Anda di halaman 1dari 5

SAGARA DI HATI WULAN

Namaku Wulan, lahir pada 23 Oktober 1998 di Bandung. Aku seorang anggota TNI AL
di sebuah Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) yang ada di daerah Kota Surabaya. Aku anak
satu-satunya di keluarga. Karena, ibu meninggal saat melahirkan ku. Namun, walau ibu
sudah meninggal, aku masih mempunyai seorang ayah yang benar-benar hebat dan
istimewa. Selain merawatku seorang diri, ayah juga bekerja sebagai TNI AL. Ya memang
berat untuk diriku dan ayahku, di satu sisi aku perlu sosok orang tua (ayah dan ibu) dalam
kehidupan ku saat itu, namun di sisi lain, ayah selalu dipanggil oleh komandan untuk
bertugas di luar kota bahkan diluar pulau. Ayah juga tidak enak untuk meninggalkan putrinya
sendirian di rumah. Tapi mau bagaimana? Itu sudah tugasnya menjadi anggota TNI AL. Aku
selalu dititipkan ke rumah paman dan bibi untuk menjagaku selama ayah bertugas dan itu
tidak menjadi sebuah masalah bagi mereka. Aku hanya bisa mendoakannya dari jauh,
berharap ayah baik-baik saja selama bertugas lalu pulang dengan aman dan selamat.

Malam hari, 12 Februari 2016

Ayah memanggil Wulan dari ruang tamu untuk berbincang dengannya.

“Wulan, ayo turun nak. Ayah mau mengobrol sedikit denganmu.” Kata ayah.

“Iya ayah.” Kata ku sambil menuruni tangga menuju ruang tamu.

“Duduk sini nak.” Ayah menyuruh Wulan untuk duduk di sampingnya.

Wulan pun duduk di sampingnya, dan terdiam namun berbicara dalam hati. “Ayah pasti akan
membicarakan tentang tugasnya itu, akan ditugaskan kemana lagi ya?” Kata Wulan dalam
hati.

“Kali ini ayah tidak akan memberi tahu soal tugas ayah untuk kemana dan kapan, tapi ayah
ingin bertanya denganmu.” Kata ayah sambil menyandarkan badannya.

“Tanya apa ayah?” Jawab Wulan.

“Kamu kan sudah kelas 12 SMA, tujuan mu setelah ini mau kemana Wulan?” Tanya ayah
kepada Wulan

“Emmm... Sebenarnya aku ingin seperti ayah, menjadi anggota TNI AL. Namun versi
wanitanya.” Jawab Wulan sambil ragu-ragu.

“Wahh.. Hebat sekali putri ayah ini! Tapi, mengapa kamu ingin menjadi seperti ayah nak?
Kan masih ada jalan lain untuk menunjang pendidikan setelah SMA. Bahkan, gajinya lebih
besar dari gaji ayah.”

“Aku tidak mempermasalahkan tentang gaji atau penghasilan, ayah. Aku hanya ingin seperti
wanita tangguh lainnya. Yang dimana mereka bisa membuktikan bahwa melindungi bangsa
dan negara itu bukan hanya tugas mereka (tentara laki-laki) saja. Tapi wanita pun bisa!”
Jawab Wulan dengan penuh semangat dan kegigihan.

2
“Jawabanmu bagus Wulan. Tapi perlu diingat lagi, bahwa menjadi anggota TNI apapun itu
memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan taruhannya adalah nyawa mu.” Kata ayah
membalas pernyataan Wulan.

“Iya ayah, aku tahu.”Jawab Wulan dengan singkat.

“Apakah kamu yakin nak untuk menjadi anggota TNI AL?”

“Aku yakin dan bersedia ayah, apapun caranya!”

“Aku akan berusaha untuk mempersiapkan apa yang harus disiapkan untuk menjadi anggota
TNI AL !” Jawab Wulan dengan tegas dan semangat.

“Baiklah Wulan, mulai minggu depan ayah akan melatih fisik kamu untuk masuk TNI AL.”

“Serius ayah? Yuhuuuuuu...... Aku akan menjadi calon anggota TNI AL ! ” Wulan senang dan
kegirangan mengenai kabar tersebut.

