Dosen Pengampu:
Ir. Syahirul Alim, S.Pt., M.Si., IPM
Disusun Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat dan kasihnya penulis masih dapat menyelesaikan makalah ini dengan
waktu yang telah ditentukan dan tanpa hambatan yang berarti. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Organisasi Sosial dan Kepemimpinan. Selain itu, laporan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Persepsi dan Komunikasi Dalam
Organisasi” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya persepi dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat persepsi dalam organisasi.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi dalam organisasi.
4. Untuk mengetahui kegagalan dan kekeliruan persepsi dalam organisasi.
5. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan komunikasi dalam organisasi.
6. Untuk mengetahui bentuk komunikasi dalam organisasi.
7. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi organisasi.
8. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan komunikasi
organisasi.
2
II
TINJAUAN PUSTAKA
3
penerimaan pesan di dalam organisasi, baik dalam kerangka kelompok formal
maupun informal (Subkhi & Jauhar, 2013).
4
III
PEMBAHASAN
5
Termasuk menarik kesimpulan melalui proses induksi logis. Interpretasi yang
dihasilkan melalui persepsi merupakan kesimpulan dari informasi yang tidak
lengkap. Artinya mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan
yang tidak sepenuhnya berdasarkan data sebenarnya, melainkan hanya berdasarkan
persepsi panca indra yang terbatas.
3.2.4 Persepsi mengandung ketidakakuratan.
Setiap persepsi yang dibuat pasti mengandung tingkat kesalahan tertentu. Hal ini
disebabkan oleh pengalaman masa lalu, selektivitas, dan inferensi. Semakin besar
jarak antara orang yang mempersepsikan dengan objek, maka semakin kurang
akurat persepsi tersebut.
3.2.5 Persepsi bersifat evaluatif.
Persepsi tidak pernah obyektif, karena kita menafsirkan berdasarkan pengalaman
dan mencerminkan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk
memberi makna pada objek yang dipersepsi. Seseorang cenderung mengingat hal-
hal yang mempunyai nilai tertentu bagi seseorang. Sedangkan yang biasa-biasa saja
cenderung terlupakan dan tidak dapat diingat dengan baik.
3.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang adalah sebagai berikut:
(1) Faktor internal: perasaan individu, sikap dan kepribadian, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, kondisi fisik,
gangguan jiwa, nilai dan kebutuhan serta minat dan motivasi.
(2) Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, pertentangan,
pengulangan gerakan, hal-hal baru dan akrab atau asing.
Menurut Pieter, Janiwarti dan Saragih (2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah:
(1) Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu benda atau
peristiwa, maka semakin tinggi minatnya dalam mempersepsikan objek atau
peristiwa tersebut.
6
(2) Pentingnya, artinya semakin penting suatu objek atau peristiwa yang dirasakan
seseorang, maka semakin sensitif pula orang tersebut terhadap objek
persepsinya.
(3) Kebiasaan, artinya semakin sering seseorang mempersepsikan suatu objek atau
peristiwa, maka ia akan semakin terbiasa membentuk persepsi tersebut.
(4) Konsistensi, artinya kecenderungan seseorang memandang suatu benda atau
peristiwa sebagai suatu hal yang konstan meskipun bentuk, ukuran, warna, dan
kecerahannya berbeda-beda.
3.4 Kegagalan dan Kekeliruan Persepsi
Secara teoritis ada lima faktor yang mempengaruhi kegagalan persepsi,
yaitu (Mulyana, 2013:230-251)
3.4.1 Kesalahan atribusi
Atribusi merupakan proses internal dalam diri manusia untuk memahami
penyebab perilaku orang lain. Kesalahan terjadi ketika perilaku seseorang dijadikan
sebagai sumber informasi tentang sifat-sifatnya. Pesan yang dipersepsikan kurang
lengkap atau tidak lengkap, sehingga manusia mencoba menafsirkan sendiri
kekurangan pesan atau rangsangan sensorik yang diterimanya.
