Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan upaya agar melalui proses pembelajaran dan atau cara lain dikenal dan
diakui oleh masyarakat. U U D RI tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) Menyebutkan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3)
Menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan saja sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu
tujuan Negara Indonesia.
Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tuntutan tersebut, dalam bidang
pendidikan perlu dilakukan upaya-upaya dalam pembahasan sistem pendidikan,
diantaranya pembaharuan kurikulum karena dianggap sudah tidak reprehensif lagi
dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Direktorat TK dan SD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
mengidentifikasi adanya beberapa paradigma baru dalam bidang pendidikan
dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan pendidikan/persekolahan yaitu
1. Menjadikan proses pendidikan dari Schooling ke Learning
2. Menjadikan proses pembelajaran yang bersifat Instruktive je Facilitative
3. Memberikan materi pembelajaran berdasarkan Knowledge Based ke
Competence Based.
4. Menjadikan management yang Centralization ke Decentralitation dan
5. Menjadikan masyarakat yang Goverment Role ke Community Role
(Masyarakat Madani).
Perubahan paradigma dalalm bidang pendidikan ini terutama butir 1,2 dan
3 menuntut perubahan prilaku mengajar. Guru terutama harus dapat menempatkan
diri pada posisi fasilitator belajar dari pada instruktur atau pengajar.Kunci utama
keberhasilan pembaharuan pendidikan yang identik dengan perubahan kurikulum

1
menurut penulis terletak di pundak Guru, artinya apakah guru menerima, mampu
dan mau melaksanakan perubahan tersebut yang diantaranya ditandai dengan
bagaimana guru menggunakan metode, strategi, model pengajaran, alat dan bahan
ajar, serta pembelajaran. Ini berarti jika seorang Guru masih menggunakan
ketentuan lama, misalnya model pembelajaran tradisonal atau model
pembelajaran yang dianut kurikulum yang telah diubah, sama halnya belum
melaksanakan pembaharuan pendidikan.
Kita menyadari tantangan dan tugas terberat bagi Guru adalah mengubah
pola mengajar atas dasar uraian tersebut diatas maka penulis mencoba dan
mencoba mengubah pola/model, pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
2004 (KBK) dan mengadakan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau classroom action research dengan judul " Meningkatkan Kemampuan
Penguasaan Konsep Energi Panas Pada Pelajaran IPA Melalui Model
Pembelajaran Pengalaman Di Kelas VI SDN 2 Labuhan Maringgai
Kecamatan Labuhan Maringgai Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran
2019/2020”.
Penulis menentukan tema tersebut diatas dengan alasan bahwa
pengetahuan alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga pengetahuan alam bukan hanya penguasaan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan proses penemuan.Alasan lain penelitian ini adalah selama penulis
menjadi guru menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep energi karena bersifat abstrak. Energi tidak memiliki massa, tidak dapat
diamati, tidak dapat diukur secara langsung, kita hanya dapat mengamati dan
merasakan perubahannya. Disamping itu KBK menekankan adanya penilaian
proses bukan hasil akhir, untuk itu sebisa mungkin siswa dibimbing atau dipandu
untuk menemukan konsep bukan pembuktian.

B. Rumusan Masalah
Memperhatikan permasalahan adanya pembaharuan pendidikan dan
karakteristik pengetahuan alam serta khususnya kesulitan siswa dalam memahami

2
konsep energi panas, maka dalam karya tulis ini penulis mengangkat
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep Energi
Panas Pada Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Pengalaman Di
Kelas VI SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai Kab.
Lampung Timur TahunPelajaran 2019/2020 ?.
2. Bagaimanakah Pengaruh Meningkatkan Kemampuan Penguasaan
Konsep Energi Panas Pada Pelajaran IPA Terhadap Model Pembelajaran
Pengalaman Di Kelas VI SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan Labuhan
Maringgai Kab. Lampung Timur TahunPelajaran 2019/2020 ?.

C. Tujuan Penelitian Tindakan


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan model pembelajaran
yang tepat pada konsep tertentu dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa
yang sesuai dengan KBK. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Meningkatkan Kemampuan
Penguasaan Konsep Energi Panas Pada Pelajaran IPA Melalui Model
Pembelajaran Pengalaman Di Kelas VI SDN 2 Labuhan Maringgai
Kecamatan Labuhan Maringgai Kab. Lampung Timur TahunPelajaran
2019/2020 ?.
2. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Pengaruh Meningkatkan
Kemampuan Penguasaan Konsep Energi Panas Pada Pelajaran IPA
Terhadap Model Pembelajaran Pengalaman Di Kelas VI SDN 2 Labuhan
Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai Kab. Lampung Timur
TahunPelajaran 2019/2020 ?.

