Anda di halaman 1dari 6

KEPADA MANUSIA YANG BERADA DIPELUKKAN DAN SEDANG KU GENGGAM JIWA

DAN RAGANYA

UNTUK YANG TERKASIH

Disusun oleh:

Aulia Rahmadita

(2023-2024)
ABSTRAK

Kamu, adalah manusia yang sedang ku peluk badan dan jiwa raganya. Kamu manusia yang
Tuhan titipkan lewat Hujan Dan Panas. Lewat Angin Dan Air. Dan yang diciptakan lewat
Tawa dan Duka. Kamu, manusia yang Tuhan janjikan kepadaku agar aku tahu apa itu arti
“Kehidupan”, “Kebebasan”, “Kebahagiaan”, dan “Kesedihan”. Pertemuan kita selalu ku
panjatkan dalam doaku agar ini berlangsung lama dan Selamanya. Kaki dan Tangan ku dan
kamu yang melanjutkannya.

Kata kunci: Kamu, Peluk, Aku, Tuhan.

ABSTRACT

You are a human being whose body and soul I embrace. You are a human being that God has
entrusted to me through rain and heat. Through wind and water. And through laughter and
sorrow. You are the human being that God promised me to know the meaning of "life",
"freedom", "happiness" and "sadness". I always pray that our meeting will be long and
eternal. My feet and hands and yours go on.

Keywords: You, embrace, me, God.


1.1 PENDAHULUAN

Aku pernah menyukai semesta dan seisinya. Kala itu, bumi dan cuacanya
belum mengizinkan aku untuk me-megangnya. Karena bumi tahu, aku adalah
manusia yang tak bisa berfikir. Aku dengan sejuta rasa suka, sejuta rasa cinta.
Mungkin semesta tak pernah tahu bahwa aku selalu berusaha untuk
mengambilnya dari sang pencipta. Ketika aku sudah diberi izin oleh bumi,
akhirnya aku mendapatkan semesta itu. Ku rasakan Bahagia, Sedih, Pedih dan
Duka. Bersamanya membuat banyak sekali kenangan. Bersama semesta aku
membuat banyak cerita dan hal baru. Bersama semesta aku mersakan arti
hidup “Dua Kali”. Semesta mengajariku banyak hal. Dia mengajariku cara
bermain game online. Lucu ya dia. Semesta sangat membuat ku bangga
dengan hal yang ia ikuti. Beribu ribu kalimat “Aku sangat bangga” ku
lantunkan walaupun tidak didepan wajahnya. Aku menyukai dia yang
sederhana. Tak bohong, Ketika kami berjumpa selalu ku pandang wajahnya.
Bahkan sesekali aku menangis. Aku sangat bangga. Dirinya yang sederhana
dan isi kepala yang tak ada habisnya. Selalu ku peluk tubuh itu dan ku cium
bahunya, bahkan tak jarang aku meneteskan air mata kala angin menerpa
wajahku. Mungkin, kami pernah dipisahkan oleh lautan dan samudera. Tapi
sungguh, tak akan kulepaskan lagi. Semesta dan Bumi benar benar membuat
kami berubah menjadi yang lebih baik. Tak heran jika aku menangis terharu
Ketika melihat dia begitu dewasa kali ini. Selalu ku kagumi sosok pria tinggi
berwajah manis dan tampan itu. Dia selalu berkata dia tidak pernah
memberiku barang mahal. Padahal, yang mahal hanyalah “Waktu”,
“Kepercayaan”, “Kebahagiaan”, “Ketanggung jawaban”,
“Penghargaan”, dan “Kasih sayang”. Hebat. Priaku memberikan itu
semua. Dia memberikannya kepadaku. Itu adalah barang yang paling dan
sangat mahal yang ku terima.
1.2 PEMBAHASAN