3.4.2 Efek Halo
Efek halo mengacu pada fakta bahwa begitu manusia membentuk kesan
keseluruhan terhadap seseorang, maka
cenderung memiliki pengaruh yang kuat pada penilaian sifat-sifat tertentu. Kesan
pertama menjadi kesan keseluruhan dan mempunyai pengaruh yang kuat atau sulit
untuk digoyahkan, sehingga dapat menjadi hukum keutamaan. Kesan pertama
penting untuk menciptakan efek halo. Efek halo dapat disebabkan melalui ciri fisik
atau perilaku. Jika kesan pertama positif, maka tren selanjutnya juga positif
3.4.3 Stereotip
Stereotip adalah pengkategorian yang serampangan terhadap suatu kelompok
dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individu. Kelompok tersebut antara
lain: kelompok ras, suku, lanjut usia, berbagai pekerjaan dan profesi, jenis kelamin,
atau orang dengan penampilan fisik tertentu.
3.4.4 Prasangka
7
Prasangka merupakan konsekuensi dari stereotip, dan lebih mudah diamati
dibandingkan stereotip. Prasangka adalah sikap tidak adil terhadap seseorang atau
kelompok. Penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman sebelumnya.
Prasangka pada umumnya bersifat negatif. Bentuk prasangka yang nyata dan
ekstrim adalah diskriminasi. Prasangka adalah hal yang wajar dan tidak bisa
dihindari. Budaya dan kepribadian mempengaruhi prasangka.
3.4.5 Gegar Budaya
Gegar budaya merupakan benturan persepsi akibat penggunaan persepsi
berdasarkan nilai-nilai budaya yang dipelajari di lingkungan baru, dimana nilai-
nilai budaya tersebut berbeda dan belum dipahami. Benturan persepsi ini
menimbulkan konflik dan dapat menimbulkan tekanan dalam diri sendiri.
3.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi
Dalam berdirinya suatu organisasi tentu diperlukan adanya komunikasi
untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Menurut Sendjaja (1999),
komunikasi dalam organisasi memiliki empat fungsi diantaranya yaitu:
8
Fungsi persuasif dilakukan karena dalam mengatur organisasi, kekuasaan
dan kewenangan belum tentu selalu membawa hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Maka dari itu, banyak atasan lebih memilih cara persuasif kepada bawahannya
daripada memberi perintah, karena sebuah pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan ketika
pimpinan memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya terhadap karyawan.
9
3.6.1 Komunikasi Tertulis (Written Communication)
Komunikasi tertulis merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui
simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain yang dapat dibaca dan
dikirimkan kepada komunikan seperti surat, memo, laporan berkata organisasi,
pengumuman di buletin, dan lain sebagainya. Manfaat dari komunikasi tertulis
antara lain; pengirim maupun penerima memiliki bukti pesan, pesan dapat disimpan
dalam jangka waktu yang tidak terbatas, serta dapat digunakan untuk pesan yang
relatif panjang. Namun komunikasi ini juga memiliki kelemahan yaitu
membutuhkan waktu yang relatif lama, dan tidak membangun mekanisme umpan
balik.
10
3.6.5 Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal merupakan komunikasi dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas atau dapat diartikan juga sebagai komunikasi dari pimpinan kepada
bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi, petunjuk, dan informasi kepada bawahannya. Sedangkan
bawahan memberikan laporan, saran, pengaduan kepada pimpinan.
11
3.7.2 Hambatan Semantik dan Psikologis
Hambatan semantik merupakan hambatan komunikasi yang disebabkan
oleh kesalahan dalam pemilihan bahasa yang digunakan. Sedangkan, hambatan
psikologis adalah hambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri
individu. Untuk menghindari hambatan ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat
kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
12
mengatasi hambatan komunikasi dalam kinerja efektif dan efisien anggota
organisasi diantaranya yaitu:
13
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses subyektif dimana
individu menginterpretasikan informasi dan menghasilkan pemahaman mereka
sendiri. Persepsi juga sangat mempengaruhi bagaimana mereka menerima dan
mengirim pesan dalam konteks organisasi. Persepsi dan komunikasi adalah aspek
yang sangat penting dalam keberhasilan organisasi. Memahami peran mereka
dalam budaya organisasi dan mengelolanya dengan baik akan membantu
menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi, inovasi, dan pencapaian
tujuan organisasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pieter, Herri Zan., Janiwarti, Bethsaida, dan Saragih, Martin. 2011. Pengantar
Psikopatologi untuk Keperawatan: Jakarta.
Winbaktianur, W., & Sutono, S. (2017). Analisis komunikasi dalam organisasi. Al-
Qalb: Jurnal Psikologi Islam, 8(2), 127-133.
15