Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FATOFISIOLOGI
DOSEN PENGAMPU: IBU Fitria Hasanuddin, S.Kep.Ns.M.Kep

DI BUAT OLEH :
ISMAIL 105111100133
SURIANTI 105111100623
FITRAH NURHAIRUNI 105111101623
ERNI 105111102723

PRODI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN AJARAN 2024-2025

1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah memberikan teladan dan petunjuk dalam setiap langkah kehidupan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas akademik mata kuliah
Fatofisiologi. Dalam perjalanan penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa setiap
langkah yang diambil adalah bagian dari sebuah proses pembelajaran yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan
motivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing IBU, Fitria
Hasanuddin, S.Kep.Ns.M.Kep serta semua pihak yang telah memberikan masukan dan
saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
serta kontribusi yang positif dalam bidang kajian yang diangkat. Tidak lupa, penulis juga
mengakui bahwa dalam proses penulisan ini, masih banyak kekurangan dan keterbatasan
yang harus diakui. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi
pembaca yang hendak mengembangkan wawasan dan pemahaman dalam bidang yang
dibahas. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan ridha-Nya atas
segala usaha yang kita lakukan. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................I
DAFTAR IS...................................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

1. Mengetahui secara rinci mengenai Trombosis embolism......................6


2. Mengetahui secara rinci mengenai Atrofi.............................................. 7
3. Mengetahui secara rinci mengenai Iskemik........................................... 8
4. Mengetahui secara rinci mengenai Hifertrofi........................................ 9
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Fisiologi adalah studi tentang fungsi normal dari organisme hidup dan bagaimana
berbagai sistem organ bekerja bersama-sama untuk menjaga kesehatan. Fisiologi
patologis, atau patofisiologi, mempelajari perubahan dalam fungsi normal yang
terjadi sebagai akibat dari penyakit atau cedera.

Dalam konteks mata kuliah patofisiologi, topik seperti trombosis, emboli, iskemia,
atrofi, dan hipertrofi membahas perubahan fisiologis yang terjadi dalam tubuh saat
terjadi gangguan patologis seperti pembekuan darah yang tidak normal,
penyumbatan pembuluh darah oleh benda asing, penurunan pasokan darah ke
jaringan, serta penurunan atau peningkatan ukuran sel atau organ.

Materi ini penting untuk memahami dasar-dasar penyakit dan gangguan fisiologis,
serta untuk mengembangkan pemahaman tentang bagaimana intervensi medis
dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dan memperbaiki fungsi
tubuh yang terganggu.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah makalah Fatofisiologi antara lain yaitu:


5. Mengetahui secara rinci mengenai Trombosis embolisn
6. Mengetahui secara rinci mengenai Atrofi
7. Mengetahui secara rinci mengenai Iskemik
8. Mengetahui secara rinci mengenai Hifertrofi

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dan Manfaat dibuatnya makalah ini adalah:

4
1. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui secara rinci mengenai
Trombosis embolisn
2. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui secara rinci mengenai Atrofi
3. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui secara rinci mengenai
Iskemik
4. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui secara rinci mengenai
Hifertrofi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. TROMBOSIS EMBOLISN ( ISMAIL )


A. Pengertian Trombosis Embolisn
Trombosis adalah pembentukan gumpalan darah (trombus) di dalam pembuluh
darah, yang dapat terjadi karena berbagai faktor seperti kerusakan pada dinding
pembuluh darah, gangguan aliran darah, atau hiperkoagulabilitas (peningkatan
kecenderungan pembekuan darah). Gumpalan darah ini dapat menyumbat aliran
darah di dalam pembuluh darah dan mengganggu fungsi normal organ atau
jaringan yang teraliri oleh pembuluh darah tersebut.
mboli adalah potongan gumpalan darah (atau benda lainnya seperti lemak, udara,
atau pecahan tulang) yang terlepas dari tempat pembentukannya dan berpindah
melalui aliran darah. Emboli dapat tersangkut di pembuluh darah yang lebih kecil
di tempat lain di tubuh, menyumbat aliran darah, dan menyebabkan kerusakan
jaringan atau organ yang terkena.
Trombus dapat menjadi emboli jika bagian dari gumpalan darah itu terlepas dari
tempat pembentukannya dan terbawa oleh aliran darah ke bagian tubuh yang lain.
Hal ini sering terjadi dalam kondisi di mana trombus terbentuk di tempat-tempat
tertentu, seperti pembuluh darah besar atau jantung, dan kemudian
pecah atau terlepas

B. faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami trombosis


embolisn
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
trombosis embolisn:
1. Kebiasaan Merokok: Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah,
menyebabkan peradangan, dan meningkatkan kekentalan darah, yang
semuanya dapat memicu pembentukan gumpalan darah.

5
2. Obesitas: Obesitas terkait dengan peradangan kronis dan perubahan hormonal
yang dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.
3. Riwayat Penyakit Jantung: Beberapa kondisi jantung seperti fibrilasi atrium
(gangguan irama jantung) atau gagal jantung dapat meningkatkan risiko
pembentukan gumpalan darah di dalam jantung yang kemudian dapat terlepas
dan menjadi emboli.
4. Trombosis Vena Dalam: Seseorang yang pernah mengalami trombosis vena
dalam memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami trombosis emboli di masa
depan karena adanya kerusakan pada pembuluh darah atau sistem koagulasi
darah yang terganggu.
5. Kehamilan dan Persalinan: Kondisi ini meningkatkan risiko trombosis karena
perubahan hormonal dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah.
C. Gambaran bagaimana Trombosis embolism dapat menyebabkan gangguan darah
dan kerusakan jaringan di berbagai bagian tubuh.
Trombosis emboli dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan kerusakan
jaringan di berbagai bagian tubuh melalui mekanisme berikut:
1. Stroke: Emboli yang menyumbat pembuluh darah di otak dapat mengganggu
aliran darah ke area tertentu di otak, menyebabkan iskemia dan kerusakan
jaringan yang akut. Hal ini dapat menghasilkan gejala stroke seperti kehilangan
fungsi motorik, sensorik, atau bicara.
2. Emboli Paru: Trombus yang terlepas dan mencapai arteri pulmonalis dapat
menyebabkan emboli paru, yang mengganggu aliran darah ke paru-paru dan
menyebabkan tekanan darah paru-paru meningkat. Ini dapat menyebabkan
gejala seperti napas tersengal-sengal, nyeri dada, dan jika parah, dapat
menyebabkan kegawatan kesehatan seperti syok.
3. Trombosis Vena Dalam: Trombus yang terbentuk di vena dalam tubuh,
khususnya di tungkai bawah, dapat mengganggu aliran darah kembali ke
jantung. Ini dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kemerahan di
daerah yang terkena, serta meningkatkan risiko emboli paru jika trombus
terlepas dan mencapai paru-paru.

D. Adapun gejala umum trombosis emboli tergantung pada lokasi emboli, serta metode
diagnostik yang digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis
Berikut adalah gejala umum trombosis emboli tergantung pada lokasi emboli dan
metode diagnostik yang digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis:
1. Stroke: Gejala umum stroke akibat trombosis emboli meliputi kelemahan atau
kelumpuhan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami ucapan,
kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, dan kehilangan keseimbangan
atau koordinasi.

