Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ORGANISASI SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN

“Persepsi dan Komunikasi dalam Organisasi”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kulitas Organisasi Sosial dan


Kepemimpinan

Dosen Pengampu:
Ir. Syahirul Alim, S.Pt., M.Si., IPM

Disusun Oleh:

Irgi Apriliansyah 200110210029


Nasya Septiani 200110210031
Muhammad Fauzil Adhim 200110210063
R. Rahma Sandriana Dewi 200110210066
Muhammad Jalaludin Royan 200110210067

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat dan kasihnya penulis masih dapat menyelesaikan makalah ini dengan
waktu yang telah ditentukan dan tanpa hambatan yang berarti. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Organisasi Sosial dan Kepemimpinan. Selain itu, laporan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Persepsi dan Komunikasi Dalam
Organisasi” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Pengampu Mata Kuliah


Organisasi dan Kepemimpinan atas bimbingannya dan seluruh rekan kelompok
yang sudah membantu dalam Menyusun makalah ini. Untuk dapat menyusun
makalah ini dengan baik, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
keterbatasan. Oleh karena itu, jika didapati kesalahan maupun kekurangan, baik
dari segi teknik penulisan ataupun isi, maka penulis meminta saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata kami
menyampaikan tak ada gading yang tak retak, sehingga setiap saran dan kritik yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini kami terima dengan baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

BAB I (PENDAHULUAN) ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) .........................................................................3

2.1 Definisi Presepsi ............................................................................................ 3

2.2 Definisi Komunikasi Organisasi.................................................................... 3

BAB III (PEMBAHASAN) ....................................................................................5

3.1 Proses Terbentuknya Persepsi ....................................................................... 5

3.2 Sifat-Sifat Persepsi ........................................................................................ 5

3.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ............................................................ 6

3.4 Kegagalan dan Kekeliruan Persepsi .............................................................. 7

3.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi ........................................ 8

3.6 Komunikasi Organisasi ................................................................................. 9

3.7 Hambatan dalam Komunikasi Organisasi ................................................... 11

3.8 Solusi dalam Mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi....................... 12

BAB IV (KESIMPULAN) ...................................................................................14

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

ii
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah hal yang paling penting didalam sebuah organisasi,
komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaiknya persepsi juga tergantung
pada komunikasi. Komunikasi timbul karena seseorang ingin menyampaikan
informasi kepada orang lain. Informasi ini membuat seseorang sama pengertiannya
dengan orang lain dan ada kemungkinan berlainan, karena informasi yang
dikomunikasikan tersebut membuat orang-orang mempunyai kesamaan dan
perbedaan ini disebabkan persepsi orang-orang yang terlibat dalam proses
komunikasi tersebut.

Komunikasi merupakan hal yang amat penting dalam perilaku organisasi.


Sayangnya, komunikasi yang amat penting ini jarang dapat dimengerti secara jelas
sehingga menimbulkan beberapa hambatan. Komunikasi tidak sekedar proses
penyampaian informasi yang simbol-simbolnya dapat dilihat, didengar dan
dimengerti, tetapi proses penyampaian informasi secara kesuluruhan termasuk
didalamnya perasaan dan sikap dari orang yang menyampaikan tersebut. Pada
umumnya, seseorang menangka phanya informasi saja dan dilupakan bagaimana
perasaan dan sikap dari orang yang mempunyai informasi tersebut. Itulah sebabnya
banyak terjadinya hambatan-hambatan yang dijumpai dalam praktek organisasi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses terbentuknya persepi dalam organisasi?
2. Apa sajakah sifat-sifat persepsi dalam organisasi?
3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi persepsi dalam organisasi?
4. Apa sajakah kegagalan dan kekeliruan persepsi dalam organisasi?
5. Apa fungsi dan tujuan komunikasi dalam organisasi?
6. Bagaimana bentuk komunikasi dalam organisasi?
7. Apa sajakah hambatan dalam komunikasi organisasi?
8. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan komunikasi organisasi?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya persepi dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat persepsi dalam organisasi.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi dalam organisasi.
4. Untuk mengetahui kegagalan dan kekeliruan persepsi dalam organisasi.
5. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan komunikasi dalam organisasi.
6. Untuk mengetahui bentuk komunikasi dalam organisasi.
7. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi organisasi.
8. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan komunikasi
organisasi.

