Anda di halaman 1dari 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas III Sekolah Dasar


a. Karakteristik Siswa Kelas III SD
Anak pada usia sekolah dasar, memiliki usia rata-rata sekitar 7-12
tahun. Pada masa ini anak sedang mengalami perkembangan baik secara
fisik maupun mental. Pada masa perkembangan inilah seorang pendidik,
utamanya guru di sekolah dasar harus menyesuaikan materi yang akan
disampaikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik anak.
Buhler mengemukakan bahwa masa sekolah dasar termasuk ke
dalam fase perkembangan keempat. Pada masa ini, anak mencapai
objektivitas tertinggi. Masa usia ini juga disebut sebagai masa
menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh
dorongan-dorongan untuk menyelidik dan memiliki rasa ingin tahu yang
besar. Pada masa ini merupakan fase untuk anak-anak berlatih,
menjelajah dan bereksplorasi (Sobur, 2011: 132).
Menurut Erikson (Sobur, 2011: 136) anak pada rentang usia 8-11
tahun memiliki karakteristik senang berkelompok dan berorganisasi, rajin
mengerjakan tugas, berharap mendapat penerimaan dari teman-teman
yang seusia dan masih perlunya pengarahan dari orang tua. Berdasarkan
hal tersebut, siswa kelas III SD Negeri 7 Kutosari yang memiliki rentang
usia 9 atau 10 tahun juga memiliki karakteristik yang telah disebutkan
Erikson di atas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik siswa kelas III yaitu, memiliki rasa ingin tahu yang besar,
gemar berlatih, senang berkelompok, dan berorganisasi. Karakteristik
tersebut sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC). Model ini tepat diterapkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan


membaca intensif siswa karena dilakukan dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil.
b. Keterampilan Membaca Intensif
1) Pengertian Keterampilan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “keterampilan”
berarti kecakapan untuk menyesaikan tugas (Depdiknas, 2014:
1447). Menurut Tarigan (2008: 3-4) keterampilan merupakan suatu
kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap dan didapat dari proses
praktik dan latihan yang berulang-ulang. Kemudian menurut Sarwiji
(2006: 496) keterampilan berasal dari kata “terampil” yang artinya
sangat ahli melakukan kegiatan tertentu untuk menyelesaikan tugas.
Keterampilan dapat diperoleh dengan cara banyak latihan (Farboy,
2009: 416).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian keterampilan adalah kecapakan dalam melakukan
kegiatan tertentu yang diperoleh dari proses praktik, dilaksanakan
berulang-ulang dan banyak latihan.
2) Pengertian Membaca
Menurut Somadayo (2011: 4) “Membaca adalah suatu kegiatan
interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung dalam bahasa tulis”. Membaca juga merupakan suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahan tulis. Lebih lanjut, menurut Bonomo
(Somadayo, 2011: 5) membaca adalah suatu kegiatan mengambil
dan memahami arti atau makna yang terkandung dalam sebuah
bahasa tulis (reading is bringing).
Dalman (2014: 5) berpendapat, membaca adalah suatu kegiatan
atau proses kognitif sebagai upaya untuk menemukan berbagai
macam informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang


dibaca dan bukan hanya melihat kumpulan huruf yang membentuk
kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana, tetapi lebih dari
itu membaca berarti kegiatan memahami dan mengartikan
lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang
disampaikan oleh penulis dapat diterima oleh pembaca.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian membaca adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memahami arti atau makna dan menemukan informasi yang
disampaikan penulis melalui bahasa tulis agar pesan yang
disampaikan oleh penulis dapat diterima pembaca. Dengan
demikian, keterampilan membaca adalah kecakapan dalam
menemukan makna atau arti yang disampaikan penulis melalui
bahasa tulis.
3) Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (2008: 23) terdapat dua jenis membaca ditinjau
dari terdengar atau tidaknya suara yaitu: (1) membaca nyaring,
membaca bersuara, dan membaca lisan (read ing out loud, oral
reading, reading aloud) dan (2) membaca dalam hati (silent
reading). Berikut ini adalah penjelasannya.
a) Membaca Nyaring
Menurut Tarigan (2008: 23) membaca nyaring adalah suatu
kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun
pembaca secara bersama-sama dengan orang lain atau
pendengar untuk menangkap informasi atau memahami pikiran
dan perasaan seorang pengarang.
Dalman (2014: 63) mengemukakan bahwa membaca
nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara
atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa
dengan suara yang cukup keras.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
mengeluarkan suara sebagai suatu alat bagi pembaca agar dapat
menangkap informasi atau memahami pikiran dan perasaan
pengarang.
b) Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati menurut Dalman (2014: 64) adalah
membaca tanpa menimbulkan suara, tanpa melakukan gerakan
bibir, tanpa melakukan gerakan kepala, tanpa berbisik, dan
memahami bacaan dengan cara dibaca dalam hati. Selanjutnya,
menurut Tarigan (2008: 30) membaca dalam hati (silent
reading) adalah kegiatan membaca menggunakan ingatan visual
(visual memory) dengan melibatkan pengaktifan mata dan
ingatan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
dalam hati adalah kegiatan membaca tanpa menimbulkan suara,
tanpa menimbulkan gerakan bibir atau kepala, dan hanya
menggunakan ingatan visual berupa pengaktifan mata dan
ingatan untuk memahami bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati kemudian
dibedakan menjadi 2 yaitu: (1) membaca ekstensif dan (2)
membaca intensif (Tarigan, 2008: 32). Berikut adalah
penjelasannya.
(1) Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya
meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi:
(a) Membaca Survei (Survey Reading), yaitu kegiatan
membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap
bahan bacaan yang akan dibaca lebih dalam.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

(b) Membaca Sekilas (Skimming), yaitu kegiatan membaca


dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dalam
melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang
dibacanya dengan tujuan mendapatkan informasi secara
cepat.
(c) Membaca Dangkal (Superficial Reading), yaitu
membaca yang bersifat luaran dan tidak mendalami
bacaan.
(2) Membaca Intensif
Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca
dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang
seharusnya kita kuasai. Membaca intensif meliputi:
(a) Membaca Telaah Isi (membaca teliti, membaca
pemahaman, membaca kritis, membaca ide, dan
membaca kreatif)
(b) Membaca Telaah Bahasa (membaca bahasa dan
membaca sastra)
Berdasarkan uraian mengenai jenis-jenis membaca, dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua jenis membaca berdasarkan
terdengar atau tidaknya suara yaitu membaca nyaring dan membaca
dalam hati. Membaca dalam hati kemudian dibedakan menjadi dua
yaitu membaca ektensif dan membaca intensif. Membaca ekstensif
meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
Membaca intensif meliputi membaca telaah isi dan membaca telaah
bahasa.
Dari beberapa jenis membaca yang ada di atas, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan jenis membaca intensif yang termasuk
dalam membaca dalam hati berdasarkan terdengar atau tidaknya
suara.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

4) Membaca Intensif
a) Pengertian Membaca Intensif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “intensif”
berarti secara sungguh-sungguh dan secara terus-menerus
mengerjakan sesuatu sehingga memperoleh hasil yang optimal
(Depdiknas, 2014: 241). Berkaitan dengan membaca intensif,
menurut Brooks (1964) yang dimaksud dengan membaca
intensif atau intensive reading adalah sebuah studi seksama,
telaah teliti, dan penanganan terperinci terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira 2-4 halaman setiap hari. Kuisioner,
latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata, dikte,
dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik dari membaca
intensif (Tarigan, 2008: 36-37).
Tarigan mengemukakan bahwa membaca intensif pada
hakikatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari
500 kata (yang dapat dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan
kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik) (Dalman, 2014: 71).
Sementara itu, Rashidi (2011: 471) mengemukakan bahwa
“Intensive reading deals with comperehension” yang berarti
bahwa membaca intensif memiliki kaitan dengan pemahaman.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian membaca intensif adalah membaca dengan cara
sungguh-sungguh, terus-menerus dengan penuh penghayatan,
dan bertujuan untuk menyerap keterangan yang terdapat dalam
bacaan sehingga dapat memahami isi bacaan.
b) Tujuan Membaca Intensif
Menurut Tarigan (2008: 37) tujuan utama membaca intensif
adalah untuk memperoleh informasi dengan sukses melalui
pemahaman terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-
urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-
nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

