didominasi Tanaman Plaik Putih dan Jambu Mente yang
sedang berbuah sehingga Tupai ditemukan pada areal lokasi pemantauan.
Tabel 4.16. Indeks Keanekaragaman Mamalia di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)
1 Tupai 6 1 0 0
Total 6 1 0 0
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Nilai indeks keanekaragaman fauna jenis melata pada Tabel 4.17 di areal
reklamasi sebesar 0,413, yang berarti tingkat keanekaragamannya tergolong
rendah. Hal ini disebabkan oleh karena hanya ditemukan tiga fauna jenis ulat
yaitu Ulat Kaki Hitam, Ulat Bulu dan Ulat Daun pada lokasi FFr-1 dan FFr-3.
Tabel 4.17. Indeks Keanekaragaman Fauna Melata di Areal Reklamasi
No Nama Lokal ni ni/N log(ni/N) (ni/N)log(ni/N)
1 Ulat Kaki Hitam 1 0,2 0,699 0,140
2 Ulat Bulu 3 0,6 0,222 0,133
3 Ulat Daun 1 0,2 0,699 0,140
Total 5 1 1,620 0,413
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Gambar 4.8. Ulat Daun di Lokasi FFa-4


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b
Gambar 30 menunjukkan Ulat Daun berwarna hijau yang ditemukan di
lokasi FFr-1. Ulat ini ditemukan sedang berada di batang pohon Johar yang

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 83


memiliki permukaan kulit berwarna hijau dan kepala yang brwarna
kekuningan cokelat.

4.3. Kekayaan Jenis Fauna di dalam Areal Hutan Alam


dan Reklamasi
Indikator kemantapan suatu komunitas khusus atau ekosistem dapat
dianalisis berdasarkan nilai kekayaan jenis. Analisis indeks kekayaan jenis
bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis yang ditemukan pada suatu
komunitas. Indeks kekayaan jenis yang dipakai adalah indeks kekayaan jenis
Margalef, dengan kriteria:
R < 2,5 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah
2,5> R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang
R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi
Indeks kekayaan jenis fauna pada Gambar 4.9 menunjukkan hasil
analisis indeks di areal hutan alam dan areal reklamasi di area IUP PT ANTAM
Tbk UBPB pada pemantauan fauna semester I Tahun 2022. Nilai indeks
kekayaan jenis untuk burung di areal hutan alam lebih tinggi daripada areal
reklamasi dengan nilai masing-masing sebesar 17,24 dan 8,00.

Gambar 4.9. Indeks Kekayaan Jenis Fauna


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Tingkat kekayaan jenis burung di hutan alam tergolong tinggi. Hal


tersebut menunjukkan bahwa areal hutan alam merupakan habitat yang

84 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
lebih sesuai bagi kehidupan berbagai jenis burung yang ada dengan vegetasi
yang lebih banyak dibandingkan areal pemantauan reklamasi. Habitat yang
kondisinya baik dan jauh dari gangguan manusia serta di dalamnya
mengandung bermacam-macam sumber pakan, memungkinkan memiliki
jenis burung yang lebih banyak (Kurniawan dan Prayogo, 2018).
Hasil pengamatan kekayaan jenis fauna jenis serangga dalam areal
hutan alam dan areal reklamasi menunjukkan bahwa nilai indeks kekayaan
berturut-turut sebesar 21,56 dan 12,50. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
kekayaan jenis serangga di areal hutan alam lebih tinggi daripada di areal
reklamasi, dan keduanya masuk dalam kategori yang sama. Keanekaragaman
serangga di areal hutan alam dan areal reklamasi termasuk rendah,
banyaknya jenis fauna yang tidak ditemukan kembali pada semester ini,
namun indeks kekayaan jenis fauna jenis serangga di areal hutan alam dan
reklamasi masih tergolong tinggi. Gambar 31 juga menunjukkan nilai indeks
kekayaan fauna jenis melata di areal hutan alam sama rendah dengan areal
reklamasi, namun nilai indeks kekayaan jenis fauna melata pada semester ini
meningkat dibandingkan semester sebelumnya sebesar 2,86 di areal
reklamasi.

BAB 4 | Keanekaragaman Fauna 85


BAB 5
Keanekaragaman Biota Air
5.1. Keanekaragaman Plankton

P
lankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
menjadi indikator perubahan kualitas biologis perairan. Beberapa
organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang
berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Ekosistem perairan memiliki
peran penting sebagai habitat biota air, ketergantungan keanekaragaman
biota air dengan kualitas air merupakan interkasi yang saling mempengaruhi.
Begitupun dengan pemantauan plankton juga menjadi sangat penting
dalam ekosistem perairan karena plankton menjadi rantai utama jaring –
jaring makanan pada suatu perairan di suatu area. Plankton yang ada di
perairan dapat digolongkan menjadi zooplankton dan fitoplankton.
Organisme ini merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan
organik serta oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan
cara fotosintesis, sehingga dapat dijadikan indikator kualitas perairan.
Kuantitas plankton di perairan sepanjang tahun berubah-ubah sesuai
dengan berubahnya kualitas air (Sachlan, 1980). Kelimpahan dan
keanekaragamannya dapat berubah oleh karena perubahan-perubahan
kondisi lingkungan baik secara fisik, kimia maupun biologi (Reynolds dkk.,
1984). Sementara itu, limbah organik yang banyak mengandung unsur hara
akan memyebabkan kenaikan populasi plankton, sedangkan limbah yang
banyak mengandung logam berat, minyak dan detergen menyebabkan
penurunan populasi plankton (Dix, 1981).
Aktivitas pertambangan memiliki potensi yang mempengaruhi kualitas
air, terutama kekeruhan air akibat sedimen hasil erosi pada lokasi penggalian
tanah serta lahan terbuka lainnya. Respon pertumbuhan plankton terhadap
perubahan lingkungan dapat digunakan sebagai indikator kualitas suatu
perairan. Hal ini didasarkan juga pada siklus hidupnya yang pendek, respon
yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan. Plankton terdiri dari
zooplankton dan fitoplankton yang keduanya dapat dijadikan indikator
untuk menentukan kualitas perairan oleh karena kondisi kualitas perairan
dapat diketahui melalui keragaman planktonnya.
Keberadaaan plankton dalam suatu perairan dapat dillihat dari
beberapa parameter pengamatan misalnya indeks keanekaragaman,
kemerataan dan dominansi yang merupakan indeks untuk menilai suatu
kondisi kualitas lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologinya.
Hubungan ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak seimbangnya kondisi
lingkungan akan turut mempengaruhi penyebaran suatu organisme yang
86 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
hidup pada suatu perairan. Kaitan antara keberadaan plankton dengan
tingkat penyebarannya ditentukan berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Shanon-Winener (H’) sesuai Tabel 50 (Odum, 1993). Klasifikasi indeks
keanekaragaman plankton dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1. Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis Plankton
No. Indeks Keanekaragaman Derajat Keanekaragaman
Keanekaragaman tinggi, penyebaran
1 > 6,908
jumlah individu tiap jenis tinggi
Keanekaragaman sedang, penyebaran
2 2,303 – 6,908
jumlah individu tiap jenis sedang
Keanekaragaman rendah, penyebaran
3 < 2,303
jumlah individu tiap jenis rendah

Indeks Keanekaragaman jenis plankton yang rendah menunjukkan


kondisi perairan labil karena perairan tersebut hanya cocok bagi jenis biota
tertentu. Keanekaragaman sedang atau moderat menandakan organisme
tersebut menyebar merata. Keanekaragaman tinggi atau stabil menandakan
variasi jenis organisme tinggi dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik
untuk semua jenis yang hidup dalam habitat bersangkutan (Odum, 1993).

