Anda di halaman 1dari 3

Rabu, 17 Oktober 2018 Yayasan Satu Karsa Karya melalui Divisi Pemberdayaan

Perempuan memfasilitasi pertemuan Kelompok Desa Prima Desa Sambirejo Kecamatan


Ngawen Kabupaten Gunungkidul. Fasilitasi terkait dengan penyusunan rencana kerja/
rencana bisnis Kelompok Perempuan tersebut dalam mengoptimalkan produk unggulan
Desa. Seperti yang disepakati sebelumnya bahwa Melalui Kelompok Ekonomi Perempuan
ini Desa Sambirejo akan mengoptimalkan Produk Unggulan Desa yang berupa produk
olahan makanan berbahan baku kelor, olahan makanan berbahan baku sayuran dan
olahan makanan berbahan baku bonggol pisang. Produk olahan makanan tersebut
sebenarnya sudah diproduksi oleh kelompok maupun individu, namun untuk bisa
menjadi produk unggulan perlu kiranya strategi peningkatan kualitas, kuantitas dan
penjualan produk tersebut agar lebih dikenal oleh masyarakat secara luas (terutama
pasar di luar Desa Sambirejo).

Proses penyusunan Rencana Bisnis yang dilakukan menggunakan Metode Bisnis Model
Kanvas, Analisa Bisnis Model Konvas ini dirasa cukup mempermudah kelompok
perempuan dalam melakukan analisa kekuatan dan kelemahan bisnis. Dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan, maka analisa akan kebutuhan dan profit dapat
dilakukan dengan cepat.

Contoh Hasil Bisnis Model Kanvas Kelompok Perempuan


Proses fasilitasi dilakukan dengan berkelompok mendasarkan jenis produk unggulan
yaitu 1) Olahan Bonggol Pisang, 2) Kripik Sayuran dan 3) Olahan Daun Kelor. Dari hasil
analisis tersebut terdapat Kelemahan, Kekuatan, Peluang dan Tantangan dalam kualitas
dan Kuantitas produk tersebut. yaitu

Kekuatan
1. Produksi sudah dilakukan secara terus menerus
2. Sudah memiliki beberapa rekan usaha/ tengkulak yang rutin order
3. Beberapa produk sudah memiliki PIRT
4. Dalam hal rasa dan kualitas produk tidak pasaran.
Kelemahan
1. Bahan Baku seperti Kelor dan Bonggol Pisang agak sulit didapat terutama di musim kemarau.
2. Proses pemotongan bahan baku masih dilakukan manual sehingga membutuhkan waktu yang
lama
3. Dalam perhitungan harga, hanya mempertimbangkan komponen bahan baku saja, belum
mempertimbangkan komponen lain seperti listrik, air dan tenaga.
4. Untuk produk olahan berbahan baku kelor yaitu egg rol baru bisa diproduksi satu orang saja
padahal permintaan pasar cukup tinggi.
5. Untuk produk olahan Mie Kelor masih terkendala peralatan/ Teknologi Tepat Guna
6. Belum memaksimalkan media sosial/ media online untuk pemasaran.
7. Kemasan produk kurang menarik
8. Belum semua produk memiliki PIRT
Peluang
1. Akhir tahun mendekati penyusunan RKP Desa baru (2019), kelompok perempuan bisa
mengusulkan pelatihan produk olahan untuk kelompok ekonomi perempuan atau peralatan.
2. Sudah berjejaring dengan pihak ketiga seperti YSKK, Dinas terkait dan LSM lain minimal bisa
ikut terlibat dalam kegiatan pemasaran atau penguatan Kapasitas.
Tantangan
1. Selain kelompok ekonomi Desa Sambirejo, beberapa Desa sekitar juga memiliki produk olahan
makanan yang sama. Sehingga harus membuat cirri khas produk Desa Sambirejo agar dikenal
luas.
Dari analisa diatas kemudian diturunkan beberapa strategi dan rekomendasi dalam
rangka peningkatan kualitas dan kuantitas produk unggulan Desa, beberapa strategi
yang dihasilkan antara lain :

1. Mengusulkan kepada Pemerintah Desa melalui Musyawarah Desa 2018 agar dianggarkan untuk
peralatan atau Teknologi Tepat Guna untuk produksi Mie Kelor (Rekomendasi untuk Pemerintah
Desa)
2. Mengusulkan Kepada Pemerintah Desa melalui Musyawarah Desa 2018 ada anggaran untuk
pengadaan bibit kelor dan pisang, untuk menutupi kekurangan bahan baku (Rekomendasi untuk
Pemerintah Desa)
3. Mencari informasi ke daerah sekitar Gunungkidul seperti Klaten, Sukoharjo dan Wonogiri terkait
dengan bahan baku bonggol pisang dan daun Kelor (Rekomendasi untuk anggota kelompok)
4. Menambah jumlah anggota kelompok yang ikut produksi olahan kelor (Rekomendasi untuk
Anggota Kelompok)
5. Membuat kemasan yang menarik (Rekomendasi kepada Kelompok dan minta bantuan YSKK)
6. Membuat Platform usaha Online untuk meningkatkan penjualan ( Rekomendasi kepada
Pemerintah Desa terkait dengan Website Desa, dan juga Meminta bantuan YSKK)
7. Mengikuti kegiatan pelatihan tentang pemasaran (Rekomendasi untuk YSKK terkait dengan
pelatihan yang akan dilakukan kedepan)
8. Mencarikan ijin PIRT untuk produk yang belum memiliki ijin (Rekomendasi untuk Kelompok)

Hasil diskusi ini, harapannya menjadi acuan untuk kelompok maupun individu dalam
optimalisasi produk unggulan Desa. dan Optimalisasi produk unggulan Desa dapat
dilakukan oleh beberapa pihak yaitu kelompok dan anggota kelompok selaku produsen,
Pemerinta Desa dan Pihak ketiga seperti YSKK

Anda mungkin juga menyukai