sikap dan tujuan sang pengarang, serta sarana linguistik yang


dipergunakan untuk mencapai tujuan. Rahayu (2015)
mengemukakan bahwa tujuan membaca intensif adalah untuk
menelaah dan memahami secara mendalam dan utuh suatu teks
fiksi maupun nonfiksi (Litfia, 2016: 21).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan membaca intensif adalah untuk mengembangkan
keterampilan membaca secara mendalam dengan memahami
pola-pola teks dalam suatu wacana secara utuh.
c) Jenis-jenis Membaca Intensif
Dalman (2014: 70-71) mengemukakan bahwa membaca intensif
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
(1) Membaca Telaah Isi
Berikut adalah macam-macam membaca telaah isi.
(a) Membaca Teliti
Membaca teliti sama pentingnya dengan membaca
sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca
dengan teliti bahan-bahan yang disukai.
(b) Membaca Pemahaman
Menurut Rubin dalam Somadayo (2011: 7) membaca
pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks
yang mencangkup dua kemampuan utama, yaitu
penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir
tentang konsep verbal.
(c) Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang
dilakukan secara bijaksana, mendalam, evaluatif,
dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan
bacaan, baik makna baris, makna antarbaris, maupun
makna balik baris.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

(d) Membaca Ide


Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang
bertujuan untuk mencari, memperoleh, dan
memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
(2) Membaca Telaah Bahasa
Berikut adalah macam-macam membaca telaah bahasa.
(a) Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Membaca bahasa memiliki tujuan utama untuk
memperbesar daya kata (increasing word power) dan
mengembangkan kosa kata (developing vocabulary).
Tarigan (2008: 123) berpendapat bahwa setiap orang
mempunyai dua jenis umum daya kata yaitu daya kata
yang dipergunakan dalam berbicara dan menulis, dan
daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan
menyimak.
(b) Membaca Sastra (Literary Reading)
Membaca sastra adalah suatu kegiatan membaca karya
sastra. Seseorang yang membaca sastra harus
dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
membaca intensif dibedakan menjadi dua yaitu: membaca telaah
isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri atas
membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,
membaca ide, dan membaca kreatif. Sedangkan untuk membaca
telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pembelajaran
membaca intensif khususnya membaca pemahaman agar siswa
dapat memahami isi dan maksud yang terdapat dalam bacaan.
5) Materi Pelajaran Membaca Intensif di Kelas III SD
Materi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 serta mengacu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

pada KTSP 2006 SD Negeri 7 Kutosari. Pemetaan Standar


Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator materi
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III semester ganjil yaitu
sebagai berikut:
SK. 7 Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata)
dan membaca
K.D 7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks
agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara intensif
Indikatornya meliputi:
7.1.1 menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan,
7.1.2 mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan
sesuai jawaban
7.1.3 menemukan pokok-pokok pikiran bacaan
7.1.4 membuat rangkuman isi bacaan
7.1.5 menyebutkan tokoh-tokoh dalam bacaan
7.1.6 menyebutkan sifat dari tokoh-tokoh dalam bacaan

Berikut ini adalah materi pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III


SD semester II yang akan digunakan dalam penelitian.
Teks bacaan dengan judul “Humus si Penyubur Tanah”
(Nurcholis & Mafrukhi, 2007: 107-108).

Humus si Penyubur Tanah

Apakah humus itu? Humus adalah bunga tanah. Bunga tanah


merupakan bahan makanan untuk tanaman. Humus berasal dari
tumbuhan dan hewan yang membusuk.
Jika ingin tanahmu subur, kamu dapat membuat humus sendiri.
Caranya, kumpulkan sampah daun-daunan. Kemudian, timbun
sampah-sampah itu dalam lubang. Sebaliknya, lubang dibuat di
bawah pohon yang rindang. Alasannya, karena udara lembap akan
mempercepat pembusukan.
Setelah beberapa lama, daun-daun itu akan membusuk.
Bentuknya berupa gumpalan-gumpalan hitam yang bercampur
dengan tanah. Inilah yang disebut humus. Tanah yang berhumus ini
terasa berminyak jika kita pegang.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Jika humus tadi dicampur dengan tanah padat, tanah padat


tersebut akan menjadi gembur. Tanah gembur sangat subur. Di
dalamnya, tersedia banyak makanan untuk tanaman. Tanah gembur
juga memudahkan akar mencari makanan untuk pertumbuhannya.