D. Manfaat Penelitian Tindakan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran konsep
energi panas secara refleksi dan profesional.
2. Diperoleh seperangkat pengalaman baru bagi penulis dan kolaborator
dalam inovasi-inovasi pembelajaran pengetahuan alam, pengalaman

3
tersebut sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan keprofesionalan
guru dalam pembelajaran.
3. bagi siswa, belajar menemukan konsep tidak secepat guru langsung
membentuk definisi, fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Tetapi karena melalui
kegiatan yang menyenangkan tanpa terasa mereka berlatih berfikir secara
ilmiah.

E. Lingkup Penelitian Tindakan


Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Materi pembelajaran "Energi Panas" Kelas VI SDN 2 Labuhan
Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Kajian Penelitian :
a. Hasil belajar siswa pada konsep energi panas dengan tehnik tes yang
meliputi tes tulis, lisan dan perbuatan pada penilaian awal, proses dan
akhir pembelajaran.
b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran seperti : menyiapkan alat dan
bahan, melaksanakan langkah-langkah percobaan, melaporkan hasil
percobaan, membuat kesimpulan dan diskusi.

F. Penjelasan Istitah
1. Belajar menemukan konsep adalah ketrampilan proses dasar dan sikap
ilmiah yang harus dimiliki siswa untuk mengubah gaya berfikir konsumtif.
2. Model pembelajaran melalui pengalaman (experential learning model)
adalah model pembelajaran yang menitik beratkan pada cara-cara siswa
Kelas VI SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai
Tahun Pelajaran 2019/2020 memproses informasi, pertumbuhan pribadi
dan ketrampilan berinteraksi sosial.
3. Energi panas adalah salah satu konsep yang terdapat pada kompetensi
dasar mata pelajaran pengetahuan alam Kelas VI kurikulum 2004 (KBK).
4. Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh praktisi untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam melakukan tugas pokoknya

4
5. Hasil belajar siswa Kelas VI SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan
Labuhan Maringgai Tahun Pelajaran 2019/2020. adalah prestasi belajar
siswa setelah mengikuti sejumlah kegiatan dalam proses pembelajaran.
6. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah semua kegiatan yang
dilakukan siswa termasuk sikap ilmiah dan sikap sosial.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh praktisi (termasuk guru)
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam melaksanakan
tugas pokoknya bagi guru adalah pelaksanaan KBM (agung Purwadi : 1998).
Suatu pembeda PTK dengan penelitian jenis lain adalah objeknya. Objek
penelitian ini dalam pendidikan adalah pelaksanaan proses pembelajaran tersebut.
PTK bagi guru merupakan refleksi diri dengan tujuan (1) Perbaikan dan
peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas,
(2) Implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai
indokator keberhasilan proses dan implementasi berbagai program sekolah
(Notowijoyo : 1999).Untuk kepentingan itu pertama-tama guru harus menyadari
adanya masalah dalam pembelajaran di kelasnya. Tindakan tertentu diperlukan
untuk memecahkan masalah dalam rangka memperbaiki/meningkatkan
pembelajaran di kelas. Refleksi hasil penelitian tersebut digunakan sebagai dasar
berpijak untuk melakukan upaya perbaikan dari keadaan sebelumnya.
Pelaksanaan PTK meliputi 4 tahapan yang pada siklus (daur) digambarkan
dalam bentuk spiral sebagaimana berikut :

6
Identifikasi

Perencanaan
Aksi Siklus I
Refleksi

Observasi

Perencanaan
Refleksi

Observasi Siklus II

Aksi
Perencanaan

Refleksi

Observasi
Siklus III

Aksi

Bahan Kajian
Penelitian

Gambar 1 Diagram Siklus PTK

B. Belajar Menemukan Konsep


1. Belajar
Istilah belajar menurut Gagne (1977) adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap,
minat atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis Performance (kinerja).Walaupun teori-teori belajar yang
kita gunakan sekarang dibatasi oleh beberapa teori belajar yang berkembang

7
sebelum abad ke-20, dimana teori-teori tersebut tanpa dilandasi eksperimen, dasar
orientasinya adalah filosofis atau spektakuler. Meski demikian penulis
menghargai dan melihat betapa besarnya pengaruhnya terhadap pelaksanaan
pendidikan. Dari sekian ragamnya teori belajar, penulis dalam hal ini merujuk
utamanya pada teori aubuel.
Menurut Aubuel belajar bermakna akan terjadi bila informasi baru dapat
dikaitkan pada konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif anak.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah
diketahui anak.
2. Konsep
Pengetahuan alam sebagai produk memiliki komponen yang terdiri atas
hukum dan teori. Di dalam hukum dan teori itu terdapat komponen yang lebih
kecil lagi yang disebut konsep. Konsep merupakan produk dari proses ilmiah.
Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut. Siswa melakukan
pengamatan (proses), akan menghasilkan fakta. Dari berbagai fakta yang
diperoleh disebut generalisasi, sehingga terjadi konsep.
Konsep dapat didefinisikan dengan bermacam-macam rumusan yang
berbeda tentunya antar definisi yang satu dengan definisi yang lain tidak identik.
Konsep adalah kemampuan yang memungkinkan manusia dapat berbuat sesuatu
(Briggs, Gagne dan Wagner : 1988) ini dapat diartikan bahwa tanpa menguasai
konsep bidang tertentu, manusia tidak akan dapat berbuat banyak, dan mungkin
kelangsungan hidupnya terganggu. Contoh sederhana, apa yang akan terjadi jika
kita tidak dapat membedakan air dengan minyak, atau gula dan pasir, antara madu
dan racun.Anak-anak membentuk pemahamannya tentang fenomena alam.
Sebelum mempelajarinya di sekolah disebut konsepsi awal (pra konsepsi).
Beberapa diantara pemahaman tersebut, sepadan dengan pemahaman yang
dipegang oleh pakar Sains (Konsep Ilmiah), tetapi banyak juga yang berbeda
dengan konsep-konsep ilmiah, bila anak dikembalikan ke konsep yang baru,
masih tetap memperoleh mis konsepsi.
Belajar menemukan konsep artinya proses kegiatan berdasarkan apa yang
telah diketahui anak (hasil pengamatan) menghasilkan fakta, dari beberapa fakta

