Anda di halaman 1dari 33

VULVITIS Komplikasi

Peradangan pada genitalia eksterna wanita 1. Endometritis, peningkatan konsentrasi flora


(vulva) anaerob, yang sebagian mungkin karena
perubahan pH, bisa menyebabkan peningkatan
Etiologi angka endometritis.
Bakteri(klamidia, gonokokus), jamur(candida; 2. Salpingitis, radang pada tuba falopi
terutama pada penderita diabetes, wanita hamil 3. Servisitis, radang pada serviks
dan pemakaian antibiotic), protozoa
(Trichomonas vaginalis), virus(HPV dan herpes)

Diagnosis
Manifestasi Klinis BARTHOLINITIS
a. Keluarnya cairan abnormal dari Infeksi pada kelenjar bartholini, disebabkan oleh
vagina(banyak atau baunya menyengat) polimikroba, E.coli, chlamydia, gonorrhea,dll
b. Rasa terbakar di daerah kemaluan
c. Bengkak & kemerahan pada vulva Diagnosis
d. Gatal Manifestasi Klinis
e. Kemerahan dan iritasi a. Keluhan terbanyak: keputihan dan
f. Keputihan gatal, rasa sakit saat koitus, rasa
sakit saat BAK/benjolan di sekitar
Tata Laksana alat kelamin.
Farmakologi b. Vulva: eritem, membengkak,
akumulasi pus dalam kelenjar, dan
nyeri tekan
c. Kelenjar bartholin membengkak,
nyeri sekali bila berjalan/duduk,
disertai demam
Tata Laksana
Farmakologi
a. Sefadroksil 3x500 mg(5-7 hari)
b. Trimethoprimsulfamethoxazole,
amoxicillin-clavulanat, sefalosporin
generasi kedua, atau fluorokuinolon
seperti ciprofloxacin
c. Asam mefenamat 3x500 mg untuk
meredakan rasa nyeri dan
pembengkakan
Edukasi
1. Tidak memakai pakaian dalam yang
ketat
2. Memakai pakaian yang menyerap
keringat(katun)
3. Menjaga kebersihan vulva(sabun
gliserin)
ABSES FOLIKEL RAMBUT/KELENJAR SEBASEA
Suatu keadaan dimana terdapatnya pus atau
nanah pada folikel rambut dan kelenjar sebasea
yang disebabkan oleh proses peradangan atau
inflamasi

Etologi
Bakteri gram(+) Staphylococcus aureus

Diagnosis
Manifestasi Klinis
a. Keluhan nodul yang nyeri, berwarna
merah, hangat, dan berisi pus
b. Demam dan Malaise
c. Memerah
d. Pada bagian tengah lesi terdapat bintik
kekuningan yang merupakan jaringan
nekrotik dan disebut mata bisul (core)
e. Adanya gundukan yang meradang pada
atau di sekitar vagina
f. Timbul rasa nyeri serta gatal yang
menyertai gundukan tersebut
g. Biasanya pada daerah yang berambut
misalnya pada ketiak, kepala,
ekstremitas dan terutama pada daerah
yang banyak bergesekan

Tata Laksana
Insisi drainase pada abses

Farmakologi
PELVIC INFLAMATORY DISEASE(PID) c. Pendarahan endoserviks, terutama
Infeksi salah satu atau kombinasi dari: apabila disentuh dengan swab
uterus, tuba fallopii, ovarium, peritoneum d. Iritasi pada urethra
pelvis, sistem vaskuler pelvis, atau jaringan ikat e. Sakit pinggang (Low back ache).
pelvis dan dapat akut atau kronis. PID f. Nobothian folicle – pembengkakan
merupakan kasus ginekologi terbanyak yang kelenjar pada servik (cyst).
memerlukan perawatan di rumah sakit. g. Menorrhagia(sering ganti pembalut)
PRINSIP: Mikroorganisme menginvasi dari h. FBC: Leukositosis
bawah ke atas.
Tata Laksana
Diagnosis Farmakologi
Manifestasi Klinis a. Ceftriaxone 250mg IM single dose,
Kriteria Mayor(ketiganya harus ada) diikuti dengan Doxycycline 100mg
a. Abdomen bawah nyeri dan tegang bd(bis day)
dengan atau tanpa rebound
b. Nyeri goyang serviks
c. Nyeri adneksa

Kriteria Minor(tambahan salah satu harus ada) SALPINGITIS


a. Temperatur diatas 38°C Inflamasi tuba fallopi
b. Pada smear endoservik ada 5 lekosit / lp
c. Pada smear endoservik ada Etiologi
C.trachomatis Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae,
d. Pengecatan gram ada diplococcus Escherichia coli, dan Bakteri Gram(+) yang lain
gram(-) intraseluler (GO)
e. Cairan peritoneum hasil kuldosentesis Diagnosis
ada lekosit dan bakteri Manifestasi Klinis
f. Ada massa pada periksa dalam atau a. Duh vagina yang mukopurulen dan
USG Leukositosis (>10,000/mm3) berbau busuk
g. LED meningkat b. Nyeri abdomen(biasanya bilateral)
c. Rigiditas(kaku, keras) dinding abdomen
d. Bagi salpingitis kronik : sakit kronik pada
pelvik, infertilitas, adhesi peri-tuba,
kehamilan ektopik
SERVISITIS e. ESR: peningkatan
Inflamasi pada serviks secara akut atau kronik f. TWC: leukositosis
g. Pemeriksaan mikroskopik duh vagina:
Etiologi peningkatan neutrofil
Chlamydia Trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae,
Herpes, Papilloma virus Tata Laksana
Farmakologi
Diagnosis a. Cefuroxime 1.5gm I/M diikuti,
Manifestasi Klinis Tetracycline 500mg qid atau Doxycycline
a. Terdapat duh vagina yang mukopurulen. 100mg bd. dan Metronidazole 100mg
b. Serviks mengalami eritema, edema & dly selama 14 hari.
bengkak. b. Hamil: Erythromycin 500mg QID dan
Metronidazole 100mg selama 14 hari
VAGINITIS KONDILOMA AKUMINATA
Infeksi pada vagina a. Other Terminology : Kutil Kelamin,
Genital Warts
Etiologi b. Termasuk dalam PMS
a. Trichomonas vaginalis, Candida
albicans, Jamur, Gardnerella vaginalis, Etiologi
dan Neisseria gonorrhoeae Vegetasi oleh HPV tipe tertentu(paling sering 6
b. Alat kontraseptif & 11), BERTANGKAI dan permukaan BERJONJOT
c. Bahan kimia
d. Benda asing Diagnosis
Manifestasi Klinis
Diagnosis a. Vegetasi ada yg BERGABUNG ->
Manifestasi Klinis bentukan BUNGA KOL
a. Duh vagina yang berlebihan(warna b. Vegetasi bertangkai dengan
kekuningan, seakan bercampur dengan permuakaan berjonjot -> (lesi baru
nanah dan berbau busuk) kemerahan & lesi lama kehitaman)
b. Gatal dan rasa terbakar pada vulva c. Papul bermukaan halus & licin -> bisa
c. Disuria BERGABUNG -> menjadi -> PLAKAT
d. Histo PA: Koilositosis
Tata Laksana
Farmakologi Tata Laksana
Jangkitan Trichomonas vaginalis: Farmakologi
-Tab Metronidazol atau tinidazol 2gr single dose a. Podofilin 0,5% solutio/gel -> 2x/hari
-Tab Metronidazol 500mg setiap 12 jam x 7 selama 3 hari, jika hari ke4 (-) ->
hari(bisa per vagina) dilakukan sebanyak 4 kali
b. Podofilotoksin
c. Asam Triklorasetat / briklorasetat
SINDROM DISCHARGE TRIKOMONIASIS
Discharge=Leucorrhoea, yaitu keputihan yang a. Infeksi saluran urogenital bagian bawah
tidak normal pada wanita maupun pria
b. Termasuk PMS
c. Yang diserang TERUTAMA -> Dinding
BAKTERIAL VAGINOSIS(BV)
Vagina & Uretra, Kelenjar Prostat
a. Disebut juga : Non-Spesific Vaginitis
b. Peradangan vagina yang disebabkan
Etiologi
oleh ETIOLOGI & selain Gonorrohoea &
Infeksi protozoa Trichomonas vaginalis
Non Gonorrohoea & Trikomoniasis
Diagnosis
Etiologi
Manifestasi Klinis
a. Anaerobic Bacteria, Gardnerella
a. Sekret vagina SEROPURULEN, berwarna
vaginalis, Micoplasma genital,
KEKUNINGAN, KUNING HIJAU, berbau
Mikroorganisme Lainnya(E.coli, Gram
TIDAK ENAK & BERBUSA
Negatif group B, Streptococci,
b. Dinding vagina tampak kemerahan dan
Enterococci & Streptococcus viridans)
sembab -> kadang2 terbentuk abses
b. Overgrowth bacteri anaerob
kecil pada dinding vagina dan serviks ->
(gardnerella vaginalis dan Mycoplasma
yang tampak sebagai granulasi merah
hominis)
(STRAWBERRY appearance)
c. Alkalinisasi vagina yang berulang ulang
c. Tanda inflamasi akut pada genetalia
eksterna
Diagnosis
d. Kronis: Gejala lebih ringan dan sekret
Manifestasi Klinis
tidak berbusa
a. Asimptomatik
b. Sekret vagina berwarna putih abu-abu,
Tata Laksana
homogeneous & memebentuk lapisan
Farmakologi
tipis pada dinding vagina
a. Sistemik -> derivate Nitromidazole
c. Melekat pada dinding vagina -> kadang-
-metronidazole 2 gr single dose
kadang sampai ke labia
-metronidazole 2 X 500 mg / hari
d. WHIFF TEST (amin test) : cairan vagina
selama 7 hari
ditetesi KOH -> bau vagina SEPERTI bau
-nimorazole dosis tunggal 2 gr
IKAN
-tinidazole dosis tunggal 2 gr
e. CLUE CELL -> sel epitel yang dikelilingi
-ornidazole dosis tunggal 1.5 gr
atau dilekati pada tepinya dengan
b. Topikal
bakteri (lebih dari 20%)
-Bahan cairan berupa irigasi (H2O2 1-2%
& asam lakatat 4%)
Tata Laksana
-Bubuk / Gel / Cream (Trikomoniasidal)
Farmakologi
a. Metronidazole 500 mg p.o 2 kali/hari
selama 7 hari
b. Clindamycin 2% cream selama 7 hari
c. Metronidazole 0,75% gel selama 5 hari
CANDIDIASIS VULVOVAGINITIS GONOCOCCUS INFECTION
a. Merupakan Infeksi Oportunistik a. Suatu PMS yang bersifat AKUT
b. Sering pada wanita hamil dan penderita b. Merupakan insidens tertinggi pada PMS
DM c. Daerah yang mudah terkena mukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng
Etiologi
Disebabkan oleh infeksi jamur Candida Etiologi
albicans(85-90%, spesies lain: C. glabrata dan C. Neisseria gonorrhoeae(seperti biji
tropicalis) kopi;diplococcus)

