Anda di halaman 1dari 20

Dakwah Kultural Melalui

Sains dan Inovasi


Ahmad Najib Burhani
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Pengajian PP Muhammadiyah di UMJ, 19 Maret 2024
Makna Dakwah Kultural
“Dakwah Kultural adalah dakwah biasa
tapi memperhatikan manusia sebagai
makhluk budaya. Ini inti dari dakwah
kultural” (Haedar Nashir, 18/3/2024)

Dengan bahasa lain, Dakwah Kultural adalah


kegiatan dakwah dengan memperhatikan potensi dan
kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya
secara luas dalam rangka menghasilkan kultur baru
yang bernuansa Islami atau kegiatan dakwah dengan
memanfaatkan adat, tradisi, seni dan budaya lokal
dalam proses menuju kehidupan Islami.
Struktur

● Sains sebagai budaya

Apakah dakwah kultural itu artinya


membenarkan Takhayyul, Bid’ah,
Churafat (TBC)? Sejak kapan TBC
diasosiasikan ke Muhammadiyah?
Risalah Tauhid dan Sjirik karya KH
Mas Mansur?
Dalam menunjukkan hubungan budaya
kejawaan dan agenda Islam reformis,
Mitsuo Nakamura secara cermat
menyimpulkan apa yang dilakukan
Muhammadiyah: “that reformist Islam
[Muhammadiyah] is not antithetical to
Javanese culture but an integral part of it,
and what reformists have been endeavouring
is, so to speak, to distil a pure essence of
Islam from Javanese cultural traditions. The
final product of distillation does retain a
Javanese flavour, just as any highly pure
liquors cannot lose their local flavours. But
the universalistic essence of Islam is more
fundamental, and it should be appreciated as
it is first and foremost.”
Rasionalisasi dan Demistifikasi
“Jika hukum negeri saya
● Tak semua elemen dan bentuk budaya itu compatible mengizinkan, tidak ada
dengan prinsip-prinsip agama Islam. Tak seluruh budaya sesuatu yang ingin aku
itu bersifat universal dan bisa diterima semua umat lakukan selain
mengabdikan diri saya
manusia. untuk pekerjaan dan
● Semangat Muhammadiyah dalam urusan agama adalah perjuangan menjadi
modernisasi dan rasionalisasi. Dalam merespon budaya, Wanita baru di Eropa, tapi
tradisi kuno yang tidak
semangat ini lantas dipadu dengan proses demistifikasi dapat dilanggar memaksa
dan demitologisasi. kami tercengkeram dalam
● Pendekatan ini sebetulnya tidak khas Ahmad Dahlan tangan-tangannya yang
tak mau lepas”
atau Muhammadiyah. RA Kartini dan Boedi Oetomo juga
bersikap yang mirip terhadap beberapa elemen budaya ~R.A. Kartini~
Jawa.
Muhammadiyah & Rasionalisasi Budaya
● Sebagian masyarakat Jawa berpandangan bahwa hari ini adalah zaman
kolobendu (malapetaka, ketidakberuntungan, kesulitan, dan bencana). Dan
sejarah adalah cakra manggilingan (gerak kembali yang abadi), diwujudkan
dengna kalendernya yang berputar terus.
● Sebaliknya, Muhammadiyah berpikir progresif. “Tidak mungkin Islam lenyap
dari seluruh dunia. Tapi tidak mustahil Islam hapus dari bumi Indonesia.
Siapakah yang bertanggungjawab?” Untuk menghindarinya, maka perlu
berpikir ke depan dan tak malu meniru langkah misionaris Kristen.
● Konsep lain yang diubah Muhammadiyah adalah konsep perwira
(kemewahan) dalam ritual (pernikahan / kematian) yang diganti dengan
konsep samadya (kesederhanaan).
Muhammadiyah & Apresiasi Budaya
● A Code of Behaviour (Aturan perilaku dan tatakrama
ditaati)
● Language as Discourse (penggunaan Bahasa Jawa
dalam wacana dan ritual keagamaan)
● Politics of Dress (pakaian sebagai cara
mengekspresikan identitas dan rasa batin)
● Name as Symbol (nama menghubungkan dengan
identitas)
● Membership as Identity (keanggotaan sebagai identitas
dan Muhammadiyah bergandengan dengan Boedi
Oetomo)
Berdakwah Kultural Melalui Sains
Terkungkung Tradisi
“Sudah menjadi adat kebiasaan orang, bahwa
apa yang sudah dipahami dan dikerjakan
menurut pengajaran gurunya atau pergaulan
teman-temannya dan menurut pikirannya
sendiri akan menjadikan gembira dan senang
hatinya. Dan hal itu akan dipegang lahir dan
batin, lebih-lebih jika hal itu sudah dijalani oleh
nenek-moyangnya. Hal itu akan dikira-kira dan
dipercaya mendatangkan kebahagiaan. Siapa
yang menyalahinya akan mendapat
kecelakaan dan kesusahan.”
Penggunakan Akal & Keberanian Berinovasi Ahmad Dahlan, “Kesatuan
Hidup Manusia” in Abdul
Munir Mulkhan, Pesan-
pesan Dua Pemimpin Besar
● Begitu pula telah menjadi kebiasaan orang, mereka segan dan Islam Indonesia: Kyai Haji
tidak mau menerima apa saja yang kelihatan “baru” yang tidak Ahmad Dahlan dan Kyai
Haji Hasyim Asy’ari,
sama dengan apa yang sudah dijalani. Karena menurut Yogyakarta: PT Persatuan,
perasaannya barang yang baru itu akan menjadikan celaka dan 1986), p. 10. Cited from
“Tali Pengiket Hidup” in
susah, meskipun sudah jelas dan nyata bahwa orang yang Album Muhammadiyah
mengerjakan dan menjalani barang “baru” itu misalnya, 1923, published by Het
mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Yang demikian itu Bestuur Taman Pustaka
Muhammadiyah,
terkecuali orang yang memang banyak dan senang berpikir dan Yogyakarta, 1923, and
merasa dengan panjang dan dalam. Majalah Siaran Tabligh no.
8/83, published by PP
● Apakah kelakuan seperti tersebut di atas dapat disebut baik atau Muhammadiyah Majlis
betul? Sudah tentu tidak, sebab orang yang tersebut di atas itu Tabligh. The English version
of this article is available in
hanya berhukumkan adat kebiasaan dan adat-istiadat, karena Ahmad Dahlan, “The Unity
adat-istiadat tidak boleh dijadikan hukum untuk menentukan of Human Life” in Charles
Kurzman (ed.), Modernist
“baik” dan “tidak baik”, “betul” dan “salah”. Yang dapat dijadikan Islam, 1840- 1940: A
hukum untuk menentukan betul dan salah, baik dan tidak baik Sourcebook, (New York:
Oxford University Press,
hanya hukum yang sah dan sesuai dengan hati yang suci. 2002).
Takhayyul dan Churafat
Struktur baru itu berbentuk:

1. Pseudoscience
● Sains sebagai budaya 2. Hoaxes
3. Berhala Scopus
4. Takhayyul berwujud
Insularitas Akademik.

Musuh kontemporer akal


bukan lagi klenik, tapi
normalisasi pelanggaran
moralitas akademik:
jurnal predator, over-
commercialization dalam
publikasi / APC super
mahal.
Artificial Intelligence (AI) Universitas
Muhammadiyah
Surabaya secara
konsisten menjadi
penerima grant / hibah
riset dari BRIN.

Ada 300 milyar dana


riset yang
dikompetisikan ssetiap
tahun.

Ada 140 triliun dana


abadi pendidikan / riset
/ budaya.
Mengungkit Ekosistem Riset &
Inovasi Bidang Sosial
Humaniora
Beberapa Referensi
q “Tradisi Menulis di Jurnal Akademik” (Koran Sindo, 2 Jan 2016)
q “Scopusisme & Angka Kredit” (JIBPost, 16 Nov 2020)
q Sains 45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan (AIPI 2016)
q “Posisi Ilmu Sosial Humaniora dalam BRIN” (Kompas, 22 Mei 2021)
q “Riset dan Inovasi” (Kompas, 3 Juli 2021)
q “Publikasi versus Inovasi” (Kompas, 27 Agustus 2021)
q The National Research and Innovation Agency (BRIN): A New Arrangement for Research in Indonesia
(ISEAS, 2021)
q “Budaya Riset” (Kompas, 8 Januari 2022)
q “Expo Riset dan Inovasi di Muktamar Muhammadiyah” (Suara Muhammadiyah, 1-15 Feb 2022)
q “Moralitas Akademik” (Kompas, 17 September 2022)
q Buku Panduan Riset 2022: Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora, Badan Riset dan
Inovasi Sosial (BRIN) (BRIN, 2023)
q “Insularitas Akademik” (Kompas, 13 Mei 2023)
q “Kurator Pencerahan” (Kompas, 17 Juni 2023)
q Seri 2 Panduan Riset Sosial dan Humaniora (BRIN, 2024)
Thank You
Institute of Social Sciences and Humanities (ISSH)
National Research and Innovation Agency (BRIN)

Sasana Widya Sarwono Building, 3rd Floor


Jl. Jend. Gatot Subroto, Kav.10, Jakarta Selatan 12710
Phone: (021) 522 5711 Ext: 1299 & 1292
Email: ipsh@brin.go.id || Website: ipsk.lipi.go.id

Anda mungkin juga menyukai