Gambar 5.1. Jenis Zooplankton Amoeba di Perairan Jety Baru


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Jumlah dan Jenis plankton yang ditemukan pada semester I Tahun 2022
mengalami penurunan. Pemantauan plankton pada semester ini ditemukan
sebanyak 885 plankton yang terdiri dari 5 jenis zooplankton dan 50 jenis
fitoplankton dengan jumlah sebanyak 55 jenis plankton. Sedangkan pada
pemantauan biota air semester II tahun 2021 terpantau sebanyak 1245
plankton dari 61 jenis yang terdiri dari golongan zooplankton 8 jenis dan
fitoplankton 53 jenis. Jenis zooplankton yang paling banyak teramati pada
semester ini berbeda dengan pengamatan semester sebelumnya yaitu jenis

BAB 5 | Keanekaragaman Biota Air 87


Amoeba (Gambar 5.1) dengan jumlah individu sebanyak 7 individu atau
sekitar 0,79% dari keseluruhan jenis plankton yang ada di semua lokasi
pengamatan. Jenis zooplankton yang ditemukan pada semester ini berbeda
dengan jenis zoolpankton pada pemantauan Semester II 2021 yang terdiri
dari Amoeba, Camptocercus, Floscularia, Malomonas, dan Nauplius.
Pemantauan jenis Fitoplankton yang paling banyak teramati pada
pemantauan semester ini adalah jenis Gonatozygon dan Protococcus masing-
masing sebanyak 267 dan 135 individu atau 30,17% dan 15,25% dari
keseluruhan jenis plankton yang ditemukan di semua lokasi pemantauan
biota air kecuali lokasi Ba-1. Hal yang sama pada pemantauan semeter
sebelumnya, fitoplankton jenis Gonatozygon banyak ditemukan namun untuk
jenis Protococcus hanya ditemukan sedikit pada semester sebelumnya yaitu
hanya sebanyak 4 individu. Gonatozygon merupakan jenis plankton yang
umumnya digunakan sebagai indikator pencemaran perairan tawar yang
agak masam (pH 5 - 6). Fitoplankton ini dapat hidup secara menyendiri
(soliter) atau berkelompok membentuk filamen. Beberapa spesies jenis
fitoplankton yang ditemukan pada semester ini tidak ditemukan pada
pemantauan semester yang lalu seperti Schizogonium (Gambar 5.2).

Gambar 5.2. Schizogonium ditemukan di Muara Sungai Benganjing


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Jenis plankton ini ditemukan di perairan Muara Sungai Benganjing.


Plankton ini hidup sebagai massa filamen yang mempunyai klorofil dan
mmengambang bebas di perairan sungai. Jumlah dan prosentase jenis-jenis
plankton yang ditemukan pada pemantauan semester I Tahun 2022 dapat
dilihat pada Tabel 51. Lokasi yang paling banyak ditemukan plankton pada
pemantauan biota air pada semester ini sama dengan yang didapatkan pada
semester II tahun 2021, yaitu lokasi di Rawa Benganjing (Ba-4) paling
banyak didapatkan jumlah plankton yang mencapai 295 individu, namun
jumlah plankton ini lebih sedikit dari jumlah plankton di lokasi yang sama
pada pemantauan biota air semester sebelumnya sebanyak 495 plankton.
Jenis plankton yang ada di lokasi Ba-4 yang jumlahnya banyak adalah
88 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Genatozygon, Ptococcus dan Mougeotia berturut-turut prosentasinya sebesar
12,20, 3,73 dan 2,71%. Lokasi yang paling sedikit ditemukan plankton adalah
Pelabuhan Jety Baru (Ba-1) dengan jumlah plankton sebanyak 103 individu.
Tabel 5.2. Jenis dan Jumlah Plankton
No. Genera Jumlah Prosentase
Zooplankton
1 Amoeba 7 0.79
2 Camptocercus 2 0.23
3 Floscularia 1 0.11
4 Mallomonas 6 0.68
5 Nauplius 1 0.11
Phytoplankton
6 Anabaena 18 2.03
7 Ankistrodesmus 14 1.58
8 Aphanocapsa 1 0.11
9 Aulacantha 3 0.34
10 Cerataulina 1 0.11
11 Chaetophora 2 0.23
12 Characium 3 0.34
13 Closterium 4 0.45
14 Coelosphaerium 23 2.60
15 Cosmarium 1 0.11
16 Cyclotella 15 1.69
17 Desmidium 1 0.11
18 Docidium 5 0.56
19 Draparnaldia 1 0.11
20 Genecularia 10 1.13
21 Gomantia 1 0.11
22 Gomphosphaeria 5 0.56
23 Gonatozygon 267 30.17
24 Groenbladia 3 0.34
25 Holopedium 9 1.02
26 Ichthyodontum 24 2.71
27 Kellicotia 9 1.02
28 Kirchneriella 39 4.41
29 Kobiella 1 0.11
30 Micraspora 5 0.56

BAB 5 | Keanekaragaman Biota Air 89


Lanjutan Tabel 5.2. …

No. Genera Jumlah Prosentase


31 Micrasterias 13 1.47
32 Mougeotia 58 6.55
33 Navicula 8 0.90
34 Nitzschia 8 0.90
35 Oscillatoria 1 0.11
36 Penium 1 0.11
37 Phormodium 24 2.71
38 Pleurosigma 2 0.23
39 Polyarthra 1 0.11
40 Porodiscus 1 0.11
41 Protococcus 135 15.25
42 Salpingella 2 0.23
43 Scenedesmus 3 0.34
44 Schizomeris 9 1.02
45 Schizogonium 1 0.11
46 Sorastrum 1 0.11
47 Spirotaenia 4 0.45
48 Spondylosium 1 0.11
49 Stephanpyxis 5 0.56
50 Stichochrysis 10 1.13
51 Stichosiphon 89 10.06
52 Synedra 8 0.90
53 Tetmemorus 1 0.11
54 Ulothrix 16 1.81
55 Zygnema 1 0.11
Jumlah 885 100
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pemantauan plankton pada semester I Tahun 2022 berdasarkan


lokasi menunjukkan urutan lokasi dari yang jenis planktonnya paling banyak
adalah Rawa Beganjing, Muara Sungai Beganjing, Hilir Sungai Beganjing dan
Pabuhan Jety Baru. Beberapa jenis plankton yang banyak ditemukan pada
peraian areal penambangan bauksit sebanyak tujuh jenis yaitu Genatozygon,
Protococcus, Stichosiphon, Mougeotia, Stichosiphon, dan Zygnema. Jenis-jenis
plankton lainnya yang ditemukan pada pemantauan biota air semester I
Tahun 2022 dapat dilihat pada Gambar 5.3.

90 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Stichosiphon Zygnema

Gambar 5.3. Plankton Stichosiphon dan Zygnema


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis plankton (Indeks


Shannon) pada pemantauan semester ini berkisar antara 1,922 – 2,160
(Gambar 5.4). Bila dibandingkan dengan hasil pemantauan semester II tahun
2021 yang berkisar antara 0,988 – 1,482 maka terlihat ada peningkatan nilai
bawah dan nilai atasnya. Di samping itu terjadi tingkat keanekaragaman jenis
plankton pada semester ini berbeda dengan semester sebelumnya yaitu
tertinggi pada lokasi Ba-1. Hal ini disebabkan karena pada lokasi Ba-1
(Pelabuhan Jety Baru) terdapat jenis plankton yang paling banyak
dibandingkan lokasi lainnya.
Keanekaragaman jenis plankton di lokasi pemantauan pada semester I
Tahun 2022 dapat dilihat pada Gambar 5.4 Nilai indeks keanekaragaman
(shannon) jenis plankton tertinggi di lokasi Ba-1 (Pelabuhan Jety Lama)
sebesar 2,160 sedangkan yang paling rendah di Hilir Sungai Beganjing (Ba-3)
sebesar 1,922. Perbedaan nilai indeks keanekaragaman jenis plankton
diduga karena perbedaan kondisi perairan, Perairan di sekitar Pelabuhan
Jety Baru pada saat pemantauan berada pada kondisi perairan yang tenang
dan tidak tercemar sehingga lokasi tersebut diperbaiki dan meyebabkan
plankton menjadi lebih banyak ditemukan.
Pemantauan Jenis plankton yang berada pada masing-masing lokasi
terhadap jenis plankton lainnya dalam suatu perairan dapat diketahui dari
nilai indeks kemerataan (Index Eveness) dan indeks dominasi. Indeks
kemerataan (E) berkisar antara 0 – 1, bila mendekati 0 berarti
kemerataannya rendah oleh karena ada jenis plankton yang mendominasi.
Lebih lanjut menurut Odum (1993) bila nilainya mendekati 1 maka tingkat
kemerataannya tinggi karena tidak ada jenis plankton yang mendominasi.
Gambar 5.4 di atas menunjukkan nilai indeks kemerataan berkisar 0,720 –
0,878. Lokasi yang mempunyai nilai indeks kemerataan yang paling rendah
yaitu Ba-3 (Hilir Sungai Beganjing) dengan indeks sebesar 0,720. Hal ini
menunjukkan ada jenis plankton tertentu yang mendominasi di Perairan
sekitar Hilir Sungai Beganjing yaitu jenis Genatozygon dan Ptococcus yang

