Anda di halaman 1dari 3

DIarsipkan di bawah: KTI | 1 Komentar »

FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA


TARGET CAKUPAN PERSALINAN OLEH BIDAN
Ditulis pada Februari 13, 2009 oleh kuliahbidan

Faktor Ekonomi

Menurut Depdikbud (1993) adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, pendistribusian dan
perdagangan). “Ekonomi adalah segala kegiatan yang bisa menghasilkan uang,
prinsipnya ekonomi adalah modal yang sekecil-kecilnya menghasilkan untung yang
sebesar-besarnya. Sedangkan menurut Depkes (2001) sesuai dengan hukum ekonomi,
semakin tinggi pendapatan penduduk, maka semakin tinggi pula pengeluaran yang
dibelanjakan.

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dengan jelas melalui besarnya

pendapatan yang diterima rumah tangga. Data mengenai pendapatan rumah tangga yang

diperoleh dari survei sosial ekonomi nasional menggunakan pendekatan pengeluaran

rumah tangga sebagai indikator produksi. Karena dengan semakin tinggi persentase

pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran rumah tangga perbulan,

menunjukkan semakin rendahnya tingkat ekonomi penduduk (Depkes RI., 2001).

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Lampung tahun 2000 penggolongan tingkat

ekonomi dibedakan menjadi : a) rendah (di bawah Rp. 325.000,-/bulan), b) sedang (Rp.

325.000,- s/d 700.000,- / bulan) c) tinggi (lebih Rp. 700.000,-/ bulan).

Keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi, biasanya ingin mendapat pelayanan yang baik

dan tempat pelayanan yang bagus sedangkan tingkat ekonomi menengah dan rendah,
biasanya mereka tidak memperdulikan tempat, hal-hal penunjang pelayanan lainnya,

yang terpenting adalah pelayanan baik (Depkes. 1996).

Faktor Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap atau tatalaku atau kelompok orang dalam
usaha manusia melalui upaya pengajaran dan proses, perbuatan, cara mendidik
(Depdikbud, 1993). Sedangkan menurut Syahlan (1996) pendidikan adalah uapay untuk
memberi pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi
perubahan perilaku yang positif yang tirus meningkat terhadap kesehatan diri, keluarga
dan masyarakat.

Keluarga yang berpendidikan tinggi akan cepat awas terhadap perubahan kesehatan
keluarganya. Mereka yang berpendidikan tinggi akan segera mencari bantuan kepada
tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan. Keluarga yang berpendidikan rendah
pada umumnya pasrah bila gangguan kesehatan menimpa anggotanya. Mereka akan
meminta bantuan bila masalah kesehatan sudah berat (Shaylan, 1996).

Menurut Depkes (1996) rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada wanita
menyebabkan ibu-ibu tidak mengetahui tentang perawatan selama hamil, bersalin,
perawatan bayi dan semasa nifas. Tingkat pendidikan penduduk baru mencapai rata-rata.
Proporsi tamat SLTP, SLTA dan perguruan tinggi menurun drastis terutama untuk
wanita.

Pendidikan sangat mempengaruhi sikap ibu dalam memilih kepada siap aia akan meminta
pertolongan dalam hal persalinan. Adapun tingkat pendidikan yang akan diteliti disini
meliputi SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi.

Faktor sosial budaya

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan akal budi manusia seperti kepercayaan, kesenian
dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalaman dan yang menjadi pedoman
tingkah lakunya (Depkes. RI., 1996).

Menurut Depkes (1998) Budaya adalah nilai yang telah dihayati atua diamati oleh
seorang atau kelompok masyarakat yang selanjutnya membentuk sikap mental atau pola
berpikir yang dapat mewarnai pola tingkah laku atau perilaku dalam berbagai aspek
kehidupan.

Keadaan sosial budaya di Indonesia menempatkan peristiwa kehamilan dan melahirkan


bukan hanya sebagai urusan pribadi antara ibu dan suami dengan pelayan kesehatan,
tetapi juga menjadikan urusan pihak lain seperti keluarga, kerabat bahkan penduduk di
wilayah tempat tinggalnya. Melahirkan pada dasarnya sangat ketat dengan norma, adat
istiadat setempat yang sangat beragam dan sering tidak menguntungkan dilihat dari segi
kesehatan (Intraksi, 2000).

Budaya Indonesia yang menghormati orang tua memberi pengaruh kepada pengambilan
keputusan dalam keluarga, kehadiran orang tua di dalam keluarga juga mempengaruhi
dalam upaya kesehatan keluarga. Misalnya ibu yang akan melahirkan dapat dipengaruhi
oleh orang tua dalam mengambil keputusan apakah lebih baik melahirkan di rumah atau
di rumah sakit (Syahla, 1946).

Faktor Bidan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Permenkes RI, No.
900/Menkes/SK/VII/2002). Sedangkan menurut Syahlan (1996) bidan dalam
menjalankan tugasnya senantiasa harus berpedoman pada peran, tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan
pelayanan kebidanan faktor sosial budaya turut mendapat perhatian. Di dalam
memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan bersalin agar diupayakan tidak
bertentangan dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan dan agama di masyarakat.

Agar seluruh tugas dan fungsi dan agama di masyarakat, seluruh efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat, salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi. Upaya lain bidan dalam melakukan tugasnya
mempromosikan dirinya dengan menampilkan kepribadian yang berlaku di masyarakat.
Untuk dapat menampilkan kepribadian yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku,
bidan harus mempelajari sosial budaya, struktur pemerintahan, adat istiadat, kepercayaan
dan agama (Depkes. 1996).

Menurut Interaksi (2000) penelitian dari comunity health and nutrition research
laboratory faculty of medicine Gajah Mada University di Kabupaten Purworejo Jawa
Tengah (1997) mengungkapkan fakta mengapa ibu tidak atau engan meminta pertolongan
persalinan kepada bidan sebagai berikut : jarak jauh, sering tidak ditempat, bidan masih
muda, alat tidak lengkap, bidan kurang sabar, kurang kemampuan medis, tidak
melaksanakan adat dan sering dirujuk. Sedangkan keinginan atau harapan ibu tentang
bidan adalah sedia tinggal di masyarakat, bersikap dewasa, tenang, sabar, menghormati
tradisi, ongkosnya murah dan mampu melaksanakan uapacara adat.

Anda mungkin juga menyukai