Anda di halaman 1dari 11

RESUME ELEKTRONIKA DASAR

DISUSUN OLEH:
Rafki Sahasika Riyuda
(09011182227007)

Kelas : SK3A
Program Studi : Sistem Komputer
Mata Kuliah : Elektorinka Dasar

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
1. Elektron :
Elektron adalah salah satu dari tiga partikel subatom yang membentuk
atom, yang lainnya adalah proton dan neutron. Elektron memiliki muatan negatif,
dengan nilai muatan sekitar -1 elemen muatan (e). Elektron bergerak mengelilingi
inti atom yang terdiri dari proton (muatan positif) dan neutron (tanpa muatan)
dalam orbital elektron. Properti dasar elektron meliputi massa yang sangat kecil
dan sifat dualistik sebagai partikel dan gelombang, seperti yang dijelaskan oleh
teori mekanika kuantum.

2. Atom :
Atom adalah unit dasar materi yang terdiri dari inti atom dan elektron yang
mengelilinginya. Inti atom terdiri dari proton (muatan positif) dan neutron (tanpa
muatan), sedangkan elektron berada dalam orbit di sekitar inti. Jumlah proton
dalam inti atom menentukan jenis unsur kimia (misalnya, atom dengan satu proton
adalah hidrogen, dua proton adalah helium, dan seterusnya). Atom memiliki
jumlah elektron yang sama dengan jumlah proton dalam keadaan netral.

3. Pita Energi :
Konsep pita energi sangat penting dalam menjelaskan perilaku elektron
dalam atom dan dalam bahan padat. Ini terkait erat dengan teori mekanika
kuantum dan teori tentang elektron dalam kristal padat. Pita energi
menggambarkan tingkat energi yang diperbolehkan bagi elektron dalam materi.
Pita energi terbagi menjadi beberapa tingkat energi, dan setiap tingkat energi dapat
diisi oleh satu atau beberapa elektron sesuai dengan prinsip eksklusi Pauli.
Pita energi terdiri dari dua jenis pita utama dalam konteks bahan padat:

• Pita Valensi: Ini adalah pita energi yang berisi elektron-elektron yang
berpartisipasi dalam ikatan kimia dan terletak pada tingkat energi lebih
rendah. Elektron di pita valensi berkontribusi pada sifat-sifat kimia bahan.
• Pita Konduksi : Di atas pita valensi, terdapat pita konduksi yang berisi
tingkat energi yang dapat dihuni oleh elektron yang mendapatkan energi
tambahan. Elektron di pita konduksi dapat bergerak bebas, sehingga bahan
dengan elektron di pita konduksi yang penuh konduktor listrik, seperti
logam.

Selain itu, ada pita energi berlubang yang terbentuk ketika ada kekosongan
dalam pita valensi. Elektron yang berpindah dari pita valensi ke pita energi
berlubang dapat berkontribusi pada sifat-sifat semikonduktor.

4. Konduktor:
• Definisi: Konduktor adalah bahan yang memungkinkan arus listrik
mengalir dengan mudah melalui mereka karena memiliki banyak elektron
bebas yang dapat bergerak.
• Struktur Elektronik: Dalam konduktor, pita energi valensi dan pita energi
konduksi overlap, sehingga banyak elektron bebas berada dalam pita energi
konduksi. Ini disebabkan oleh jumlah besar elektron yang tersedia untuk
berpartisipasi dalam konduksi listrik.
• Contoh Konduktor: Logam seperti tembaga, aluminium, perak, dan emas
adalah contoh konduktor yang baik. Elektron bebas dalam logam bergerak
dengan relatif bebas antara ion positif dalam struktur kristal logam.

5. Isolator:
• Definisi: Isolator adalah bahan yang tidak mengizinkan arus listrik
mengalir dengan mudah melalui mereka karena memiliki sedikit atau tidak
ada elektron bebas yang dapat bergerak.
• Struktur Elektronik: Dalam isolator, pita energi valensi dan pita energi
konduksi terpisah dengan celah energi yang cukup besar di antara
keduanya. Jumlah elektron yang berada di pita energi konduksi sangat
sedikit.
• Contoh Isolator: Bahan seperti kaca, plastik, dan keramik adalah isolator.
Elektron dalam isolator biasanya terikat secara ketat pada atom dan tidak
dapat bergerak dengan bebas.