6
Metode diagnostik: Pemindaian CT (Computed Tomography) atau MRI
(Magnetic Resonance Imaging) otak sering digunakan untuk
memvisualisasikan area iskemik atau perdarahan di otak.
2. Emboli Paru: Gejala emboli paru meliputi napas pendek yang tiba-tiba, napas
cepat, nyeri dada yang tajam atau nyeri saat bernapas, batuk darah, dan pusing
atau pingsan.
Metode diagnostik: Pemeriksaan diagnostik utama adalah angiografi pulmonal,
yang melibatkan penggunaan zat kontras untuk memvisualisasikan pembuluh
darah paru-paru. Pemeriksaan pencitraan seperti CT angiografi paru juga
sering digunakan.
3. Trombosis Vena Dalam: Gejala trombosis vena dalam meliputi pembengkakan,
nyeri atau rasa sakit di kaki atau lengan, kulit yang terasa hangat, merah, atau
berwarna biru, dan pembengkakan atau nyeri di daerah yang terkena.
Metode diagnostik: Ultrasonografi Doppler adalah metode diagnostik pilihan
untuk mendeteksi dan memvisualisasikan gumpalan darah dalam pembuluh
darah. Dalam beberapa kasus, venografi kontras juga digunakan untuk
menegakkan diagnosis.
E. langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya trombosis embolism
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya trombosis
embolisn meliputi:
1. Perubahan gaya hidup: Meliputi menjaga berat badan yang sehat dengan diet
seimbang dan olahraga teratur, menghindari merokok, mengurangi konsumsi
alkohol, dan bergerak secara teratur, terutama jika Anda memiliki risiko faktor
tertentu seperti riwayat trombosis atau operasi besar.
2. Penggunaan obat pengencer darah: Jika Anda memiliki risiko tinggi untuk
trombosis emboli, dokter mungkin meresepkan antikoagulan atau obat
pengencer darah seperti warfarin, heparin, atau antikoagulan baru seperti
rivaroxaban atau apixaban. Obat-obatan ini membantu mencegah pembentukan
gumpalan darah atau memperlambat pertumbuhannya.
3. Terapi fisik: Terutama penting bagi orang yang berisiko tinggi untuk trombosis
emboli yang mengalami imobilisasi yang panjang, seperti selama rawat inap di
rumah sakit atau setelah operasi besar. Terapi fisik, seperti gerakan kaki atau
perubahan posisi secara teratur, dapat membantu mencegah stasis darah di
pembuluh darah dan pembentukan gumpalan darah.

2.2 ATROFI ( SURIANTI )


Microneedling dengan Platelet-rich Plasma (PRP) untuk Skar Akne Atrofi

7
Skar atrofi merupakan komplikasi umum akne dan sangat memengaruhi kualitas
hidup pasien. Microneedling dengan PRP untuk memperbaiki skar akne atrofi
tergolong sederhana, aman, dan efektif. Teknik ini menggunakan jarum
mikro untuk menusuk kulit secara superfisial dan menghancurkan kolagen
rusak di lapisan atas dermis, mengaktivasi kaskade penyembuhan luka secara
normal yang menstimulasi pembentukan kolagen baru sehingga memperbaiki
tampilan skar. Artikel ini memaparkan microneedling dengan PRP sebagai
modalitas terapi untuk skar akne Atrofi.
Microneedling adalah modalitas terapi baru dalam dermatologi. Melalui
trauma fisik dari penetrasi jarum, microneedling menginduksi kaskade
penyembuhan luka dengan kerusakan minimal pada epidermis dan
meningkatkan absorpsi terapi topikal melewati stratum korneum.
Prosedur ini memiliki sedikit efek samping dibandingkan modalitas lain,
efikasi yang baik, dan menjadi opsi skin resurfacingyang aman untuk semua
warna kulit.1PRP (Platelet-rich Plasma) memiliki efek sinergis dengan
microneedling pada skar akne atrofi. Microneedling memfasilitasi kanal-kanal
untuk absorpsi PRP secara efisien. PRP memberikan platelet tambahan dan
upregulasi faktor pertumbuhan untuk berkontribusi terhadap penyembuhan
luka, sehingga meningkatkan hasil kosmetik dan mempercepat pemulihan
pasca-terapi.
 SKAR AKNE ATROFIF
aktor genetik, derajat keparahan akne, dan pengobatan terlambat merupakan
faktor utama yang memengaruhi pembentukan skar.4 Berdasarkan hilang
atau bertambahnya kolagen, skar akne dibagi menjadi tiga kategori:
atrofi, hipertrofi, dan keloid (Tabel 1). Sekitar 80-90% skar akne dikaitkan dengan
hilangnya kolagen (skar atrofi); sebagian kecil membentuk skar hipertrofi
dan keloid (predileksi dada dan bahu).3-5 Skar akne atrofi diklasifikasikan lebih
lanjut menjadi: ice pick, rolling, dan boxcar (Gambar 1). Estimasi prevalensi
masing-masing skar akne atrofi: ice pick 60-70%, rolling 15-25%, dan boxcar 20-
30%.3-5Klasifikasi skar penting untuk membantu menentukan pilihan terapi.
Skar ice pick dapat menjangkau ke dalam dermis, sehingga cenderung
resisten terhadap metode skin resurfacing konvensional. Skar rolling lebih
lebar dan memiliki ikatan fibrosa ke subkutis, sehingga memerlukan terapi
di tingkat subdermal. Skar boxcar yang dangkal lebih cocok untuk terapi skin
resurfacing, sedangkan skar boxcar yang dalam (≥0,5 mm) lebih resisten
terhadap terapi superfisial tersebut.3,4Jenis skar ini sulit dibedakan secara
klinis karena beberapa tipe skar mungkin ada pada seorang pasien.3-5Derajat
keparahan skar merupakan faktor penting lain dalam manajemen skar. Skala
tersebut digunakan untuk identifikasi terapi yang sesuai dan evaluasi outcome.
Penilaian dapat bersifat objektif (membutuhkan alat ukur) atau subjektif
(penilaian pengamat). Metode subjektif dapat berupa kuantitatif atau kualitatif,
serta dapat dilakukan oleh dokter dan/atau pasien. Contoh skala penilaian antara