Diagnosis Diagnosis
Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis
a. Gatal pada daerah vulva a. Keluhan Sakit/Nyeri pada waktu kencing
b. Ada rasa panas, nyeri sesudah miksi dan b. Mucosa oedema dan eritematous
dispaneuria c. Sekret yang purulent
c. Fluour albus: gumpalan-gumpalan d. Sedian Langsung -> diplokokus gram
sebagai kepala susu berwarna putih negatif Intrasel
kekuningan
d. Hiperemia dilabia minora & introitus Tata Laksana
vagina(memerah) Farmakologi
e. Edema Labia Minora a. Ceftriaxon
f. Ulkus-Ulkus yang dangkal pada labia b. Doxicyllin
minora dan sekitar intoitus vagina
g. Pemeriksaan KOH atau Gram: Budding
Yeast, Pseudohifa

Tata Laksana CLAMIDIASIS


Farmakologi a. Biasanya ditularkan oleh pendatang
b. Termasuk PMS

Etiologi
Infeksi bakteri Chlamydia

Diagnosis
Manifestasi Klinis
a. Bercak darah
b. Perdarahan pasca senggama(aktivitas
seksual)
c. Vaginal discharge

Tata Laksana
Farmakologi
a. Azitromisin 1 g p.o single dose
b. Doksisiklin 10 mg p.o 2x sehari selama 7
hari
INFEKSI VIRUS

HERPES SIMPLEX VIRUS(HSV) INFECTION


a. HSV-1 -> predileksi PINGGANG keatas
(TERUTAMA) mulut dan hidung -> BISA
JADI herpes ENSEFALITIS
b. HSV-2 -> predileksi PINGGANG kebawah
(TERUTAMA) daerah genital -> BISA JADI
herpes MENINGITIS & infeksi
NEONATUS

Etiologi
HSV

Diagnosis
Manifestasi Klinis
a. Fase laten -> tidak ditemukan gejala
klinis
b. Fase infeksi rekurensi
-LOCO: timbul di tempat yang sama
-NON LOCO: timbul di tempat yang lain
c. Anamnesa -> terdapat riwayat berulang
d. TZANK TEST -> sel datia berinti banyak
& badan inklusi intranuclear
e. Antibodi Poliklonal HSV

Tata Laksana
Farmakologi
a. Simptomatis Analgesik / kompres -> jika
ada ulserasi
b. Anti-viral(pilih salah satu)
-Acyclovir 5 x 200 mg (± 7-10 hr) (p.o) ->
DOSISnya BEDAkan dgn varisella/HZ
-Valacyclovir 2 x 500 mg (± 7-10 hr) (p.o)
-Famcyclovir 3 x 250 mg (± 7-10 hr) (p.o)
NB : jika terdapat KOMPLIKASI berat ->
Acyclovir (i.v) 5 mg/kgBB/dosis bagi
menjadi 3 dosis atau 3x1 & berikan ± 7-
10 hr
KEDARURATAN GINEKOLOGI Diagnosis
Manifestasi klinis
a. Nyeri pelvik/abdomen
KEHAMILAN EKTOPIK
b. Amenorea
Kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi
c. Perdarahan p/v
diluar endometrium disebut ectopic pregnancy,
d. Kavum douglas menonjol ->
ectopic gestation & eccecysis.
kuldosintesis(+)
e. Hb turun, Hct turun
Etiologi
f. Tes kehamilan (+)/(-)
a. Faktor mekanik
Zygote-Blastosis pada saat melewati tuba falopii
Tata Laksana
gerakannya dihambat, seperti pada :
a. Rawat inap
-Salpingitis
b. Perbaiki Keadaan Umum
-Peritubal adhesi (infeksi tuba, abses
c. Laparotomi, salpingektomi
appendisitis, endometriosis).
/salpingooferektomi
-Riwayat hamil ektopik sebelumnya (resiko
d. Beri antibiotik
berulang 7-15%/ 0-14,6%)
-Pernah operasi tuba (rekonstruksi tuba)
Komplikasi
-Sering melakukan abortus buatan
a. Perdarahan berulang
-Tumor (mioma, tumor adneksa) yg mendistorsi
b. Infeksi
tuba falopii
c. Sub ileus oleh massa pelvik
d. Steril
b. Faktor fungsional
Zygot-Blastosis pada saat melewati tuba falopii
gerakannya lambat, seperti pada :
KEHAMILAN ABDOMINAL
-Ovum migrasi eksternal
FERTILISASI TERJADI SEBELUM OOSIT
-Motilitas tuba berubah arah, misalnya pada:
MEMASUKI TUBA FALLOPI
Akseptor AKDR dan Akseptor morning after pill
(estrogen dosis tinggi)
Etiologi
SAMA SEPERTI KEHAMILAN EKTOPIK
c. Reproduksi yang direkayasa (Assisted
Reproduction)
Diagnosis
Kehamilan tuba meningkat pada:
Manifestasi klinis
-Induksi ovulasi
a. BAGIAN JANIN TERABA DEKAT KULIT
-Invitro Fertilization (IVF)
ABDOMEN
-Ovum transfer
b. HIS NEGATIF
c. JANIN DILUAR KAVUM UTERI
Faktor Resiko
a. PMS
Tata Laksana
b. AKSEPTOR AKDR(hanya mencegah
SAMA SEPERTI KEHAMILAN EKTOPIK
kehamilan intra uterin)
c. AKSEPTOR PROGESTASIONAL DOSIS
RENDAH
d. POST ABORTUS BUATAN YG
MENGALAMI INFEKSI
e. REPRODUKSI YG DIREKAYASA
ABORTUS SPONTAN
BERAKHIRNYA KEHAMILAN OLEH SEBAB
APAPUN (TANPA DIRENCANAKAN) PADA UMUR
KEHAMILAN KURANG 20 MGG / SEBELUM
BERAT BADAN JANIN MENCAPAI 500 GRAM.
LEBIH DARI 80% ABORTUS SPONTAN TERJADI
SAAT KEHAMILAN BERUMUR 12 MGG/KURANG

Faktor Resiko
Maternal
a. INFEKSI (TORCH, CHLAMYDIA,
UREAPLASMA UREALYTICUM)
b. PENYAKIT KRONIS (TBC, KARSINOMA)
ABNORMALITAS ENDOKRIN
(HIPOTIROID, DM, DEFISIENSI
PROGESTERON)
c. MALNUTRISI
d. PEROKOK, PEMINUM ALKOHOL, KAFEIN
e. RADIASI
f. UMUR>35 TAHUN
g. JARAK KEHAMILAN YG BERURUTAN 3
BULAN