2
II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Presepsi


Menurut Walgito (2010) Presepsi adalah suatu proses dimana organisme
atau individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterima
melalui panca indra mereka sehingga memperboleh makna, dan merupakan
aktivitas yang terpadu dalam diri individu. Sementara menurut Robbins (2007:175),
presepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan
sensoris mereka untuk memberikan makna pada lingkungan mereka.

Dalam konteks komunikasi, presepsi memiliki peran yang sangat penting


dalam kesuksesan komunikasi. Hal ini berarti ketelitian dalam mengenali stimuli
indrawi adalah kunci keberhasilan dalam berkomunikasi. Sebaliknya, jika terjadi
kegagalan dalam mengenali stimulus, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam
komunikasi, seperti yang disebutkan oleh suranto (2011).

2.2 Definisi Komunikasi Organisasi


Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih, sering
juga disebut sebagai pertukaran ide dan pemikiran yang disampaikan oleh pengirim
pesan kepada penerima pesan dengan tujuan mengubah sikap dan perilaku
(Andriyani, Darmawan, & Hidayati, 2018). Sementara itu, organisasi adalah
sekelompok individu yang bekerja sama dan saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama (Duha, 2018).

Komunikasi dalam konteks organisasi adalah suatu proses dimana pesan


saling dipertukarkan dalam jaringan yang saling terkait satu sama lain, yang
bertujuan menghadapi situasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah
(Subkhi & Jauhar, 2013). Dalam pengertian lain, komunikasi organisasi adalah
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang terdapat
dalam suatu organisasi (Pace & Faules, 2010). Ini mencakup pengiriman dan

3
penerimaan pesan di dalam organisasi, baik dalam kerangka kelompok formal
maupun informal (Subkhi & Jauhar, 2013).

4
III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Terbentuknya Persepsi


Menurut Miftah Toha (2003), proses pembentukan persepsi didasarkan
pada beberapa tahapan, yaitu:
3.1.1 Stimulus atau Stimulasi, persepsi bermula ketika seseorang dihadapkan
pada suatu rangsangan/stimulus yang berasal dari lingkungannya.
3.1.2 Registrasi, dalam proses registrasi, gejala yang terlihat merupakan
mekanisme fisik berupa penginderaan dan kondisi seseorang untuk mempengaruhi
melaluialat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat
informasi yang dikirimkan kepadanya, kemudian mendaftarkan semua informasi
yang dikirimkan kepadanya.
3.1.3 Interpretasi merupakan aspek kognitif yang sangat penting dalam persepsi,
yaitu proses pemberian makna terhadap stimulus yang diterimanya. Proses
penafsirannya tergantung pada cara pendalaman, motivasi dan kepribadian
seseorang.
3.2 Sifat-Sifat Persepsi
Mulyana (2007:3) mengemukakan sifat-sifat persepsi sebagai berikut:
3.2.1 Persepsi adalah pengalaman.
Untuk memahami seseorang, suatu benda atau peristiwa, ditafsirkan dengan
menggunakan pengalaman masa lalu yang menyerupainya. Pengalaman menjadi
perbandingan untuk mempersepsikan suatu makna.
3.2.2 Persepsi bersifat selektif.
Seseorang hanya memilih hal-hal yang diinginkannya, sehingga mengabaikan yang
lain. Seseorang hanya merasakan apa yang diinginkan dari atas sikap dasar, nilai
dan keyakinan yang ada dalam diri seseorang, serta mengabaikan sifat-sifat yang
bertentangan dengan keyakinan atau nilai yang dianut.
3.2.3 Persepsi adalah inferensi.