Waktu itu sedang pukul 13.00 WIB. Aku, dia dan teman ku sedang berbincang
dibarisan belakang tempat duduk dikelas. Kami membahas apapun waktu itu.
Tak kusadar, aku terlalu lama nyaman berbincang dengannya. Mungkin itu
ialah tatapan yang sangat dalam ku lantunkan kepada dirinya. Berbulan –
bulan ku rahasiakan dari siapapun bahkan sahabatku sendiri. Pada bulan
oktober akhir tak ku ingat tanggalnya. Dia mengatakan aku menyukai dirinya.
Terkejut? Tentu saja. Tak pernah selama aku hidup seperti ini. Aku gemetar
kala itu, langsung ku kirimi pesan kepada temanku bahwa dia menyatakan
perasaannya kepadaku, tapi ternyata, temanku sudah tahu dulu. Salah satu
kebodohan ku 2 tahun yang lalu ialah mengatakan “Tidak” pada dirinya,
Karena aku sadar, aku masih tidak siap untuk menjalin hubungan. Selalu ku
katakan aku bodoh setiap harinya. Waktu berlalu, tiba Dimana aku menjawab
teka teki yang ada pada dirinya. Sudah satu tahun yang lalu ternyata. Ku
ungkapkan saja banyak sekali rintangan yang dihadapi. Tak jarang sesekali
kami miss communication kala sedang bertengkar dan tidak mengalah, tak
jarang kesalah pahaman datang dihubungan kami berdua. Sesekali aku
menangis melihat pesan tengkaran yang dikirim, membaca dan menulisnya
buat aku sadar bahwa aku sudah terlalu egois waktu itu. Tak mudah untuk
diposisi bangkit. Walau begitu, dia tetap menjadi payungku kala aku sedang
kehujanan. Aku menangis Ketika melihat foto kami pertama kali. Kala itu
sedang pentas seni disekolahanku. Pertama kalinya aku mengandeng
tangannya. Lucu sekali. Dia menjalin hubungan dengan gadis yang baru saja
mengenal arti kehidupan. Dengan gadis yang sifat manjanya belum bisa
hilang. Dengan gadis yang selalu bertengkar dengan isi kepalanya, Hebat
sekali. Mungkin aku tak sadar kala aku menjahatinya. Tak sadar waktu aku
menyakitinya. Yang ku tahu hanya rasa sakit ku saja. Banyak kalimat
“Kecewa”, “Maaf” yang kami lanturkan. Tapi aku tak pernah mengkoreksi
dari salah satunya. Sekali lagi kuucapkan untuk pria yang sedang dalam
relungku. Hebat.
1.3 PERPISAHAN

Tahun kemarin. Ialah tahun Dimana aku banyak sekali merasakan isak dan tangis.
Tak sesekali aku kesal menghadapinya. Tak jarang aku mengumpat Ketika tak
tahan. Fase yang tidak akan, tidak mau, tidak pernah dan tidak ingin ku rasakan
lagi. Berat. Ku jalani hari itu dengan sendirinya. Menyendiri dirumah, aku
menguruskan badanku, merontokkan rambutku dan merusak wajahku. Aku tidak
tidur. Mataku dan wajahku selalu merah dan sembab. Ketika aku diluar saja aku
selalu mengingat sudut kota ku sendiri. Selalu ada wajahnya disana. Ku peluk
pakaian dan boneka yang ada diaku kala itu. Sesekali ku pakai jika merindukannya.
Bohong aku bilang aku tidur. Di penghujung tahun saja aku membaca pesan ulang
kami. Ku baca lagi pesan yang berbintang itu. Bahkan kala itu wallpaperku masih
fotoku dan dia. Ku sembuhkan diriku sendiri waktu itu. Dengan belajar memakai
sepeda motor, mengikuti program diet yang gagal, merias wajahku, memotong
rambutku, ke gunung sendirian, makan makanan pedas yang ku rindukan sejak lama
bahkan tak jarang aku minum kopi tanpa makan. Tak jarang aku meromantisiasikan
diriku sendiri. Fase yang tidak ingin terulang lagi. Aku tidak pernah tahu apakah
dia merasakan yang sama atau tidak. Tak jarang aku keluar malam sendiri demi
menangis dijalan sendiri. Seminggu aku jatuh sakit. Aku tak makan bahkan minum
sekalipun jarang. Hampir masuk rumah sakit waktu itu tapi selalu ku tahan. Aku
melukai diriku sendiri tapi mengingat akan wajah orang tua ku aku menarik
Kembali benda tajam itu. Aku selalu berharap ia melewati rumahku disore hari tapi
mustahil. Selalu ingin tahu kabarnya lewat teman temannya. Bahkan tak tidur demi
melihat wajahnya waktu itu. Selalu berdoa apa dia akan Kembali?. Selalu ku
tedengar lagu yang berjudul “Tides -Pepita salim.”. Arti lagunya sangat pas di
kami berdua.
1.4 MAAF

Maaf, jika aku bukanlah Wanita yang baik. Maaf semua usahaku selalu gagal dan
mengecewakanmu. Maaf, aku kurang mengusahakan apapun, Aku Wanita gagal.
Aku menggagalkan semua kebahagiaan, aku kurang dibakat manapun. Aku tidak
bisa memberikan mu yang lebih. Maaf atas kecewa yang ku berikan. Maaf jika
apapun sikap dan sifatku yang tidak kau sukai selalu ku ulangi, tolong ajarkan aku
untuk menjadi Perempuan yang tidak keras kepala dan pembangkang, ya. Maaf
jika saat aku memelukmu di atas motor tidak mengenal kondisi. Maaf, jika aku
tidak bisa membuatmu Bahagia bersamaku.

Anda mungkin juga menyukai