“Iya ayah serius, ayah sedang tidak ada tugas keluar kota/keluar pulau untuk saat ini. Tapi
ingat! Harus konsisten, semangat, dan nurut apa kaya ayah!” Kata ayah dengan tegas.

“Siap komandan!” Jawab Wulan sambil tersenyum dan hormat ke ayahnya.

Minggu depan (hari sabtu) pun tiba, tidak seperti biasanya ayah membangunkan
Wulan dengan sebuah pluit yang ada di lehernya (di kalungkan). Hal itu membuat Wulan
terkejut bahkan sampai terbangun hingga berdiri. Ayah langsung menyuruhnya untuk siap-
siap dan mengajak Wulan ke lapangan yang ada di kantornya. Saat tiba disana, ayah
menyuruh Wulan untuk pemanasan. Setelah pemanasan, Wulan disuruh berlari kecil/jogging
keliling lapangan luas itu selama 5 menit. Namun, sayangnya di tengah lapangan setelah 2
putaran Wulan sesak nafas karena tidak kuat untuk berlari.

“Mengapa kamu berhenti Wulan? Ayah belum memberikan intruksi kamu untuk berhenti!”
Tanya ayah dengan tegas.

“A..Akk.. Aku capek... Tidak kuat.” Jawab Wulan sambil terengah-engah”

“Kamu capek karena kamu belum terbiasa Wulan. Lanjut lagi ya larinya, setelah itu kita beli
bubur untuk sarapan” Kata ayah sambil menyemangati Wulan.

“Iya ayah, aku lanjutkan.” Jawab Wulan dan langsung melanjutkan larinya.

Wulan pun melanjutkan larinya sampai alarm timer ayah berbunyi dan ayah telah
memberikan intruksi untuk Wulan agar beristirahat setelah lari. Setelah beristirahat sebentar,
mereka pun pulang dan mencari tukang bubur untuk sarapan pagi itu. Wulan dan ayahnya
pulang kerumah setelah sarapan di tukang bubur tersebut, Wulan mandi dan merebahkan
tubuhnya di atas kasur sambil menonton TV.

3
Minggu demi minggu Wulan terus dilatih oleh ayahnya. Tidak hanya latihan berlari
saja, ayah Wulan akan terus menambah gerakan untuk menambah gerakan untuk melatih
fisik Wulan, seperti push up, sit up, pull up, chinning, squat jump, dll di setiap minggu-nya.
Wulan selalu nrut apa kata ayahnya. Toh, ayah kan sudah berpengalaman selama bertahun-
tahun, jadi tidak mungkin salah. Namun dibalik latihan fisik yang dilakukan oleh Wulan,
Wulan selalu menyeimbangkan dengan latihan akademik di sekolah dan di rumah. Karena
menjadi anggota TNI apapun itu tidak dibutuhkan kemampuan fisik saja.

Ditengah proses pelatihan fisik Wulan, tiba-tiba ayah Wulan di telpon oleh
komandannya untuk bertugas di laut luar pulau Jawa selama 1-2 bulan. Wulan sedikit
kecewa, karena tiba-tiba ayahnya pergi lagi untuk bertugas walau dengan waktu yang
sebentar, tidak seperti tahun-tahun yang lalu. Namun, hal itu tidak membuat Wulan patah
semangat untuk berjuang. Wulan tetap melanjutkan pelatihan fisik dan akademiknya sendiri
dengan seadanya. Ya... Walau tidak selengkap fasilitas ayanya itu tidak menjadi sebuah
halangan untuk menjadi anggota TNI AL.

Tanggal 20 Februari 2016. Tepat dimana ayah mengantar Wulan pulang dari
kantornya. Sekalian ayah juga ingin langsung bergegas mengganti baju dan menyiapkan
peralatan untuk bertugas nanti. Setelah sampai rumah, ayah langsung mengganti bajunya
dan Wulan tidak langsung mandi. Namun, membantu menyiapkan peralatan yang dibawa
untuk bertugas nanti. Setelah siap, ayah Wulan bergegas berlari kedepan pintu dan memeluk
Wulan sebelum berangkat. Lalu ayahnya langsung menyalakan mobil dan pergi menuju
kantor sambil tersenyum dibalik kaca mobil itu. Sayangnya, itu adalah pelukkan dan
senyuman terakhir sang ayah yang dirasakan dan dilihat oleh Wulan, dan bahkan Wulan
tidak mengetahui hal tersebut.