8
diperoleh generalisasi dan membentuk konsep, sehingga guru tidak langsung
membentuk definisi. Guru bertugas memfasilitasi, membimbing dan memberikan
kegiatan-kegiatan atau pertanyaan untuk mengarahkan dan memandu siswa dalam
menemukan konsep secara ilmiah.

C. Model Pembelajaran Melalui Pengalaman


Model pembelajaran melalui pengalaman adalah model pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlakukan lingkungan mereka
dengan ketrampilan-ketrampilan berfikir, yang tidak berhubungan dengan bidang
studi atau mata pelajaran khusus.Model ini didasarkan pada temuan-temuan
Piaget yang menganggap bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika anak-anak
berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan mereka yang membingungkan atau
nampak bertentangan. Oleh sebab itu, apabila model ini digunakan, waktu belajar
harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan rasa
ingin tahu siswa dan yang mampu menyeret seluruh perhatian mereka. Hal ini
misalnya berupa kegiatan bermain dengan atau melakukan percobaan terhadap
benda-benda kongkrit atau bahan-bahan yang memungkinkan mereka melihat apa
yang terjadi pada benda atau bahan tersebut.
Mengacu pada karakteristik model pembelajaran melalui pengalaman
tersebut, dalam penelitian ini penulis lakukan agar efektif dan mampu memandu
siswa untuk menemukan sendiri konsep energi panas adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan benda-benda atau bahan konkrit untuk digunakan bahan
percobaan.
2. Menyediakan serangkaian kegiatan yangn cukup luas sehingga mereka
menjamin pemenuhan minat siswa dan menumbuhkan rasa keterlibatan
mereka.
3. Mengatur kegiatan-kegiatan sehingga siswa-siswa yang berbeda
tingkat perkembangan kognitifnya akan belajar satu sama lain.
4. Mengembangkan tehnik-tehnik bertanya untuk mengungkapkan alasan-
alasan siswa yang mendasari respon-respon mereka.

9
D. Pengertian Pendidikan
Pengertian kita ketahui pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
baik itu keluarga, masyarakat dan negara. Didalam membicarakan masalah
pendidikan kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian atau definisi
dari pendidikan.Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sula bahwa pendidikan adalah
suatu untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam
hidupnya sekarang dan akan datang (2000:263).
Menurut M.J. Langeveld (Tim MKDK) bahwa pendidikan adalah memberi
pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa)
dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasan dalam arti dapat berdiri dan
bertanggung jawab atas segala tindakan – tindakan menurut puluhannya sendiri
(1988:78).Menurut Soemadi Tjiptojoewono bahwa pendidikan sebagi suatu proses
dimana pendidikan diartikan sebagai tuntunan terhadap proses pertumbuhan dan
proses sosialisasi. Yang dimaksudkan proses sosialisasi ialah proses untuk
menyesuikan diri ke dalam masyarakat yang penuh dengan problem yang
senantiasa berubah atau berkembang secara dinamis (1981:43).
Dari pendapat – pendapat para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa pendidikan pada umumnya berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kesuatu arah cita cita atau
tujuan tertentu.

E. Tujuan Pendidikan Nasional


Didalam Pembukaan Undang – Undang Dasar Tahun 1945 alinea keempat
dijelaskan tentang tujuan Negara Republik Indonesia dalam bidang pendidikan
yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional tersebut
juga dijelaskan di dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara Repubulik Indonesia
tahun 1998-2003 pada Bab IV tentang Pembangunan lima tahun ketujuh.
Tujuan Pendidikan Nasional juga dinyatakan di dalam UU RI No2 Th
1989 pasal 4 yang berbunyi “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

10
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.Sedangkan meurut M. Ngalim Purwanto M. P
bahwa tujuan umum dari pendidikan adalah membawa kepada kedewasannya
dalam arti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab
sendiri (1990:19).
Tujuan pendidikan nasional yang dimaksudkan ini adalah tujuan akhir
yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan baik formal, non formal
maupun informal yang berada dalam masyarakat dan negara Indonesia.

F. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa " Prestasi adalah
hasil yang dicapai/dilakukan atau dikerjakan ". ( WJS Poerwodarminto, 1986 :
412 ). Sedangkan makna atas pengertian belajar ada dua pandangan yakni
menurut pandangan tradisional dan pandangan modern.Menurut pandangan
tradisional, " Belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan ".
sedangkan menurut pandangan modern, " Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan ". ( Oemar Hamalik, 1987 : 27 ).
Dengan demikian pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
dengan proses kegiatan belajar yakni usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan atau perubahan tingkah laku.Seseorang telah dinyatakan
melaksanakan kegiatan belajar setelah memperoleh hasil misalnya dari tidak
mengerti menjadi mengerti atau dari tidak tahu menjadi tahu dan sebagainya.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut :
1. Faktor yang ada pada organisma itu sendiri yanng disebut faktor
individual, yang termasuk didalamnya adalah faktor kematangan/
pertumbuhan kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2. Faktor yang ada di luar individu, sering disebut faktor sosial, di
antanya adalah : faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara

11
mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
( Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, 1986 : 33).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar.
Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelomppokkan
menjadi dua yaitu : Faktor endogen, ialah faktor yang dating dari anak itu sendiri
dan dapat bersifat biologis dan psikologis, dan faktor eksogen adalah hambatan
yang dapat timbul dari luar diri anak, meliputi faktor lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.(Dewa Ketut Sukardi, 1983 : 49 ).
a. Faktor Endogen meliputi :
1. Faktor biologis yakni faktor yang berhubungan dengan jasmani anak,
meliputi :
a. Kesehatan
b. Cacat Badan
2. Faktor Psikologis yakni faktor yang berhubungan dengan kejiwaan (psikis)
atau rohaniah yang termasuk faktor ini adalah :
a. Intelegensi yakni kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat dengan keadaan baru.
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Emosi
b. Faktor eksogen meliputi :
1. Lingkungan keluagra meliputi :
a. Faktor orang tua
b. Suasana rumah tangga
c. Keadaan sosial ekonomi keluarga
2. Lingkungan sekolah meliputi :
a. Faktor interaksi guru dan murid
b. Standart pelajaran diatas ukuran
c. Media Pendidikan
d. Keadaan gedung

12
e. Cara penyampaian materi
f. Hubungan antar murid
g. Disiplin sekolah
h. Metode belajar dan sebagainya
3. Lingkungan Masyarakat meliputi :
a. Mass media
b. Teman bergaul
c. Kegiatan dalam masyarakat
d. Cara hidup lingkungan
e. Status sosial ekonomi masyarakat
f. Kondisi alam dan geografi masyarakat
g. Dan sebagainya
Faktor belajar yang tidak dapat diabaikan adalah faktor instrumen
belajar, yakni berupa fasilitas belajar atau sarana belajar.

G. Faktor –faktor yang Mempengaruhi prestasi belajar


Di atas telah dijelaskan bahwa kegiatan belajar sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik faktor endogen maupun eksogen. Satu faktor eksogen yang
memegang peranan penting adalah lingkungan keluarga. Apabila faktor
lingkungan keluarga mendukung, maka akan berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar siswa.Seperti kita ketahui bersama, bahwa pada saat sekarang ini negara
kita sedang mengalami krisis ekonomi dan moneter, sehingga harga-harga
kebutuhan untuk sekolah menjadi mahal. Hal tersebut dapat mengakibatkan
bertambahnya biaya penyelenggaraan program belajar mengajar di sekolah.
Berpijak pada asumsi diatas, maka adanya Program kelas unggulan
tersebut sangat diharapkan agar proses belajar mengajar tetap berjalan lancar.
Penulis beranggapan bahwa kelas unggulan berpengaruh penting atau
berpengaruh positif terhadap prestasi siswa Kelas VI SDN 2 Labuhan
Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai Tahun Pelajaran 2019/2020..

13
H. Pengertian Kreativitas
Rendahnya kreatifitas siswa akan mempengaruhi prestasi akademik
maupun non akademik, dan sebaliknya tinggi rendahnya kreatifitas siswa akan
mendorong kemaun dan pengembangan diri sehingga seseorang siswa akan
menghasilkan sesuatu yang baru. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian.
Menurut Semiawan, dkk (1987) kreativitas sebagai proses merupakan hal yang
lebih esensial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini dengan cara
menyibukan diri secara kreatif. Misalnya dalam proses bermain, dengan adanya
gagasan atau unsur-unsur pikiran. Akan menjadi keasyikan yang menyenangkan
dan penuh tantangan bagi anak yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam
hal ini merupakan proses berfikir yang mengarah pada suatu usaha untuk
menemukan hubungan-hubungan baru mendapatkan jawaban, metode atau cara
baru dalam memecahakan masalah.Ditinjau dari segi product, kreativitas
merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang pada
umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci Munandar (1992),
menjelaskan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada sehingga menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan menekankan pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Kreativitas yang dimaksud
adalah berfikir kreatif atau divergen.
Dimensi press (tekanan/dorongan) adalah kondisi yang dapat mendorong
atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan atau hambatan
tersebut dapat berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, atau
masyarakat, maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Jika kedua kondisi ini
menggantungkan atau menunjang, yakni adanya keinginan dari seseorang
(individu) untuk melibatkan memungkinkan individu tersebut untuk bertindak
secara kreatif.
Devinisi lain mengenai kreatifitas diungkapkan oleh Amien (1980) yang
mengatakan bahwa kreatifitas merupakan pola berfikir atau ide yang sepontan
atau imajinasi yang mencirikan hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah dan
penciptaan-penciptaan secara mekanis. Lebih lanjut Amien menjelaskan bahwa