BAB 5 | Keanekaragaman Biota Air 91


ditemukan masing-masing sebesar 73 dan 56 individu. Lokasi dengan nilai
indeks kemerataan tertinggi yaitu lokasi Ba-1 (Pelabuhan Jety Lama), dengan
nilai indeks dominasi paling kecil dengan nilai sebesar 0,123. Nilai indeks
dominasi yang rendah di lokasi ini dipengaruhi oleh nilai indeks eveness,
Semakin besar nilai indeks eveness maka akan semakin kecil nilai indeks
dominasinya.

Gambar 5.4. Nilai Keanekaragaman Jenis Plankton Setiap Lokasi Pemantauan


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Perhitungan nilai indeks dominasi pada pemantauan plankton semester


I Tahun 2022 berkisar antara 0,123 – 0,280 (Gambar 5.4). Bila dirata-rata
nilai indeks dominasi dari masing-masing lokasi, terlihat bahwa nilai indeks
dominasi paling besar terdapat di Hilir Sungai Beganjing (Ba-3), yaitu sebesar
0,280. Nilai indeks dominasi di lokasi Ba-2, Ba-4 dan Ba-1 masing-masing
sebesar 0,234, 0,219 dan 0,123. Jika dibandingkan dengan nilai indeks
dominasi biota air jenis plankton pada semester II tahun 2021 terlihat bahwa
nilai indeks dominasi pada semester I Tahun 2022 lebih rendah untuk semua
lokasi pemantauan. Indeks dominasi di lokasi Ba-1 pada semester II tahun
2021 sebesar 0,528, sedangkan pada semester ini meningkat menjadi
sebesar 0,123. Hal ini disebabkan adanya dominasi yang lebih banyak dari
jenis plankton Genatozygon yaitu Protococcus. Jenis plankton ini ditemukan
banyak pada lokasi Ba-1 mempunyai presentase sebesar 6,33 %. Nilai indeks
dominansi pada masing- masing lokasi menunjukkan adanya dominasi dari
jenis tertentu dalam komunitas di setiap lokasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Odum (1993) yang menyatakan bahwa nilai indeks dominansi
menyatakan konsentrasi yang dominan.
Pemantauan biota air jenis plankton pada empat lokasi perairan di
sekitar kawasan IUP PT ANTAM UBPB pada parameter jumlah genera dan
kelimpahan sel dapat dilihat pada Tabel 52. Kelimpahan plankton paling
sedikit terdapat pada perairan Pelabuhan Jety Baru (Ba-1) yaitu rata-rata
sebanyak 51,5 sel/ml, dan menurun bila dibandingkan dengan hasil
pemantauan semester sebelumnya yang pada lokasi yang sama mempunyai

92 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
kelimpahan plankton sebanyak 192 sel/ml. Kelimpahan plankton pada
semester I Tahun 2022 dari yang terbesar berturut-turut ada di lokasi Ba-4,
Ba-2, Ba-3 dan Ba-1.
Tabel 5.3. Hasil Analisis Plankton di Lokasi Pemantauan Semester I 2022
Rawa
Pelabuhan Jety Muara Sungai Hilir Sungai
Paramenter Beganjing
Baru (Ba-1) Benganjing (Ba-2) Beganjing (Ba-3)
(Ba-4)
Jumlah
12 15,5 14,5 15
genera
Kelimpahan
51,5 128 117 146
(sel/ml)
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Kelimpahan plankton pada semester I Tahun 2022 jika dibandingkan


dengan hasil pemantauan plankton pada semester sebelumnya terlihat ada
penurunan. Kelimpahan plankton pada semester II tahun 2021 berkisar
antara 90 – 248 sel/ml, sedangkan pada semester ini hanya berkisar antara
51,5 – 146 sel/ml. Penurunan kelimpahan plankton pada semester I Tahun
2022 dibandingkan semester sebelumnya disebabkan oleh kondisi perairan
pada saat pemantauan semester ini sedikit lebih keruh dibandingkan dengan
kondisi perairan pada saat pemantauan semester II tahun 2021, seperti yang
terlihat pada kondisi air di Muara Sungai Benganjing. Kondisi perairan yang
lebih keruh akan menyebabkan sinar matahari tidak mampu menembus air
lebih dalam sehingga fitoplankton kurang tumbuh dengan cepat karena tidak
dapat berfotosintesis dengan optimal. Fitoplankton merupakan jenis
plankton yang dapat membuat makanannya sendiri dari proses fotosintesis
yang memerlukan sinar matahari sebagai energi dalam proses konversi
energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Energi ini diperlukan
fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang sehingga populasinya semakin
besar, jumlah fitoplankton yang melimpah akan meningkatkan populasi
hewan air lainnya, seperti zooplankton dan hewan-hewan kecil di perairan.

5.2. Keanekaragaman Nekton


Nekton atau ikan merupakan bagian dari ekosistem sungai yang
memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia, terutama untuk sumber
pangan dan perekonomian. Lingkungan yang baik pada area penambangan
akan memberi pengaruh besar terhadap keberadaan spesies ikan. Jenis biota
air yang diamati pada pemantauan semester I Tahun 2022 sama dengan
lokasi pemantauan nekton pada semester sebelumnya. Lokasi
pemantauannya terdiri dari empat lokasi, yaitu Pelabuhan Jety Baru (Ba-1),
Muara Sungai Benganjing (Ba-2), hilir Sungai Benganjing (Ba-3) dan Rawa
Benganjing (Ba-4). Pengamatan nekton di lokasi pemantauan ditemukan 69
ikan dengan 12 jenis ikan yang terdiri dari Ikan Bandeng, Bengkah, Bis,
Hampala, Jajak, Jelawat, Kujam, Mengkalan, Patung, Seluang, Sepat dan Ular
Air (Tabel 5.4.).