Berdasarkan bacaan di atas, siswa diminta untuk melakukan


kegiatan sesuai dengan indikator, yaitu:
a) Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan
Berikut adalah pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan.
(1) Apakah humus itu?
(2) Apa manfaat humus?
(3) Bagaimana cara membuat humus?
(4) Mengapa lubang untuk membuat humus sebaiknya di bawah
pohon rindang?
(5) Apa yang akan terjadi jika humus dicampur dengan tanah
padat?
b) Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan sesuai
dengan jawaban
Berikut adalah jawaban yang sudah tersedia.
(1) ?
Humus berasal dari tumbuhan dan hewan yang membusuk.
(2) ?
Jika ingin tanahmu subur, buatlah humus sendiri.
(3) ?
Bentuk humus berupa gumpalan-gumpalan hitam yang
bercampur dengan tanah.
(4) ?
Tanah yang berhumus itu terasa berminyak jika kita pegang.
(5) ?
Di dalam humus tersedia banyak makanan untuk tanaman.
c) Menemukan pokok-pokok pikiran bacaan
Pokok pikiran adalah hal penting yang dibicarakan dalam suatu
paragraf. Berikut adalah pokok pikiran dalam contoh bacaan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

(1) Pokok Pikiran Paragraf 1: Humus adalah tanah


(2) Pokok Pikiran Paragraf 2: Cara membuat humus yaitu:
mengumpulkan sampah daun dan menimbun sampah daun di
dalam lubang di bawah pohon
(3) Pokok Pikiran Paragraf 3: Daun-daun yang membusuk
berbentuk gumpalan-gumpalan hitam disebut dengan humus
(4) Pokok Pikiran Paragraf 4: Tanah padat yang bercampur
dengan humus akan berubah menjadi gembur dan subur
d) Membuat rangkuman isi bacaan
Rangkuman merupakan penyajian karangan atau peristiwa
yang panjang menjadi bentuk singkat dan efektif. Berdasarkan
teks bacaan yang berjudul “Humus si Penyubur Tanah” berikut
adalah contoh rangkuman bacaan.
Humus adalah bunga tanah. Cara membuat humus adalah
dengan mengumpulkan sampah daun dan menimbun sampah
daun pada lubang yang berada di bawah pohon yang rindang.
Daun akan membusuk dan berubah bentuk menjadi gumpalan
hitam bercampur dengan tanah. Tanah padat yang bercampur
dengan humus akan berubah menjadi gembur dan sangat subur.
e) Menyebutkan tokoh-tokoh dalam bacaan
Pada pembelajaran ini, siswa diminta untuk menemukan
tokoh-tokoh yang terdapat dalam bacaan. Berikut adalah teks
bacaan dengan judul “Obat Pekerti yang Buruk” (Nurcholis &
Mafrukhi, 2007: 107-108).

Obat Pekerti yang Buruk

Pak Falah seorang petani yang sukses. Ia seorang petani yang


tekun, suka bekerja, dan saleh.
Pak Falah mempunyai seorang pembantu. Pembantunya itu
mudah marah. Tanpa sebab, ia bisa saja marah-marah. Ia pun suka
sekali mengejek teman-temannya.
Berulang kali Pak Falah menasehati pembantunya. Akan
tetapi, pembantunya itu tak mau berubah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

“Ah, tidak bisa berubah! Saya sudah terserang penyakit akhlak


yang jelek. Tidak mungkin bisa disembuhkan!” bantah si
pembantu jika dinasehati.
Pak Falah tidak putus asa. Ia tetap berusaha agar pembantunya
itu berubah. Pada suatu ketika, Pak Falah berkata, “ Lihatlah
perhiasan perak ini. Saya bersedia memberikannya untukmu nanti
sore. Akan tetapi, ada syaratnya. Kamu harus mampu bersabar
sepanjang hari. Kamu tidak boleh marah atau mengucapkan kata-
kata kotor,” kata Pak Falah.
“Baik, Tuan! Saya akan mencobanya!” jawab si pembantu
dengan gembira. Ia tahu perhiasan perak itu sangat mahal.
Ketika orang-orang kampung mendengar hal itu, mereka
berusaha menggodanya. Maksudnya agar ia marah. Mereka
memang sangat benci kepada pembantu itu. Akan tetapi, ia sama
sekali tidak tergoda.
Hari pun sore. Waktu yang dijanjikan telah tiba. Pak Falah lalu
memberikan perak indah itu kepada si pembantu. Sambil
menyerahkan hadiah, ia pun kembali menasehatinya.
“Seharusnya kamu malu. Kamu dapat mengendalikan
amarahmu hanya karena hadiah ini. Selama ini, kamu tidak
menjalankan perintah Tuhanmu agar dapat menahan amarah.
Akan tetapi, perintah manusia kamu taati karen hadiah perak ini,”
kata Pak Falah menasehati.
Perkataan majukannya itu sangat menyentuh hati si pembantu.
Sejak itu, ia berubah menjadi penyabar. Ia pun berubah dari yang
semula suka berkata kotor, menjadi hanya berbicara dengan
perkataan yang baik. Ya, ia telah berubah menjadi orang yang
berbudi pekerti luhur.

Berdasarkan bacaan di atas, tokoh yang terdapat dalam bacaan


adalah sebagai berikut.
(1) Pak Falah
(2) Si Pembantu
f) Menyebutkan sifat dari tokoh-tokoh dalam bacaan
Pada pembelajaran ini, siswa diminta untuk menemukan sifat
dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam bacaan. Sifat dari tokoh
yang terdapat dalam bacaan didapat dengan cara memahami
bacaan dengan baik.
Berikut adalah sifat dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam
bacaan dengan judul “Obat Pekerti yang Buruk”.
(1) Pak Falah : penyabar, baik hati
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

(2) Si Pembantu : pemarah dan suka mengejek orang lain.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca intensif pada siswa kelas III SD dapat diartikan sebagai kegiatan
membaca dengan cara sungguh-sungguh dan bertujuan untuk memahami isi
bacaan kemudian menyimpulkan dengan merangkai pesan yang terdapat
dalam bacaan dengan indikator, yaitu: (1) menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan bacaan; (2) mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan bacaan sesuai jawaban; (3) menemukan pokok-pokok pikiran bacaan;
(4) membuat rangkuman isi bacaan; (5) menyebutkan tokoh-tokoh dalam
bacaan; dan (6) menyebutkan sifat dari tokoh-tokoh dalam bacaan.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading


and Composition (CIRC)
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC)
Terjemahan bebas dari Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah komposisi terpadu membaca dan menulis
secara kooperatif-kelompok (Ngalimun, 2016: 240). Model pembelajaran
kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
dikembangkan oleh Stevens, dkk. yang dirancang untuk mengakomodasi
level kemampuan siswa yang beragam melalui pengelompokan heterogen
maupun pengelompokan homogen. Dalam CIRC, siswa ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil. Karena setiap anggota (siswa) bekerja
berdasarkan materi yang sesuai dengan level kemampuan membacanya,
maka siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses dalam
kelompoknya masing- masing (Huda, 2015: 126-127).
Shoimin (2014: 51) mengemukakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam
rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema
sebuah wacana.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Hadiwinarto dan Novianti, (2015: 2) mengemukakan “The main


goal of the CIRC learning model implementation is to encourage
students through cooperative groups that are specially formed to improve
the skills in comprehending the texts for improving reading and writing
skills” yang berarti, tujuan utama dari implementasi model pembelajaran
CIRC adalah untuk mendorong siswa melakukan kelompok kerja sama
yang dibentuk khusus untuk meningkatkan keterampilan dalam
memahami teks, meningkatkan keterampilan membaca, dan
meningkatkan keterampilan menulis.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) merupakan model pembelajaran
khusus mata pelajaran bahasa untuk mengajarkan membaca dan menulis
dengan kegiatan berupa pembagian kelompok-kelompok kecil.
Model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) pernah diterapkan oleh Durukan
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of cooperative
integrated reading and composition (CIRC) technique on reading-writing
skills”. Durukan meneliti 45 siswa sekolah dasar di pusat Provinsi
Giresun, Turki tahun ajaran 2009/2010. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa CIRC lebih efektif untuk meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis dibandingkan metode tradisional.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC)
Stevens, dkk. menyebutkan langkah-langkah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah sebagai berikut: (1) guru membentuk
kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa; (2) guru memberikan
wacana sesuai dengan topik pembelajaran; (3) siswa bekerjasama saling
membacakan dan menemukan ide pokok kemudian memberikan
tanggapan terhadap wacana yang ditulis pada lembar kertas; (4) siswa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