14
kreatifitas meliputi hasil sesuatu yang baru atau sama sekali baru bagi dunia
ilmiah atau relatif baru bagi individunya.
Berdasarkan paparan mengenai beberapa devinisi kreativitas di atas
dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai
tahapan yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide yang kreatif, kemudian
melakukan kegiatan kreatif sehingga tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian
pada intinya terdapat persamaan antara definisi-definisi tersebut yaitu kreatifitas
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan
Labuhan Maringgai Tahun Pelajaran 2019/2020. Alasan penelitian tersebut,
adalah tempat bertugas penulis, dengan jumlah siswa 20 anak dan struktur
anggota kelas heterogen baik dari kemampuan akademis, skala ekonomi, hobi,
serta perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan ideal.Mengingat kelas VI
SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai Tahun Pelajaran
2019/2020 pada pembelajaran kompetensi dasar lainnya dengan kegiatan
pembelajaran model tradisional dan metode ceramah.
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai semester Ganjil tahun pelajaran
2019/2020 .

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
classroom based action research dengan peningkatan pada unsur desain yang
memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan pembelajaran yang dilakukan.
Model rancangan penelitian ini mengacu pada model rancangan Kemmis dan
Target (1988) dengan 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu
:(1 ) Tahap penyusunan rencana tindakan, (2) Tahap pelaksanaan tindakan; (3)
Tahap observasi, dan (4) Tahap pengambilan kesimpulan atau refleksi. Adapun
keempat tahapan tersebut dilaksanakan pada tiap siklus, tahap awal dalam PTK ini
adalah identifikasi masalah yang kesemuanya itu diuraikan sebagai berikut :
Tahap Identifikasi
Pada tahap ini penulis mengidentifikasi konsep-konsep pengertian alam
yang sulit dipahami siswa. Cara yang ditempuh untuk kepentingan ini ialah
dengan memeriksa kembali nilai rata-rata ulangan harian, rencana pembelajaran,
program semester dan silabus KBK. Berdasarkan acuan tersebut sebagai acuan
implementasi tindakan dipilih konsep energi panas. Masalah yang menjadi
perhatian untuk diidentifikasi, dianalisa, dan dirumuskan terfokus pada 2 hal yaitu

16
: (1) Hasil belajar siswa, dan (2) Aktivitas siswa dalam menemukan konsep-
konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui pengalaman.
1. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah rencana proses pembelajaran konsep energi panas
dengan :
a. Kompetensi dasar
 Mendiskripsikan berbagai bentuk energi bunyi dan
 Panas serta sifat-sifatnya.
b. Hasil belajar
 Mengidentifikasi sumber energi panas dan
 Pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Indikator
 Menyebutkan sumber-sumber energi panas
 Mendemonstraikan adanya perpindahan panas
Dalam rencana pembelajaran tersebut memuat pola kegiatan-kegiatan
yang
dapat memfasilitasi siswa dalam menemukan konsep-konsep energi panas melalui
suatu proses ilmiah dan memuat kegiatan-kegiatan yang menjadi ciri
khas/karakteristik model pembelajaran melalui pengalaman. Kegiatan tersebut
adalah percobaan/eksperimen dengan benda-benda kongkrit, pengisian tabel
pengamatan, dan diskusi atau perumusan konsep, serta aplikasi/penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini pula dipersiapkan instrumen penelitian yaitu
bahan observasi baik berupa catatan khusus/tabel maupun catatan bebas.
2. Pelaksanaan Tindakan
Yang dilakukan penulis pada tahap pelaksanaan tindakan (Acting) adalah
meliputi penyair proses pembelajaran dalam kelas dan luar kelas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman dan strategi penemuan konsep. Materi
pembelajaran siklus I sumber-sumber energi panas, siklus II konduksi, dan siklus
III konveksi dan radiasi. Pada akhir pembelajaran siswa diberi test/penilaian akhir
sebagai cermin atau refleksi.