BAB 5 | Keanekaragaman Biota Air 93


Jumlah dan jenis ikan yang ditemukan pada pemantauan semester ini
lebih banyak dibandingkan dengan pemantauan semester sebelumnya yang
didapatkan hanya 14 ikan dari 7 jenis ikan. Beberapa jenis ikan yang tidak
ditemukan dalam kegiatan pemantauan semester ini namun ada pada
semester sebelumnya yaitu ikan Gabus. Jenis ikan yang ditemukan di
semester ini adalah ikan Bandeng, Bis, Hampala, Jajak, Jelawat, Sepat dan Ular
Air.
Tabel 5.4. Jumlah Nekton pada Pemantauan Semester I Tahun 2022
Lokasi
No Ordo Famili Nama lokal Total
Ba-1 Ba-2 Ba-3 Ba-4
1 Gonorynchiformes Chanidae Ikan Bandeng 1 1 2
2 Ikan Bengkah 2 2 4
3 Ikan Bis 1 1
4 Cypriniformes Cyprinidae Ikan Mengkalan 3 3
5 Ikan Jajak 1 1
6 Ikan Jelawat 2 2
7 Ikan Kujam 6 6
8 Ikan Hampala 3 3
9 Ikan Patung 1 2 3
10 Cypriniformes Cyprinidae Ikan Seluang 4 6 10
11 Ikan Sepat 7 26 33
12 Ular Air 1 1
Total 17 16 8 28 69

Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Jumlah nekton semester I tahun 2022 pada Tabel 5.4 menunjukkan


bahwa Ikan Sepat yang ditemukan pada lokasi Rawa Benganjing (Ba-4)
sebanyak 26 ikan menjadi jenis nekton yang paling banyak ditemukan pada
kegiatan pemantauan semester ini (Gambar 5.5.).
Ikan Sepat yang ditemukan masih berukuran kecil dan masih tergolong
anakan ikan dalam jumlah yang cukup banyak. Ikan Seluang menjadi jenis
ikan dengan jumlah yang banyak selanjutnya yang ditemukan 10 ikan di
lokasi Ba-1 dan Ba-2 serta Ikan Kujam dengan jumlah sebanyak enam ikan
juga ditemukan pada lokasi Ba-1. Hasil pemantauan semester ini lebih
banyak ditemukan dari hasil pemantauan semester II tahun 2021. Hal ini
disebabkan debit dan jumlah air di Muara Sungai Benganjing mengalami
penaikan dan pencemaran akibat aktivitas penambangan tidak memberi
dampak yang sangat buruk terhadap kualitas air di lokasi pengamatan dan
masyarakat sekitar. Lokasi Hilir Sungai Beganjing (Ba-3) pada semester ini
didapatkan ikan yang paling sedikit jumlahnya, yaitu sebanyak delapan ikan.

94 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Gambar 5.5. Jenis Ikan yang Ditemukan pada Lokasi Ba-4
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Hasil pengamatan biota air berupa nekton yang terpantau di Pelabuhan


Jety Baru ditemukan beberapa jenis ikan diantaranya Ikan Bandeng,
Bengkah, Kujam, Mengkalan, Seluang dan Ular Air. Lokasi ini pertama kalinya
ditemukan nekton jenis Ular yang berukuran kecil. Hal ini bisa terjadi karena
lokasi Pelabuhan Jety Baru masih tergolong aman dan nyaman untuk
lingkungan biota air jenis nekton (Gambar 5.6.). Jumlah nekton yang
ditemukan pada lokasi ini sebanyak 17 ikan. Kondisi rawa yang tenang dan
relatif dalam airnya menyebabkan ikan-ikan dapat berkembang biak dengan
optimal oleh karena tidak ada gangg uan dari kegiatan penambangan.

Gambar 5.6. Jenis-jenis Ikan yang Ditemukan di Pelabuhan Jety Baru


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

Lokasi dengan jumlah ikan yang paling sedikit ditemukan adalah pada
lokasi Ba-3 (Hilir Sungai Beganjing) dengan jumlah sebanyak delapan ikan.
Lokasi ini juga didapatkan jenis ikan yang paling sedikit ditemukan yatu Ikan
Bis dan Ikan Jajak. Ikan Bis merupakan ikan yang baru ditemukan di lokasi
Ba-3. Dibandingkan dengan pemantauan semester sebelumnya, lokasi ini
hanya ditemukan dua jenis ikan yaitu Ikan Gabus dan Ikan Jajak.

BAB 5 | Keanekaragaman Biota Air 95


BAB 6
Serapan Karbon

H
utan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menyerap
banyak karbondioksida yang ada di atmosfer merupakan hasil dari
fotosintesis. Hasil fotosintesis digunakan tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya dalam bentuk biomasa. Biomassa
merupakan hasil dari fotosintesis yang energi matahari dikonversi menjadi
karbondioksida (CO2) dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen dan
oksigen.Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi yang hidup
di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dalam suatu ton berat
kering dalam satu per satuan luas (Browen, 1997). Senyawa karbon yang
menjadi biomassa tanaman dapat digunakan sebagai parameter potensi
serapan karbon dalam suata areal. Hasil perhitungan potensi serapan karbon
di areal hutan alam dan areal reklamasi pada pemantauan semester I tahun
2022 dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Nilai Potensi Serapan Karbon di Areal Hutan Alam dan Areal Reklamasi

Lokasi Serapan Karbon (kg/ha)


Areal Hutan alam
FFa-1 3.297,46
FFa-2 2.165,71
FFa-3 3.933,66
FFa-4 1.917,90
FFa-5 5.041,66
FFa-6 2.858,18
FFa-7 2.101,21
Rerata 3.045,11
Areal reklamasi
FFr-1 679,51
FFr-2 1.300,56
FFr-3 67,83
FFr-4 1.595,65
Rerata 910,89
Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

96 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Tabel 6.1 menunjukkan bahwa di areal hutan alam, lokasi FFa-4
mempunyai potensi serapan karbon yang paling kecil sedangkan FFa-5
mempunyai potensi serapan karbon yang paling besar yaitu sebanyak
5.041,66 kg/ha. Lokasi FFa-5 mempunyai potensi serapan karbon yang tinggi
disebabkan pada lokasi ini mempunyai jumlah tanaman tingkat pohon yang
cukup banyak dengan diameter yang lebar-lebar yaitu berkisar antara 20 –
35,10 cm. Potensi serapan karbon di lokasi FFa-4 paling sedikit disebabkan
pada lokasi ini hanya mempunyai empat pohon dengan diameter antara
21,69 – 25,68 cm. Potensi serapan karbon di areal reklamasi pada
pemantauan semester ini berkisar antara 67,83 - 1.595,65 kg/ha. Lokasi
paling tinggi serapan karbonnya ada di lokasi FFr-4, sedangkan yang paling
sedikit di lokasi FFr-3. Potensi serapan karban paling kecil di Lokasi FFr-3
disebabkan di lokasi ini hanya mempunyai satu tanaman yang masuk dalam
perhitungan potensi serapan karbon, yaitu Tanaman Cempedak dengan
diameter 15,22 cm. Lokasi FFr-4 mempunyai potensi serapan karbon
tertinggi pada pemantauan semester ini oleh karena lokasi ini mempunyai
Tanaman Johar tingkat pancang paling banyak yaitu 14 tanaman dengan
diameter antara 10,41 – 19,52 cm dan ditambah satu Pohon Jambu Mente
dengan diameter selebar 23,95 cm.
Perbandingan potensi serapan karbon antara areal hutan alam dengan
areal reklamasi menunjukkan bahwa potensi serapan karbon di areal
reklamasi yang paling besar masih dibawah potensi serapan karbon yang
paling sedikit di areal hutan alam (Gambar 6.1). Potensi serapan karbon
tertinggi di areal reklamasi sebanyak 1.595,65 kg/ha (lokasi FFr-4)
sedangkan potensi serapan karbon terendah di areal hutan alam ada di lokasi
FFa-4 dengan nilai sebanyak 1.917,90 kg/ha. Hal ini menunjukkan
pertumbuhan tanaman di areal reklamasi belum seoptimal di lingkungan
aslinya yaitu pada lahan yang belum dilakukan penambangan.

Gambar 6.1. Nilai Potensi Serapan Karbon di Areal Reklamasi PT ANTAM


Sumber: Sulakhudin dkk., 2022b

BAB 6 | Serapan Karbon 97


BAB 7
Penutup
Data-data analisis tanah pada kegiatan pemantauan tingkat kesuburan
tanah tahun 2022 di areal IUP PT. ANTAM Tbk - UBPB Kalimantan Barat
menunjukkan adanya beberapa perubahan kondisi tanahnya yang dapat
disimpulkan sebagai berikut: Beberapa lokasi areal reklamasi mengalami
peningkatan kandungan fraksi pasir sehingga dapat merubah kelas tekstur
tanahnya, seperti pada lokasi B15-R2015. Tingkat kemasaman tanah di
beberapa lokasi areal reklamasi pada pemantauan tingkat kesuburan tanah
tahun 2022 mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai pH tanah pada semua lokasi yang pada pemantauan
tingkat kesuburan tanah tahun 2021 berharkat sangat masam menjadi
masam.