Ayah pun tiba di kantornya dan berkumpul dengan anggotanya yang lain sambil
mendengarkan intruksi terkait apa yang harus dilakukan dalam tugas pada saat itu. Namun,
entah mengapa ayah mersasa gelisah dan memiliki perasaan tidak enak terhadap tugas
pada saat itu. Padahal ayah sudah sering melaksanakan tugas keluar pulau, tetapi pada saat
itu ayah merasakan sesuatu yang tidak enak dalam hatinya. Walaupun begitu, ayah tetap
menjalankan tugasnya sebagai anggota TNI AL. Hari itu, ayah beserta anggota yang lain
tidak bertugas dengan menggunakan kapal perang. Namun, menggunakan kapal selam.
Perasaan ayah semakin tidak enak, tapi ayah berusaha untuk menepis perasaan tersebut
agar tetap tenang saat menjalankan tugas.

Kapal selam pun berangkat membawa 10 orang anggota di dalamnya. Ayah dan
anggota yang lain sudah merasakan bahwa kapal selam sudah menyelam ke dalam lautan.
Selang menunggu intruksi selanjutnya, mereka menyanyikan yel-yel angkatan laut dengan
tujuan agar tidak terlalu hening dalam kapal selam itu dan dengan yel-yel tersebut juga dapat
menambah semangat 10 anggota yang ada di dalam kapal selam tersebut. Tapi, disaat kapal
selam sudah menyelam di kedalaman 700 m kapal tersebut tidak bisa dikendalikan, sang
nahkoda panik dan awak kapal yang lain pun ikut panik. Namun, tidak dengan ayah, ayah
bergegas membantu nahkoda dan berusaha untuk menghubungibantuan lewat HT,
sayangnya tidak ada sinyal karena kapal semakin menyelam lebih dalam.

4
Di sisi lain, petugas di kanotr merasa panik kerana kapal selam yang dipakai bertugas
tidak terlihat di monitor. Petugas-petugas yang ada di kantor pun segera melaporkan hal
tersebut kepada komandan, bahwa kapal selam yang dipakai bertugas mengalami hilang
kontak, komandan memerintahkan untuk coba menghubungi awak kapal lewat HT. Namun,
sia-sia diantara 10 awak kapal tidak ada yang menjawab panggilan dari petugas kantor.
Akhirnya, komandan pun memerintahkan beberapa penyelam untuk mencari kapal selam
tersebut dan memanggil beberapa anggota tim SAR untuk membantu proses pencarian.

Tanggal 22 Februari 2016, hari senin, hari ke-3 Wulan sendirian dirumah. Biasanya
Wulan dititipkan oleh paman dan bibinya. Namun sekarang, Wulan memilih untuk sendirian
dirumah kecuali ada sesuatu yang darurat. Di pagi itu, Wulan membuat sarapan sendiri, tidak
seperti biasanya Wulan membuat sarapan sendiri.

“Andai saja ayah tidak dipanggil untu melaksanakan tugas, pasti hati ini aku bisa merasakan
nasi goreang buatannya.” Keluh Wulan sambil membuat roti panggang.

“Sepi banget dari kemarin, sambil nonton TV deh siapa tahu ada berita baru.” Katanya
sambil menonton TV.

Saat menyalakan TV, saat itu TV sedang menyiarkan sebuah berita tentang kapal
selam yang hilang kontak iyu. Wulan yang awlnya bersemangat untuk menyantap roti
panggangnya, seketia langsung tidak bersemangat. Karena Wulan mendadak khawatir
terhadap ayahnya yang sedang bertugas dari 2 hari yang lalu, bahkan saat itu ayah Wulan
tidak memberitahukankepada Wulan berapa lama beliau bertugas.

“Aduh, kok jadi takut ya... Ayah, aku mohon pulanglah dengan selamat.” Wulan khawatir dan
tanpa disadari air mata mulai jatuh dari mata Wulan.