Paternal
a. SPERMA DENGAN KHROMOSOM
TRANSLOKASI, MENGHASILKAN ZYGOT
ABNORMAL
b. UMUR

Janin
a. ZYGOT, EMBRIO, JANIN, DAN PLASENTA
ABNORMAL YG SERING DITEMUI
ADALAH BLIGHTED OVA(KANTONG
KEHAMILAN BERISI EMBRIO
DEGENERASI/TANPA EMBRIO)
b. EUPLOIDI TAPI ADA KELAINAN
STRUKTUR KARENA MATERNAL(EX:
UMUR>35 TAHUN)
c. ANEUPLOIDI(TRISOMY, MONOSOMY,
TRIPLOIDY, TETROPLOIDY)

NB:
Euploidi: jumlah kromosom normal
Aneuploidi: jumlah kromosom lebih/kurang
KEDARURATAN GINEKOLOGI Kistoma Ovarii Dicurigai Ganas:
-Terdapat bagian yang padat
KISTA OVARIUM -Permukaan berbenjol-benjol
a. Kistoma ovarii -Pertumbuhannya cepat
b. Suatu kantong abnormal berisi cairan -Perlekatan (sulit digerakkan)
atau setengah cair yang tumbuh dalam -Disertai ascites
indung telur (ovarium) -Disertai penurunan berat badan
c. Tumor neoplastik jinak ovarium yang (kaheksia)
bersifat kistik

Diagnosis
Manifestasi klinis
a. Benjolan perut bagian bawah
b. Nyeri perut bagian bawah (karena TORSIO KISTA OVARIUM
peregangan kapsula, torsi, atau ruptur) Kondisi medis yang terjadi ketika kista ovarium
c. Gangguan penekanan (ureter, vesika mengalami perputaran atau pembalikan pada
urinaria, rektum) pangkalnya
d. Gejala endokrin (maskulinisasi atau
feminimisasi) Diagnosis
e. Palpasi: Massa kistik, permukaan halus, Manifestasi klinis
mobile, pada perut bagian bawah a. Nyeri akut abdomen
(biasanya di lateral tetapi bila besar sulit b. Mual muntah
dibedakan karena memenuhi seluruh c. Demam
abdomen) d. Massa intraabdomen
f. Bimanual serviks: Tidak ikut bergerak e. Nyeri tekan dan nyeri lepas
bila massa tersebut digerakkan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang a. USG:
a. USG: Massa pada adneksa, sering - Bull’s-eye target, whirlpool
bersekat-sekat - Folikel multipel mengelilingi sebuah
b. Sondase: Normal, karena tidak ada ovarium yang mengalami pembesaran
pembesaran uterus
Tata Laksana
Tata Laksana a. Pada torsi kista ovarium yang disertai
Pada Keganasan nyeri perut dilakukan laparotomi
a. Kistektomi + Potong Beku (Frozen b. Pada kista ovarium asimptomatik:
Section) - bila <5cm: tidak perlu dioperasi
b. Ooforektomi Unilateral + Potong Beku - bila 5-10cm: lakukan observasi, jika
c. Surgical staging pada Keganasan menetap atau membesar, lakukan
laparotomi pada trimester kedua
Komplikasi kehamilan (sebaiknya dilakukan di
a. Torsi: Terjadi warna biru karena tekanan antara usia 16-20 minggu)
vena, Akut abdomen - Bila >10 cm: dilakukan laparotomi
b. Ruptur: Perdarahan intra-abdominal pada trimester kedua kehamilan
,Akut abdomen
c. Infeksi
d. Keganasan
RUPTUR KISTA OVARIUM TUBO OVARIAL ABSES(TOA)
Peristiwa pecahnya kantung kista yang berisi a. Akumulasi suatu keadaan penyakit
cairan atau darah inflamasi akut pelvis di mana kondisi
tersebut dikarakteristikkan dengan
Diagnosis adanya massa pada dinding pelvis yang
Manifestasi klinis mengalami inflamasi
a. Nyeri tekan unilateral pada kuadran b. Salah satu komplikasi akut dari PID
bagian bawah dengan atau tanpa nyeri
lepas, rigiditas dan pergeseran memberi Faktor Resiko
kesan adanya proses terlokalisasi Sepertiga sampai setengah pasien mempunyai
b. Penonjolan dalam kavum Douglas riwayat PID yang merupakan infeksi dari
memberi kesan perdarahan polymicrobial bakteri aerobic dan anaerobic.
intraperitoneum yang ekstensif
c. Nyeri goyang serviks Diagnosis
d. Mual dan muntah Manifestasi klinis
e. Riwayat menstruasi tetap/berubah a. Nyeri abdomen yang dapat menjadi
f. Gangguan miksi dan defekasi nyeri yang hebat
g. Sinkope/syok b. Nyeri pada bagian pelvis
h. Denyut nadi biasanya cepat c. Demam tinggi yang di sertai dengan
menggigil
Pemeriksaan penunjang d. Leukositosis
a. Foto Rontgen:
- Cairan bebas intraperitoneum Pemeriksaan penunjang
- Pada kista dermoid kadang-kadang USG transvaginal: dijumpai gambaran yang
dapat dilihat adanya gigi dalam tumor homogen,kistik,dengan dinding yang
tipis,dengan batas yang tegas
Tata Laksana
a. Laparoskopi(Gold Standard)
b. Reseksi total tuba/ovari/keduanya, jika: Tata Laksana
- Jaringan telah gangrene a. Antibiotika
- Curiga keganasan b. Pembedahan dan drainase
- Wanita yang telah cukup anak
Komplikasi
NB: a. Infertility
Reseksi adalah istilah medis yang merujuk pada b. Kehamilan ektopik
tindakan bedah pengangkatan sebagian atau c. Chronic pelvic pain
seluruh organ atau jaringan yang terkena d. Pelvic thrombophlebitis
penyakit atau kondisi medis tertentu e. Ovarian vein thrombosis
BENIGN TUMOR OF THE FEMALE GARDNER CYST
a. Kista vagina jinak yang berasal dari
REPRODUCTIVE TRACT saluran Gardner, yang merupakan sisa
sisa saluran mesonefros (saluran
CORPUS ALINEUM VAGINA
wolffian) pada Wanita
Benda asing di dalam vagina
b. Umumnya kista ini terletak pada
anterolateral kanan dinding vagina
Etiologi
Bisa berasal dari pasien sendiri, atau dari orang
Diagnosis
lain atau iatrogenic (paska prosedur/tindakan
Manifestasi klinis
obstetri/ginekologi)
a. Massa yang teraba
b. Infeksi
Diagnosis
c. Vaginal discharge
Manifestasi klinis
Keputihan berbau busuk dari kemaluan, eritema
Tata Laksana
vagina, bila kronik dapat menyebabkan fistula
Farmakologi(Jika ada infeksi atau abses)
(kand.kemih/rektum), perdarahan
Antibiotik
Pemeriksaan penunjang
Mengangkat kista
Vaginoscopy(biasa pada virgin)
Indikator:
1. Kista bertambah besar
Tata Laksana
2. Menyebabkan gejala berat
Farmakologi(Tata Laksana Awal)
Antibiotik bila ada tanda infeksi, simptomatis
(analgetic, antipiretik)
NABOTHIAN CYST
Tata Laksana Defenitif
Kista berisi lendir di permukaan serviks yang
Evakuasi corpus alienum
disekresikan oleh kelenjar serviks

Etiologi
Stratified squamous epithelium of the
ectocervix grows over the simple columnar
epithelium of the endocervix → secretions build
up in the plugged glands

Diagnosis
Pemeriksaan
Smooth and rounded bump on the cervix →
nabothian cyst

Tata Laksana
No Treatment
UTERINE LEIOMYOMA -Embolization, HIFU (High Intensity
a. Most common benign uterine tumors Focused ultrasound)
b. Dependent estrogen dan progesterone
c. Berkembang dari myometrium

