Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI

tentang

Komunikasi di Tempat Kerja (Workplace Communication)

Dosen Pengampu: Free Dirga Dwatra, S. Psi., M.A

Disusun Oleh Kelompok 8:

Afifah Usman (17011212)

Gatri Handayani (17011093)

Putri Amelia Pratiwi (17011184)

Soritua Yosfran Nababan (17011196)

Yulia Yasni (17011129)

Sesi F

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
Kata Pengantar

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai
kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Komunikasi. Adapun materi
makalah yang kami buat adalah "Komunikasi di Tempat Kerja (Worrkplace
Communication)".
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun
yang tidak kami sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
makalah ini, agar di masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang
lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna
kami berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata
pengantar dari kami atas perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan
terima kasih.

Padang, 01 Februari 2019

Pemakalah

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan............................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalaah.........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................2

Bab II Komunikasi di Tempat Kerja ( Workplace Communication)

A. Defenisi Komunikasi Organisasi.....................................................3


B. Komponen Komunikasi Organisasi.................................................6
C. Tujuan Komunikasi Organisasi........................................................6
D. Fungsi Komunikasi Organisasi........................................................8
E. Peran Komunikasi dan Perilaku Organisasi....................................10
F. Gaya Komunikasi dalam Organisasi...............................................13
G. Arah Aliran dalam Komunikasi......................................................14
H. Saluran Komunikasi Organisasi......................................................19
I. Hambatan dalam Komunikasi Organisasi......................................19

Bab III Penutup................................................................................................21

A. Kesimpulan.....................................................................................21

Daftar Rujukan.................................................................................................22

iii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Komunikasi ditempat kerja sebagai salah satu bidang kajian ilmu


komunikasi, selalu menjadi fenomena yang senantiasa aktual untuk didiskusikan,
sejalan dengan semakin banyaknya tantangan dan persoalan perusahaan itu
sendiri. Globalisasi yang melanda seluruh aspek kehidupan akhir-akhir ini, telah
mengharuskan setiap manusia termasuk (organisasi atau perusahaan) lebih
mempersiapkan diri, agar tidak “tereliminasi” oleh kompetisi global yang makin
ketat. Lebih dari itu, perkembangan peradaban dunia yang begitu cepat,
“mengharuskan” setiap organisasi lebih jeli memilih paradigma yang tepat dalam
merespons perkembangan yang ada.

Secara teoritis, kita mengenal beragam tindak komunikasi berdasarkan


pada konteks di mana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi
antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi
massa.

Komunikasi di tempat kerja atau organisasi sangat penting dan layak untuk
dipelajari, karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian
kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat
dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Komunikasi Organisasi ?
2. Apa saja Komponen Komunikasi Organisasi
3. Apa Tujuan Komunikasi Organisasi?
4. Apa Fungsi Komunikasi Organisasi?
5. Apa Peran Komunikasi dan Perilaku Organisasi ?
6. Apa saja Gaya Komunikasi dalam Organisasi ?

1
7. Apa Arah Aliran dalam Komunikasi ?
8. Bagaimana Saluran Komunikasi Organisasi?
9. Apa Hambatan dalam Komunikasi Organisasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi Komunikasi Organisasi
2. Mengetahui Komponen Komunikasi Organisasi
3. Mengetahui Tujuan Komunikasi Organisasi
4. Mengetahui Fungsi Komunikasi Organisasi
5. Mengetahui Peran Komunikasi dan Perilaku Organisasi
6. Mengetahui Gaya Komunikasi dalam Organisasi
7. Mengetahui Arah Aliran dalam Komunikasi
8. Mengetahui Saluran Komunikasi Organisasi
9. Mengetahui Hambatan dalam Komunikasi Organisasi

2
Bab II

Komunikasi di Tempat Kerja (Workplace Communication)

A. Definisi Komunikasi Organisasi

R. Wayne Pace dan Don F. Faules yang dialihbahasakan oleh Mulyana


(2001: 31-32) mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi, dengan demikian, terdiri
dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirearkis antara yang satu dengan yang
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

