Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

NILAI KEADILAN

SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu:

Shinta Arini Ayu, Ns., M. Kes

Di Susun Oleh Kelompok 9 :

• El hafiz Abdullah 74212311017


• Eva komalasari 74212311018
• Siti fadhilah k.r 74212311044
• Ulfa fauziah 74212311045
• Siti rahmah 74212311046
• Zahra ayu Nabila 74212311047

Jl. Pasirgede Raya No.19, Bojongherang, Kec. Cianjur,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tak
pilih kasih tak pandang sayang, dan yang kasih sayang-Nya tiada terbilang, karena
atas rahmat dan karunia-Nya jugalah sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam tidak henti-hentinya kita haturkan atas junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW, semoga di akhirat kelak kita dianugerahi
shafaat nya.
Makalah dengan judul “Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu”
ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Pancasila. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak
- pihak berikut ini:
1. Ibu Shinta Arini Ayu S. Kep , , M. Kes selaku dosen koordinator sekaligus
pengajar.
2. Orang Tua Yang Telah Memberikan Doa Dan Dukungan, Pinansial
Selama Pembuatan Makalah.
Kami menyadari bahwa karya tulis yang kami susun masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk meningkatkan mutu penyusun makalah di masa yang akan datang.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata, semoga segala daya dan upaya bimbingan dan pengorbanan yang
telah diberikan oleh semua pihak yang bersangkutan akan mendapatkan balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Masa Esa.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I .......................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6
A. Pengertian Keadilan ...................................................................................... 6
1. Keadilan menurut Aristoteles (filsuf yang termasyur) ................................. 6
2. Keadilan menurut Thomas Aquinas (filsuf hukum alam) ............................ 7
3. Keadilan menurut Notohamidjojo (1973: 12) .............................................. 7
4. Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), ..................................... 8
5. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia ........................................... 8
B. Nilai-Nilai Sila Kelima Pancasila Dalam Konteks Pengembangan Ilmu
Pancasila................................................................................................................. 9
C. Peranan Sila Kelima Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu ....... 12
D. Krisis Penerapan Pancasila ........................................................................... 13
BAB III..................................................................................................................... 16
PENUTUP................................................................................................................ 16
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 16
B. SARAN .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar Belakang Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus


1945, bangsa Indonesia tidak terlepas dari dasar Negara yaitu Pancasila.
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7
bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa Indonesia telah
menemukan jati dirinya, yang didalamya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain,yang oleh para pendiri negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam.

Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia


tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka
sangat penting bagi paragenerasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual
kampus untuk mengkaji, memahami,dan mengembangkan berdasarkan
pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta
wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya
sendiri. Intelektual kampus yaitu mahasiswa yang selalu berupaya untuk
mendapat ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa
Indonesia.

Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus


berusaha untuk dapat mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut
pandang atau pedoman yang dapat digunakan dalam mengembangkan ilmu,
tetapi sebagai mahasiswa dan warga negara Republik Indonesia diharapkan
mampu mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan menjawab
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai
dasarnya sehingga sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

B. Tujuan
• Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila tolak
ukur pengembangan ilmu
• Menyadari peranan sila kelima Pancasila dalam artian Pancasila sebagai
peningkat standar keilmuan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral, mengenai


sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar
teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. Keadilan adalah
kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya
kebenaran pada sistem pemikiran. Tapi, menurut kebanyakan teori,
keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil".
Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan
dihukum, dan banyak gerakan sosial politis di seluruh dunia yang berjuang
menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan
memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan
dan realita ketidak adilan. Di samping itu, pada penerapanya, keadilan
sendiri harus sesuai proporsionalitas. Sebagai contoh, akan tidak adil
apabila tiga anak dengan tinggi yang berbeda diberikan satu kursi yang
sama. Dengan demikian, keadilan haruslah media yang meletakkan segala
sesuatunya pada tempatnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
adil berarti tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-wenang.