Diagnosis ADENOMYOSIS
Manifestasi klinis Invasi dan pertumbuhan jinak dari
a. Most common – heavy and prolonged endometrium ke dalam otot uterus
bleeding (myometrium), sering disebut endometriosis
b. Abdominal swelling, pelvic or interna
abdominal pain or discomfort
c. Dyspareunia Diagnosis
d. Pressure symptoms – constipation or Manifestasi klinis
urinary symptoms a. Abnormal uterine bleeding (50%), heavy
e. Subfertility, miscarriage bleeding
Pemeriksaan b. Secondary dysmenorrhoea (30%)
a. Abdominal examination c. Dyspareunia and chronic pelvic pain –
Mass arising from the pelvis, less common
smooth/multi-nodular, firm, mobile d. Frequency and severity of symptoms
from side-to-side correlate with the extent and depth of
b. Pelvic examination adenomyosis
Mass arising out of the pelvis, with an e. On examination – diffusely enlarged,
irregular knobbly shape, a firm or hard uterus terasa lembut
consistency, and can be moved slightly f. Asymptomatic in 35%
from side-to-side. Any movement of the Pemeriksaan penunjang
abdominal mass moves the cervix a. USG
c. Inspeculo b. MRI
Normal portio, except myoma geboren
→ massa menonjol dari OUE Tata Laksana
Pemeriksaan penunjang Farmakologi
a. USG a. Non-hormonal
b. MRI Mefenamic and tranexamic acid
(symptomatic)
Tata Laksana b. Hormonal
Based on: Surgical
1. Symptoms a. Adenomyomectomy
2. Size b. Hysterectomy (definitive)
3. Rate of growth of the uterus
4. The woman’s desire for fertility
a. Asymptomatic fibroids → refer for
secondary care if:
-Fibroids are palpable abdominally
-Uterine length > 12 cm
b. Symptomatic fibroids
-Medical management → tends to
give only short-term relief
-Surgical management,
myomectomy, hysterectomy
OVARIAN CYST NON-NEOPLASTIC OVARIAN MASSES
Semua tumor yang mayoritas berisi cairan a. Functional ovarian cysts
disebut kista 1. Follicular cysts
-the most common functional cyst
Diagnosis -cystic follicle can be defined as
Manifestasi klinis follicular cyst when diameter > 3 cm
a. Asymptomatic -found incidental to pelvic
b. Abdominal swelling examination
c. Pelvic or abdominal pain -usually resolve in 4 to 8 weeks,
d. Increased urinary urgency and/or seldom rupture causing pain and
frequency peritoneal signs
e. Acute pain – consider ovarian accident 2. Corpus luteum cysts
(torsion, rupture, haemorrhage) -less common than follicular cysts.
Pemeriksaan -may rupture, leading to a
Abdominal and vaginal examination: hemoperitoneum and requiring
A large ovarian cyst may be palpable as a mass surgical management
arising from the pelvis, separate from the -High risk - anticoagulant therapy.
uterus. Small cysts are often missed. Although -Rupture - more often on the right
clinical examination has poor sensitivity in the side and during intercourse
detection of ovarian masses (15-51%), it helps -Most ruptures on cycle days 20-26
to evaluate mass tenderness, mobility, and 3. Theca lutein cysts
ascites
Pemeriksaan penunjang Tata Laksana
a. USG All are benign and usually do not cause
b. MRI symptoms or require surgical management
c. CT-Scan
d. Tumor marker
e. Laparoscopy NEOPLASTIC OVARIAN MASSES
a. Other Benign Masses
Tata Laksana b. Cystic mass
Pada keganasan 1. Women with endometriosis may
a. Kistektomi + Potong Beku (Frozen develop ovarian endometriomas
Section) (“chocolate” cysts), which can
b. Ooforektomi Unilateral + Potong Beku enlarge to 6 to 8 cm in size
c. Surgical staging pada Keganasan 2. Dermoid cyst
3. Serosum cyst
4. etc.
c. Solid mass
1. Fibroma
2. Brenner tumor
3. etc.

Diagnosis
Make sure the tumor is benign
a. Sign and symptoms: the tumor quickly
enlarges, bilateral, ascites, a family
history of ovarian, endometrial, breast
cancer
b. USG: septae, solid part, doppler Etiologi
c. Definitive diagnosis → histopatologi Theories
a. Retrograde menstruation
Tata Laksana b. Peritoneal metaplasia
Observation c. Lymphatic or blood-borne
a. No symptoms dissemination
b. Size < 8 cm
c. USG: simple cyst Diagnosis
Surgery (cystectomy, oophorectomy) Manifestasi klinis
a. Symptoms: ruptur/tortion of cyst a. Asymptomatic
b. Size > 8 cm b. Dysmenorrhoea
c. USG: solid part, septae, papil c. Chronic pelvic pain
d. Subfertilitas
e. Dyschezia
f. Dyspareunia
DERMOID CYST g. Painful cesarean section scar
Teratoma yang bersifat kistik jinak yang Pemeriksaan
mengandung berbagai perkembangan jaringan a. Speculum examination
yang matang dan padat Visible lesions may be seen in the
vagina or on the cervix
Etiologi b. Pelvic examination - there may be:
Totipotential germ cells that differentiate -A fixed, uterus terbalik
abnormally, developing characteristics of -Enlarge ovaries
mature dermal cells -Deeply infiltrating nodules may be
palpable
Diagnosis Pemeriksaan penunjang
Makroskopis a. USG
Biasanya mengandung kulit, folikel rambut, b. Laparoscopy
darah, lemak, tulang, kuku, gigi, tulang rawan
Tata Laksana
There’s currently no cure for endometriosis, but
there are treatments that can help ease the
symptoms
ENDOMETRIOSIS a. Painkiller
a. Presence of endometrial-like tissue b. Hormone medicines
outside the uterus, which induces a c. Surgery
chronic infammatory reaction
b. Most commonly affected sites are the
pelvic organs and peritoneum
(uterosacral ligaments, pouch of
Douglas, rectovaginal septum, and
ovaries). Extra-pelvic deposits such as
the lungs, caesarean section scar, and
the bowel are occasionally seen.
c. Women with endometriosis may
develop ovarian endometriomas
(“chocolate” cysts), which can enlarge
to 6 to 8 cm in size
FEMALE INFERTILITY •Sedang/ Grade 2
a. Infertilitas primer merupakan kegagalan -Kerusakan tuba berat unilateral
suatu pasangan untuk mendapatkan •Berat/ Grade 3
kehamilan sekurang-kurangnya dalam -Kerusakan tuba berat bilateral
12 bulan berhubungan seksual secara -Fibrosis tuba luas
teratur tanpa kontrasepsi -Distensi tuba > 1,5 cm
b. Infertilitas sekunder adalah -Mukosa tampak abnormal
ketidakmampuan seseorang memiliki -Oklusi tuba bilateral
anak atau mempertahankan -Perlekatan berat dan luas
kehamilannya
c. Gangguan uterus
Etiologi 1. Myoma uteri/fibroid
a. Gangguan ovulasi uteri/leiomyoma uteri
2. Polip endometrium
3. Adhesi Intrauterine(Sindrom
Asherman)

d. Faktor Laki-laki(30-40%)
1. Kelainan urogenital kongenital atau
didapat
2. Infeksi saluran urogenital
Pembagian kelainan ovulasi(WHO): 3. Suhu skrotum meningkat
•Kelas I : Kegagalan pada hipotalamus 4. Kelainan endokrin
hipofisis (hipogonadotropin 5. Kelainan genetik
hipogonadisme)-10% 6. Faktor imunologi
•Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium
(normogonadotropin- Faktor Resiko
normogonadisme)-85% Contoh : PCOS a. Konsumsi Alkohol
•Kelas 3: Kegagalan ovarium b. Merokok
(hipergonadotropin-hipogonadisme)-4- c. Konsumsi kafein
5% Contoh: POI(Ovarian Insufficiency) d. Berat badan (Obesitas atau
•Kelas 4 : Hiperprolaktinemia Underweight)
e. Olah raga berat
b. Gangguan Tuba f. Stress
1. Infeksi: disebabkan oleh Chlamydia, g. Obat-obatan
Gonorrhoeae,TBC h. Obat-obat herbal
2. Endometriosis: Pertumbuhan i. Lingkungan pekerjaan
jaringan yang mirip endometrium di
luar cavum uteri Diagnosis
Klasifikasi Kerusakan Tuba: Manifestasi klinis
•Ringan/ Grade 1 a. Indeks Massa Tubuh (IMT), pembesaran
-Oklusi tuba proksimal tanpa adanya thyroid, nodul atau nyeri tekan
fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada b. Adanya keluar sekret dari payudara
distensi c. Tanda kelebihan androgen
-Mukosa tampak baik d. Nyeri tekan pelvik atau pembesaran
-Perlekatan ringan (perituba-ovarium) organ atau adanya massa
e. Adanya kelainan, sekresi atau discharge
vagina atau cervix
f. Adanya massa atau nodul pada adneksa b. Inseminasi Intrauterine
atau cul-de-sac Salah satu bentuk teknologi reproduksi
berbantu, dimana sperma yang sudah
Pemeriksaan penunjang diseleksi disemprotkan ke dalam rongga
a. Pemeriksaan Ovulasi rahim pada masa subur dengan tujuan
b. Pemeriksaan Hormon memperpendek jarak tempuh sperma
c. Pemeriksaan Cadangan Ovarium untuk mencapai sel telur
d. Pemeriksaan Kelainan Uterus
e. Pemeriksaan Kelainan Tuba c. Fertilisasi In Vitro(FIV)
1. HyFosy Penggabungan sel telur dan sperma di
2. HSG(dilakukan pada 10 hari luar tubuh wanita, dalam lingkungan
pertama siklus haid) laboratorium
3. Saline Infusion Sonography(SIS) Indikator:
4. Laparoskopi Kromotubasi (Gold 1. Faktor sperma yang tidak dapat
Standard) dikoreksi dengan pembedahan atau
f. Pemeriksaan Chlamydia obat- obatan
g. Pemeriksaan Lendir Serviks dan Uji 2. Oklusi tuba bilateral yang tidak
Pasca Senggama dapat dikoreksi
3. Tidak hamil pasca 3 - 4 x inseminasi
Tata Laksana intra uterin
a. Induksi ovulasi (pada kasus anovulasi) 4. 6 bulan pasca koreksi tuba tetapi
Indikator: tidak terdapat kehamilan
1. Hasil HSG: kedua tuba paten 5. Endometriosis derajat sedang -
2. Normozoospermia berat
3. Lama menikah<3 tahun 6. Infertilitas idiopatik dimana setelah
4. Sindroma Ovarium Polikistik(SOPK) 3 tahun tidak hamil (pasca
5. Unexplained infertility inseminasi atau pengobatan)
7. Gangguan ovulasi dan penurunan
Tatalaksana Gangguan Ovulasi(WHO) cadangan telur (pasca induksi
1. Kelas I → Kombinasi rekombinan ovulasi / inseminasi 3 – 6 siklus)
FSH (rFSH)- rekombinan LH (rLH),
hMG atau hCG d. Tatalaksana Gangguan Tuba
2. Kelas II → Modifikasi gaya hidup, 1. Obstruksi /kerusakan tuba
Obat pemicu ovulasi golongan - Faktor peritoneum: adhesi
antiestrogen (klomifen sitrat), perituba dan periovarium –
tindakan drilling ovarium, atau pembedahan , PID, endometriosis
penyuntikan gonadotropin. -Diagnostik dengan HSG dan terapi
Pengobatan lain yang dapat definitif dengan laparoskopi
digunakan adalah dengan 2. Oklusi Tuba Proksimal
menggunakan insulin sensitizer, -Salpingografi selektif
seperti metformin menyingkirkan mucous plug.
3. Kelas III → Konseling atau tindakan -Kannulasi tuba proksimal dengan
adopsi anak duidewire
4. Kelas IV → Agonis dopamin -Microsurgical tubal resection
(bromokriptin atau kabergolin) anastomosis
3. Oklusi Tuba Distal
-Fimbrioplasty: lysis adhesi fimbrial
/dilatasi phimosis
-Neosalpingostomy: pembukaan b. Kompetensi:
tuba baru Kompeten dalam memberikan
konsultasi dan edukasi pada
e. Tata Laksana Endometriosis dan pasangan dengan infertilitas.
Infertilitas c. Kegiatan:
1. Terapi Hormonal pada Kasus 1. Melakukan anamnesis dan
Infertilitas yang Berkaitan dengan pemeriksaan fisis pada
Endometriosis (Progestin, Pil KB, pasangan dengan infertilitas
atau agonis GnRH) 2. Melakukan interpretasi analisis
2. Inseminasi Intrauterin pada Kasus semen dan mengkonfirmasi
Endometriosis → Pada kasus adanya ovulasi
endometriosis derajat I/II (sistem 3. Merujuk pasangan infertil
klasifikasi AFS/ASRM dengan komplikasi
3. Teknologi Reproduksi Berbantu
(TRB) → pada kasus infertilitas
dengan endometriosis terlebih lagi
jika ada gangguan faktor tuba atau
jika diakibatkan faktor laki-laki
dan/atau jika terapi lainnya telah
gagal.
4. Tindakan Pembedahan (laparoskopi
operatif)