Unit komunikasi organisasia aalah hubungan antara orang-orang dalam


jabatan-jabatan (posisi-posisi) yang berada dalam organisasi tersebut. Unit dasar
dalam komunikasi organisasi adalah seorang dalam suatu jabatan. Posisi dalam
jabatan menentukan komunikasi dalam jabatan-jabatan. Komunikasi timbul
apabila satu orang menciptaka pesan, lalu yang lain menafsirkan, menjadi sebuah
“pertunjukan” dan menciptakan pesan baru.

Jika melihat apa yang terjadi tatkala seseorang terlibat dala komunikasi,
kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi.
Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penciptaan pesan atau penciptaan “pertunjukan” (Anda membawa sesuatu


untuk diperhatikan seseorang atau orang lain; menyebarkan sesuatu
sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan
menyenangkan)
2. Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan (menguraikan atau
memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).

Secara teknis, sesorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan


pesan. Apa yang Anda tunjukkan atau tempatkan sehingga terlihat jelas memang
mempresentasikan Anda. Anda adalah “suatu pertunjukan pesan yang berjalan”.
Hal yang sama dapat diterapkan kepada kantor atau hotel Anda. Kantor atau hotel

3
adalah suatu pertunjukan pesan bagi mereka yang datang (Pace dan Faules,
2006:45).

Goldhaber (1993: 14-15) juga mengemukakan bahwa komunikasi


organisasi dapat didefenisikan dan dipersepsikan dari berbagai perspektif seperti
yang dikemukakan berikut:

1. Komunikasi organisasi terdiri dalam suatu sistem terbuka yang kompleks


yang dipengaruhi oleh dan lingkungannya, baik internal (disebut budaya)
dan eksternal.
2. Komunikasi organisasi melibatkan pesan dan saluran, tujuan, arah, dan
media.
3. Komunikasi organisasi melibatkan orang-orang dan sikap mereka,
perasaan, hubungan, dan keterampilan.
4. Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.

Dari defenisi yang dikemukakan oleh Goldhaber tersebut, ada tujuh


konsep kunci yang terkandung di dalamnya, yaitu:

1. Proses (Process)
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang
menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena
gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan
tidak ada henti-hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses.
2. Pesan (Message)
Yang dimaksud dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti
tentang orang, objek, dan kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan
orang lain. Untuk berkomunikasi, seseorang harus sanggup menyusun
suatu gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan
suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif jika pesan yang

4
dikirimkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si
pengirim.
3. Jaringan (Network)
Dalam suatu organisasi terdapat orang-orang yang menduduki posisi atau
peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari
orang-orang ini terjadi melalui suatu set jalan kecil yang dinamakan
jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin hanya
mencakup dua orang, bebrapa orang atau keseluruhan organisasi. Hakikat
dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan.
4. Keadaan saling tergantung (Interdependence)
Konsep kunci komunikasi organisasi lainnya adalah keadaan yang saling
tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah menjadi sifat
dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu
bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh
kepada bagian lainnya dan mungkin juga seluruh sistem organisasi. Begitu
juga halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi akan
saling melengkapi implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan
maka dia harus memperhitungkan implikasi keputusan ini terhadap
organisasi secara menyeluruh.
5. Hubungan (Relationship)
Organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial, maka
untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia.
Dengan kata lain, jaringan (pesan) dalam suatu organisasi dihubungkan
oleh manusia. Oleh karena itu, hubungan manusia dalam organisasi
menjadi penting.
6. Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang
diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam
suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Yang termasuk lingkungan internal adalah

5
personalia (karyawan), golongan fungsional dari organisasi, dan
komponen organisasi lainnya seperti tujuan, produk, jasa, dan lain
sebagainya. Lingkungan eksternal adalah para pelanggan, konsumen,
leveransir, pesaing dan teknologi.
7. Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan
informasi yang diharapkan. Misalnya, suatu organisasi memerlukan
informasi perihal aturan pemerintah yang berpengaruh terhadap produksi
barang-barangnya (Muhammad, 1999: 67-74).