Berikut ini beberapa pengertian keadilan menurut para filsof dan para ahli
hukum:

1. Keadilan menurut Aristoteles (filsuf yang termasyur)


dalam tulisannya Retorica membedakan keadilan dalam dua macam
a. Keadilan distributif atau justitia distributive
Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang memberikan
kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian
menurut haknya masing-masing. Keadilan distributif berperan
dalam hubungan antara masyarakat dengan perorangan.
b. Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa
Keadilan kumulatif adalah suatu keadilan yang diterima oleh
masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa masing-masing.
Keadilan ini didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik yang
sukarela atau tidak. Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum
perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-menukar.

2. Keadilan menurut Thomas Aquinas (filsuf hukum alam)


membedakan keadilan dalam dua kelompok:
a. Keadilan umum (justitia generalis)
Keadilan umum adalah keadilan menurut kehendak undang-
undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum.
b. Keadilan khusus
Keadilan khusus adalah keadilan atas dasar kesamaan atau
proporsionalitas. Keadilan ini debedakan menjadi tiga kelompok
yaitu:
1) Keadilan distributif (justitia distributiva) adalah keadilan yang
secara proporsional yang diterapkan dalam lapangan hukum
publik secara umum.
2) Keadilan komutatif (justitia cummulativa) adalah keadilan
dengan mempersamakan antara prestasi dengan kontraprestasi.
3) Keadilan vindikativ (justitia vindicativa) adalah keadilan dalam
hal menjatuhkan hukuman atau ganti kerugian dalam tindak
pidana. Seseorang dianggap adil apabila ia dipidana badan atau
denda sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan
atas tindak pidana yang dilakukannya.

3. Keadilan menurut Notohamidjojo (1973: 12), yaitu:


a. Keadilan keratif (iustitia creativa)
Keadilan keratif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap
orang untuk bebas menciptakan sesuatu sesuai dengan daya
kreativitasnya.
b. Keadilan protektif (institia protectiva)
Keadilan protektif adalah keadilan yang memberikan pengayoman
kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam
masyarakat.

4. Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35),


Adalah ukuran yang harus diberikan untuk mencapai
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama.
ketiga prinsip itu tidak dapat diwujudkan secara bersama-sama karena
dapat terjadi prinsip yang satu berbenturan dengan prinsip yang lain.
John Raws memprioritaskan bahwa prinsip kebebasan yang sama yang
sebesar-besarnya secara leksikal berlaku terlebih dahulu dari pada
prinsip kedua dan ketiga. Ada tiga prinsip keadilan yaitu:
a. Kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya.
b. Perbedaan.
c. Persamaan yang adil atas kesempatan.

5. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia


Disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam
pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang
menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak
melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi
bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam
konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat
sektoral tetapi meliputi ideologi, EKPOLESOSBUDHANKAM.
Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
B. Nilai-Nilai Sila Kelima Pancasila Dalam Konteks Pengembangan Ilmu
Pancasila

Adalah Dasar Negara Kesatun Republik Indonesia. Proses lahirnya


Pancasila menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa
Indonesia dan tentu saja tidak terlepas dari peran para tokoh perjuangan bangsa
yang telah melahirkan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila merupakan
hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut
sebagai sebuah "Perjanjian Luhur" bangsa Indonesia.

Pancasila berarti Lima Prinsip atau Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima
Sila. Lima Sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab. Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca
berarti lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila berarti Lima Prinsip atau
Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima Sila. Lima Sila tersebut adalah:
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masing- masing sila mengandung nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi bangsa
Indonesia untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Ada 36 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada TAP MPR No.
II/MPR/1978. Menurut TAP MPR No. II/MPR/1978, Pancasila disebut
EKAPRASETIA PANCAKARSA. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya "TEKAD TUNGGAL UNTUK MELAKSANAKAN
LIMA KEHENDAK". Sungguh indah bahasa tersebut. Namun kemudian
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa) dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 dinyatakan tidak berlaku lagi
setelah dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. Dalam TAP MPR No.
XVIII/MPR/1998 ini terdapat 45 butir pengamalan Pancasila.