8
lain: skala penilaian kuantitatif dan kualitatif Goodman dan Baron (Tabel 2),
Vancouver Scar Scale (VSS), Patient and Observer Scar Assessment Scale
(POSAS), Visual Analog Scale(VAS), dan Patient Satisfaction Scale (PSS).
 MICRONEEDLING
Pilihan terapi dapat dikategorikan menjadi energy-based dan non-energy-
based. Terapi energy-based meliputi: laser ablatif dan non-ablatif,
radiofrekuensi (RF) fraksional, intense pulsed light (IPL), dan plasma skin
regeneration(PSR). Terapi non-energy-based meliputi: subsisi,
(mikro)dermabrasi, microneedling, dermal filler, dan chemical peeling.
Microneedling atau percutaneous collagen induction (PCI) adalah
prosedur invasif minimal; merupakan salah satu modalitas untuk
neokolagenesis, neoelastinogenesis, dan neovaskularisasi.Microneedling
merupakan modalitas yang efektif dalam manajemen skar akne atrofi,
penuaan kulit (garis halus dan kerutan), striae (stretch marks), kelainan
pigmen (melasma), hair loss(alopesia), keratosis aktinik, skar pasca-trauma/luka
bakar, dan hiperhidrosis.

2.3 ISKEMIK ( FITRAH NUR HAERUNI )


Ketergantungan yang ditimbulkan akibat stroke bervariasi yang dapat
dimanifestasikan dalam aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living/ADL). Indeks
Barthel merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemandirian aktivitas dasar sehari hari. Pengukuran ADL dengan Indeks Barthel
membantu mengidentifikasi dini tingkat kemandirian klien dalam pemenuhan
ADL nya. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental, penelitian ini
merupakan penelitian analitik komparatif observasional dengan pendekatan cross
sectional. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui tingkat ketergantungan ADL
pada pasien stroke iskemik dan hemoragik berdasarkan indeks bartel yang
dilakukan di Ruang Rawat Inap Pasien Stroke RSUD Dr Harjono S Ponorogo,
dengan sampel sejumlah 30 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan diambil
secara Consecutive Sampling. Sampling dianalisis menggunakan uji statistik
independent sample t test jika kedua sampel berdistribusi normal, tetapi data salah
satu sampel atau keduanya tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis
menggunakan Uji Mann Whitney. Instrumen untuk pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan lembar observasi dengan hasil penelitian dari 30
responden terdiri dari 16 pasien stroke iskemik dan 16 pasien stroke hemoragik.
Penilaian ADL pada pasien stroke iskemik sebagian besar mengalami
ketergantungan total, pasien stroke hemoragik hampir seluruhnya mengalami

9
ketergantungan total. Hasil uji Mann Whitney U Test, nilai sig (2 tailed) adalah
0,440 maka nilai ini> 0, 05, dengan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
ketergantungan Activity Daily Living pada pasien stroke iskemik dan stroke
hemoragik berdasarkan indeks barthel.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro) 6 (2), 655-662,
2017 Latar Belakang: Stroke merupakan salah satu masalah dalam kesehatan yang
dapat mengakibatkan penderitanya mengalami penurunan kualitas hidup. Sebagian
besar kasus stroke dan yang sering dijumpai merupakan stroke jenis iskemik. Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi.
Adanya perbedaan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, diduga
memberikan keluaran klinis yang berbeda pula pada pasien stroke iskemik.
Jurnal Kesehatan Perintis 6 (1), 74-80, 2019
Stroke merupakan suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh pembuluh
darah otak. cedera dapat disebabkan oleh sumbatan dan penyempitan,
menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai, menyebabkan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses pikir, daya ingat dan
dapat menyebabkan kematian. Di RSSN Bukitinggi, angka kejadian stroke
meningkat akhir tahun 2016 ditemui kasus rawat inap di RSSN Bukittinggi
sebnyak 4.100 orang dan rawat jalan di RSSN Bukittinggi sebanyak 11.113 orang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
keluarga terhadap kemampuan deteksi dini (tanda dan gejala) serangan stroke
iskemik di ruang IGD RSSN Bukittinggi tahun 2018. Metode penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan crossectional dengan
menggunakan alat ukur kuesioner kemudian data diolah menggunakan uji chi
squere. Sampel dalam penelitian ini ini sebanyak 75 orang. Hasil uji statistik di
peroleh hasil antara pengetahuan keluarga terhadap kemampuan deteksi dini
(tanda dan gejala) pada pasien stroke P Value= 0,011 (P> α) maka dapat
disimpulkan ada hubungan pengetahuan terhadapkemampuan deteksi dini dengan
nilai (P= 0,011 OR= 3,927). Berdasarkan hasil uji statistikantara sikap keluarga
terhadap kemampuan deteksi dini (tanda dan gejala) didapatkan hasil P value=
0,186 (P< α) hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara sikap kelurga
dengan kemampuan deteksi dini (tanda dan gejala) pada pasien stroke iskemik di
IGD RSSN Bukittinggi2018. Saran dalam penelitian ini dapat dijadikan masukan
bagi rumah sakit.