5
Termasuk menarik kesimpulan melalui proses induksi logis. Interpretasi yang
dihasilkan melalui persepsi merupakan kesimpulan dari informasi yang tidak
lengkap. Artinya mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan
yang tidak sepenuhnya berdasarkan data sebenarnya, melainkan hanya berdasarkan
persepsi panca indra yang terbatas.
3.2.4 Persepsi mengandung ketidakakuratan.
Setiap persepsi yang dibuat pasti mengandung tingkat kesalahan tertentu. Hal ini
disebabkan oleh pengalaman masa lalu, selektivitas, dan inferensi. Semakin besar
jarak antara orang yang mempersepsikan dengan objek, maka semakin kurang
akurat persepsi tersebut.
3.2.5 Persepsi bersifat evaluatif.
Persepsi tidak pernah obyektif, karena kita menafsirkan berdasarkan pengalaman
dan mencerminkan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk
memberi makna pada objek yang dipersepsi. Seseorang cenderung mengingat hal-
hal yang mempunyai nilai tertentu bagi seseorang. Sedangkan yang biasa-biasa saja
cenderung terlupakan dan tidak dapat diingat dengan baik.
3.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang adalah sebagai berikut:
(1) Faktor internal: perasaan individu, sikap dan kepribadian, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, kondisi fisik,
gangguan jiwa, nilai dan kebutuhan serta minat dan motivasi.
(2) Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, pertentangan,
pengulangan gerakan, hal-hal baru dan akrab atau asing.
Menurut Pieter, Janiwarti dan Saragih (2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah:
(1) Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu benda atau
peristiwa, maka semakin tinggi minatnya dalam mempersepsikan objek atau
peristiwa tersebut.

6
(2) Pentingnya, artinya semakin penting suatu objek atau peristiwa yang dirasakan
seseorang, maka semakin sensitif pula orang tersebut terhadap objek
persepsinya.
(3) Kebiasaan, artinya semakin sering seseorang mempersepsikan suatu objek atau
peristiwa, maka ia akan semakin terbiasa membentuk persepsi tersebut.
(4) Konsistensi, artinya kecenderungan seseorang memandang suatu benda atau
peristiwa sebagai suatu hal yang konstan meskipun bentuk, ukuran, warna, dan
kecerahannya berbeda-beda.
3.4 Kegagalan dan Kekeliruan Persepsi
Secara teoritis ada lima faktor yang mempengaruhi kegagalan persepsi,
yaitu (Mulyana, 2013:230-251)
3.4.1 Kesalahan atribusi
Atribusi merupakan proses internal dalam diri manusia untuk memahami
penyebab perilaku orang lain. Kesalahan terjadi ketika perilaku seseorang dijadikan
sebagai sumber informasi tentang sifat-sifatnya. Pesan yang dipersepsikan kurang
lengkap atau tidak lengkap, sehingga manusia mencoba menafsirkan sendiri
kekurangan pesan atau rangsangan sensorik yang diterimanya.
3.4.2 Efek Halo
Efek halo mengacu pada fakta bahwa begitu manusia membentuk kesan
keseluruhan terhadap seseorang, maka
cenderung memiliki pengaruh yang kuat pada penilaian sifat-sifat tertentu. Kesan
pertama menjadi kesan keseluruhan dan mempunyai pengaruh yang kuat atau sulit
untuk digoyahkan, sehingga dapat menjadi hukum keutamaan. Kesan pertama
penting untuk menciptakan efek halo. Efek halo dapat disebabkan melalui ciri fisik
atau perilaku. Jika kesan pertama positif, maka tren selanjutnya juga positif
3.4.3 Stereotip
Stereotip adalah pengkategorian yang serampangan terhadap suatu kelompok
dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individu. Kelompok tersebut antara
lain: kelompok ras, suku, lanjut usia, berbagai pekerjaan dan profesi, jenis kelamin,
atau orang dengan penampilan fisik tertentu.
3.4.4 Prasangka