Berikut ini Butir-Butir Pengamalan Pancasila yang patut diamalkan dalam


kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat untuk Sila Kelima yakni Sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia


Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan
perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga
kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain.
Nilai-nilai keadilan haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan
dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu
mewujudkan kesejahteraan, mencerdaskan, dan melindungi seluruh warganya
dan wilayahnya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antara negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin
menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa
didunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa,
perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu


negara berkebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu
peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka negara
kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu negara yang
berdasarkan atas hukum.

Konsekuensi sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial yakni


negara Indonesia harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang
tercantum dalam tiga ayat Pasal 31 UUD 1945, yakni:
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Nilai keadilan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu haruslah diikuti :


a. Keseimbangan antarkepentingan individu dan masyarakat. Individualitas
merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
b. Pengembangan berorientasi Pancasila.
c. Pancasila yang terbuka namun kritis.
Landasan nilai keadilan untuk pengembangan ilmu antara lain:
a. Objektif yaitu memandang masalah apa adanya, terlepas dari perasaan,
keinginan, emosi, sistem keyakinan.
b. Rasional yaitu menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima
oleh orang lain.
c. Logis yaitu berfikir dengan menggunakan azas logika, konsisten, implikatif.
d. Metodologis yaitu cara khas berfikir dan bertindak (induktif, dekutif, sintesis,
hermeneutik, intuitif).
e. Sistematis yaitu tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu
sama lain. Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.

C. Peranan Sila Kelima Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Tujuan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila sebagai
dasar pengembangan ilmu antara lain:
a. Mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia.
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun
terikat nilai Pancasila.
Dalam implementasi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi,
masyarakat harus menjaga keseimbangan kemanusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat
bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus sejauh
mungkin memenuhi kriteria ketepatgunaan dari berbagai segi antara lain:
a. Segi teknis dapat dilaksanakan
b. Segi sosial acceptable
c. Segi ekonomi dapat dipertanggungjawabkan
d. Segi ekologi tidak menurunkan kualitas hidup
Untuk aspek aksiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sebagai metode berpikir, maka pemanfaatan dan efek
pengembangan ilmu pengetahuan secara positif tidak bertentangan dan bahkan
mendukung dan memfasilitasi idealisme Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
menjadi sumber motivasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai Pancasila
tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, berdaulat dan bermartabat
nasional dalam wujud negara Indonesia yang merdeka.
Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi karena nilai- nilai ini mendorong dan mendasari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah. Dengan nilai-nilai
Pancasila tersebut, masyarakat perlu menyadari bahwa untuk meningkatakan
IPTEK di Indonesia, masyarakat hendaknya memiliki dan memegang prinsip
dan tekad yang kukuh serta berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dimulai dari
sejak dini.

D. Krisis Penerapan Pancasila


Dekonstruksi moral yang menjangkit para pelaku pendidikan adalah salah
satu amsal yang menyebabkan semrawutnya pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia. Minimnya kesadaran dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan, pada akhirnya mengubah prioritas dan fungsi pendidikan sebagai
medium pencerdasan rakyat menjadi lahan pasar modal. Lambat laun, kualitas
pendidikan Indonesia semakin menurun. Dalam indeks pembangungan
Pendidikan Untuk Semua atau Education For All (EFA), tercatat bahwa
Indonesia selalu mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2011
Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dan merosot 4 posisi bila
dibandingkan dengan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang
dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih rendah bila dibandingkan
dengan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari
Malaysia (65).