B. Komponen Komunikasi Organisasi

Dalam proses komunikasi organisasi, ada beberapa komponen yang penting


untuk diperhatikan. Adapun komponennya adalah sebagai berikut:

1. Jalur komunikasi interanal, eksternal, atas- bawah, bawah-atas, horizontal,


serta jaringan. Telah digambarkan bagaimana proses komunikasi
organisasi mengikuti struktur organisasi dengan garis komando, tanggung
jawab komunikasi yang horizontal dan diagonal untuk mengakomodasikan
hubungan antara pekerjaan yang secara fungsional memerlukan
koordinasi. Dalam praktik organisasi, dikenal pula dua bentuk jaringan,
yakni jaringan formal dan informal.
2. Induksi, antara lain orientasi tersembunyi dari para karyawan, kebijakan
dan prosedur, serta keuntungan para karyawan.
3. Saluran, antara lain media elektronik (email, internal), media cetak (memo,
surat menyurat, bulletin) dan tatap muka.
4. Rapat, antara lain briefing, rapat staf, rapat proyek, dan dengar pendapat
umum.
5. Wawancara, antara lain seleksi, tampilan kerja dan promosi karier.

C. Tujuan Komunikasi Organisasi

6
Tujuan komunikasi organisasi adalah untuk memudahkan, melaksanakan,
dan melancarkan jalannya organisasi. Menurut koontz (dalam Moekijat, 1993: 15-
16), dalam arti yang lebih luas, tujuan komunikasi adalah untuk mengadakan
perubahan dan untuk memengaruhi tindakan ke arah kesejahteraan perusahaan.
Sementara itu, Liliweri (2013:327-373) mengemukakan bahwa ada empat tujuan
komunikasi organisasi, yakni:

1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat


2. Membagi informasi
3. Menyatakan perasaan dan emosi
4. Melakukan koordinasi

Pentingnya komunikasi dalam organisasi dapat diperhatikan dari ilustrasi


berikut. Misalnya, sebuah hotel memerlukan informasi, baik tentang harga,
persaingan, teknologi, dan keuangan, maupun informasi tentang siklus perusahaan
dan kegiatan pemertintah. Pengetahuan ini merupakan dasar bagi keputusan-
keputusan yang memengaruhi garis produk, rasio produksi, mutu, siasat
pemasaran, gabungan faktor-faktor produktif, dan arus informasi internal. Akan
tetapi, pemahaman tentang informasi dan tindakan sebagai tanggapan terhadapnya
menjadi sangat sulit apalagi dalam suatu perusahaan besar yang mempunyai
jumlah karyawan yang banyak.

Dari situlah dapat dipahami pentingnya komunikasi. Komunikasi adalah


penting untuk berfungsinya internal perusahaan. Karena itu menurut harold
koontz bahwa komunikasi menyatukan fungsi-fungsi manajerial, dan komunikasi
diperlukan untuk:

1. Menentukan dan menyebarkan tujuan perusahaan


2. Mengembangkan rencana guna pencapaiannya
3. Mengatur sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan
cara yang seefektif dan seefisien mungkin
4. Memilih, mengembangkan dan menilai anggota-anggota
organisasi.

7
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu
suasana dimana orang-orang mau memberikan sumbangan
6. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan

Suatu organisasi tidak akan berfungsi dan berjalan dengan baik jika tidak
ada komunikasi. Fumgsi manajerial yang ditentukan oleh perusahaan harus
dikomunikasikan sehingga seluruh karyawan mengetahui kebijakan yang diambil
oleh top manajemen dan banyak cara pula untuk berkomunikasi baik dengan
publik internal maupun publik eksternal yang itu tergantung kepada pimpinan
organisasi dan publik atau khalayak yang dituju sehingga menciptakan hubungan
yang baik.

