Anda di halaman 1dari 11

SUMBER HUKUM DAGANG YANG DIKODIFIKASI DAN TIDAK

DIKODIFIKASI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang Semester IV
Dosen Pengampu:
Marsum

Disusun kelompok II
Syahrul Alam
NIM: 22.11.34.0208.0101
Nur Rahmawati
NIM:

JURUSAN SYARI’AH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MEMPAWAH
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Hukum Dagang” yang membahas tentang “Sumber Hukum Dagang Yang
dikodifikasi dan Tidak Dikodifikasi” dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Marsum
S.H M.E selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Dagan, serta tidak lupa
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan
untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mempawah, 18 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Dagang di Indonesia dimulai pada abad pertengahan di Eropa Barat. Kota-
kota perdagangan seperti Genoa, Florence, Venesia, Marseille, dan Barcelona menjadi
pusat perdagangan. Hukum Romawi awalnya mengatur perdagangan, namun
peraturan hukum baru yang berlaku hanya untuk pedagang disusun di kota-kota
tersebut, yang disebut hukum pedagang.
Pada abad ke-17, di Prancis, hukum pedagang dikodifikasi melalui “Ordonnance Du
Commerce” pada tahun 1673. Selanjutnya, pada tahun 1681, dibuat peraturan
mengenai perdagangan laut bernama “Ordonnance Dela Marine”. Pada tahun 1808, di
Prancis, Code De Commerce yang merupakan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
tersendiri dibuat.
Kodifikasi hukum Prancis tersebut diterapkan di Nederland (jajahan Prancis pada saat
itu) dari tahun 1808 hingga 1838. Pemerintah Nederland kemudian merencanakan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang sendiri pada tahun 1819, tetapi perkara
dagang diselesaikan di pengadilan biasa.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Belanda 1838, yang berdasarkan prinsip
konkordansi, berlaku di Indonesia melalui pengumuman pada tanggal 30 April 1847
dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Setelah Indonesia merdeka, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) peninggalan Belanda tetap berlaku
berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945.
Sumber hukum dagang yang dikodifikasikan dan tidak dikodifikasikan di Indonesia
terdiri dari berbagai sumber hukum yang berlaku dalam lalu lintas perdagangan atau
dunia usaha. Makalah ini akan membahas mengenai beberapa sumber hukum dagang
yang dikodifikasikan dan tidak dikodifikasikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sumber hukum formil dan materi?
2. Bagaimana sumber hukum dagang yang dikodifikasi dan tidak
dimodifikasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sumber hukum formil dan materil.
2. Untuk mengetahui sumber hukum dagang yang dimodifikasi dan
tidak dimodifikasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Hukum Formil dan Materil
1.1 DEFINISI SUMBER HUKUM
Sumber-sumber hukum dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang digunakan
sebagai dasar oleh pengadilan dalam memutus perkara.1
Kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu:2
a. sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum, misalnya
kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa dan sebagainya.
b. menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang
sekarang berlaku: hukum Perancis, hukum Romawi.
c. sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlakunya secara formal
kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat).
d. sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, undang-
undang, lontar, batu bertulis, dan sebagainya.
e. sebagai sumber terjadinya hukum: sumber yang menimbulkan hukum.
Sumber hukum adalah tempat dimana kita dapat melihat bentuk perwujudan hukum.
Dengan kata lain sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan atau
melahirkan hukum. Singkatnya, sumber hukum dapat juga disebut asal mula hukum.3
1.2 JENIS-JENIS SUMBER HUKUM
Beberapa ahli hukum membagi sumber hukum yang masing-masing bisa berbeda
antara yang satu dengan lainnya, Van Apeldoorn membedakan empat macam
sumber hukum yaitu: 1). Sumber hukum dalam arti historis, 2). Sumber hukum
dalam arti teleologis, 3). Sumber hukum dalam arti filosofis, 4). Sumber hukum
dalam arti formil. Achmad Sanoesi membagi sumber hukum menjadi dua
kelompok, yaitu: 1). Sumber hukum normal (terbagi menjadi sumber hukum yang
langsung atas pengakuan undang-undang), 2). Sumber hukum abnormal. Algra