Kualitas infrastruktur yang belum memadai hingga biaya pendidikan yang


mahal. Kemunculan hasil observasi tersebut sejak lama memang telah menjadi
perbincangan publik. Namun tidak juga menemukan solusi yang tepat. Dengan
kata lain, kualitas fasilitas belajar masih rendah. Sebaliknya, angka koruptor
pendidikan kian meninggi. Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan
sepanjang 2012, terjadi 40 kasus tindak korupsi, dengan perkiraan kerugian
negara sebesar Rp 138,97 miliar. Dari puluhan kasus itu, angka kasus korupsi
terbesar terjadi di Dinas Pendidikan sebanyak 20 kasus, dengan kerugian
sebesar Rp 44,80 miliar. Kemudian di perguruan tinggi sembilan kasus, sekolah
delapan kasus, kanwil Kemenag dua kasus, dan DPRD sebanyak satu kasus.
Adapun jenis kasus korupsi yang terjadi didominasi oleh kasus penggelapan
dana senilai Rp 44,30 miliar. Kasus lainnya yaitu penyelewengan, pungli,
pengadaan dana fiktif dan mark up anggaran.

Kasus-kasus serupa kian menggurita Dana APBN yang seharusnya


disalurkan untuk penyelenggaraan pendidikan berubah menjadi ladang
pemasukan sejumlah kalangan. Akhimya, pendidikan yang semestinya menjadi
hak setiap warga negara beralih menjadi komoditi dagang. UUD 1945
khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan, "Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia." Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 (pasca perubahan)
juga merumuskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan
dasar, sedangkan pemerintah wajib membiayainya. Pasal 31 ayat (3) dan (4)
menegaskan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mengusahakan
penyelenggaraan pengajaran nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memprioritaskan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Demikian pula ketentuan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia menegaskan jaminan hak atas pendidikan. Serta pasal 53 ayat (1)
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat
penegasan bahwa negara - dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab
memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan
khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu.

Anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil, tinggal
wacana semata. Pendidikan adalah barang mahal. Biaya keperluan pendidikan
yang semakin hari semakin tinggi mengakibatkan rakyat golongan menengah
ke bawah tidak mampu menjangkaunya. Data pendidikan tahun 2010
menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah. Bahkan,
laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menunjukan bahwa setiap
menit ada empat anak yang putus sekolah. Apabila bangsa Indonesia benar-
benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, tentunya
degradasi moral masyarakat dalam pelaksanaan peningkatan taraf pendidikan
dapat diminimalisir. Terlebih lagi, penjarahan kualitas pendidikan oleh para
kapitalis global dapat diberantas mungkin.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori tanpa aplikasi pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak patut
dipelajari. Oleh sebab itu, penerapan aplikatif Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari adalah hal penting mengingat Pancasila sebagai paradigma
pembangunan ilmu itu sendiri. "Keadilan Sosial" merupakan suatu
masyarakat atau sifat suatu masyarakat yang adil dan makmur, berbahagia
untuk semua orang, penempatan sesuai dengan proporsionalitas, dan tidak
ada pencederaan terhadap Pancasila.

Nilai-nilai "Keadilan Sosial" sebagaimana tiga pilar keilmuan, Butir-Butir


Pancasila, dan Pasal-Pasal dalam UUD 1945 sepatutnya menjadi pedoman
penerapan nilai-nilai yang dimaksud dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan diikut sertakannya nilai keadilan dalam sila kelima
Pancasila, masyarakat diharapkan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan asas tidak bebas nilai, namun terikat pada nilai
Pancasila. Akan tetapi, pada praktiknya, masih banyak fenomena yang
mencederai pelaksaan sila "Keadilan Sosial" dalam konteks peningkatan
kualitas ilmu bangsa ini.

B. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah Pancasila
ini, masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami
harapkan sebagai tolak ukur motivasi dalam pembuatan makalah yang lebih
baik lagi dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Jakarta45. 2012. Ideologi: 45 Butir Pengamalan Pancasila. Online:


http://jakarta45.wordpress.com/2012/07/24/ideologi-45-butir-pengamalan-
pancasila/
https://www.scribd.com/doc/292313873/Nilai-Keadilan-Sebagai-Dasar-
Pengembangan-Ilmu
Pustaka Indonesia. 2013. Nilai Dasar Sila Kelima dalam Pancasila. Online:
http://www.pusakaindonesia.org/nilai-dasar-sila-kelima-dalam-pancasila/
Wikipedia, 2014. Keadilan. Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan.

Anda mungkin juga menyukai