mempresentasikan atau membacakan hasil diskusi kelompok; (5) guru


memberikan penguatan (reinforcement); dan (6) guru dan siswa bersama-
sama membuat kesimpulan (Huda, 2015: 222).
Amri (2013: 17) menyebutkan langkah-langkah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) yaitu: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang yang secara heterogen; (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai
dengan topik pembelajaran; (3) siswa bekerjasama saling membacakan
dan menemukan ide pokok kemudian memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas; (4)
mempresentasikan/membacakan hasil kelompok; (5) guru membuat
kesimpulan bersama; dan (6) penutup.
Shoimin (2014: 53) membagi langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC menjadi 5 fase, yaitu:
1) Orientasi
Guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang
materi yang akan diberikan, serta memaparkan tujuan pembelajaran.
2) Organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan
memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan
bacaan, menjelaskan mekanisme diskusi kelompok, dan tugas yang
harus diselesaikan selama proses pembelajaran.
3) Pengenalan
Guru mengenalkan konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan
selama eksplorasi.
4) Publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan, membuktikan, dan
memeragakan materi yang dibahas.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

5) Penguatan dan Refleksi


Guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang
dipelajari. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan
dan mengevaluasi pembelajarannya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam penelitian ini ialah:
(1) orientasi, (2) pembentukan kelompok secara heterogen, (3)
pembagian bacaan sesuai dengan topik pembelajaran yang akan dibahas,
(4) diskusi kelompok, (5) pembacaan hasil diskusi kelompok, (6)
kesimpulan, dan (7) penutup. Langkah-langkah di atas sesuai untuk
digunakan dalam penelitian peningkatan keterampilan membaca intensif
siswa kelas III.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC), yaitu: (1) model CIRC
sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah; (2) dominasi guru dalam
pembelajaran berkurang; (3) siswa termotivasi pada hasil secara teliti
karena bekerja dalam kelompok; (4) siswa dapat memahami makna soal
dan saling mengecek pekerjaannya; (5) membantu siswa yang lemah; dan
(6) meningkatkan hasil belajar khususnya dalam meyelesaikan soal yang
berbentuk pemecahan masalah (Shoimin, 2014: 54).
Pendapat selanjutnya, Saifulloh mengemukakan bahwa kelebihan
dari model CIRC, yaitu: (1) pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan
selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; (2) kegiatan yang
dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3)
seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar
siswa akan dapat bertahan lama; (4) pembelajaran terpadu dapat
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan


permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan siswa; (6)
pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke
arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna; (6) pembelajaran
terpadu dapat menumbuhkan interaksi sosial siswa; (7) pembelajaran
terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa; dan (8)
membangkitkan motivasi dan memperluas wawasan guru dalam
mengajar (Huda, 2015: 221).
Berdasarkan kedua pendapat di atas, kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah (1) meningkatkan keaktifan siswa karena
dominasi guru berkurang; (2) meningkatkan interaksi sosial dan motivasi
belajar siswa karena pembelajaran dilakukan dengan berkelompok; (3)
meningkatkan hasil belajar; dan (4) memperluas wawasan guru dalam
mengajar.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC ialah pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran
yang menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata
pelajaran seperti matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang
menggunakan prinsip menghitung (Shoimin, 2014: 54). Menurut Azizah
(2016: 38) kekurangan dari model pembelajaran CIRC yaitu
membutuhkan waktu yang cukup lama karena persiapan yang perlu
dilakukan guru cukup rumit, kemudian dalam presentasi membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kekurangan dari model kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) yaitu, pembelajaran ini hanya dapat dipakai
untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa sehingga tidak dapat
dipakai untuk mata pelajaran seperti matematika, fisika, kimia, dan mata
pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung; dan membutuhkan
waktu yang cukup lama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Menurut beberapa pendapat tentang kelebihan dari model