f. Tata Laksana Faktor Uterus


1. Tindakan Pembedahan
(miomektomi, ektirpasi polip)
2. Tindakan pembedahan pada mioma
intramural memiliki luaran yang
lebih buruk terhadap angka
kehamilan dibandingkan pada kasus
mioma submukosum

Strata Penanganan Infertilitas


Layanan Primer(Level 1)-Dokter umum
a. Kriteria pasien:
1. Lama infertilitas <24 bulan
2. Umur pasangan perempuan <
30 tahun
3. Tidak terdapat faktor risiko
patologi pelvis atau
abnormalitas reproduksi laki-
laki
4. Riwayat pengobatan < 4 bulan
PATOLOGI SISTEM REPRODUKSI TWO MAIN TYPES OF VULVAR DYSTROPHY
1. LICHEN SCLEROSUS/KRAUROSIS VULVA
WANITA(GENITALIA EKSTERNA) a. Chronic, progressive disease usually
VULVA DISEASE
occurring in postmenopausal women
LESI INFLAMATORI VULVA
b. Not premalignant lesion
a. Mirip dengan lesi pada kulit
b. Yang umum terjadi adalah:
Etiologi
1. Furunkel, folikulitis
Tidak diketahui
2. Erysipelas/intertrigo (sering pd
wanita obese, sering superimpose
Diagnosis
dengan Tinea)
Manifestasi klinis
3. Severe necrotizing vulvitis
Characteristic: scaly and pruritic white plaques.
4. Semua PMS
Sclerosis and shrinkage of the dermis
5. Infeksi akut dari kelenjar Bartholin
smooth, glazed, and parchment-like vulva
yang akhirnya dapat membentuk
Microscopic:
abses
a. Penipisan epidermis, dengan stratum
korneum yang relatif menonjol, rete peg
Etiologi
yang rata, dan beberapa degenerasi
Staphylococcus aureus, S. epidermidis,
lapisan basal
Streptococcus pyogenes, Neisseria
b. Kolagen hialin padat di dermis bagian
gonorrhoeae, dan Escherichia coli
atas

2. HYPERPLASTIC DYSTROPHY
a. Common lesion in postmenopausal
PMS YANG UMUM
women
b. Premalignant lesion, depends on
dysplasia rate

Diagnosis
Manifestasi klinis
Appears clinically as leukoplakia
Microscopic:
a. Hyperplasia of the epidermis, with
hyperkeratosis and chronic dermal
inflammation
b. In some cases, maturation is normal; in
others, cytologic dysplasia occurs
c. More severe forms of dysplasia
equivalent to carcinoma in situ
VULVAR DYSTHROPHIES
Diagnosis
Manifestasi klinis
a. Plak putih buram (leukoplakia) pada
permukaan mukosa vulva
b. Tes Schiller, yang terdiri dari pengecatan
serviks dengan larutan yodium, sangat
membantu dalam menemukan area
displasia
BARTHOLIN CYSTS CLEAR CELL ADENOCARCINOMA
Pelebaran kistik kronis pada kelenjar dan a. Occurs in young females, usually
saluran Bartholin akibat infeksi masa lalu. Infeksi between 10 and 35 years of age, and
di masa lalu menyebabkan abses dan has a definite association with exposure
penyumbatan saluran of the mother to diethylstilbestrol (DES)
during pregnancy
Etiologi b. If vaginal adenosis is the precursor
Past infection lesion for clear cell adenocarcinoma,
the risk is small.
Diagnosis
Manifestasi klinis Etiologi
The cysts are smooth, firm induration and Exposure of the mother to diethylstilbestrol
erythema. Maybe clear, yellow, or bluish in color (DES) during pregnancy
Microscopic
Cystic dilation of the duct or gland, with Diagnosis
flatenned epithelia Macroscopic
Appears as polypoid mass
Tata Laksana Microscopic
Surgery, AB. Composed of clear cells arranged in a
tubuloglandular pattern. The neoplastic cells
have a hobnail(paku) appearance

VAGINAL ADENOSIS Tata Laksana


Vaginal adenosis is the occurrence of Surgery and radiation is effective, with a 5-year
endocervical type glands in the vaginal wall in survival rate of 80%
women. Greatly increased in women whose
mothers received diethylstilbestrol(DES) during
pregnancy
SARCOMA BOTRYOIDES(EMBRYONAL
Etiologi RHABDOMYOSARCOMA)
DES inhibits transformation of the müllerian a. The most common sarcoma of the
epithelium of the embryonic vagina into adult vagina
squamous epithelium b. Malignant childhood tumor
c. Children in the first 5 years of life

Diagnosis
Macroscopic
Large, lobulated tumor mass (like a bunch of
grapes) that frequently protrudes at the vaginal
orifice
Microscopic
Embryonal rhabdomyosarcoma