7
Prasangka merupakan konsekuensi dari stereotip, dan lebih mudah diamati
dibandingkan stereotip. Prasangka adalah sikap tidak adil terhadap seseorang atau
kelompok. Penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman sebelumnya.
Prasangka pada umumnya bersifat negatif. Bentuk prasangka yang nyata dan
ekstrim adalah diskriminasi. Prasangka adalah hal yang wajar dan tidak bisa
dihindari. Budaya dan kepribadian mempengaruhi prasangka.
3.4.5 Gegar Budaya
Gegar budaya merupakan benturan persepsi akibat penggunaan persepsi
berdasarkan nilai-nilai budaya yang dipelajari di lingkungan baru, dimana nilai-
nilai budaya tersebut berbeda dan belum dipahami. Benturan persepsi ini
menimbulkan konflik dan dapat menimbulkan tekanan dalam diri sendiri.
3.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi
Dalam berdirinya suatu organisasi tentu diperlukan adanya komunikasi
untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Menurut Sendjaja (1999),
komunikasi dalam organisasi memiliki empat fungsi diantaranya yaitu:

3.5.1 Fungsi Informatif


Berdasarkan fungsi informatif, organisasi dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi (information processing system). Maka dari itu, seluruh
anggota organisasi diharapkan dapat memperoleh informasi yang lebih luas, lebih
baik, dan tepat waktu. Dengan adanya informasi, anggota organisasi diharapkan
dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.

3.5.2 Fungsi Regulatif


Fungsi regulatif merupakan fungsi yang berkaitan dengan peraturan-
peraturan yang diterapkan pada suatu organisasi. Dalam fungsi ini, terdapat 2 hal
yang sangat berpengaruh yaitu atasan (manajemen) dan pesan (message). Atasan
(manajemen) memiliki kewenangan mengatur seluruh informasi yang disampaikan.
Sedangkan pesan (message) yang bersifat regulatif pada dasarnya berorientasi pada
kerja, dimana bawahan memerlukan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang
boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3.5.3 Fungsi Persuasif

8
Fungsi persuasif dilakukan karena dalam mengatur organisasi, kekuasaan
dan kewenangan belum tentu selalu membawa hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Maka dari itu, banyak atasan lebih memilih cara persuasif kepada bawahannya
daripada memberi perintah, karena sebuah pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan ketika
pimpinan memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya terhadap karyawan.

3.5.4 Fungsi Integratif


Setiap organisasi tentu akan berusaha memberikan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat menjalani tugas dan pekerjaan dengan baik.
Terdapat dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu
saluran komunikasi formal dan komunikasi informal. Contoh dari komunikasi
formal yaitu seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter,
buletin) dan laporan kemajuan organisasi. Sedangkan komunikasi saluran
komunikasi informal yaitu seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, atau kegiatan darmawisata.

Selain beberapa fungsi diatas, komunikasi dalam organisasi juga memiliki


tujuan sebagaimana berikut:

− Menentukan dan menyebarluaskan tujuan organisasi;


− Merancang suatu rencana untuk mencapai tujuan organisasi;
− Mengatur sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara yang
paling efektif dan efisien;
− Menyeleksi, mengembangkan, dan menilai anggota organisasi;
− Memimpin dan memberikan motivasi untuk anggota organisasi; dan
− Mengendalikan prestasi.

3.6 Komunikasi Organisasi


Komunikasi adalah pengikat berbagai bagian yang saling bergantung dalam
sutau sistem tertentu. Tanpa adanya komunikasi, kegiatan suatu organisasi tidak
dapat terorganisir secara baik. Menurut Bangun (2012), bentuk-bentuk komunikasi
organisasi adalah sebagai berikut:

9
3.6.1 Komunikasi Tertulis (Written Communication)
Komunikasi tertulis merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui
simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain yang dapat dibaca dan
dikirimkan kepada komunikan seperti surat, memo, laporan berkata organisasi,
pengumuman di buletin, dan lain sebagainya. Manfaat dari komunikasi tertulis
antara lain; pengirim maupun penerima memiliki bukti pesan, pesan dapat disimpan
dalam jangka waktu yang tidak terbatas, serta dapat digunakan untuk pesan yang
relatif panjang. Namun komunikasi ini juga memiliki kelemahan yaitu
membutuhkan waktu yang relatif lama, dan tidak membangun mekanisme umpan
balik.