17
3. Tahap Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh
kolaborator yaitu teman guru bidang studi IPA untuk memperoleh bahan
penyusunan refleksi. Fokus observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan pengelolaan model pembelajaran melalui
pengalaman oleh guru serta keberhasilan guru didalam memandu siswa dalam
menemukan konsep melalui proses model pembelajaran melalui pengalaman dan
kegiatan penemuan konsep di jaring dengan angket bentuk inventori.
4. Perefleksian (Refleksi)
Hasil penelitian baik dalam proses maupun penilaian akhir dianalisa dan di
tentukan kekurangan/kelemahan dan penyebabnya bersama kolaborator, begitu
pula hasil observasi baik catatan khusus maupun catatan bebas serta data hasil
angket balikan siswa dengan prosentase. Dari hasil analisa kesemuanya tersebut
digunakan sebagai bahan tindakan pada siklus berikutnya.

18
19
20
21
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama pembelajaran
berlangsung dari tiap siklus observasi dilakukan bersama-sama dengan guru lain
(kolaborator). Data hasil observasi dicatat sebagai catatan bebas atau dalam
format khusus yang disetujui bersama.Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil
penilaian secara lisan (penilaian proses) dan tulis (penilaian akhir) dengan standar
ketuntasan minimal 65. Sedangkan data aktifitas siswa dalam menemukan konsep
energi panas dengan model pembelajaran melalui pengalaman diambil dari hasil
observasi bersama kolaborator.
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang disajikan penulis
sudah memenuhi kriteria/karakteristik model pembelajaran melalui pengalaman,
pengumpulan datanya dilakukan kolaborator dengan format khusus.

D. Pelaksanaan Penelitian dan Penjadwalan


Untuk menyelesaikan dengan kondisi pembelajaran yang sedang
berlangsung, laju penelitian dilakukan sebagaimana penjadwalan penelitian dan
skematik kegiatan penelitian sebagai berikut :
PENJADWALAN PENELITIAN

No Siklus Kegiatan Penelitian Waktu


1 Pertama  Persiapan 07 Februari 2020
 Pelaksanaan
2 Kedua  Persiapan 14 Februari 2020
 Pelaksanaan
3 Ketiga  Persiapan 21 Februari 2020
 Pelaksanaan
Penyusunan
karya tulis

E. Tehnik Analisi Data


Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama, kemudian
ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Hasil belajar siswa
dianalisa berdasarkan ketelitian belajar siswa yakni secara klasikal 80% dari
jumlah siswa sudah mencapai 60% dan secara individu dengan berpedoman
ketuntasan belajar minimal 65.Data aktivitas siswa dalam menemukan konsep

22
energi panas pada model pembelajaran melalui pengalaman dianalisa secara
diskriptif kualitatif dengan melihat prosentase aktivitas siswa pada kegiatan-
kegiatan utama proses menemukan konsep dan kegiatan-kegiatan utama yang
menjadi karakteristik model pembelajaran melalui pengalaman pada data aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran energi panas hasil observasi tiap siklus dan hasil
respon siswa terhadap kegiatan proses pembelajaran.
Adapun data pada catatan bebas yang diperoleh penulis dan kolaborator
selama pembelajaran berlangsung dalam satu siklus yang meliputi
kelemahan/kekurangan atau keuntungan dalam pelaksanaan pembelajaran
digunakan sebagai refleksi siklus berikutnya untuk diperbaiki

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data


pengamatan pengelolaan Belajar menentukan konsep energi panas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan Belajar menentukan konsep
energi panas dengan model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan
guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkan Belajar menentukan konsep energi panas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 07 Februari 2020 di kelas VI dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
adalah sebagai berikut:

24
Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamati Penilaian Rata
P1 P2 -rata
I Pengamatan KBM
A Pendahuluan
1 Memotivasi siswa 2 2 2
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 2 2
3 Menghubungkan dengan pelajaran 2 2 2
sebelumnya
4 Mengatur siswa dalam kelompok- 2 2 2
kelompok belajar
B Kegiatan inti
1 Mempresentasikan langkah-langkah 3 3 3
metode pembelajaran kooperatif
2 Membimbing siswa melakukan kegiatan 3 3 3
3 Melatih keterampilan kooperatif 3 3 3
4 Mengawasi setiap kelompok secara 3 3 3
bergiliran
5 Memberikan bantuan kepada kelompok 3 3 3
yang mengalami kesulitan
C Penutup
1 Membimbing siswa membuat 3 3 3
rangkuman
2 Memberikan evaluasi 3 3 3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1 Siswa antusias 2 2 2
2 Guru antisias 3 3 3
Jumlah 36 36 36

Keterangan : Nilai : Kriteria


1) : Tidak Baik
2) : Kurang Baik
3) : Cukup Baik
4) : Baik

25
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria
kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran,
pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai
kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I
dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan
dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti
pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase
1 Menyampaikan tujuan 5,0
2 Memotivasi siswa 8,3
3 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 8,3
4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi 6,7
5 Menjelaskan materi yang sulit 13,3
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam 21,7
menemukan konsep
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan 10,0
hasil kegiatan
8 Memberikan umpan balik 18,3
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8,3
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase
1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 22,5
2 Membaca buku 11,5
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 18,7
4 Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 14,4
5 Menyajikan hasil pembelajaran 2,9
6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 5,2
7 Menulis yang relevan dengan KBM 8,9
8 Merangkum pembelajaran 6,9
9 Mengerjakan tes evaluasi 8,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling


dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam
menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup
besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan

26
materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas
siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan
guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah
bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara
siswa dengan guru, dan membaca bukuyaitumasing-masing 18,7% 14,4dan
11,5 %.
Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar dengan
Belajar menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui
pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar sudah dilaksanakan
dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominanuntuk memberikan
penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh
siswa.
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut T TT Urut T TT
1 70 √ 11 70 √
2 60 √ 12 50 √
3 70 √ 13 70 √
4 80 √ 14 60 √
5 80 √ 15 70 √
6 40 √ 16 80 √
7 70 √ 17 80 √
8 50 √ 18 60 √
9 80 √ 19 80 √
10 40 √ 20 70 √
Jumlah 640 6 4 Jumlah 690 8 3
Jumlah Skor = 1330
Jumlah Skor Maksimal Ideal = 2000
Skor Tercapai = 66,50 %

27
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 13
Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.4. Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I


No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 66,50
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 13
3 Persentase ketuntasan belajar 65,00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan Belajar


menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui
pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar diperoleh nilai rata-
rata prestasi belajar siswa adalah 66,50 dan ketuntasan belajar mencapai
65,00% atau ada 13 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,00%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 14 Februari 2020 di Kelas VI dengan jumlah siswa 20 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi

28
pada siklus I, sehingga keslah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang
lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamati Penilaian Rata
P1 P2 -rata
I Pengamatan KBM
A Pendahuluan
1 Memotivasi siswa 3 3 3
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4 3,5
3 Menghubungkan dengan pelajaran 3 3 3
sebelumnya
4 Mengatur siswa dalam kelompok- 3 3 3
kelompok belajar
B Kegiatan inti
1 Mempresentasikan langkah-langkah 3 4 3,5
metode pembelajaran kooperatif
2 Membimbing siswa melakukan kegiatan 4 4 4
3 Melatih keterampilan kooperatif 4 4 4
4 Mengawasi setiap kelompok secara 4 4 4
bergiliran
5 Memberikan bantuan kepada kelompok 3 3 3
yang mengalami kesulitan
C Penutup
1 Membimbing siswa membuat 3 4 3,5
rangkuman
2 Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1 Siswa antusias 4 3 3,5
2 Guru antisias 4 4 4
Jumlah 48 46 47

29
Keterangan :Nilai : Kriteria
1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan
Belajar menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui
pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mendapatkan
penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian
tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum
merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran
selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing
siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan Belajar
menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui
pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar diharapkan siswa
dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan
pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah
mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :

30
Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase
1 Menyampaikan tujuan 6,7
2 Memotivasi siswa 6,7
3 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 6,7
4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi 11,7
5 Menjelaskan materi yang sulit 11,7
Membimbing dan mengamati siswa dalam 25,0
6
menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan 8,2
7
hasil kegiatan
8 Memberikan umpan balik 16,6
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 6,7
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase
1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 17,9
2 Membaca buku 12,1
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 21,0
4 Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 13,8
5 Menyajikan hasil pembelajaran 4,6
6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 5,4
7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,7
8 Merangkum pembelajaran 6,7
9 Mengerjakan tes evaluasi 10,8

Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang paling


dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam
menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas
ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan
adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan
materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan
hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II
adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika
dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas
siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru

31
(13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum
pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan
adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%),
menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes
evaluasi (10,8%).
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut T TT Urut T TT
1 80 √ 11 50 √
2 70 √ 12 50 √
3 60 √ 13 70 √
4 70 √ 14 80 √
5 60 √ 15 70 √
6 70 √ 16 60 √
7 70 √ 17 70 √
8 80 √ 18 70 √
9 70 √ 19 70 √
10 70 √ 20 80 √
Jumlah 700 8 2 Jumlah 670 7 3
Jumlah Skor = 1370
Jumlah Skor Maksimal Ideal = 2000
Skor Tercapai = 68,50 %

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas :5
Klasikal :Belum tuntas
Tabel 4.4. Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif 68,50
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15
3 Persentase ketuntasan belajar 75,00

32
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
68,50% dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 15 siswa dari 20
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa-
siswa telah mulai mengulang pelajaran yang sudah diterimanya selama ini
sehingga para siswa sebagian sudah mengingat meteri yang telah diajarkan
oleh guru.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan
pada tanggal 21 Februari 2020 di kelas VI dengan jumlah siswa 20 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak
terulang laig pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai
berikut.

33
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-
P1 P2 rata
I Pengamatan KBM
A Pendahuluan
1 Memotivasi siswa 3 3 3
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
3 Menghubungkan dengan pelajaran 4 4 4
sebelumnya
4 Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok 4 4 4
belajar
B Kegiatan inti
1 Mempresentasikan langkah-langkah metode 4 4 4
pembelajaran kooperatif
2 Membimbing siswa melakukan kegiatan 4 4 4
3 Melatih keterampilan kooperatif 4 4 4
4 Mengawasi setiap kelompok secara 4 4 4
bergiliran
5 Memberikan bantuan kepada kelompok 3 3 3
yang mengalami kesulitan
C Penutup
1 Membimbing siswa membuat rangkuman 4 4 4
2 Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 4 4 4
III Antusiasme Kelas
1 Siswa antusias 4 4 4
2 Guru antisias 4 4 4
Jumlah 50 50 50

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada
kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan Belajar menentukan konsep energi panas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa,

34
membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan
pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan Belajar
menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui
pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar diharapkan dapat
berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.2. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase
1 Menyampaikan tujuan 6,7
2 Memotivasi siswa 6,7
3 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 10,7
4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi 13,3
5 Menjelaskan materi yang sulit 10,0
Membimbing dan mengamati siswa dalam
6 22,6
menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
7 10,0
hasil kegiatan
8 Memberikan umpan balik 11,7
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 10,0
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase
1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 20,,8
2 Membaca buku 13,1
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 22,1
4 Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 15,0
5 Menyajikan hasil pembelajaran 2,9
6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 4,2
7 Menulis yang relevan dengan KBM 6,1
8 Merangkum pembelajaran 7,3
9 Mengerjakan tes evaluasi 8.5

Berdasarkan tabel diatas tampak bahaw aktivitas guru yang paling


dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam
menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi
yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-
masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami
peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%),

35
menyampiakan materi/strategi /langkah-langkah (13,3%), meminta siswa
menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing
siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami
perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa
(6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III
adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang
mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang
lainnya mengalami penurunan.
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut T TT Urut T TT
1 90 √ 11 70 √
2 70 √ 12 70 √
3 70 √ 13 90 √
4 70 √ 14 90 √
5 80 √ 15 70 √
6 70 √ 16 70 √
7 60 √ 17 70 √
8 80 √ 18 80 √
9 70 √ 19 50 √
10 90 √ 20 80 √
Jumlah 750 9 1 Jumlah 740 9 1
Jumlah Skor = 1490
Jumlah Skor Maksimal Ideal = 2000
Skor Tercapai = 74,50 %

Keterangan: T : Tuntas

36
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas : 2
Klasikal : Tuntas

Tabel 4.4. Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III
1 Nilai rata-rata tes formatif 74,50
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 18
1 Persentase ketuntasan belajar 90,00

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar


74,50 dan dari 20 siswa yang telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 2 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar
yang telah tercapai sebesar 90,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada
siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya usaha
siswa untuk mempelajari kembali materi ajar yang telah disampaikan oleh
guru. Disamping itu siswa juga merasa belajar mengulang ini adalah juga
sebagai persiapan untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang sudah dekat
waktunya.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan Belajar menentukan konsep energi panas dengan
model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar pada materi pelajaran. Dari data-data yang telah diperoleh
dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.

37
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan Belajar menentukan konsep
energi panas dengan model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar pada materi pelajaran dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
Belajar menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran
melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar pada materi
pelajaran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa Belajar
menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran melalui
pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar pada materi
pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru untuk menghadapi ujian kenaikan
kelas (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-
masing 65,00%, 75,00%, dan 90,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

38
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
Belajar menentukan konsep energi panas dengan model pembelajaran
melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil belajar pada materi
pelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika dengan Belajar menentukan konsep energi
panas dengan model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar pada materi pelajaran yang paling dominan
adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah Belajar menentukan konsep energi panas
dengan model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar pada materi pelajaran dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
pembelajaran, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.

BAB V
PENUTUP

39
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan Belajar menentukan konsep energi panas dengan
model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,00%),
siklus II (75,00%), siklus III (90,00%).
1. Penerapan Belajar menentukan konsep energi panas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar pada materi pelajaran mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan Belajar menentukan konsep energi panas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar pada materi pelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
2. Penerapan Belajar menentukan konsep energi panas dengan model
pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar pada materi pelajaran efektif untuk mengingatkan kembali materi
ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap
untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang segera akan dilaksanakan.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan Belajar menentukan konsep energi panas dengan
model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya meningkatkan

40
hasil belajar pada materi pelajaran memerlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan Belajar menentukan konsep energi
panas dengan model pembelajaran melalui pengalaman sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar pada materi pelajaran proses belajar mengajar
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagi metode, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SDN 2 Labuhan Maringgai Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2019/2020

DAFTAR PUSTAKA

41
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.


Psikologi UGM.

Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd
University Press.

Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No.
32. Winter. Tokyo. Japan.

42

Anda mungkin juga menyukai