Kapasitas pertukaran kation di areal reklamasi pada pemantuan tingkat


kesuburan tanah tahun 2022 lebih rendah daripada pemantauan tahun 2020
dan 2021 yang disebabkan adanya peningkatan kandungan fraksi pasir
tanah. Nilai Kejenuhan basa tanah di areal reklamasi pada kegiatan
pemantauan tingkat kesuburan tanah tahun 2022 tergolong sangat rendah
sampai sedang dengan nilai berkisar antara 10,51 - 40,92%, dan mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan kisaran nilai KB pada pemantauan
tahun sebelumnya. Kandungan C-organik tanah pada pemantauan tingkat
kesuburan tanah tahun 2022 mengalami penurunan daripada kandungan C-
organik pada pemantuan tahun sebelumnya dengan tingkat dekomposisi
bahan organik yang matang (nilai C/N rasio lebih rendah). Tingkat kesuburan
tanah di areal reklamasi tahun 2022 belum mengalami peningkatan dari hasil
pemantauan tingkat kesuburan tanah pada tahun sebelumnya dengan
parameter penentu tingkat kesuburannya adalah nilai KPK dan kejenuhan
basa yang rendah.

Kegiatan pengamatan di lapangan baik di areal reklamasi maupun hutan


alam, serta hasil analisis laboratorium pada kegiatan pemantaun flora, fauna
dan biota air semester I Tahun 2022 menunjukkan beberapa kondisi
lingkungan di sekitar areal IUP PT ANTAM Tbk UBPB Kalimantan Barat. Jenis-
jenis tanaman yang ditemukan pada pemantauan semester ini, namun tidak
ditemukan pada semester sebelumnya adalah Tanaman Buat-buat, Embeng,
Kedondong Hutan dan Pudu. Kegiatan pemantauan semester I tahun 2022
ditemukan sebanyak 66 jenis tanaman, lebih sedikit dari yang teramati pada
semester sebelunya sebanyak 76 jenis tanaman.
98 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
Hasil pemantauan flora pada semester ini menunjukkan adanya
penurunan jenis dan jumlah tanaman pada semua tingkat pertumbuhan yaitu
tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Data pengamatan flora di areal
reklamasi pada semester I tahun 2022 menunjukkan tanaman tingkat semai
mengalami kenaikan jenis tanamannya namun jumlahnya menurun
dibandingkan semester sebelumnya. Tanaman tingkat pancang meningkat
jumlah dan jenis tanamannya di areal reklamasi pada pemantauan semester
ini dibandingkan data tanaman pemantauan semester II tahun 2021. Jumlah
tanaman tingkat tiang dan pohon mengalami kenaikan pada pemantauan
semester I tahun 2022 dibandingkan pemantauan semester sebelumnya,
sedangkan jenisnya sama dengan semester sebelumnya.

Nilai indeks keanekaragaman flora di areal hutan alam untuk tanaman


dengan tingkat pertumbuhan semai, pancang dan tiang tidak mengalami
perubahan yaitu termasuk dalam kategori rendah untuk semai dan tinggi
untuk tingkat pertumbuhan pancang dan tiang. Keanekaragaman tanaman
tingkat pohon di areal hutan alam mengalami perubahan dari kategori
rendah menjadi tinggi oleh karena meningkatkan jenis pohon yang teramati
pada pemantauan semester I tahun 2022. Hasil perhitungan nilai indeks
keanekaragaman flora di areal reklamasi pada pemantauan semester I tahun
2022 menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada tanaman dengan tingkat
pertumbuhan semai, tiang dan pohon, meskipun semuanya masih tergolong
dalam kategori rendah.

Pola sebaran flora pada pemantauan flora semester I tahun 2022 tidak
mengalami perubahan dari hasil pemantauan semester sebelumnya, yaitu
semua tingkatan pertumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon)
mempunyai pola sebaran yang homogen (menyebar) di areal hutan alam.
Pola sebaran flora di areal reklamasi pada pemantauan semester I Tahun
2022 mengalami perubahan pada tanaman tingkat tiang dibandingkan
dengan pemantauan semester sebelumnya yaitu dari pola sebaran
mengelompok menjadi menyebar, sedangkan untuk tanaman tingkat semai,
pancang dan pohon tidak mengalami perubahan.

Hasil pemantauan fauna pada semester I Tahun 2022 ditemukan


sebanyak 59 jenis fauna, pada areal hutan alam ditemukan 53 jenis fauna
dengan jumlah sebanyak 1857 individu, sedangkan di areal reklamasi
teramati 653 fauna dari 43 jenis fauna. Burung yang teramati pada
pemantauan fauna pada semester I Tahun 2022 di hutan alam ditemukan
sebanyak 16 jenis dari 55 ekor, sedangkan di areal reklamasi ditemukan
burung sebanyak 6 jenis dari 10 ekor burung. Jumlah serangga yang
ditemukan pada pemantauan fauna semester ini di areal hutan alam
sebanyak 1768 serangga dari 29 jenis, lebih banyak daripada serangga yang
dijumpai pada semester sebelumnya, sedangkan serangga di areal reklamasi

BAB 7 | Penutup 99
lebih sedikit dibandingkan hasil pengamatan fauna di semester II tahun 2021.
Tupai yang ditemukan di areal hutan alam dan areal reklamasi pada
pemantauan fauna semester I tahun 2022 lebih banyak dibandingkan hasil
pemantauan semester sebelumnya, masing-masing sebanyak empat dan
enam ekor.

Kategori indeks keanekaragaman burung di areal hutan alam pada


semester ini termasuk sedang, meningkat dibandingkan hasil pemantauan
pada semester sebelumnya yang masuk kategori rendah, sedangkan di areal
reklamasi tidak mengalami perubahan yaitu masih dalam kategori rendah.
Kategori nilai indeks keanekaragaman serangga pada pemantauan semester
I tahun 2022 tidak mengalami perubahan baik di areal hutan alam maupun
areal reklamasi yaitu masih dalam kategori rendah. Keanekaragaman fauna
jenis melata pada semester I Tahun 2022 di areal hutan alam maupun areal
reklamasi tidak mengalami perubahan dibandingkan hasil pemantauan
semester II tahun 2021 yaitu termasuk dalam kategori rendah. Kategori
indeks kekayaan jenis fauna di areal hutan alam pada pemantauan fauna
semester I tahun 2022 tidak menunjukkan perubahan dibandingkan
pemantauan semester sebelumnya pada jenis fauna burung dan serangga
yaitu tergolong tinggi, sedangkan pada fauna jenis mamalia dan melata
meningkat masing-masing dalam kategori sedang dan tinggi.

Hasil pemantauan fauna semester ini di areal reklamasi menunjukkan


kategori indeks kekayaan jenis fauna tidak berubah untuk fauna jenis
serangga, mamalia dan burung dibandingkan semester II tahun 2021,
sedangkan untuk jenis fauna melata meningkat menjadi kategori sedang.
Pemantauan biota air menunjukkan bahwa pada semester ini ditemukan
sebanyak 885 plankton yang terdiri dari 5 jenis zooplankton dan 50 jenis
fitoplankton dengan jumlah sebanyak 55 jenis plankton. Jumlah dan Jenis
plankton yang ditemukan pada semester I Tahun 2022 mengalami
penurunan dibandingkan hasil pemantauan pada semester sebelumnya. Nilai
indeks dominasi dan kelimpahan plankton pada semester I tahun 2022 lebih
rendah untuk semua lokasi pemantauan dibandingkan semester sebelumnya
dengan jenis plankton Genatozygon yaitu Protococcus yang paling banyak
ditemukan di semua titik lokasi pengamatan. Pengamatan nekton di lokasi
pemantauan ditemukan 69 ikan dengan 12 jenis ikan yang terdiri dari Ikan
Bandeng, Bengkah, Bis, Hampala, Jajak, Jelawat, Kujam, Mengkalan, Patung,
Seluang, Sepat dan Ular Air. Potensi serapan karbon di areal hutan alam rata-
rata sebanyak 3.045,11 kg/ha, sedangkan di areal reklamasi sebanyak 910,89
kg/ha.