“Aku mohon Tuhan... Jangan ayahku... Jangan...” Wulan mulai menangis karena
mengkhawatirkan keadaan ayahnya. Sayangnya, jika ingin menelpon pun selama bertugas
anggota tidak diperbolehkan untuk memegang ponsel.

Wulan pun akhirnya memutuskan untuk izin sekolah. Karena, Wulan takut menganggu
konsentrasi saat belajar karena kekhawatiran ini. Wulan benar - benar diam tanpa bicara.
Namun, tangannya terus saja memegang remot TV sambil menekan-nekan tombol yang ada
di remot TV tersebut untuk memindahkan saluran TV yang ada berita tentang kapal selam
itu. Karena sudah tidak ada di TV, Wulan pun pindah untuk mencari informasi di sosial
media. Namun, hasilnya nihil, belum ada kabar selanjutnya dari pihak Lanud. Alhasil Wulan
hanya bisa berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada ayahnya dan menunggu
informasi lebih lanjut dari Lanud.

Satu minggu kemudian, pada 3 Maret 2016, hari Rabu pagi. Wulan kembali untuk
mencari informasi kapal selam tersebut. Dan ternyata, kapal selam berhasil ditemukan.
Namun sayangnya, kondisi kapal selam itu sudah hancur dan rusak, serta diberitahukan
bahwa seluruh awak kapal meninggal dunia, tidak ada awak kapal yang selamat dari insiden
kecelakaan tersebut.

5
Wulan merasa terkejut, takut, sedih, marah semuanya menjadi satu setelah melihat
berita itu. Wulan merasa sakit dan sesak nafas karena begitu histerisnya tangisan Wulan
setelah melihat berita tersebut.

“TIDAK! INI? INI TIDAK MUNGKIN!”

“Ayah aku mohon... Pulanglah ayah...”

“Tuhan.... Jangan ambil ayah dulu...”

“TOLONG AKU TUHAN... JANGAN AMBIL AYAHKU!”

“AYAH AKU MOHON! PULANGLAH DENGAN SELAMAT AYAH!!”

Kata Wulan sambil menangis dan menjerit, bahkan sampai lemas.

Pada pukul 12.00 siang, ada yang mengetuk pintu rumah. Wulan yang sejak tadi
ketiduran karena lelah menangis pun terkejut dan langsung membuka pintunya. Wulan
terkejut karena yang berada di depan pintu adalah ke-3 teman ayahnya dan ada beberapa
tim SAR yang datang kerumah.

“Selamat siang Mba, ijin... Apakah benar ini anaknya Pak Arga?” Tanya Pak Hady.

“Siang pak, iya benar saya sendiri, ada apa ya?”

“Ijin mba, kami mau minta maaf sebesar-besarnya untuk hal ini. Kami harap mba bisa ikhlas
menerimanya.” Lanjut Pak Hady.

“Ini mba sisa pakaian yang terdapat di jasad ayah kamu mba.” Kata Pak Hay
sambilmemberika sisa baju yang diambil dari jasad ayahnya alias Pak Arga.

Hanya dengan melihat bajunya saja Wulan langsung pingsan dan lemas tidak
berdaya. Hingga Wulan pun masuk Rumah Sakit. Saat diperiksa oleh dokter, ternyata Wulan
demam mendadak karena syok akibat berita itu. Bahkan, mental Wulan saat itu pun
terganggu, dan terkadang Wulan suka mengigau memanggil ayahnya untuk menjemputnya
dari Rumah sakit.

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan. Wulan pun sembuh dari
penyakit mental yang dialami sejak ayahnya meninggal karena kecelakaan kapal selam
tersebut.

Setelah sembuh, Wulan melanjutkan kembali kegiatan seperti biasanya dan dengan
tambahan olahraga. Pada tanggal 7 Mei 2016, Wulan melaksanakan kelulusan SMA dan
melanjutkan pendidikannya menjadi anggota TNI AL, sama seperti ayahnya dulu.

“Terima kasih ayah. Selamat bertugas dalam keabadian.”

Anda mungkin juga menyukai