1
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, h. 301,
2
Sudikno Mertokusumo, 2002, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h. 82.
3
Dudu Duswara Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika Aditama, Bandung, h. 77.
membagi sumber hukum menjadi 1). Sumber hukum materiil, 2). Sumber hukum
formil.4
1.3 Sumber Hukum Materiil
Sumber hukum materiil ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil.
Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan
hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial
ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah
(kriminologi, lalu lintas), perkembangan internasional, keadaan geografis.5
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa sumber hukum dalam arti materiil adalah
sumber berasalnya substansi hukum. Salmond dan Bodenheimer merujuk kepada
hukum yang tidak dibuat oleh organ negara merupakan sumber-sumber hukum
dalam arti materiil. Sumber-sumber dalam arti materiil berupa kebiasaan,
perjanjian, dan lain-lain.6
Berbeda tapi memiliki makna yang sama, literatur lain lagi menjelaskan bahwa
sumber hukum materiil adalah beberapa faktor yang dianggap dapat menentukan
isi hukum.Faktor yang dimaksud disini adalah faktor idiil dan faktor riil. Faktor
idiil adalah beberapa patokan yang tetap tentang keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk hukum. Sedangkan faktor riil adalah hal-hal yang benar-benar
hidup dalam mayarakat dan merupakan petunjuk hidup bagi masyarakat yang
bersangkutan.7
Utrecht berpendapat bahwa sumber-sumber hukum materiil adalah perasaan
hukum atau keyakinan hukum individu dan pendapat umum (public opinion),
yang menjadi faktor penentu dari isi hukum (determinant materiil).8

1.4 Sumber Hukum Formil/Formal.

Sumber hukum formal adalah sumber hukum ditinjau dari segi pembentukannya.
Dalam sumber hukum formal ini terdapat rumusan berbagai aturan yang
merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan agar ditaati masyarakat dan
penegak hukum. Atau dapat juga dikatakan bahwa sumber hukum formal
merupakan causa efficient dari hukum. Utrecht berpendapat sumber hukum

4
Sudikno Mertokusumo, Op.cit., h. 82-85
5
Ibid., hlm. 83
6
Peter Mahmud Marzuki, Op.cit., h. 304-305.
7
Dudu Duswara Machmudin, Op.cit., h. 77-78.
8
Ibid., h. 78
formal adalah yang menjadi determinant formal membentuk hukum (formele
determinanten van de rechtsvorming), menentukan berlakunya hukum.9
Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. 10 Pendapat lain mengatakan
bahwa sumber hukum dalam arti formal sebagai sumber berasalnya kekuatan
mengikat dan validitas. Hukum yang dibuat oleh negara sumber-sumber hukum
dalam arti formal. Sumber-sumber yang tersedia dalam formulasi-formulasi
tekstual yang berupa dokumen-dokumen resmi adalah sumber hukum dalam arti
formal.11
Sumber hukum dalam arti formal ini secara umum dapat dibedakan menjadi:12

1. Undang-undang (statute)

2. Kebiasaan dan adat (custom)

3. Traktat (treaty) atau perjanjian atau konvensi internasional.

4. Yurisprudensi (case law, judge made law)

5. Pendapat ahli hukum terkenal (doctrine).

Dalam mempelajari sumber hukum formal ini, sering kali lupa bahwa masih ada sumber
hukum penting, khususnya di bidang hukum tata negara di samping sumber hukum formal di
atas, yaitu proklamasi dan revolusi kemerdekaan, coup d'etat yang berhasil, takluknya suatu
negara kepada negara lain.

Menarik untuk dikaji lebih mendalam adalah perbedaan sumber hukum yang dianut oleh dua
sistem hukum besar dunia. Kedua sistem tersebut adalah sistem civil law dan sistem common
law. Sumber-sumber hukum di negara-negara penganut sistem common law hanya
yurisprudensi (judge made law di Inggris, case law di AS) dan perundang- undangan (statute
law). Sementara itu di negara-negara penganut sistem civil law sumber hukum dalam arti
formilnya berupa peraturan-perundang-undangan, kebiasaan-kebiasaan dan yurisprudensi.