pembelajaran CIRC, kelebihan model tersebut dapat dioptimalkan dalam
peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas III sedangkan
untuk kekurangan dari model pembelajaran CIRC dapat diatasi dengan
cara mengefektifkan jam pelajaran.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) merupakan model khusus mata pelajaran bahasa untuk
mengajarkan membaca dan menulis yang melibatkan kelompok-kelompok
kecil dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) orientasi, (2) pembentukan
kelompok secara heterogen, (3) pembagian bacaan sesuai dengan topik
pembelajaran yang akan dibahas, (4) diskusi kelompok, (5) pembacaan hasil
diskusi kelompok, (6) kesimpulan, dan (7) penutup.

B. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, proses pembelajaran di SD Negeri 7 Kutosari khususnya
kelas III mata pelajaran Bahasa Indonesia masih cenderung berpusat pada guru
dan siswa kurang berperan aktif. Guru kebanyakan menggunakan metode ceramah
dan jarang menggunakan metode yang membutuhkan partisipasi serta antusias
siswa sehingga menyebabkan proses pembelajaran bersifat searah. Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan di kelas III SD Negeri 7 Kutosari hal tersebut
berdampak pada nilai UTS Bahasa Indonesia yang kebanyakan masih di bawah
KKM yaitu 70. Dari 22 siswa, diketahui 13 atau 59% anak memperoleh nilai di
bawah KKM.

Proses pembelajaran seharusnya berjalan dengan patisipasi yang tinggi dari


siswa. Sesuai karakteristik siswa yang berada pada usia 8-11 tahun, mereka
memiliki karakter suka berorganisasi dan senang berkelompok. Guru seharusnya
menyadari karakter siswa tersebut sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
memancing keaktifan dan antusias siswa. Namun yang terjadi di kelas III SD
Negeri 7 Kutosari adalah pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia materi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

membaca intensif berlangsung pasif, siswa cenderung diam mendengarkan


penjelasan guru dan ketika siswa sudah merasa bosan mereka akan berisik atau
ramai di dalam kelas. Keadaan ini tentu saja tidak sesuai dengan pembelajaran
yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian untuk


menerapkan model pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan keterampilan
membaca intensif pelajaran Bahasa Indonesia. Proses pembelajarannya
menerapkan model kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), yaitu suatu model pembelajaran khusus mata pelajaran
bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau
tema sebuah wacana (Shoimin, 2014: 51). Model pembelajaran CIRC
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) orientasi, (2)
pembentukan kelompok secara heterogen, (3) pembagian bacaan sesuai dengan
topik pembelajaran yang akan dibahas, (4) diskusi kelompok, (5) pembacaan hasil
diskusi kelompok, (6) kesimpulan, dan (7) penutup.

Penerapan model pembelajaran CIRC ini akan dilaksanakan melalui


kolaborasi dengan guru kelas III SD Negeri 7 Kutosari. Melalui penerapan model
CIRC, diharapkan terjadi peningkatan dalam keterampilan membaca intensif
siswa. Diskusi kelompok pada model pembelajaran CIRC akan menjadikan siswa
aktif selama pembelajaran, selain itu pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan bermakna bagi siswa. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Kondisi Guru belum Keterampilan membaca


Awal menerapkan intensif siswa masih
pembelajaran yang rendah
menyenangkan dan
bermakna bagi
siswa, serta belum
melibatkan siswa
untuk aktif

 Siswa terlibat secara


Guru menerapkan
aktif dalam
model pembelajaran
kooperatif tipe pembelajaran
Cooperative  Pembelajaran akan
Integrated Reading lebih
Tindakan and Composition menyenangkan bagi
(CIRC) sesuai siswa
dengan langkah-
langkah yang tepat  Pembelajaran akan
bermakna bagi
siswa

Keterampilan
Kondisi membaca intensif
Akhir siswa meningkat

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka, penelitian relevan, dan kerangka berpikir


di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu “Jika penerapan model
kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan
keterampilan membaca intensif pada siswa kelas III SD Negeri 7 Kutosari Tahun
Ajaran 2018/2019”.

Anda mungkin juga menyukai