100 KESUBURAN TANAH DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Di Area IUP PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
DAFTAR PUSTAKA
Bismarck, M. (2011). Prosedur operasi standar (SOP) uuntuk survei
keragaman jenis pada kawasan konservasi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan Republik
Indonesia. Jakarta. 40p.
Brady & Foth, D.H. (1984). Fundamental of soils science. John wiley & sons, inc.
Singapore.
Browen, S. (1997). Estimating biomass and biomass change of tropical forest a
primer. (FAO Forestry Paper-134. FAQ, Rome.
Dix, H.M. (1981). Environmental pollution atmosphere, land, water and
noise, John Willey & Sons, Chichester.
Eviati & Sulaeman. (2009). Analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk.
Balai Penelitian Tanah.
Firdaus, L.N., Sri Wulandari, & Mulyeni, G. D. (2014). Pertumbuhan akar
tanaman karet pada tanah bekas tambang bauksit dengan aplikasi
bahan organik. Jurnal Biogenesis, Vol. 10, Nomor 1: 53-64 hal.
Hakim, N., Nyakpa, M. Y., Lubis, A.M.., Nugroho, S. G., Saul, M. R., Diha, M. A.,
Hong G. B., & Bailey, H. H. (1986). Dasar-dasar ilmu tanah. Unila,
Lampung.
Harahap, Z. A., Purwoko, B., & Sutrisno, H. (2020). Perencanaan reklamasi
pada pit B2 Bukit 7b PT. ANTAM (Persero) Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit Kalimantan Barat Biro Tayan Kabupaten
Sanggau. JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang, 7(3), Article 3.
https://doi.org/10.26418/jelast.v7i3.42667
Ismangil, & Hanudin E. (2005). Degradasi mineral batuan oleh asam organik.
J Ilmu Tanah Lingk. 5(1): 1-17.
Kurniawan, A. J. & Prayogo, H. (2018). Keanekaragaman jenis burung diurnal
di Pulau Temajo Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah
Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari 6 (1), 230 – 237. DOI:
http://dx.doi.org/10.26418/jhl.v6i1.25116
Liu, W. X., Xu, X. S., Wu, X. H., Yang, Q. Y., Luo, Y. M., & Christie, P. (2006).
Decomposition of silicate minerals by Bacillus mucilaginosus in
liquid culture. Environmental Geochemistry and Health, 28(1-2),
133-140. https://doi.org/10.1007/s10653-005-9022-0

101
Mengel, D.B. (1993). Fundamentals of soil cation exchange capacity (CEC).
AY-238. Soils (Fertility) Agronomy Guide. Purdue University
Cooperative Extension Service. Purdue University.
https://www.extension.purdue.edu/extmedia/ay/ay-238.html.
Munawar, A. (2013). Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. IPB Press, Bogor.
Murali, G., Gupta A., Air R.V. (2005.) Variations in hosting beneficial plant
associated microorganisms by root (wilt) diseased and field tolerant
coconut palms of west coast tall variety. Curr Sci. 89(11): 1922-1927.
Obalum, S. E., Watanabe, Y., Igwe, C. A., Obi, M. E., & Wakatsuki, T. (2013).
Improving on the prediction of cation exchange capacity for highly
weathered and structurally contrasting tropical soils from their fine-
earth fractions. Communications in Soil Science and Plant Analysis
44(12),1831–1848.
https://doi.org/10.1080/00103624.2013.790401
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gajah mada University
Press. Jogjakarta. Hlm. 134-162
Parmar P., & Sindhu, S. S. (2013). Potassium solubilization by rhizosphere
bacteria: influence of nutritional and environmental conditions. J
Microbiol. (1),25-31. DOI: 10.5923/j.microbiology.20130301.04
PPT. (1995). Kombinasi beberapa sifat kimia tanah dan status kesuburannya.
Bogor.
Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012).
Kajian kebijakan pengembangan industri mineral sebagai kawasan
ekonomi khusus. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Reynolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino. K. (1984). Observation on a metalimnetic
phytoplankton population in a stably stratified Tropical Lake. Arch.
Hydrobyol. Argentina. 97,7 – 17.
Sachlan. (1980). Planktonologi. Fakultas Perikanan dan Biologi UNDIP.
Semarang.
Saidy, A. R. (2018). Bahan organik tanah: klasifikasi, fungsi dan metode studi
(Cetakan Pertama) Lambung Mangkurat University Press
Sembiring, S. (2008). Sifat kimia dan fisik tanah pada areal bekas tambang
bauksit di Pulau Bintan, Riau. Info Hutan. V(2), 123-134.
Sheng, X.F., & He, L.Y. (2006). Solubilization of potassium bearing minerals by
a wild type strain of Bacillus edaphicus and its mutants and
increased potassium uptake by wheat. Can J Microbiol. 52(1), 66-72.
DOI: 10.1139/w05-117

102
Sugumaran, P., & Janarthanam, B. (2007). Solubilization of potassium
containing minerals by bacteria and their effect on plant growth.
World J Agric Sci. 3(3), 350-355.
Sulakhudin, Ratna, H., Rossie, W.N., Romiyanto dan Santi. (2022a).
Pemantauan Status Kesuburan Tanah di Areal Reklamasi PT ANTAM
Tbk-UBPB Kalimantan Barat. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, UNTAN, p 68.

Sulakhudin, Ratna, H., Rossie, W.N., Romiyanto dan Santi. (2022b).


Pemantauan Flora, Fauna dan Biota Air. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, UNTAN, p 174.

Surata, M., Suksiano, O., Pratomo, M., & Supriyadi. (2010). Discovery and
its genetic relationship bauxite deposit in Mempawah and Landak
Regency West Kalimantan Province, Proceeding of the Kalimantan
Coal and Mineral Resources Seminar, p. 107-116.
Tan, K. H. (1991). Dasar-dasar kimia tanah. Gajah Mada University
Press,Yogyakarta.
Wilatikta, A. P. S. (2015). Kajian genesa endapan bauksit tambang tayan,
Kalimantan Barat berdasarkan karakteristik mineralogi dan
geokimia, Tesis, Program Studi S-2, Universitas Gadjah Mada (tidak
dipublikasikan).
Yani, M. (2005). Reklamasi lahan bekas pertambangan dengan penanaman
jarak pagar (Jatropha curcas Linn). Pusat Penelitian Surfaktan dan
Bioenergi LPPM-IPB. Bogor.
Yulius, A. K., Nanere, J. L., Arifin, S. R., Lalopua, J. R., & Hariadji, B. (1985).
Dasar-dasar ilmu tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Timur. Ujung
Pandang.

103
GLOSARI
Area: bagian permukaan bumi; daerah; wilayah geografis yang digunakan
untuk keperluan khusus.

Bauksit: bebatuan yang didalamnya terkandung mineral aluminium


hidroksida seperti mineral gibbsite Al(OH)3, boehmite γ-Al(OH), dan
diaspore α-Al(OH), bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi,
mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase TiO 2.

Biota air: kelompok organisme baik hewan maupun tumbuhan yang


sebagian besar ataupun seluruh hidupnya berada di perairan.

Endemik ialah jenis tumbuhan atau hewan yang hanya ada di wilayah
tertentu.

Fauna: kumpulan hewan yang spesifik untuk lokasi geografis tertentu.

Fitoplankton: tumbuh-tumbuhan air dengan ukuran yang sangat kecil dan


hidup melayang di dalam air.