Tata Laksana
Surgery
PATOLOGI SISTEM REPRODUKSI ENDOCERVICAL POLYP
Common benign tumors arise from the
WANITA(GENITALIA INTERNA) endocervical canal cells (or can be ectocervix →
INFLAMATORY CERVICAL LESIONS
ectocervix polyp)
1. ACUTE CERVICITIS
Etiologi
Diagnosis
Infeksi gonococci, Chlamydia trachomatis,
Microscopic
Candida albicans, Trichomonas vaginalis, and
a. Polypoid growth contain hyperplastic
Herpes simplex. Escherichia coli and
endocervical glands and a highly
staphylococci may also be isolated from acutely
vascular stroma and may show marked
inflamed
chronic inflammation
b. The surface epithelium made up of
Diagnosis
columnar and commonly shows
Manifestasi klinis
squamous metaplasia
a. Erythema, swelling, neutrophil
infiltration, and focal epithelial
ulceration
b. The endocervix is more frequently
SQUAMOUS CELL CARCINOMA(SCC)
involved than the ectocervix
The most common vaginal neoplasm. It is rare
c. Purulent vaginal discharge and pain
and accounts for only 1–2% of cancers in the
d. Servisitis akut juga dapat terjadi setelah
female genital tract
trauma persalinan dan instrumentasi
bedah
Etiologi
HPV(Human Papilloma Virus) serotype 16,18
2. CHRONIC CERVICITIS
Faktor Predisposisi
Diagnosis
a. Early onset of sexual activity
Manifestasi klinis
b. Greater number of sexual partners
a. Seringkali merupakan temuan yang
c. Multiparous women who have married
tidak disengaja
early
b. Most commonly seen at the external os
d. Merokok
and endocervical canal
e. Kontrasepsi oral
c. Dapat menyebabkan vaginal discharge,
f. Perubahan respon imun
dan pada beberapa kasus, fibrosis pada
saluran endoserviks dapat
Diagnosis
menyebabkan stenosis, yang
Manifestasi klinis
menyebabkan infertilitas
a. Abnormal uterine bleeding (commonly
irregular and excessive menstrual
bleeding or postmenopausal bleeding)
b. Vaginal discharge
c. Penyumbatan saluran serviks dapat
menyebabkan darah menumpuk di
rongga rahim dan mengakibatkan
infeksi (pyometra)
Macroscopic
Presents as polypoid, fungating, exophytic mass
or as an ulcerative, infiltrative tumor
Microscopic ENDOCERVICAL ADENOCARCINOMA
Typical appearance of a squamous carcinoma, a. Accounts for 10-15% of malignant
with keratinization and formation of epithelial cervical tumors
pearls b. Most tumors are of the endocervical
cell(mucinous) type
Tata Laksana
Combination of surgery and radiation therapy Etiologi
The tumors are often associated with HPV types
TWO MAIN TYPES OF SCC 16 and 18
1. BOWEN’S DISEASE(VULVAR SCC IN SITU)
Latent period from insitu – invasive may vary Diagnosis
from 1 to 10 years Manifestasi klinis
Massa polipoid atau papiler yang berjamur
Etiologi Microscopic
Diawali dengan vulvar dystrophy Tumor eksofitik seringkali mempunyai pola
papiler, sedangkan tumor endofit mempunyai
Diagnosis pola tubular atau kelenjar. Tumor yang
Manifestasi klinis berdiferensiasi buruk sebagian besar terdiri dari
No symptoms lembaran sel padat
Microscopic
Abnormal maturation of the squamous Tata Laksana
epithelium, high N/C ratio, invasion of the The tumor is treated similarly to squamous
basement membrane is absent carcinoma.

2. INVASIVE SCC(KERATINIZING/NON-
KERATINIZING)
Didefinisikan sebagai karsinoma yang ENDOMETRIAL POLYPS
menginfiltrasi hingga kedalaman lebih dari 5 Common, particularly around menopause
mm dari membran basal
Diagnosis
Etiologi Manifestasi klinis
a. Assoc. with human papillomavirus Asymptomatic or may cause excessive uterine
(HPV) infection bleeding
b. Plak yang mengalami indurasi, Macroscopic
berkembang menjadi nodul keras yang Vary in size from 0.5 to 3 cm
mengalami ulserasi. Dapat menyerang Microscopic
bagian mana pun dari vulva, lokasi a. Are covered by endometrial epithelium
tersering: 2/3 anterior labia mayora. b. Composed of endometrial glands
c. Very rarely undergo carcinomatous
Diagnosis transformation
Microscopic
Abnormal maturation of the squamous
epithelium, high N/C ratio, abnormal chromatin
distribution in the nucleus, and numerous
mitotic figures. Invasion of the basement
membrane is present. Usually well-
differentiated.
ENDOMETRIAL HYPERPLASIA LEIOMYSARCOMA
Etiologi A rare uterine neoplasm, accounting for 3% of
Premalignant lesion that is caused by uterine malignant neoplasms
unopposed estrogen stimulation
Etiologi
Diagnosis Timbul dari otot polos miometrium, biasanya de
Manifestasi klinis novo dan bukan dari leiomioma yang sudah ada
a. Usually occurs around or after sebelumnya
menopause
b. Excessive and irregular uterine bleeding Diagnosis
Manifestasi klinis dan Faktor Resiko
Most common in older women, presenting as
postmenopausal bleeding or a uterine mass
ENDOMETRIAL CARCINOMA
About 10% of cancers in women

Etiologi and Risk Factors


a. Prolonged unopposed estrogen
stimulation of the endometrium
b. Endometrial hyperplasia
c. Obesity, diabetes mellitus, and
hypertension

Diagnosis
Manifestasi klinis
90% of cases occur in postmenopausal women,
the most common age being 55–65 years
Pemeriksaan
a. Polypoid fungating masses in the
endometrial cavity
b. The uterus is often asymmetrically
enlarged
Microscopic
a. Invasion into the myometrium occurs
early
b. endometrial carcinoma is an
adenocarcinoma with irregular glands
lined by malignant columnar epithelial
cells
KELAINAN JINAK PADA KANKER Karakteristik Jenis Benjolan
a. Normal:
PAYUDARA Prominent fat lobules, tulang rusuk
yang menonjol, bekas luka biopsi,
Diagnosis
kelenjar limfa intramammaria,
Pemeriksaan fisik
accessory breast
a. Inspeksi:
b. Massa ANDI:
Benjolan, retraksi puting, retraksi kulit,
Fibroadenoma, galaktokel, nodul siklik
peau d’orange
(fibroadenosis), sclerosing adenosis,
b. Palpasi:
kista
Konsistensi, permukaan, dan mobilitas,
c. Inflamasi:
batas, nyeri tekan, dan mengukur besar
Abses kronis, fat necrosis, foreign body
benjolan
granuloma, Mondor’s disease
c. Pemeriksaan payudara kontralateral
d. Tumor jinak:
d. Pemeriksaan KGB regional
Papiloma duktus, giant fibroadenoma,
e. Perubahan fibrocystic
lipoma, granular cell myoblastoma
1 Berhubungan dengan siklus
e. Tumor intermediet:
menstruasi dan fase ovulasi
Tumor phyllodes, karsinoma in situ
2 Nyeri payudara pre menstruasi
f. Tumor malignan:
selama 2 atau 3 hari setiap
Tumor primer, tumor sekunder
3 Nodul payudara yang muncul sesaat
g. Lesi puting dan areola:
sebelum menstruasi dan hilang
Squamous papilloma, leiomioma, kista,
setelah menstruasi
papillary adenoma
4 Nyeri dan nodul payudara bilateral
h. Lesi kulit:
juga sering ditemukan
Kista sebasea, hidradenitis, tumor kulit
5 Nyeri dapat menyebar ke aksila dan
jinak maupun ganas
aspek medial dari lengan atas via
nervus interkostobrakial.
Tata Laksana
a. Eksklusi kemungkinan kanker dan
yakinkan pasien
b. Tentukan pola nyeri
c. Perbaiki pola hidup
Kurangi kafein, diet rendah lemak,
olahraga teratur
d. Mastalgia siklik(berhubungan dengan
siklus menstruasi)
1. EPO: 6 kapsul per hari
2. Danazol: 100-300mg lalu turunkan
perlahan
3. Bromokriptin: 1,25mg ditingkatkan
hingga 3,75 -5mg per hari
e. Pertimbangkan tindakan pembedahan
FIBROADENOMA MAMMAE PAGET DISEASE
Tumor jinak payudara tersering berupa massa Perubahan pada puting dan komplek nareola
padat, unilateral, dan tanpa disertai rasa nyeri berupa eksema

Etiologi Etiologi
Berkembang dari unit ductus terminal Kanker payudara → sel pategoid yang
bertransformasi menjadi malignan
Diagnosis
Manifestasi klinis Diagnosis
a. Tidak Nyeri Manifestasi klinis
b. Konsistensi kenyal a. Nyeri dan rasa terbakar pada puting
c. Berbatas regular b. Timbul krusta(kerak kering, keras)
d. Bervariasi dalam ukuran, pada sebagian c. Plak kemerahan
wanita yang lebih tua massa kecil yang d. Bentuk ireguler
keras e. Timbul eksema(dermatitis atopic)
e. Seperti kelereng; tersusun dari jaringan f. Perdarahan dan ulkus
epitel dan stroma
Tata Laksana
Tata Laksana a. USG, Mammografi, MRI payudara
a. USG payudara b. Biopsi: punch, eksisional biopsy
b. FNAB(Fine Needle Aspiration Biopsy) c. Imunohistokimia
c. Eksisi massa d. BCT, Mastektomi

GALAKTOKEL TUMOR PHYLLODES


Kista berisi ASI yang tertahan. Sering pada Tumor payudara raksasa, agresif dan progresif
wanita muda yang sedang hamil atau menyusui selama masa perimenopause

Diagnosis Etiologi
Manifestasi klinis Berkembang dari stroma intralobular,
a. Benjolan aneh yang halus dan mobile berperilaku seperti sarcoma
b. Gejala dapat menyerupai fibroadenoma
atau karsinoma Diagnosis
Pemeriksaan penunjang Manifestasi klinis
FNAB a. Massa kecoklatan
b. Permukaan tidak rata
c. Nekrosis dan perdarahan
Pemeriksaan penunjang
a. USG: nodul hipoekoik berbatas tegas
b. Mammografi: gambaran “popcorn”
c. Histologi khas: leaflike