D. Fungsi Komunikasi Organisasi

Menurut Liliweri ada dua fungsi komunikasi organisasi yaitu yang bersifat
umum dan khusus. Di bawah ini akan dijabarkan dua fungsi tersebut:

1. Fungsi umum
a. Komunikasi berfungsu untuk menyampaikan atau memberikan
informasi kepada individu atau kelompok tentang bagaimana
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan kompetensinya.
Contoh: deskripsi pekerjaan
b. Komunikasi berfungsi untuk menjual gagasan dan ide, pendapat,
dan fakta. Termasuk juga menjual sikap organisasi dan sikap
tentang sesuatu yang merupakan subjek pelayanan. Contoh: public
relation, pameran, ekspo, dan lain-lain
c. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para
karyawan, agar mereka bisa belajar dari orang lain, belajar tentang
apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain tentang
apa yang “dijual” atau yang diceritakan oleh orang lain tentang
organisasi.

8
d. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana
organisasi membagi pekerjaan atau siapa yang menjadi atasan dan
siapa yang menjadi bawahan, dan besaran kekuasaan dan
kewenangan, serta menentukan bagaimana menangani sejumlah
orang, bagaimana memamfaatkan sumber daya manusia, dan
mengalokasikan manusia, mesin metode dan teknuk dalam
organisasi.
2. Fungsi khusus
a. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu
organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di
bawah sebuah komando atau pemerintah
b. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antar
sesama bagi peningkatan produk organisasi
c. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani
dan mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu
dan tidak pasti.
Sehubungan dengan fungsi komunikasi organisasi diatas, Charles
Conrad juga menyatakan ada dua fungsi relasi yang mendukung
organisasi dalam pengambilan keputusan, terutama ketika
organisasi menghadapi situasi yang kurang menentu.
1. Fungsi komando
a. Mengarahkan dan membatasi tindakan
b. Menangani dan memelihara tampilan yang dekat melalui
umpan balik
c. Menggunakan publikasi dan intruksi.
2. Fungsi relasi
a. Menciptakan dan melanjutkan sifat impresional dalam
organisasi
b. Membuat koordinasi antar unit kegiatan
c. Menentukan dan mendefinisikan peran organisasi

9
Fungsi komunikasi untuk mengambil keputusan dalam suasana yang
ambigu dan tidak pasti:

1. Menjaga keseimbangan antara kepentingan organisasi dan


individual
2. Mengelola berbagai akibat yang ditinggalkan atau
memelihara tradisi organisasi
3. Menciptakan perspektif bagi peluang pembagian
pengalaman kerja
E. Peran Komunikasi dan Perilaku Organisasi

Komunikasi organisasi dalam proses penyampaian pesan atau informasi


yang dilakukan oleh para pemimpin atau manajer, misalnya yang bertindak
sebagai komunikator, memiliki peran yang sangat penting dalam memengaruhi
perilaku organisasi. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan
peran yang sedang ia lakukan. Dalam kaitannya dengan hal ini, Henry Mintzberg
(dalam Romli, 2011: 3-5) menyatakan wewenang formal seorang manajer
menyebabkan timbulnya tiga peranan yaitu peran antar persona, peranan
informasi, dan peranan memutuskan. Berikut ini ketiga peranan dari seseorang
manajer tersebut .

1. Peranan antarpersona.
Dalam kaitannya dengan peranan antar persona seorang manajer meliputi tiga
hal, yaitu:
a. Peranan tokoh.
Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi, membuat seorang
manajer melakuan tugas yang bersifat keupacaraan. Karena ia merupakan
seorang tokoh, maka selain memimpin berbagai upacara di kantornya, ia
juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara. Dalam
peranan ini seorang manajer berkesempatan untuk memberikan
penerangan, penjelasan, imbauan, ajakan, dll.
b. Peranan pemimpin.