6. Semikonduktor:
• Definisi: Semikonduktor adalah bahan yang berada di antara konduktor dan
isolator. Mereka dapat mengizinkan arus listrik mengalir dalam kondisi
tertentu. Cara kerja semikonduktor melibatkan perubahan
konduktivitasnya dengan mengontrol jumlah dan mobilitas elektron dalam
pita energi konduksi.
• Struktur Elektronik: Dalam semikonduktor, celah energi antara pita energi
valensi dan pita energi konduksi lebih kecil daripada isolator, tetapi masih
cukup besar. Sejumlah kecil elektron berada di pita energi konduksi pada
suhu kamar, tetapi jumlah ini dapat ditingkatkan dengan doping atau
kenaikan suhu.
• Contoh Semikonduktor: Silikon dan germanium adalah contoh
semikonduktor yang umum. Mereka memiliki kemampuan untuk
menghantarkan arus listrik ketika elektron yang berada dalam pita energi
valensi mendapatkan energi tambahan untuk melompat ke pita energi
konduksi.

7. Semikonduktor Murni:
Semikonduktor murni adalah semikonduktor yang tidak mengandung
pencemaran (doping) dengan unsur lain. Dalam semikonduktor murni, semua
atom dalam kristal semikonduktor adalah atom dari jenis yang sama, misalnya,
semua atom silikon (Si) atau germanium (Ge). Beberapa karakteristik
semikonduktor murni adalah sebagai berikut:

• Pita Energi: Semikonduktor murni memiliki dua pita energi utama yang
penting: pita energi valensi dan pita energi konduksi. Pita energi valensi
berisi elektron-elektron yang terikat secara kuat pada atom dalam struktur
kristal semikonduktor. Pita energi konduksi berisi tingkat energi kosong
yang dapat diisi oleh elektron yang mendapatkan energi tambahan.

• Celah Energi: Selisih energi antara pita energi valensi dan pita energi
konduksi disebut celah energi (band gap). Besar celah energi ini
menentukan sifat konduktif semikonduktor. Semikonduktor murni
memiliki celah energi yang cukup besar, tetapi tidak sebesar isolator.

• Konduktivitas: Pada suhu kamar, semikonduktor murni memiliki


konduktivitas listrik yang sangat rendah karena hanya sedikit elektron yang
memiliki energi cukup untuk melompat ke pita energi konduksi. Namun,
dengan memberikan energi tambahan (seperti pemanasan), elektron dapat
melewati celah energi dan menjadi pembawa muatan konduksi.

8. Rekombinasi:
Rekombinasi adalah proses di mana sebuah elektron yang berada di pita
energi konduksi bertemu dengan lubang (kekosongan dalam pita energi valensi)
dan menghilang. Saat ini, ini adalah salah satu cara yang menyebabkan
semikonduktor kehilangan konduktivitasnya. Proses ini melepaskan energi dalam
bentuk foton (biasanya dalam spektrum cahaya terlihat). Ada dua jenis
rekombinasi yang umum:

• Rekombinasi Radiatif: Dalam rekombinasi ini, energi yang dilepaskan


dalam bentuk foton (cahaya) dan elektron dan lubang menghilang dengan
melepaskan cahaya. Ini terjadi dalam dioda LED, di mana elektron dari pita
konduksi bertemu dengan lubang dan menghasilkan cahaya.

• Rekombinasi Non-Radiatif: Dalam rekombinasi ini, energi dilepaskan


dalam bentuk panas, bukan cahaya. Ini dapat mengakibatkan peningkatan
suhu dalam semikonduktor.

9. Semikonduktor Tidak Murni:


Semikonduktor tidak murni adalah semikonduktor yang telah dicemari
(doped) dengan unsur-unsur lain untuk mengubah konduktivitasnya. Terdapat dua
jenis doping yang umum:

• Doping p-type: Dalam doping ini, atom dengan sedikit elektron ekstra
(seperti boron) digunakan untuk mencemari semikonduktor. Ini
menghasilkan "lubang" dalam pita energi valensi yang bertindak sebagai
pembawa muatan positif.

• Doping n-type: Dalam doping ini, atom dengan satu atau lebih elektron
tambahan (seperti fosfor) digunakan untuk mencemari semikonduktor.
Elektron ekstra ini berperan sebagai pembawa muatan negatif.
Doping semikonduktor adalah teknik penting dalam pembuatan perangkat
semikonduktor seperti transistor dan dioda, yang memungkinkan pengendalian
aliran arus listrik dengan presisi dan mendalam mengembangkan teknologi
elektronik modern.