B. Sumber Hukum Dagang Yang Dikodifikasi Dan Tidak Dikodifikasi

9
Ibid
10
Sudikno Mertokusumo, Op.cit., h. 83.
11
Peter Mahmud Marzuki, Loc.cit.
12
Dudu Duswara Machmudin, Op.cit., h. 79.
Hukum Dagang adalah keseluruhan aturan hukum yang berlaku dalam lalu lintas
perdagangan atau dunia usaha yang bersumber dari aturan hukum yang telah dikodifikasikan
maupun yang ada diluar kodifikasi. Dari pengertian hukum dagang tersebut dapat diketahui
bahwa sumber dari hukum dagang berasal dari aturan hukum yang telah dikodifikasi dan ada
pula yang di luar kodifikasi.
2.1 Sumber hukum dagang Indonesia yang telah dikodifikasi adalah:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
KUH Perdata terbagi atas 4 (empat) buku/kitab, yaitu Buku I mengatur tentang Orang (van
Personen), Buku II mengatur tentang Benda (van Zaken), Buku III mengatur tentang
Perikatan (van Verbintenissen), dan Buku IV mengatur tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa
(van Bewijs en Verjaring). Bagian dari KUH Perdata yang mengatur tentang Hukum Dagang
ialah Buku III dan sebagian kecil dari Buku II.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
KUHD terbagi atas 2 (dua) buku/kitab dan 23 (dua puluh tiga) bab. Buku I terrdiri dari 10
(sepuluh) bab dan Buku II terdiri dari 13 (tiga belas) bab. Isi pokok dari KUHD adalah sebagi
berikut:
1. Buku I tentang Dagang Umumnya:
Bab I : Pasal 2, 3, 4, dan 5 dihapuskan.
Bab II : Tentang pemegangan buku (Pasal 6 tidak berlaku Lagi).
Bab III : Tentang beberapa jenis perseroan.
Bab IV : Tentang bursa dagang, makelar, dan kasir.
Bab V : Tentang komisioner, ekspeditor, pengangkut, dan tentang juragan-juragan perahu
yang melalui sungai dan perairan darat.
Bab VI : Tentang surat wesel dan surat order.
Bab VII : Tentang cek, tentang promes, dan kuitansi kepada pembawa (aan toonder).
Bab VIII : Tentang reklame atau penuntutan kembali dalam hal kepailitan.
Bab IX : Tentang asuransi dan pertanggungan seumumnya.
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya Kebakaran, bahaya yang mengancam hasil-
hasil Pertanian yang belum dipenuhi, dan Pertanggungan jiwa.

2. Buku II tentang Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terbit dari pelayaran:


Bab I : Tentang kapal-kapal laut dan muatannya.
Bab II : Tentang pengusaha-pengusaha kapal dan Perusahaan-perusahaan perkapalan.
Bab III : Tentang nakhoda, anak kapal, dan penumpang.
Bab IV : Tentang perjanjian kerja laut.
Bab VA : Tentang pengangkutan barang.
Bab VB : Tentang pengangkutan orang.
Bab VI : Tentang penubrukan.
Bab VII : Tentang pecahnya kapal, perdamparan, dan diketemukannya barang di laut.
Bab VIII : Pasal 569-591 dihapuskan.
Bab IX : Tentang pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan terhadap bahaya
perbudakan.
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan di daratan, di sungai,
dan di Perairan darat.
Bab XI : Tentang kerugian laut (avary).
Bab XII : Tentang berakhirnya perikatan-perikatan dalam perdagangan laut.
Bab XIII : Tentang kapal-kapal dan perahu-perahu yang
Melalui sungai-sungai dan perairan darat
2.2 Sumber Hukum Dagang Tidak Dikodifikasi
Selain sumber-sumber tersebut diatas, Hukum Dagang Indonesia bersumber pula pada aturan
hukum yang ada di luar kodifikasi, yaitu berupa peraturan-perundang-undangan dan
kebiasaan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan di luar kodifikasi yang dimaksudkan
antara lain adalah:
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentangWajib Daftar Perusahaan.
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undnag
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
11. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sedangkan untuk kebiasaan, merupakan salah satu sumber hukum yang dapat digunakan
apabila dalam peraturan perundang-undangan dan perjanjian tidak megatur tentang sesuatu
hal. Kebiasaan yang diikuti tidak boleh bertentangan dengan undangundang atau kepatutan,
diterima oleh pihak-pihak secara sukarela, mengenai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi,
serta terkait dengan perbuatan yang bersifat keperdataan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber hukum formil dan materil merupakan kategori yang digunakan untuk
menggambarkan sumber-sumber hukum yang berbeda dalam pengaturan dan standar
hukum. Sumber hukum formil merupakan sumber hukum yang berasal dari pelepasan
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, seperti peraturan-undangan, kebiasaan,
yurisprudensi, traktat, dan doktrin.
Sementara itu, sumber hukum materil merupakan sumber hukum yang berasal dari
tempat di mana materi hukum diambil, seperti KUHPidana, KUHPerdata, dan
perasaan hukum masyarakat. Sumber hukum materil merupakan faktor yang
membatasi Pembagian hukum dan memiliki kaitan erat dengan keyakinan atau
perasaan dari tiap individu maupun pendapat umum yang dapat menentukan isi
sebuah hukum
Sumber hukum dagang Indonesia yang telah dikodifikasi adalah: Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD). Sementara itu sumber hukum dagang yang tidak dimodifikasi ialah

B. Saran
Makalah ini kami buat dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Tak luput
Dari itu makalah ini tak terhindar dari kesalahan dan kekurangan Untuk itu, kritik dan
saran membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan makalah
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, Peter Mahmud.. 2009. Pengantar Ilmu Hukum.. Jakarta: Kencana


Mertokusumo, Sudikno.. 2002, Mengenal Hukum Suatu Pengantar.. Jakarta: Liberty
Yogyakarta
Machmudin, Dudu Duswara.. 2010, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, , Bandung:
Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai