Anda di halaman 1dari 10

RULE OF LAW DAN NEGARA HUKUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu

Afifah Mayaningsih, S.Pd, M.H.

Tim Penyusun:

Ifna nadia NIM. 23303055

Dyaqsha Elya R. S. NIM. 23303067

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka
dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang
sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat
(3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu,
diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum,
bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk
menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada
pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’
dari skenario sistem yang mengaturnya. Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan
perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan
menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang tertib dan teratur,
serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law
making) dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum
yang paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya konstitusi itu sebagai hukum dasar yang
berkedudukan tertinggi (the supreme law of the land), dibentuk pula sebuah Mahkamah Konstitusi yang
berfungsi sebagai ‘the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate interpreter of the constitution’.

Kediri 13 September 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3

BAB II : PEMBAHASAN 4

2.1 Definisi Rule of Law dan Negara Hukum 4


2.2 Hakikat Negara Hukum 5
2.3 Prinsip Negara Hukum 10

BAB III : PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan pemerintah meliputi tiga komponen utama,
yaitu penguasa, hubungan kekuasaan dan kekuasaan atau rakyat. Hubungan kekuasaan
dalam demokrasi tidak berlangsung secara bebas mutlak, karena kekuasaan pemerintah
dibatasi oleh konstitusi atau undang-undang dasar. Konstitusi berfungsi sebagai hukum
dasar yang mengatur hubungan kekuasaan dalam negara dan karena bersumber
daripadanya, maka ciri-ciri pemerintahan dengan demokrasi konstitusional, antara lain
pemisahan atau pembagian fungsi kekuasaan; pemisahan atau pembagian lembaga;
jaminan Hak Asasi Manusia; rule of law yang berarti, adanya supremasi hukum,
persamaan dalam hukum dan kontrol sosial.1

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 1
ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).2 Kutipan ini menjadi
bukti bahwa negara Indonesia ini adalah sebuah negara hukum yang
juga menerapkan prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara harus diperintah oleh
hukum dan bukan sekadar keputusan pejabat-pejabat secara individual atau bisa
disebut Rule of Law. Diterapkanya prinsip ini menjadi solusi untuk mencegah dan
menyelesaikan masalah pelanggaran hak asasi manusia. Dengan penerapan prinsip
hukum Rule of Law ini secara otomatis menjadi suatu penjamin akan tegaknya Hak Asasi
Manusia.3
Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia bagi negara Indonesia telah ada dari jaman dahulu
namun baru di ikrarkan pada pedoman dasar negara ini yaitu yang berada di dalam
pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat hak- hak asasi
selaku manusia baik manusia selaku mahluk pribadi maupun sebagai mahluk sosial yang
di dalam kehidupannya itu semua menjadi sesuatu yang inheren, serta dipertegas
dalam Pancasila dari sila pertama hingga sila kelima, Jika dilihat dari terbentuknya
deklarasi Hak Asasi Manusia bangsa Indonesia lebih dahulu terbentuk dari pada Hak-Hak
Asasi Manusia PBB yang baru terbentuk pada tahun 1948.4

1
Imron Fauzi Srikantono. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Jember: Superior
Pusat Studi Pemberdayaan Rakyat Dan Transformasi Sosial. 51.
2
Hikmatul Ghina, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari. 2021. Hak Asasi Manusia,
Negara Hukum, The Rule Of Law. Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume 5 Nomor 3: 7706.
3
Ibid. 7706.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Rule Of Law Dan Negara Hukum?


2. Bagaimana Hakikat Negara Hukum?
3. Bagaimana Prinsip Negara Hukum?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendalami pemahaman tentang defenisi rule of law dan negara hukum.


2. Menganalisis hakikat negara hukum.
3. Mengeksplorasi prinsip negara hukum.

BAB II

PEMBAHASAN

4
Bambang Heri Supriyanto. 2014. Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif di Indonesia Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL. Volume 2 Nomor
3: 4.
1. Definisi Rule of Law dan Negara Hukum
Teori the rule of law atau rechtsstaat atau nomokrasi atau negara hukum merupakan sebuah
konsep penyelenggaraan negara yang didasarkan atas hukum. Setiap tindakan penyelenggara negara
mesti didasarkan atas hukum yang berlaku. Dalam arti, apapun yang hendak dilakukan dalam konteks
penyelenggaraan negara mesti didasarkan atas aturan main (rule of the game) yang ditentukan dan
ditetapkan bersama.

Istilah the rule of law dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang sarjana Inggris kenamaan. Istilah ini
digunakan untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau
memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang 5. Konsep ini tumbuh dan berkembang di
negara-negara Anglo-Amerika. Sedangkan rechsstaat diperkenalkan oleh Friendrich Julius Stahl,
seorang ahli hukum Eropa Kontinental. Konsep rechsstaat lahir setelah tumbuhnya paham tentang
negara yang berdaulat dan berkembangnya teori perjanjian mengenai terbentuknya negara 6 yang
diperlopori J.J. Rousseau.
Oemar Seno Aji menilai, antara rechtsstaat dan rule of law memiliki basis yang sama. 7 Di mana
konsep rule of law merupakan pengembangan dari konsep rechtsstaat.

Adapun Negara Hukum Pancasila lebih dipahami sebagai negara hukum yang mendasarkan cita-
citanya pada apa yang dikandung Pancasila. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan, Pancasila
merupakan cita hukum atau rechtsidee. Sebagai cita hukum, Pancasila berada pada posisi yang
memayungi hukum dasar yang berlaku. Pancasila sebagai norma tertinggi yang menentukan dasar
keabsahan (ligitimacy) suatu norma hukum dalam sistem norma hukum Republik Indonesia.8

2. HAKIKAT NEGARA HUKUM

Sifat hakikat dari sebuah negara senantiasa sama walaupun corak negara itu berbeda satu sama
lain. Sebagai organisasi di masyarakat, ia dibedakan dari organisasi-organisasi lain karena negara
mempunyai sifat-sifat yang khusus. Kekhususannya terletak pada monopoli kekuasaan jasmaniah yang
tidak dimiliki oleh organisasi yang lain.

Hal ini karena negara dapat mendisiplinkan warganya melalui mekanisme penjatuhan hukuman.

5
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 22
6
Satya Arinanto, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus Wahyudi (Ed.), Tim Penyusun Buku
Proceding Kongres Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Sekretarit Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2009,
hlm. 207
7
Hamdan Zoelva, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus Wahyudi (Ed.), Tim Penyusun Buku
Proceding Kongres Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Sekretarit Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2009,
hlm. 207
8
Satya Arinanto, Op.cit., hlm. 211
Selain itu, negara juga dapat mewajibkan warganya untuk mengangkat senjata kalau negara itu
diserang oleh musuh. Kewajiban itu juga berlaku bagi warga negara di luar negeri. Negara dapat
memerintahkan warga negara untuk memungut pajak dan menentukan mata uang yang berlaku di
dalam wilayahnya. Dengan demikian hakikat negara dapat dikualifikasi ke dalam 3 karakteristik
sebagai berikut:
1. Bersifat memaksa.
2. Bersifat monopoli.
3. Bersifat mencakup semua (all-encompassing all embracing).

3. PRINSIP-PRINSIP NEGARA HUKUM

Seperti telah disinggung dalam bagian terdahulu, Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 Ayat
(3) UUD 1945). Sebagai negara hukum, Indonesia menganut dan menjalankan prinsip-prinsip negara
hukum dalam kehidupan bernegara. Secara umum, prinsip-prinsip negara hukum yang dikemukakan
para ahli hukum, seperti disinggung sebelum ini, meliputi antara lain:
1. Perlindungan hak asasi manusia; Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dimiliki dan
melekat dengan seorang manusia, yang meliputi antara lain hak untuk hidup dan mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
2. Pembagian kekuasaan; Pembagian kekuasaan bermula dari Trias Politica yang diperkenalkan oleh
politikus dan filsuf Perancis Montesquieu di abad ke-18, yaitu Montesquieu, dan kemudian oleh
filsuf Jerman oleh Immanuel Kant. Andi Suherman (2019), Konsep Trias Politica menyatakan
bahwa harus ada pembagian kekuasaan yang terpisah dan independen dalam suatu negara, yaitu
atas:
a. Kekuasaan Legislatif (Legislative Power) yang memiliki tugas membentuk undang-undang;
b. Kekuasaan Eksekutif (Executive Power) yang memiliki tugas menerapkan undang-undang
yang telah dibentuk oleh kekuasaan legislatif;
c. Kekuasaan Yudikatif (Judicial Power) yang memiliki tugas untuk menegakkan hukum dan
memberi keputusan atas sengketa individu ataupun kelompok.
3. pemerintahan berdasarkan undang-undang; kekuasaan pemerintahan harus diselenggarakan
berdasarkan undang-undang dasar, undang-undang dan peraturan-peraturan turunannya.
4. peradilan tata usaha negara; suatu sistem peradilan yang memfasilitasi pelaksanaan hak-hak warga
negara untuk meninjau kembali keputusan-keputusan tata usaha negara. Keputusan tata usaha
negara adalah keputusan yang diterbitkan oleh pejabat tata usaha negara, bersifat individual
(ditujukan kepada seorang individu atau badan hukum) dan final.
5. supremasi hukum (supremacy of law); Supremasi hukum adalah konsep filsafat politik yang
menyatakan bahwa semua warga negara, atau negara, atau masyarakat, termasuk pembuat
undang-undang (badan legislatif) dan para pemimpin (pemegang kekuasaan eksekutif dan
yudikatif) bertanggung jawab dan tunduk terhadap hukum yang sama.
6. kesamaan di depan hukum (equality before the law); Setiap orang sama kedudukan di dalam
hukum. Penegakan hukum tidak memandang apakah seseorang warga negara biasa, pejabat
pemerintahan, ataupun pejabat penegakan hukum.
7. proses hukum yang semestinya (due process of law); dan
8. independensi dan ketidakberpihakan peradilan.

Khusus untuk Indonesia, prinsip-prinsip negara hukum Indonesia dapat ditemukan dalam
UUD 1945, dan diatur dalam pasal-pasal berikut:
a. Prinsip Independensi dan ketidakberpihakan (impartiality) sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 24
Ayat
(1) UUD 1945 yang menyatakan: “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”
b. Prinsip perlindungan hak asasi manusia sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28A, Pasal 28B,
Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28H, Pasal 28I dan Pasal 28J UUD 1945.
c. Prinsip kesamaan di depan hukum. Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan: “Segala warga
negara bersamaaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
d. Prinsip pemerintahan berdasarkan undang-undang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4 Ayat
(1) UU 1945 yang menyatakan: “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Juga Pasal Pasal 5 Ayat (2) UUD 1945 yang
menyatakan: “Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.”
e. Prinsip pembagian kekuasaan sebagaimana dapat disimpulkan dari ketentuan-ketentuan UUD
1945, yaitu adanya pembagian kekuasaan antara kekuasaan eksekutif (Pasal 4 Ayat (1) UUD
1945), kekuasaan legislative (Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945), kekuasaan, dan kekuasaan Yudikatif
(24 Ayat (1) UUD 1945).

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Setelah menelaah pendapat-pendapat para ahli diatas secara formal istilah negara hukum dapat
disamakan dengan Rechtstaat ataupun Rule Of Law, karena ketiga istilah ini memiliki arah dan tujuan
yang sama menghindari adanya kekuasaan yang bersifat absolut dan mengedepankan serta menyatakan
adanya pengakuan serta perlindungan akan hak-hak asasi manusia.

Adapun perbedaan yang dapat diungkapkan hanya terletak padahistorisnya masing-masing tentang
sejarah dan pandang suatu bangsa. Layaknyaahli-ahli hukum Eropa Kontinental seperti Immanuel Kant
dan Friedrich JuliusStahl menggunakan istilah Rechstaat sedangkan ahli-ahli Anglo Saxon sepertiDicey
memakai istilah Rule Of Law.Mungkin penyebutan ini hanyalah bersifatteknis juridis untuk
mengungkapkan suatu kajian ilmu bidang hukum yangmemiliki pembatasan karena, bagaimanapun juga
paham klasik akan terusmenginterplasi pemahaman para ahli-ahli hukum seperti halnya konsep
negaratidak dapat campur tangan dalam urusan warganya, terkecuali dalam hal yang menyangkut
keperntingan umum seperti adanya bencana atau hubungan antarnegara. Konsepsi ini yang dikenal dengan
“Negara adalah PenjagaMalam (Nachwachterstaat )”.Konsepsi demikian menurut Miriam
Budiardjodisebut “Negara Hukum Klasik.”

B.Saran
Rule of Law (penegakkan hukum) di Indonesia sesungguhnya masih sangat jauh dari apa
yang semestinya dilaksanakan. Untuk itulah, sebagai warga negarayang baik, masyarakat semestinya
mentaati setiap aturan atau hukum yang telahdibuat. Aturan yang dibuat semata-mata bertujuan agar
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat berjalan selaras tanpa adanyakericuhan
atau kekacauan. Sebagai warga negara Indonesia yang dikenalmenganut negara hukum, kita juga
semestinya menunjukkan hal tersebut kepadadunia internasional bahwa bangsa yang baik adalah bangsa
yang taat kepada hukum.
Daftar Pustaka

Imron Fauzi Srikantono. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Jember:


Superior
Pusat Studi Pemberdayaan Rakyat Dan Transformasi Sosial. 51.
Hikmatul Ghina, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari. 2021. Hak Asasi Manusia,
Negara Hukum, The Rule Of Law. Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume 5 Nomor 3: 7706.
Ibid. 7706.
Bambang Heri Supriyanto. 2014. Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif di Indonesia Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL.
Volume 2 Nomor
3: 4.
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia, hlm. 22
Satya Arinanto, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus
Wahyudi (Ed.), Tim Penyusun Buku Proceding Kongres Pancasila dalam
Berbagai Perspektif, Sekretarit Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2009,
hlm. 207
Hamdan Zoelva, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus
Wahyudi (Ed.), Tim Penyusun Buku Proceding Kongres Pancasila dalam
Berbagai Perspektif, Sekretarit Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2009,
hlm. 207
Satya Arinanto, Op.cit., hlm. 211

Anda mungkin juga menyukai