3.6.2 Komunikasi Lisan (Oral Communication)


Komunikasi lisan merupakan proses dimana seorang komunikator
berinteraksi secara lisan dengan komunikan untuk mempengaruhi tingkah laku
penerima. Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan tatap muka
antara dua orang atau lebih dalam suatu organisasi serta dapat dilakukan secara
formal maupun informal.

3.6.3 Komunikasi Non-Verbal


Komunikasi non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan
melalui ekspresi wajah, tekanan suara, gerak tubuh, gaya berpakaian sentuhan, dan
jarak. Komunikasi ini memiliki fungsi bagi pengirim pesan yaitu dapat sebagai
pengganti pesan verbal, melengkapi pesan verbal (gerak dan suara), membawa
impresi tertentu, dan membawa perasaan tersembunyi.

3.6.4 Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)


Komunikasi antar pribadi merupakan proses komunikasi yang dilakukan
antar individu dalam masyarakat tertentu dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi ini berlangsung secara dua
arah yang dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu percakapan, dialog, dan
wawancara. Dalam suatu organisasi, komunikasi antar pribadi sering digunakan
antar sesama anggota organisasi karena di antara mereka saling memahami bahasa
yang digunakan.

10
3.6.5 Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal merupakan komunikasi dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas atau dapat diartikan juga sebagai komunikasi dari pimpinan kepada
bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi, petunjuk, dan informasi kepada bawahannya. Sedangkan
bawahan memberikan laporan, saran, pengaduan kepada pimpinan.

3.6.6. Komunikasi Horizontal


Komunikasi Horizontal merupakan komunikasi yang dilakukan antar
individu dengan tingkat yang sama dalam suatu organisasi. Komunikasi ini dapat
memudahkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Maka
dari itu, komunikasi ini sering dilakukan untuk membantu manajer dalam
mengambil keputusan

3.7 Hambatan dalam Komunikasi Organisasi


Di dalam suatu organisasi tentu terdapat kegiatan komunikasi yang sudah
pasti di dalamnya terdapat berbagai hambatan untuk menghadapinya. Hambatan ini
tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi dalam suatu organisasi.
Maka dari itu komunikasi organisasi harus bersifat heterogen agar komunikator
memahami setiap hambatan komunikasi dan dapat mengantisipasi hambatan
tersebut. Adapun hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi diantaranya
yaitu:

3.7.1 Hambatan Teknis


Hambatan ini dapat terjadi karena terbatasnya fasilitas dan peralatan
komunikasi, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami
gangguan. Menurut Cruden dan Sherman (1976), hambatan teknis dalam
komunikasi organisasi dapat terjadi karena tidak adanya rencana atau prosedur
kerja yang jelas, kurangnya informasi atau penjelasan, kurangnya keterampilan
membaca, serta pemilihan media yang kurang tepat.

11
3.7.2 Hambatan Semantik dan Psikologis
Hambatan semantik merupakan hambatan komunikasi yang disebabkan
oleh kesalahan dalam pemilihan bahasa yang digunakan. Sedangkan, hambatan
psikologis adalah hambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri
individu. Untuk menghindari hambatan ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat
kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

3.7.3 Hambatan Manusiawi


Hambatan manusiawi dapat terjadi karena adanya faktor emosi, prasangka
pribadi, persepsi, kecakapan dan ketidakcakapan, kemampuan atau
ketidakmampuan alat-alat panca indera seseorang, dan lain sebagainya. Menurut
Cruden dan Sherman (1976), hambatan yang berasal dari perbedaan individual
manusia yaitu seperti perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan
emosi, keterampilan mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi,
penyaringan informasi. Sedangkan hambatan yang ditimbulkan oleh iklim
psikologis dalam organisasi yaitu suasana iklim kerja yang dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku anggota dan efektifitas komunikasi organisasi.