10
Sebagai pemimpin, seorang manajer bertanggung jawab atas
lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa kegiatan
bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua tahap
manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan, dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang
tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain
memotivasi para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan
kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan
komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang
manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan
melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan
kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil
yang memuaskan.
c. Peranan penghubung.
Dalam peranan sebagai penghubung, seorang manajer melakukan
komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik
secara formal maupun secara tidak formal.
2. Peranan informasi.
Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat informasi.
Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya. Peranan
informasional meliputi peranan-peranan sebagai berikut:
a. Peranan monitor.
Dalam melakukan peranannya sebagai monitor, manajer
memandang lingkungan sebagai sumber informasi. Ia mengajukan
berbagai pertanyaan kepada rekan-rekannya atau kepada bawahannya, dan
ia menerima informasi pula dari mereka tanpa diminta berkat kontak
pribadinya yang selalu dibinanya.
b. Peranan penyebar.
Dalam peranannya sebagai penyebar ia menerima dan
menghimpun informasi dari luar yang penting artinya dan bermanfaat bagi
organisasi, untuk kemudian disebarkan kepada bawahannya

11
c. Peranan juru bicara.
Peranan ini memiliki kesamaan dengan peranan penghubung, yakni
dalam hal mengkomunikasikan informasi kepada khalayak luar.
Perbedaannya ialah dalam hal caranya: jika dalam peranannya sebagai
penghubung ia menyampaikan informasi secara antar pribadi dan tidak
selalu resmi, namun dalam perananya sebagai juru bicara tidak selamanya
secara kontak pribadi, tetapi selalu resmi. Dalam peranannya sebagai juru
bicara itu ia juga harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang
yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya.
Kepada khalayak di luar organisasinya ia memberikan informasi dalam
rangka pengembangan organisasinya. Ia meyakinkan khalayak bahwa
organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggungjawab social
sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah
bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran sebagaimana
harusnya.
3. Peranan memutuskan.
Seorang manajer memegang peranan yang sangat penting dalam system
pengambilan keputusan dalam organisasinya. Ada empat peranan yang
dicakup pada peranan ini:
a. Peranan wiraswasta.
Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan
mengadakan penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungannya. Ia
senantiasa memandang kedepan untuk mendapatkan gagasan baru. Jika
sebuah gagasan muncul, maka ia mengambil prakarsa untuk
mengembangkan sebuah proyek yang ia awasinya sendiri atau
didelegasikannya kepada bawahannya.
b. Peranan pengendali gangguan.
Seorang manajer berusaha sebaik mungkin menanggapi setiap
tekanan yang menimpa organisasi, seperti buruh mogok, para pelanggan
menghilang, dsb.
c. Peranan penentu sumber.

12
Seorang manajer bertanggungjawab untuk memutuskan pekerjaan
apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan, dan bagaimana
pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai
kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum
implementasi dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat
memastikan bahwa keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya
berjalan melalui pemikiran tunggal.
d. Peranan perunding.
Manajer melakukan peranan perunding bukan saj amengenai hal-
halyang resmi dan langsung berhubungan dengan organisasi, melainkan
juga tentang hal-hal yang tidak resmi dan tidak langsung berkaitan dengan
kekaryaan. Bagimanajer, perundingan merupakan gaya hidup karena
hanya ialah yang mempunyai wewenang untuk menanggapi sumber-
sumber organisasional pada waktu yang tepat, dan hanya ialah yang
merupakan pusat jaringan informasi yang sangat diperlukan bagi
perundingan yang penting.
F. Gaya KomunikasidalamOrganisasi

Gaya komunikasi didefenisikan oleh Steward L Tubbs dan Sylvia Moss


(1998) sebagai perangkat perilaku antar pribadi yang terspesalisasi yang
digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi yang
dipakai guna memperoleh respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung
pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). Ada
enam gaya komunikasi menurut Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam
organisasi. Diantarany aseperti yang terdapat pada tabel.