Tata Laksana
Surgical
Indikator: Tumor berukuran >3cm, membesar
dengan cepat, ataupun atas permintaan pasien
a. Lumpektomi atau biopsi eksisi
b. Krioablasi
PAPILLOMA INTRADUCTAL GINEKOMASTIA
Benjolan kecil yang bersifat jinak pada Kondisi jinak pada pria
subareolar
Etiologi
Diagnosis a. Perubahan relatif dalam rasio
Manifestasi klinis androgen/estrogen menyebabkan
Keluhan tersering: keluar cairan seperti darah proliferasi komponen kelenjar payudara
dari puting b. Sindrom Klinefelter(47,XXY)
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi Tata Laksana
Sel atipikal: kemungkinan ganas a. Koreksi Penyakit primer
b. Obat-obatan penyebab harus dihentikan
c. Terapi Antagonis Estrogen
Receptor(AER)
NEKROSIS LEMAK d. Pembedahan
Etiologi e. Terapi radiasi
Disebabkan oleh trauma

Diagnosis
Manifestasi klinis
a. Fase Awal: nyeri, terlokalisasi
b. Fase selanjutnya: timbul skar, indurasi,
retraksi kulit
Pemeriksaan penunjang
Mammografi: tampak kalsifikasi
ANATOMI DAN HISTOLOGI SAMBUNGAN NEOPLASMA INTRAEPITHELIAL
SKUAMO-KOLUMNAR(SSK)
a. Perbatasan epitel skuamous berlapis
SERVIKS(DISPLASIA SERVIKS)
Displasia serviks : perkembangan atipikal sel-sel
dari ektoserviks dan epitel kolumnar
epitel skuamosa imatur yang tidak menembus
endoserviks
membran basalis serviks → prekursor kanker
b. Selama masa perimenars SSK berada
serviks
pada/dekat ostium uteri eksternum
c. Pada wanita masa reproduksi SSK pada
Etiologi
umumnya berada pada ektoserviks
Infeksi HPV yang persisten. Jenis yang paling
d. Kadar estrogen yang tinggi dari
umum adalah HPV-16 (55-60%) dan HPV-18 (10-
kehamilan dan pil kontrasepsi
15%)
mendorong eversi SSK lebih jauh
Diagnosis
Zona Transformasi (ZT)
Microscopic
a. Berada antara SSK original dan SSK baru
a. Peningkatan pertumbuhan sel
b. Penting untuk identifikasi NIS
b. Inti sel atipik(besar)
c. Peningkatan rasio N/C

KANKER SERVIKS
Etiologi
a. Infeksi HPV(80%), tipe 16 dan 18 adalah
resiko tertinggi penyebab kanker serviks
b. Teori saat ini: akibat inflamasi kronik
dan oksidatif stress
c. Inflamasi → membentuk radikal bebas
METAPLASIA SQUAMOSA (oksidatif stress) → merusak sel →
a. Disebabkan eversi epitel kolumnar kondisi ini mempermudah transformasi
(pengaruh estrogen) → terpapar malignan
terhadap pH vagina yang asam d. Protein HPV E6 dan E7 → diusulkan
b. Proses metaplasia menggantikan epitel berperan dalam patogenesis kanker
kolumnar dengan epitel skuamous yang serviks terkait HPV
lebih kuat e. E6 bekerja dengan membentuk
c. Terlihat sebagai pendataran dan kompleks dengan ubiquitin ligase
penyatuan dari struktur yang villous (UBE3A) dan p53 yang mengurangi
epitel glanduler aktivitas p53
d. Permukaan menjadi lebih halus f. E7 bekerja dengan menghambat kerja
menyerupai susu protein retinoblastoma yang berfungsi
sebagai regulator siklus sel

Diagnosis
Terjadinya karsinoma serviks yang invasif
berlangsung dalam beberapa tahap
1. Lesi pre-invasif: displasia (anisositosis,
poikilositosis, hiperkromatik sel, dan
2. adanya gambaran sel yang sedang
bermitosis dalam jumlah yang tidak
biasa)
3. Lesi invasif: perdarahan intermenstrual C.Pencegahan tersier
dan post koitus, discharge vagina Menemukan kanker serviks stadium
purulen yang berlebihan berwarna serendah mungkin dan tatalaksana seoptimal
kekuningkuningan terutama bila lesi mungkin
nekrotik, berbau dan dapat bercampur
dengan darah Deteksi Dini Kanker Serviks dengan IVA
a. Pertama kali diperkenalkan oleh
Pencegahan Kanker Serviks Hinselman pada tahun 1925 dengan
A. Pencegahan primer cara mengusap servik dengan kapas
1. Edukasi yang telah dicelup asam asetat 5%
2. Imunisasi (vaksin HPV) b. Syarat: semua SSK harus terlihat, jika
tidak terlihat → PAP Smear
B.Pencegahan sekunder c. IVA(+): timbul bercak putih(aceto white
1. Deteksi dini dan terapi lesi epithelium)
prakanker
2. Skrining/penapisan Cryotherapy(terapi gas dingin)
• Skrining sitologi: 1. Kerusakan bioseluler lapis epitel < -
Tes PAP(spatula/brush) 20C
➢ Syarat: dilakukan 2. Freezing → kristalisasi intraseluler
sebelum pemeriksaan → kerusakan struktur sel & DNA
bimanual, hindari 3. Efek freezing CO2 → -60C , N2O → -
kontaminasi dengan 80C
pelumas, tidak 4. Efektif untuk terapi lesi prakanker
melakukan hubungan servik
seksual atau pemberian 5. Tidak efektif untuk lesi > 5 mm –
obat pervaginam serta invasif
pencucian vagina dalam Indikasi:
3x24 jam 1. IVA(+)
➢ Merupakan tes skrining 2. Low Grade SIL (NIS 1)
yang paling banyak 3. High Grade SIL (NIS 2)
dilakukan 4. NIS 3 → Kolposkopi → (Krio Double
➢ Untuk deteksi dini lesi Freeze)
prakanker serviks dan
infeksi HPV Bethesda System (1988) → mengklasifikasikan
• Skrining non-sitologi: berdasarkan hasil sitologi abnormal lesi
Visual premalignant jadi 3 kategori :
➢ Inspeksi visual dengan 1. Atypical squamous cells (ASC)
Asam Asetat (IVA 2. Low grade squamous intraepithelial
➢ SERVIKOGRAFI lesions (LSIL) → CIN I, koilocytic atypia,
➢ SPEKULOSKOPI dysplasia ringan
Non-visual 3. High grade squamous intraepithelial
➢ Tes DNA HPV lesion (HSIL) → CIN II, CIN III
➢ TruScan (The Polar
Probe)
GESTASIONAL TROPHOBLASTIC GESTASIONAL TROPHOBLASTIC
NEOPLASIA(GTN)
DISEASE(GTD) a. Kelompok penyakit yang melibatkan
a. Meliputi bentuk jinak dan ganas(GTN;
pertumbuhan sel-sel trofoblas yang
Gestational Trophoblastic Neoplasia)
abnormal
b. Berasal dari kehamilan tidak normal
b. GTN: mola invasif, choriocarcinoma, ETT,
c. Bentuk jinak dari GTD adalah mola
PSTT
hidatidosa (meliputi 80% GTD)
c. 1000 kali lebih sering setelah CHM
d. Choriocarcinoma adalah bentuk ganas
dibanding kehamilan lainnya
berasal dari sel vilous CTB
d. Mola invasif dan choriocarcinoma juga
e. 50% of choriocarcinoma berawal dari
termasuk post-molar GTN
mola, 25% dari hamil normal, dan 25%
setelah abortus atau hamil ektopik
Etiologi
f. ETT(Epithelioid Trophoblastic Tumor)
a. Mola invasif
dan PSTT(Placental Site Trophoblastic
1. Terjadi bila jaringan mola
Tumor) berasal dari sel intermediate
menginvasi miometrium
trophoblast placental kehamilan aterm
2. Invasi ini dapat menimbulkan
atau hamil non molar
perforasi dan berinplantasi
kejaringan sekitar
3. Diagnosa dari pemeriksaan PA
pasca histerektomi
b. Choriocarcinoma
1. Choriocarcinoma adalah GTN
tersering
2. Karakteristik: anaplasia dan
hyperplasia abnormal sel
trophoblast. Tanpa: vili koriales,
perdarahan dan nekrosis
c. ETT dan PSTT
Diagnosis 1. Terjarang
2. Perdarahan sedikit, nekrosis luas
3. Lesi metastase serviks menyerupai
kanker serviks
4. Tampilan PSTT dan ETT sering
bersamaan
5. Pertumbuhan lambat, bahkan
sampai tahunan setelah kehamilan
sebelumnya
6. Titer hCG rendah dan kemoresisten
Tata Laksana
a. Tergantung tipe dan stadium: D&C, Diagnosis
histerektomi, kemoterapi atau Manifestasi klinis
kombinasi a. Perdarahan irregular pasca evakuasi
b. Dilation and Curettage(D&C) umumnya mola, dengan atau tanpa pembesaran
menjadi pilihan pada HM karena fungsi uterus dan ovarium
fertilitas tidak terganggu b. Sering diikuti dengan symptoms
metastatik
c. Lesi metastatik sering berdarah karena Tata Laksana
kaya akan pembuluh darah yg rapuh a. GTN risiko rendah (FIGO/WHO score <7)
d. Paru adalah lokasi metastase tersering, diobati dengan kemoterapi tunggal:
lokasi lain seperti vagina, hati, otak, MTX atau Act-D
spleen, ginjal dan usus 1. Respon kemoterapi dengan
e. Emboli sel trofoblas menimbulkan mengukur kadar hCG setiap 1-2
dyspnoea, tachypnoea, batuk, nyeri minggu
dada, dan haemoptysis 2. Setelah kadar hCG normal, terapi
Penegakan diteruskan sebanyak 2-4 siklus lagi
a. GTN umumnya didiagnosa berdasarkan b. GTN risiko tinggi (FIGO/WHO score >6)
kadar hCG tanpa hasil PA diobati dengan kemoterapi kombinasi,
b. Penting memeriksa hCG pada wanita dapat atau tanpa terapi adjuvat operasi/
usia reproduktif bila dijumpai tumor radiasi
metastase yang tidak diketahui 1. Kombinasi kemoterapi yang sering
primernya digunakan adalah EMA-CO
c. Cara ini akan menghindari tindakan c. Resisten kemo: kadar hCG mendatar
bedah/biopsi yang tidak diperlukan selama 3 siklus atau meningkat dalam 2
untuk menegakkan diagnosa siklus kemoterapi
d. Bila curiga GTN, lakukan pemeriksaan
untuk cari adanya metastase Stadium
e. Biopsi lesi metastase akan 1. Terbatas di uterus
menyebabkan perdarahan, sementara 2. Meluas ke luar uterus, masih terbatas
hasil PA tidak penting untuk memulai pada organ genital (adnexa, vagina,
kemoterapi ligamentum rotundum)
f. Pemeriksaan ginekologik untuk mencari 3. Meluas ke paru paru, dengan atau
metastase vagina/servik, thorax foto tanpa keterlibatan organ reproduktif
untuk metastase paru, USG dan CT scan 4. Metastase pada organ lain
untuk metastase hati, MRI/CT scan
untuk metastase Skor Prognosis WHO
FIGO criteria for diagnosis of post-molar GTN
a. Ketika kadar hCG stabil selama 4 kali
pengukuran selama 3 minggu atau
lebih; yaitu hari ke 1, 7, 14, 21
b. Bila terjadi peningkatan hCG selama 3
kali pengukuran berturut-turut selama
minimal 2 minggu atau lebih; yaitu hari
1, 7, 14
c. Jika tidak ada diagnosis histologic
cariocarsinoma
PATHOLOGY OF THE ADNEXA RISK FACTORS
a. Less clear than other
NON-NEOPLASTIC OVARIUM CYSTS b. Null parity
POLYCYSRIC OVARIUM SYNDROM c. Gonadal Dysgenesis
a. Stromal hyperplasia & anovovulation d. Family History
b. Important cause of infertility e. Ovarian cancer genes
c. Endometrial hyperplasia/Carcinoma ➢ BRCA1 (17q12) & BRCA2(13q12)