Flora: kelompok tumbuhan asli dalam suatu ekosistem suatu wilayah


geografis.

Kapasitas pertukaran kation: jumlah total muatan negatif tanah yang akan
menentukan daya ikat tanah terhadap unsur hara, khususnya unsur hara
yang bermuatan positif.

Karbon [zat arang]: merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan
nomor atom 6 pada tabel periodik dan unsur non-logam dan bervalensi 4
(tetravalen). karbon pada tumbuhan terdapat pada batang, daun, akar, buah,
juga pada daun-daun kering yang telah berguguran.

Karbon dioksida [CO2]: senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen
yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. CO2 berbentuk gas
pada keadaan temperatur dan tekanan standar di atmosfer bumi. Gas CO 2
tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan sedikit asam.

Keanekaragaman hayati: kelimpahan variasi dari berbagai jenis


sumberdaya alam hayati, baik dari tumbuhan dan hewan yang ditemukan di
suatu tempat di bumi.

Kejenuhan basa: perbandingan antara jumlah miliekuivalen kation basa


dengan miliekuivalen kapasitas pertukaran kationnya.

104
Kekayaan Jenis: jumlah atau banyaknya spesies di dalam sampel, komunitas
atau habitat.

Kemerataan jenis: distribusi individual antara jenis pada suatu komunitas


seimbang, jenis dianggap maksimum jika semua jenis dalam komunitas
memiliki jumlah individu yang sama.

Kesuburan Tanah: kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara, air


dan udara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk mendukung
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat
tanah tersebut berada.

Mineral: senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik
dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

Nekton: organisme perairan yang memiliki kemampuan untuk berenang


bebas di dalam kolom air dan mampu menentukan sendiri arah geraknya.

Pancang: tanaman yang telah tumbuh dengan ketinggian kurang dari 1,5
m dan diameter batang 0 - 10 cm.

Pasca tambang: kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir


sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan
fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh
wilayah pertambangan.

Penambangan: bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi


mineral dan/atau mineral ikutannya.

Pertambangan: sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, Penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
Pascatambang.

Plankton: sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan maupun hewan


yang hidup melayang maupun terapung secara pasif di permukaan perairan,
dan pergerakan serta penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus
walaupun sangat lemah.

Pohon: tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm.

Reklamasi: kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha


pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.

105
Revegetasi: usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak
melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan

Semai: anakan pohon atau tumbuhan bawah.

Senyawa karbon: senyawa yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen,


oksigen , dan unsur – unsur organik yang lain.

Tanah: tubuh alam bebas yang menempati sebagian permukaan bumi dan
mempunyai ukuran panjang, lebar dan dalam, mampu berperan sebagai
media tumbuh tanaman, dan sebagai hasil pelapukan bahan induk oleh
pengaruh iklim, vegetasi pada topografi dan kurun waktu tertentu.

Tanah masam: tanah yang memiliki pH rendah, yaitu pH kurang dari 6,5.
Nilai pH menunjukkan jumlah konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah,
semakin tinggi kadar ion hidrogen di dalam tanah maka semakin rendah nilai
pH tanah tersebut dan tanah semakin masam.

Tiang: tumbuhan berkayu dengan diameter batang antara 10 cm hingga 20


cm dengan ketinggian lebih dari 1,5 m.

Unsur hara: zat-zat yang dibutuhkan oleh makhluk hidup baik hewan
ataupun tumbuhan untuk pembentukan jaringan tubuh, pertumbuhan, serta
aktivitas makhluk hidup lainnya.

Zooplankton: plankton hewani, meskipun terbatas namun mempunyai


kemampuan bergerak dengan cara berenang (migrasi vertikal).

106
INDEX
A
akar, 10, 16, 18, 19, 20, 23, 41, 101, 104
Aluminium, 7, 10
ammonium, 23
anion, 15, 17, 20, 23
Area, 3, 4, 104, 111
asam organik, 20, 101

B
Bahan organik, 12, 15, 102
basis, 9
batuan fosfat, 18
Bauksit, 1, 5, 101, 104, 111, 112
Biota air, 104
bobot isi, 9
burung, 36, 53, 55, 68, 69, 73, 74, 77, 78, 81, 84, 99, 100, 101

C
Capung, iii, 67, 70, 71, 75, 78, 79, 82

D
debu, 7, 8, 9
dominasi, 91, 92, 100

E
ekosistem, 28, 84, 86, 93, 104, 105
eksudat, 20
Endemik, 104

F
Fauna, ii, 66, 68, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 79, 80, 81, 83, 84, 104, 111
Fitoplankton, 88, 93, 104
Flora, ii, v, vi, 25, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 47, 48, 50, 51, 52, 54, 56,
58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 104, 111
Fosfor, 7, 17

107
fotosintesis, 86, 93, 96

H
habitat, 3, 46, 70, 72, 73, 84, 86, 87, 105
Hilir, 1, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 111
hutan alam, iii, 2, 19, 25, 28, 30, 33, 34, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 61,
66, 68, 69, 70, 72, 73, 74, 76, 77, 84, 85, 96, 97, 98, 99, 100

I
Ikan, iv, 93, 94, 95, 100

K
Kalium, 7, 19, 20
Kapasitas pertukaran kation, 11, 98, 104
Karbon, 96, 97, 104
Kation, 12
Keanekaragaman hayati, 104
Kejenuhan basa, 12, 21, 24, 98, 104
Kekayaan Jenis, ii, 84, 105
Kemenyan, iii, 26, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 49, 50, 51
Kemerataan jenis, 105
Kesuburan Tanah, ii, v, 5, 6, 7, 21, 22, 23, 105, 110
koloid, 12, 15, 22
koloidal, 12
kontur, 5

L
lingkungan hidup, 4

M
mamalia, 68, 72, 73, 76, 77, 79, 81, 82, 100
masam, 9, 10, 12, 88, 98, 106
mikroorganisme, 18, 21
Mineral, 2, 102, 103, 105
mineralisasi, 15
morisita, 46, 47, 48, 49, 51, 63, 64
Muara, iv, 88, 90, 93, 94

N
Nekton, ii, vi, 93, 94, 105

108
Nitrogen, 7

P
Pancang, v, vi, 25, 31, 33, 41, 48, 54, 59, 63, 105
Pasca tambang, 105
pasir, 7, 8, 9, 11, 98
pelindihan, 9, 17, 19
Penambangan, ii, 3, 28, 105, 111
perairan, 86, 87, 88, 91, 92, 93, 104, 105
Pertambangan, 1, 101, 105, 111, 112
Plankton, vi, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93, 105
Pohon, v, vi, 25, 37, 38, 39, 45, 46, 51, 57, 58, 61, 65, 97, 105, 111
porositas, 9
proton, 20

R
Rawa Benganjing, 88, 93, 94
rehabilitasi, 59
rekapitulasi, 34, 55, 66, 69
Reklamasi, ii, v, vi, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 25, 52, 54, 56, 57, 58,
59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 96, 97, 103, 105
Revegetasi, 106

S
sampel, 9, 17, 105
sekresi, 20
Semai, v, 25, 29, 30, 40, 47, 52, 53, 58, 62, 106
Senyawa karbon, 96, 106
serangga, 68, 70, 72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 81, 82, 85, 99, 100
Silika, 1
stagnan, 18
Sungai Benganjing, iv, 88, 93, 94

T
Tanah, ii, v, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 21, 22, 23, 101, 106, 110, 111
tanaman perintis, 1, 5
Tekstur Tanah, 7
Tiang, v, vi, 25, 34, 35, 43, 44, 50, 56, 60, 64, 106