The Gaya komunikasi ini bersifatmengendalikandanditandaidenganadanyasatukehendaka


controllin danmengaturperilaku, pikirandantanggapan orang lain.
g style

13
The Aspekpentinggayakomunikasiiniialahadanyalandasankesamaandantandaidenganberlak
equalitaria secaralisanmaupuntertulis yang bersifatduaarah (two-way traffic of communication).
n style Gaya
komunakasiiniakannmemudahkantindakkomunikasidalamorganisasisebabgayainiefektf
khususnyadalamsituasiuntukmengambilkeputusanterhadapsuatupermasalahan yang ko
mejaminberlangsungnyatindakan share/ berbagiinformasidiantara para anggotadalamsu
The Gaya komunikasi yang berstrukturini, memanfaatkanpesan-pesan verbal secaratertulis
structurin yang harusdilaksanakan, penjadwalantugasdanpekerjaansertastrukturorgani
g style lebihmemberiperhatiankepadakeinginanuntukmemengaruhi orang lain denganjalanbe
jadwalkerja, aturandanprosedur yang berlakudalamorganisasitersebut.
The Gaya komunikasi yang dinamisinimemilikikecenderunganagresif,
dinamyc memahamibahwalingkunganpekerjaannyaberorientasipadatindakan (action-oriented).
style iniseringdipakaioleh para jurukampanyeataupun supervisor yang membawa para wiran
The Gaya komunikasiinilebihmencerminkankesediaanuntukmenerima saran, pen
relinguish daripadakeinginanuntukmemberiperintah, meskipunpengirim
ing style mempunyaihakuntukmemberiperintahdanmengontrol orang lain.
Pesan-pesandalamgayakomunikasiiniakanefektifketikapengirimpesanatau sender se
yang berpengetahuanluas, berpengalaman, telitisertabersediauntukbertanggungjaw
dibebankannya
The Akibat yang munculjikagayainidigunakanadalahmelemahnyatindakkomunikasi, arti
Withdraw yang memakaigayainiuntukberkomunikasidengan orang lain, karenaadabeberapaperso
al Style dihadapioleh orang-orang tersebut.

G. Arah Aliran dalam Komunikasi


1. Komunikasi kebawah
Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang
berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi

14
bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi
kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967). Titik
berat dalam komunikasi organisasi seringkali bergerak ke arah komunikasi
manajerial yang perhatian utamanya adalah komunikasi ke bawah,
membawa informasi melalui kelompok manajemen kepada kelompok
operatif.
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan
kepada bawahan (Katz & Kahn 1966):
1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi,
4. Informasi mengenai kinerja pegawai
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas

Para pegawai diseluruh tingkat dalam organisasi merasa perlu diberi


informasi. Manajemen puncak hidup dalam dunia informasi. Manajemen
puncak harus memiliki informasi dari semua unit dalam organisasi, dan
harus memperoleh informasi untuk semua unit. Aliran informasi dari
manajemen puncak yang turun ke tingkat operatif merupakan aktivitas
yang berkesinambungan dan sulit.

2. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah informasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih
tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam organisasi, kecuali mereka yang
menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas, yaitu, setiap
bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau memeinta informasi dari
atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi
daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada
individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas
merupakan esensi komunikasi ke atas.
Pentingnya komunikasi ke atas karena:

15
1. Aliran informasi keatas memberi informasi yang berharga untuk
pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan
mengawasi kegiatan orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan
mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik
bawahan menerima apa yang diakatan kepada mereka (Planty &
Machaver, 1952)
3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan
keluh kesa muncul kepermukaan sehingga penyelia tahu apa yang
mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi
sebenarnya (Conboy, 1976)
4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada
organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk
mengajukan pertanyaan dan menyambung gagasan serta saran-saran
mengenai operasi organisasi
5. Komunikasi keatas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah
bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke
bawah
6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan
mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan
mereka dan dengan organisasi tersebut.

Apakah yang Harus Dikomunikasikan ke Atas?


Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke atas
menyatakan bahwa penyelia dan manajer harus menerima informasi dari
bawahan mereka yang:
1. Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan –pekerjaan mereka,
prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang.
2. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan
bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan.

16
3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit
mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan.
4. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang
pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi.

Mengapa Sulit Memperoleh Informasi Dari Bawah?

Sharma (1979) mengemukakan empat alasan mengapa komunikasi ke


atas terlihat amat sulit:

1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.


Penelitian menunjukkan bahwa pegawai merasa bahwa mereka akan
mendapat kesulitan bila mereka berbicara kepada penyelia mereka dan
cara terbaik untuk naik pangkat dalam organisasi tersebut adalah
sepakat dengan penyelia mereka.
2. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik pada masalah
pegawai. Pegawai seringkali melaporkan bahwa manajer mereka tidak
memperhatikan masalah mereka.
3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan
pegawai. Seringkali penyelia dan manejer tidak berhasil memberi
penghargaan yang nyata atau terselubung untuk mempertahankan agar
saluran komunikasi ke atas tetap terbuka.
4. Perasaan bahwa penyelia dan manejer tidak dapat di hubungi dan
tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai. Bisa terjadi
penyelia terlalu sibuk untuk mendengarkan atau bawahan tidak dapat
menemukan mereka. Bila penyelia ada pada tempatnya ia tidak
tanggap terhadap apa yang dikatakan bawahan tersebut.

Prinsip-Prinsip Komunikasi Ke Atas:

Planty dan Machaver (1952) mengemukakan tujuh prinsip pedoman


program komunikasi ke atas yaitu:

17
1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan.
Meskipun kerahasiaan dan keterusterangan memperkokoh semua
program komunikasi efektif, penyelia dan menejer harus merangsang,
mendorong, dan mencari jalan untuk mengembangkan komunikasi ke
atas.
2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara
berkesinambungan. Bawahan harus memberi dan meminta innformasi
dari tingkat yang lebih tinggi terlepas dari bagaimana segala sesuatu
berjalan. Penyelia dan manajer harus mau menerima informasi kepada
bawahan dan memberi tanggapan atas apa yang mereka terima,
terlepas dari apakah organisasi berfungsi lancar atau sedang mendapat
gangguan.
3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin.
Tanpa menghilangkan kesempatan bagi setiap pegawai untuk
melakukan kontak dengan dan didengar oleh manajer di setiap tingkat,
informasi harus mengalir ke atas melalui organisasi mengikuti tahap-
tahap yang biasa dan rutin. Masalah dan permohonan informasi harus
berjalan ke atas melalui organisasi sampai menemui orang yang dapat
melakukan tindakan.
4. Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan
dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih
rendah. Jabatan seseorang dalam organisasi mendorongnya untuk
memandang segala sesuatu secara berbeda dan memberi makna yang
berlainan pula atas yang dilihatnya itu. Perbedaan nilai dan prioritas
menghasilkan perbedaan dalam dugaan dan kesimpulan.
Mendengarkan dengan tujuan untuk memahami apa yang diamaksud
oleh seseorang adalah dasar bagi komunikasi ke atas yang efektif.
5. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup mendengarkan
secara objektif. Penyelia dan manejer harus menyediakan waktu untuk
mendengarkan bawahan secara objektif. Mendengarkan yang
disampaikan bawahan, memudahkan dan mengurangi ketegangan

18
bawahan, menunjukkan maksud menerima dan kesediaan untuk
mendengarkan pendapat yang bertentangan, kritik-kritik dan cara
pandang yang berlainan.
6. Dan mencakup tindakan untuk menanggapi masalah. Mendengarkan
aktif dapat memancing munculnya gagasan-gagasan baru, tetapi
kegagalan untuk melakukan tindakan hanya menciptakan kemarahan
dan merusak ketulusan dalam komunikasi ke atas.
7. Mengguanakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan
aliran informasi. Metode komunikasi ke atas yang paling efektif
adalah kontak tatap muka setiap hari dan percakapan di antara
penyelia atau bawahan.