2.4 HIPERTROFI ( ERNI )

10
Hipertrofi otot adalah peningkatan ukuran otot di bagian tubuh tertentu. Umumnya
tampak pada otot lengan atau paha. Hal ini berbeda dengan hiperplasia otot, yaitu
pembentukan sel-sel otot yang baru. Hipertrofi otot berarti pertumbuhan sel-sel
otot yang sudah ada di dalam tubuh. Hipertrofi otot terbagi atas dua tipe, yaitu:
Hipertrofi miofibrilar yaitu pertumbuhan komponen otot miofibril, bagian dari
serat otot miosit, serat otot pembentuk otot rangka. Miofibril berfungsi untuk
membuat otot berkontraksi. Jika Anda mengalami hipertrofi miofibrilar, jumlah
miofibril dalam otot pun bertambah, sehingga meningkatkan kepadatan dan
kekuatan otot.
Hipertrofi sarkoplasmik, itu tandanya jumlah cairan sarkoplasma di dalam otot
bertambah. Cairan ini adalah sumber energi yang mengelilingi miofibril di dalam
otot. Cairan ini mengandung adenosin trifosfat, glikogen, kreatin fosfat, dan air.
Jika Anda mengalami hipertrofi sarkoplasmik, jumlah cairan sarkoplasma yang
meningkat pada otot membuatnya menjadi terlihat lebih besar, tapi sebenarnya
cairan tersebut tidak menambah kekuatan otot. Bagaimana hipertrofi otot bisa
terjadi?
Hipertrofi otot, baik hipertrofi miofibrilar dan hipertrofi sarkoplasmik, dapat
terjadi jika Anda sering berolahraga. Khususnya jenis olahraga atau latihan yang
memang fokus terhadap pembentukan otot di area tubuh tertentu.
Latihan otot yang secara rutin Anda lakukan awalnya mungkin menyebabkan
ketegangan pada otot. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada serat otot,
tapi tubuh akan terus memperbaikinya. Artinya, tubuh melakukan pertahanan diri
hingga akhirnya terbiasa dengan kondisi tersebut.
Seiring waktu, hipertrofi otot, atau saat otot membesar dan menguat, adalah hasil
dari otot yang beradaptasi atas latihan kekuatan yang terus-menerus Anda lakukan.
Artinya, jika Anda ingin memperbesar ukuran otot dan membuatnya lebih kuat,
Anda bisa melakukan latihan kekuatan otot secara rutin.
Selain itu, melakukan berbagai olahraga lain dan meningkatkan kualitas tidur
Anda juga dapat membantu mempercepat proses terjadinya hipertrofi otot. Meski
begitu, hipertrofi otot dapat terganggu oleh beberapa kondisi kesehatan otot.
Salah satu contohnya miopati miofibrilar, salah satu jenis distrofi otot yang dapat
menyebabkan kelemahan otot pada orang dengan usia produktif. Kondisi ini
disertai dengan munculnya gejala pada area tangan dan kaki, sebelum akhirnya
muncul di area tubuh lainnya.
Apa saja manfaat dari memperbesar ukuran otot atau hipertrofi?

11
Mungkin sebagian besar dari Anda tidak yakin mengapa ada sebagian orang yang
ingin memperbesar ukuran ototnya. Padahal, sebenarnya memperbesar otot
ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan kebugaran tubuh Anda. Kondisi
ini tidak hanya dapat membuat Anda menjadi lebih kuat, bahkan menurut National
Health Institute, ada beberapa jenis latihan kekuatan otot yang juga dapat menjaga
kesehatan tulang.
Bahkan, latihan kekuatan juga dapat meningkatkan kemampuan tubuh dalam
memproses makanan sehingga mengurangi risiko diabetes dan penyakit serius
lainnya. Meski, utamanya, jenis latihan ini memang bertujuan untuk memperkuat
sel-sel otot.
Meski tidak ingin mengalami hipertrofi otot, para ahli menyarankan untuk anak-
anak dan remaja melakukan latihan kekuatan otot setidaknya tiga hari dalam
seminggu. Sementara itu, untuk orang dewasa, latihan kekuatan otot bisa
dilakukan setidaknya sebanyak dua hari atau lebih dalam seminggu.
Berapa waktu yang dibutuhkan untuk terjadi hipertrofi?
Idealnya, latihan kekuatan otot sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya dua hari
dalam satu minggu. Namun, lama waktu yang dibutuhkan untuk berhasil
memperbesar dan memperkuat otot Anda tergantung pada target dan pencapaian.
Tentu saja, Anda akan lebih bisa merasakan hasilnya dengan latihan secara rutin.
Meski begitu, hindari memforsir tubuh Anda untuk melakukan latihan kekuatan
otot. Pasalnya, beristirahat yang cukup juga menjadi bagian dari proses untuk
mencapai hipertrofi otot.
Saat Anda beristirahat, otot sebenarnya sedang dalam proses pemulihan yang
kemudian akan membuat otot menjadi lebih besar dan kuat. Selain itu, agar latihan
ini memberikan hasil yang maksimal, tingkatkan intensitas latihan secara berkala
agar otot bisa berkembang. Anda bisa membuat jadwal latihan yang sesuai dengan
kemampuan dan kekuatan, sehingga hasil yang didapatkan tetap maksimal tapi
tidak memberatkan.
Contohnya, Anda bisa berolahraga sebanyak tiga kali dalam seminggu. Dengan
jadwal ini, Anda bisa beristirahat selama satu hari penuh sebelum memulai
kembali sesi latihan berikutnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
istirahat penting agar otot bisa pulih terlebih dahulu. Alternatif lainnya, Anda bisa
melakukan latihan sebanyak dua kali dalam seminggu. Sebenarnya, jumlah hari
latihan bisa disesuaikan dengan kemampuan fisik tubuh, serta target yang ingin
dicapai.
Bagaimana cara memulai latihan kekuatan otot untuk hipertrofi?

12
Jangan khawatir jika Anda belum pernah melakukan latihan kekuatan otot tapi
ingin memperbesar ukuran otot. Awalnya, Anda mungkin berpikir bahwa ini akan
menjadi latihan yang berat. Padahal, Anda tidak akan pernah tau jika tidak
mencoba untuk memulainya terlebih dahulu. Akan tetapi, jika Anda memiliki
kondisi kesehatan tertentu, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan
apakah pilihan latihan kekuatan yang hendak dilakukan aman untuk kondisi Anda.
Selain itu, hindari memulai latihan ini dengan aktivitas yang terlalu berat. Selalu
mulai dengan yang ringan terlebih dahulu.
Salah satu cara yang bisa Anda coba adalah menyewa pelatih pribadi atau personal
trainer jika memungkinkan. Pasalnya, memulai latihan dengan didampingi oleh
seorang ahli tentu akan lebih mudah untuk Anda. Selain dibimbing untuk
melakukan latihan dengan benar, Anda bisa berkonsultasi mengenai jenis latihan
yang sesuai dengan target. Alternatif lain, Anda juga bisa mengikuti kelas latihan
kekuatan otot sesuai budget. Cobalah untuk mencari tahu di gym terdekat
mengenai kelas-kelas ini.
Memulai latihan ini dengan orang lain juga dapat membantu memompa semangat
Anda. Saat ini, Anda juga mungkin menyadari bahwa Anda tidak sendirian.
Namun, tidak masalah jika Anda lebih senang melakukan latihan ini sendiri.
Sudah banyak sumber-sumber di Internet yang menyediakan kelas latihan online
dan gratis yang bisa diikuti. Cara memperbesar ukuran otot atau hipertrofi Jika
Anda ingin memperbesar ukuran otot atau mengalami hipertrofi, Anda perlu secara
rutin melakukan latihan kekuatan otot Latihan ini merupakan kunci keberhasilan
bagi Anda untuk membentuk dan meningkatkan ukuran dan kekuatan dari otot
Anda. Pasalnya, jenis-jenis latihan kekuatan otot ini bertujuan untuk menginduksi
atau merangsan terjadinya hipertrofi dari kerusakan otot akibat ketegangan yang
terjadi setelah terus-menerus latihan.
Salah satunya contoh latihan kekuatan otot adalah dengan melakukan angkat
beban. Saat Anda mengangkat beban, protein kontraktil, atau protein yang
menyebabkan perubahan bentuk dan pergerakan dalam otot harus memberikan
kekuatan pada otot untuk menahan beban tersebut hingga Anda berhasil
mengangkatnya.
Saat Anda melakukannya, akan terjadi kerusakan struktural pada otot. Namun,
kerusakan pada protein otot ini akan menstimulasi tubuh untuk melakukan
perbaikan terhadap serat otot tersebut. Serat otot yang mengalami kerusakan ini
kemudian akan membesar.
Lagi pula, setiap orang memiliki tujuan atau pencapaian yang berbeda-beda dalam
membesarkan ototnya. Itu artinya, jenis latihan kekuatan otot yang bisa dilakukan

13
pun berbeda-beda dan variatif. Jika Anda ingin mengalami hipertrofi otot, berikut
adalah beberapa jenis latihan kekuatan otot yang mungkin bisa Anda lakukan:
 Melakukan latihan angkat beban.
 Menggunakan resistence bands.
 Melakukan latihan tertentu, seperti push-up.
 Menggunakan alat beban.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Secara keseluruhan, materi tentang trombosis, emboli, atrofi, hipertrofi, dan iskemi
menyoroti berbagai proses patologis yang dapat terjadi dalam tubuh manusia. Trombosis
adalah pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh darah, yang dapat mengganggu
aliran darah dan menyebabkan iskemia. Emboli terjadi ketika gumpalan darah atau zat
lain terlepas dari tempat pembentukannya dan bergerak ke aliran darah, menyumbat
pembuluh darah yang lebih kecil. Atrofi adalah penurunan ukuran atau jumlah sel dalam
jaringan atau organ, sering kali sebagai respons terhadap kurangnya stimulus atau nutrisi.
Hipertrofi, di sisi lain, adalah peningkatan ukuran sel atau organ dalam tubuh, biasanya
sebagai respons terhadap stimulus atau beban yang berlebihan. Iskemia merujuk pada

14
kekurangan suplai darah ke jaringan atau organ, yang dapat menyebabkan kerusakan atau
kematian sel. Memahami konsep-konsep ini penting dalam diagnosis, penanganan, dan
pencegahan berbagai kondisi patologis dalam praktik medis.

 DAFTAR PUSTAKA

ARTIKEL TROMBOSIS EMBLISN


Goldhaber, S. Z., & Bounameaux, H. (2012). Pulmonary embolism and deep vein
thrombosis. The Lancet, 379(9828), 1835-1846.
Kearon, C., & Akl, E. A. (2014). Duration of anticoagulant therapy for deep vein
thrombosis and pulmonary embolism. Blood, 123(12), 1794-1801.
Raskob, G. E., Angchaisuksiri, P., Blanco, A. N., Buller, H., Gallus, A., Hunt, B.
J., ... & Thrombosis, H. A. (2014). Thrombosis: a major contributor to global

15
disease burden. Arteriosclerosis, thrombosis, and vascular biology, 34(11), 2363-
2371.
Jauch, E. C., Saver, J. L., Adams Jr, H. P., Bruno, A., Connors, J. J., Demaerschalk,
B. M., ... & Elkind, M. S. (2013). Guidelines for the early management of patients
with acute ischemic stroke: a guideline for healthcare professionals from the
American Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 44(3), 870-947.
Jurnal: Konstantinides, S. V., Torbicki, A., Agnelli, G., Danchin, N., Fitzmaurice,
D., Galiè, N., ... & Pruszczyk, P. (2014). 2014 ESC guidelines on the diagnosis
and management of acute pulmonary embolism. European heart journal,
35(43), 3033-3080.
Powers, W. J., Rabinstein, A. A., Ackerson, T., Adeoye, O. M., Bambakidis, N. C.,
Becker, K., ... & Tirschwell, D. L. (2018). Guidelines for the Early Management of
Patients With Acute Ischemic Stroke: 2019 Update to the 2018 Guidelines for the
Early Management of Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke Association.
Stroke, 50(12), e344-e418.
Jurnal: Kearon, C., Akl, E. A., Ornelas, J., Blaivas, A., Jimenez, D., Bounameaux,
H., ... & Stevens, S. M. (2016). Antithrombotic therapy for VTE disease: CHEST
guideline and expert panel report. Chest, 149(2), 315-352.
Prandoni, P., Lensing, A. W. A., Prins, M. H., Bernardi, E., Marchiori, A.,
Bagatella, P., ... & Prandoni, P. (2004). Residual vein thrombosis and duration of
anticoagulation as predictors of recurrence after the first episode of symptomatic
deep vein thrombosis. Annals of Internal Medicine, 141(10), 699-707.
Anderson Jr, F. A., Wheeler, H. B., Goldberg, R. J., Hosmer Jr, D. W.,
Patwardhan, N. A., Jovanovic, B., & Forcier, A. (1991). A population-based
perspective of the hospital incidence and case-fatality rates of deep vein
thrombosis and pulmonary embolism: the Worcester DVT Study. Archives of
internal medicine, 151(5), 933-93

ARTIKEL ATROFI
https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/135

ARTIKEL ISKEMIK
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+iskemik&oq=#d=gs_qabs&t=1709858549462&
u=%23p%3DItowSeDxTrAJ

16
ARTIKEL HIPERTROFI
https://hellosehat.com/muskuloskeletal/hipertrofi-otot/

17

Anda mungkin juga menyukai