U
unsur hara makro, 15

109
Unsur hara, 13, 15, 106
unsur mikro, 12

V
vegetasi, 3, 5, 14, 28, 66, 77, 85, 106

Z
Zooplankton, 87, 89, 106

110
Profil Penulis

Sulakhudin adalah seorang staf pengajar dan peneliti di Universitas


Tanjungpura yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman
di bidang ilmu tanah. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Jember 1993-1998.
Pendidikan Magister dan Doktoral diselesaikan di Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada tahun 2011. Saat ini, aktif mengajar di Program
studi di tingkat pendidikan S1 dan S2 Ilmu Tanah, serta program studi
Ilmu-ilmu Pertanian di tingkat pendidikan S3 pada Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura. Beberapa matakuliah yang diampu Dasar-dasar
Ilmu Tanah, Geologi dan Mineralogi Tanah, Kimia Tanah, Kesuburan Tanah, Teknik Analisis
Tanah dan Tanaman, Metode Ilmiah dan Teknologi Informasi Ilmu Tanah. Kerjasama yang
pernah dilakukan dengan beberapa instansi pemerintah, seperti Bappeda dan Dirjen Sarana dan
Prasarana, Kementerian Pertanian. Kerjasama dengan PT ANTAM Tbk-UBPB Kalimantan Barat
dilakukan sejak tahun 2017 sampai sekarang. Kerjasama penelitian pada tahun beberapa tahun
terakhir antara lain Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi, Riset Inovasi UNTAN dan
Matching Fund 2022. Publikasi dalam bentuk artikel, prosiding dan buku telah banyak
diterbitkan pada tingkat nasional maupun internasional.

Ratna Herawatiningsih adalah dosen Fakultas Kehutanan, Universitas


Tanjungpura (UNTAN) sejak tahun 1993. Pendidikan S1 jurusan
Kehutanan di Fakultas Pertanian Untan 1987-1992. Pendidikan S2 di
Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Institut Pertanian Bogor
(IPB) 1998-2001. Penulis memiliki pengalaman mengajar selama 29
tahun. Beberapa mata kuliah seperti Geologi dan Ilmu Tanah Hutan,
Klimatologi Dasar, Konservasi Tanah dan Air, Hidrologi Hutan dan Daerah
Aliran Sungai. Penulis meneliti tentang Inventirisasi Pohon dalam
Kawasan Hutan Sekunder di PT Bhatara Alam tahun 2016-2017,
Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah. Tahun 2017-2022
melakukan kegiatan penelitian Pemantauan Flora dan Fauna dalam Kawasan Hutan Sekitar PT
ANTAM, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau. Tahun 2021 penulis mempublish Jurnal
Internasional IOP Conference Series Earth and Environment Science dengan Judul Diversity of
Meranti (Shorea spp) in Secondary Forest of Tropic Area In Mempawah District, West Kalimantan,
Indonesia. Penulis menulis Jurnal Nasional dengan judul Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Hutan Rawa Gambut Sekunder di Desa Sadaniang, Kabupaten Mempawah. Penulis juga pernah
menulis buku di tahun 2021 dengan Judul Flora dan Fauna Hutan Mangrove Kalimantan Barat.

Santi adalah seorang Fresh Graduate yang memiliki latar belakang


pendidikan di bidang pertanian khususnya ilmu tanah. Latar belakang
Pendidikan S1 Pertanian Universitas Tanjungpura. Publikasi ilmiah yang
dimiliki berjudul Study of Provision of Biochar and Cow Manure to Nutrients
Uptake and Yield of Sweet Corn Plant (Zea Mays L.) In Ex-Mining Land, At
Capkala Sub-District. Dalam dua tahun terakhir sedang bekerja sebagai
Administrasi management Penelitian Dosen di Fakultas Pertanian UNTAN
dan menjalankan beberapa proyek pemerintah diantaranya, Penelitian
Inovasi Untan tahun 2020 – 2022, Pemantauan Flora, Fauna dan Biotas Air di PT ANTAM Tbk-
UBPB Kalimantan Barat dari tahun 2019 – 2022, Pengembangan Dry Land Produksi Tanaman
Padi di Desa Sukadana, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat Tahun
2020, Pengembangan Dry Land Produksi Tanaman Porang di Kabupaten Jonggol Tahun 2020,
Pengembangan Budidaya Kopi Robusta di Desa Mekar Sari, Kecamatan Salem Kabupaten Brebes
Jawa Tengah Tahun 2020, Pengembangan Teknologi Sensor Tanah dalam program Flood
Management In Selected River Basin (FMSRB) Tahun 2021 dan Pengembangan Tanaman Picung
di Desa Sukajaya, Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur Tahun 2021.

111
Sukirno menyelesaikan sekolah teknologi menengah pembangunan
Yogyakarta tahun 1992 jurusan Geologi Pertambangan, bekerja di PT
Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sejak tahun 1994 –
April 2018 dengan sistem Penambangan Underground Mining. Pada bulan
Mei 2018 – Sekarang (2022) bergabung di Unit Bisnis Pertambangan
Bauksit Kalimantan Barat dengan sistem Penambangan Open cast Mining.
Kompetensi tersebut ditunjang dengan kepemilikan sertifikat kompetensi
yaitu: POP (Pengawas Operasional Pratama): POM (Pengawas Operasional
Madya),

Andi Massoeang Abdillah adalah seorang Environmental Supervisor yang


memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman di dunia lingkungan
khususnya pertambangan mineral. Latar belakang Pendidikan S1
Kehutanan Universitas Hasanuddin 2011-2015, Service Learning
Program Six University Initiative Japan Indonesia Ehime University Japan
2014 dan S2 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut
Pertanian Bogor 2016-2019, serta Joint Master Program Ehime University
Japan 2017-2018. Adapun Publikasi ilmiah yang dimiliki antara lain
Adsoptive removal of mercury by zeolites and montmorillonite –
submitted at Journal Bulletin of Chemical Reaction Engineering Catalys 2018, Removal of Hg (II)
in water as Hg (II)-thiourea complex by unmodified zeolite and montmorillonite – submitted at
Environmental science and Pollution Research 2017, Impacts of Indonesian Constitutional Court
Decision No. 35/PUU-X/2012 for Customary Forest in Kajang. South Sulawesi. Indonesia didanai
oleh RECOFTC: The Center for People and Forest 2015, Adsorptive Removal of Mercury by
Zeolites and Montmorillonite Journal of Natural Resources and Environmental Management
2019 dan Analisis Kebutuhan Kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam Mengimplementasikan
Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 Jurnal Hutan dan Masyarakat. Dalam tiga
tahun terakhir sedang ,bekerja sebagai Supervisor of Erotion, Sedimentation, and Waste
Management pada Satuan Kerja Health, Safety, and Environment (HSE) di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Bauksit Kalimantan Barat (UBPB Kalbar). Kompetensi tersebut ditunjang
dengan kepemilikan sertifikat kompetensi yaitu: POP (Pengawas Operasional Pratama), POPAL
(Penanggungjawab Operasional Pengelolaan Air Limbah), OPLB3 (Operator Penanggungjawab
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun), dan Sertifikasi Keahlian Pengambilan Data
LCA (Life Cycle Assessment). Selain itu juga memiliki pemahaman dan keterampilan teknis yang
baik dalam melakukan pemantauan kegiatan lingkungan, pengerjaan program dan kegiatan yang
berkelanjutan, serta memahami dengan baik program penilaian peringkat kinerja Perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan (PROPER) yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK).

Billy Vienna Iskandar menyelesaikan pendidikan Diploma III Institut


Pertanian Bogor tahun 2017 jurusan Teknik dan Manajemen Lingkungan,
bekerja di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Kalimantan
Barat sejak tahun Juli 2018 – Sekarang (2022), bergabung di Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit Kalimantan Barat diposisi Reclamation,
Revegetation and Nursery Senior Officer. Kompetensi tersebut ditunjang
dengan kepemilikan sertifkat kompetensi yaitu: POP (Pengawas
Operasional Pratama), Pengambil data LCA (Life Cycle Assessment) dan
POPAL (Penanggung Jawab Operasional Pengelolaan Air Limbah).

112
113

Anda mungkin juga menyukai