H. Saluran Komunikasi Organisasi

Saluran komunikasi organisasi adalah adalah alat yang digunakan


komunikator untuk menyebarluaskan (mendistribusikan ) suatu pesan dengan
tujuan memperoleh respon atau timbal balik. Saluran komunikasi ini terdiri dari :

1. saluran interpersonal
saluran interpersonal dapat bersifat langsung seperti komunikasi tatap
muka dan saluran tidak langsung. Seperti : telepon, SMS, Line, Whatsapp
dan sebagainya.
2. Saluran massa
Saluran massa yaitu media massa, berupa media cetak dan elektronik.

Saluran organisasi tersebut memperlihatkan adanya variasi metode dan


media komunikasi yang digunakan dalam organisasi. Metode komunikasi dapat
digunakan dalam bentuk tulisan, lisan, atau kombinasi tulisan dan lisan yang
sifatnya two way communication. (Ruliana,2014 :33).

I. Hambatan dalam Komunikasi Organisasi

Ada lima hambatan atau gangguan komunikasi yang kerap muncul dalam
komunikasi organisasi menurut Warren (2986,dalam Ruliana, 2014.) diantanya :

19
1. Management level (tingkatan manajemen)
Dalam organisasi terdapat peringkat manajemen yaitu : top, upper, middle,
dan lower management. Dan dalam tingkatan tersebut dapat saja terjadi
komunikasi penyampain pesan atau informasi yang tidak sepenuhnya
berlangsung dengan lancar, baik ditinjau dari arah aliran informasi atau
pola komunikasi.
2. Number of people supervised ( jumlah staf yang berada dalam kendali atau
dibawah pengawasan)
Jika staf atau karyawan yang langsung di bawah pengawasan seorang
pimpinan kurang dari 12 orang maka komunikasi mengenai bidang tugas
atau pekerjaannya lebih lancar. Sebaliknya, jika staf yang dibawah
komandonya lebih dari 12 orang maka kecenderungan komunikasi akan
terhambat.
3. The rank of position in the organization (jenjang kepangkatan, jabatan,
dan status atau kedudukan di dalam oraganisasi)
Jika jenjang kepangkatan, jabatan, dan status atau kedudukan di dalam
organisasi terlalu jauh maka komunikasi terjadi kurang lancar dan kaku
4. Change in manager ( pergantian menejer)
Perubahan atau penggantian manajer atau perubahan sikap dari menejer
dapat mengakibatkan perubahan dalam pola komunikasi dari atas ke
bawahan
5. Manager interpretation ( interpretasi menejer)
Masing-masing menejer memiliki pola pikir, cara menafsirkan dan pola
berhubungan yang berbeda terhadap para karyawan. Mislanya, ada
menejer yang suka terhadap karyawan walaupun pekerjaannya kurang baik
asalkan karyawan tersebut pandai bersikap terhadap menejer dan orang
lain.

20
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

R. Wayne Pace dan Don F. Faules yang dialih bahasakan oleh Mulyana
(2001: 31-32) mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi, dengan demikian, terdiri
dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirearkis antara yang satu dengan yang
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

Tujuan komunikasi organisasi adalah untuk memudahkan, melaksanakan,


dan melancarkan jalannya organisasi. Menurut koontz (dalam Moekijat, 1993: 15-
16), dalam arti yang lebih luas, tujuan komunikasi adalah untuk mengadakan
perubahan dan untuk memengaruhi tindakan ke arah kesejahteraan perusahaan.

21
Daftar Rujukan

Muhammad, Arni. (2011). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Pace. R. Wayne & Faules. Don. F. (2006). Komunikasi Organisasi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Rauliana, P. (2014). Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus. Jakarta : PT.
Grafindo Persada.

Wood, J.T. (2013). Komunikasi Interpersonal Interaksi Harian. Jakarta : Salemba


Humainika.

22

Anda mungkin juga menyukai