3.8 Solusi dalam Mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi


3.8.1 Hubungan Antar Personal
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan komunikasi
organisasi adalah membina hubungan antar personal. Hubungan personal
cenderung lebih baik jika kedua belah pihak dapat menyampaikan pemahaman
yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan respon yang
relevan dan penuh pengertian, bersikap tulus kepada satu sama lain dengan
menunjukan sikap menerima secara verbal maupun non verbal, serta selalu
menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya dalam
perbincangan yang tidak menghakimi dan ramah.

3.8.2 Hubungan Posisional


Hubungan posisional dilakukan dengan pendekatan struktur dan tugas-tugas
fungsional anggota organisasi. Menurut Koontz dan O’Donnel (1968), upaya untuk

12
mengatasi hambatan komunikasi dalam kinerja efektif dan efisien anggota
organisasi diantaranya yaitu:

− Merencanakan pengaturan jabatan secara benar


Sebagian besar hambatan komunikasi organisasi terjadi karena kegagalan
untuk mengatur jabatan yang diberikan dari atasan sehingga pada akhirnya
terjadi kegagalan dalam komunikasi horizontal dan vertikal. Untuk mengatasi
hambatan tersebut, ada baiknya jika pengaturan penempatan jabatan anggota
organisasi dilakukan berdasarkan kemampuan yang diakui oleh individu-
individu yang ada dalam organisasi.
− Berusaha membuat hubungan yang jernih
Kegagalan dalam menjernihkan hubungan organisasi dapat menimbulkan
kecemburuan, percekcokan, ketidakamanan, ketidakefisienan, dan pelepasan
tanggung jawab. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat menjadi jembatan
untuk mencairkan situasi komunikasi horizontal dan vertikal antar sesama
rekan dan antara bawahan dengan atasan.

3.8.3 Hubungan Berurutan


Dalam suatu organisasi perlu dilakukan hubungan yang berurutan untuk
menghindari adanya miskomunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian
informasi kepada seluruh organisasi formal melalui suatu proses dimana seseorang
yang berada di puncak hierarki mengirimkan pesan kepada orang kedua yang
kemudian mengirimkannya lagi kepada orang ketiga. Peran kunci dalam sistem ini
adalah pengulang pesan (relayor).

13
IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses subyektif dimana
individu menginterpretasikan informasi dan menghasilkan pemahaman mereka
sendiri. Persepsi juga sangat mempengaruhi bagaimana mereka menerima dan
mengirim pesan dalam konteks organisasi. Persepsi dan komunikasi adalah aspek
yang sangat penting dalam keberhasilan organisasi. Memahami peran mereka
dalam budaya organisasi dan mengelolanya dengan baik akan membantu
menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi, inovasi, dan pencapaian
tujuan organisasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jumrad, O. T., & Sari, I. D. M. (2019). Fungsi Komunikasi dalam Organisasi


melalui Group Chat Whatsapp Oriflame. Jurnal Common, 3(1), 104-114

Katuuk, O. M., Mewengkang, N., & Kalesaran, E. R. (2016). Peran Komunikasi


Organisasi dalam meningkatkan eksistensi sanggar seni Vox Angelica. Acta
Diurna Komunikasi, 5(5).

Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
Mulyana, D. (2013). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Cetakan ke-17. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nyak, T., & Medan, D. (2018). Hambatan Komunikasi yang sering dihadapi dalam
Sebuah Organisasi. Al-Hadi IV, (1), 825-34.

Pieter, Herri Zan., Janiwarti, Bethsaida, dan Saragih, Martin. 2011. Pengantar
Psikopatologi untuk Keperawatan: Jakarta.

Rochman, S. (2021). Hambatan Komunikasi Organisasi (Studi Kasus Lpp Tvri


Stasiun Bengkulu) (Doctoral dissertation, IAIN Bengkulu

Silviani, I., 2020. Komunikasi Organisasi. Scopindo Media Pustaka.

Thoha, M. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Winbaktianur, W., & Sutono, S. (2017). Analisis komunikasi dalam organisasi. Al-
Qalb: Jurnal Psikologi Islam, 8(2), 127-133.

15

Anda mungkin juga menyukai