Diagnosis EPITHELIAL TUMORS


Manifestasi klinis a. Coelomic mesothelium
a. Acne, alopecia, hirsutism, Hypertension 1. Serous (tubal)
b. Insulin resistance, Type 2 DM 2. Mucinous (Cx)
c. Obesity – Syndrome X 3. Endometrioid (End)
d. Amenorrhoea 4. Transitional (UT)
b. 90% of malignant tumors of ovary
c. Morphologically Cystic
ENDOMETRIOSIS: CHOCOLATE CYSTS 1. Cystadenomas - Benign
a. Metastases of hyperplastic 2. Solid/cystic – Cystadenoma –
endometrium into ovary Borderline
b. Estrogen related 3. Solid –Cystadenocarcinoma –
Malignan
Diagnnosis
Manifestasi klinis SEROUS TUMOR
a. Pouch of Douglas, the pelvic a. Frequently bilateral (30-66%)
peritoneum and the ovary - 'chocolate b. 75% benign/bord., 25% malignant
cysts' c. One or few cysts, papillary/solid
b. Periodic Pain, pelvic inflammation, d. Tall columnar ciliated epithelium
infertility e. Papillary, solid, hemorrhage, necrosis or
c. Retrograde menstruation /Metaplasia adhesions – malignancy
f. Extension to peritoneum – bad
prognosis

MUCINOUS TUMOR
a. Less common 25%, very large
NEOPLASMS OF OVARIUM b. Rarely malignant - 15%
a. Common, produce estrogen c. Multiloculated, many small cysts
b. 80% are benign, cystic, young (20-45) d. Rarely bilateral – 5-20%
c. 20% are Malignant, solid - older (>40) e. Tall columnar, apical mucin.
d. 6% of all cancers in women f. Pseudomyxoma peritonei
e. 50% deaths due to late detection
f. The rule:
1. Cystic tumors are commonly benign
2. Solid tumors are commonly
malignant
PATHOLOGY OF THE BREAST PROLIFERATIVE BREAST DISEASE WITHOUT
ATYPIA
FIBROADENOMA MAMMAE(FAM) Commonly detected as:
a. Benign neoplasm, composed of 1. Mammographic densities
epithelial and stromal elements 2. Calcifications, or
(originate from the terminal duct 3. As incidental findings in specimens from
lobular unit/TDLU) biopsies
b. Ages: 20-35 years
Typically > 1 lesion
Diagnosis
Manifestasi klinis Characterized by:
Round, elastic/rubbery, soliter/ multiple, firm, Proliferation of ductal epithelium and/or
freely moveable, upper lateral quadrant >> stroma, without cytologic or architectural
Macroscopic features
Encapsulated, gray white
Morphology:
BENIGN EPITHELIAL LESIONS 1. Epithelial Hyperplasia
NON-PROLIFERATIVE BREAST CHANGES 2. Sclerosing Adenosis
(FIBROCYSTICCHANGES) 3. Complex Sclerosing
a. Very common morphologic 4. Lesion Papillomas
b. Clinician: mean “lumpy bumpy” breasts
on palpation SCLEROSING ADENOSIS
c. Radiologist: a dense breast with cysts Diagnosis
d. Pathologist: Microscopic
1. Benign histologic findings a. Acini compressed and distorted by
2. Not associated with an increased dense stroma
cancer risk b. Calcifications within some of the
e. These lesions distinguish from lumens
“proliferative” changes, which are c. Involved terminal duct lobular unit
associated with an increased risk of (TDLU) is enlarged
breast cancer d. The acini are arranged in a ‘swirling
pattern’ → outer border is well
Morphologic changes: circumscribed
1.Cystic change Often with apocrine metaplasia
2.Fibrosis INTRADUCTAL PAPILLOMA
Cysts rupture → releasing secretory a. A central fibrovascular core extends
material to adjacent stroma → chronic from the wall of a duct
inflammation and fibrosis (palpable b. The papillae arborize within the lumen
firmness) and lined by myoepithelial and luminal
3.Adenosis cells
a.Defined: an increase number of acini
per lobule PROLIFERATIVE BREAST DISEASE WITH ATYPIA
b.Normal physiologic: occurs during ATYPICAL DUCTAL HYPERPLASIA
pregnancy a. A duct filled with mixed population of
c.Non-pregnant women: can occur as a cells consisting of:
focal change 1. Oriented columnar cells at the
periphery
2. Rounded cells within the central CARCINOMA OF THE BREAST
portion Etiologi
b. Although some of the spaces are round a. Genetic Factor: History of breast cancer
and regular, the peripheral spaces are in 1st line degree relatives (mother,
irregular and slitlike sister, daughter)
c. These features are highly atypical, but b. Mutations of:
fall short of a diagnosis of DCIS(Ductal 1. p53 tumor suppressor gene
Carcinoma In Situ) 2. BRCA 1 gene (breast ca 1) located at
chromosome 17 (17q21)
ATYPICAL LOBULAR HYPERPLASIA 3. BRCA 2 gene located on
a. Population of monomorphic small, chromosome 13q12
round, loosely cohesive cells partially fill c. Hormonal status (increased risk):
a lobule 1. Early menarch
b. Some intracellular lumens can be seen. 2. Late menopause and
c. Although morphologically identical to 3. Older age at first term pregnancy
the cells of LCIS, the extent of d. Environmental (high fat intake)
involvement is not suf ficient for this e. Radiation
diagnosis f. Fibrocystic change
g. Previous cancer of the breast

Signs and Symptoms


a. Palpable mass (55%)
b. 60% located in UO quadran
c. Skin change (color/dimpling/peau
d’orange/ulceration)
d. Nipple retraction, nipple discharge
e. Axillary mass
f. 85% occurs after 40, 75% after 50

Anda mungkin juga menyukai