10. Pengaruh temperatur pada semikonduktor


a. Peningkatan Konduktivitas dengan Suhu:
• Pada umumnya, semikonduktor menunjukkan peningkatan
konduktivitas listrik seiring dengan peningkatan suhu. Ini karena
peningkatan suhu memberikan energi tambahan pada elektron dalam
pita energi valensi, sehingga lebih banyak elektron dapat melompat ke
pita energi konduksi.
• Semakin tinggi suhu, semakin banyak elektron yang bergerak dari pita
energi valensi ke pita energi konduksi, yang menghasilkan peningkatan
konduktivitas.

b. Peningkatan Pembawa Muatan dengan Suhu:


• Dengan meningkatnya suhu, pembawa muatan (elektron dan lubang)
menjadi lebih banyak. Elektron di pita energi valensi mendapatkan
energi termal tambahan dan dapat berkontribusi pada konduktivitas
sebagai pembawa muatan konduksi.
• Pada suhu yang sangat rendah, hanya sedikit elektron yang memiliki
energi cukup untuk melompat ke pita energi konduksi.

c. Peningkatan Mobilitas Elektron:


• Mobilitas elektron (kemampuan elektron untuk bergerak) dalam
semikonduktor juga dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu yang lebih tinggi,
mobilitas elektron cenderung meningkat.
• Penyebab peningkatan mobilitas adalah peningkatan getaran atomik
pada suhu yang lebih tinggi, yang mengurangi tumbukan antara elektron
dan ion positif dalam kristal semikonduktor.

d. Peningkatan Konduktivitas Intrinsic:


• Semikonduktor intrinsic (semikonduktor murni tanpa doping) biasanya
menunjukkan peningkatan konduktivitas yang signifikan seiring dengan
peningkatan suhu. Ini terjadi karena peningkatan jumlah elektron
konduksi yang tercipta ketika elektron valensi mendapatkan energi
tambahan untuk berpindah ke pita energi konduksi.

e. Efek Terbalik pada Semikonduktor Tipe N:


• Dalam semikonduktor tipe N (yang telah dicemari dengan atom
pengotor n-type), peningkatan suhu dapat mengurangi konduktivitas. Ini
disebabkan oleh fakta bahwa dengan suhu yang lebih tinggi, lebih
banyak elektron termal dapat mengisi pita energi konduksi, sehingga
meningkatkan jumlah pengotor.
• Efek ini dapat mengurangi kemampuan semikonduktor tipe N untuk
menghantarkan listrik pada suhu yang tinggi.

f. Efek Terbalik pada Semikonduktor Tipe P:


• Dalam semikonduktor tipe P (yang telah dicemari dengan atom pengotor
p-type), peningkatan suhu dapat meningkatkan konduktivitas. Ini karena
suhu yang lebih tinggi dapat mengaktifkan lebih banyak elektron dari
pita valensi untuk menjadi pembawa muatan konduksi.
• Dalam keseluruhan, pengaruh temperatur pada semikonduktor adalah
fenomena yang sangat penting dalam merancang perangkat elektronik,
seperti transistor, dioda, dan sensor suhu. Pemahaman tentang
bagaimana suhu memengaruhi konduktivitas dan mobilitas elektron
membantu insinyur dalam mengoptimalkan kinerja perangkat
semikonduktor dalam berbagai kondisi operasi.

11. Efek Hall


Efek Hall adalah fenomena yang terjadi ketika arus listrik mengalir
melalui bahan konduktor dalam medan magnet yang tegak lurus terhadap arah
arus listrik. Fenomena ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Amerika
bernama Edwin Hall pada tahun 1879. Efek Hall tergantung pada hukum
elektromagnetik dan prinsip pergerakan elektron dalam medan magnet.
Efek Hall terjadi dalam konduktor dengan arus listrik ketika medan
magnet diterapkan secara tegak lurus terhadap arah arus tersebut. Berikut adalah
langkah-langkah bagaimana Efek Hall beroperasi :
• Arus Listrik: Arus listrik mengalir melalui konduktor dalam suatu arah
tertentu.

• Medan Magnet: Medan magnet diterapkan secara tegak lurus terhadap


arah arus listrik. Medan magnet ini menyebabkan elektron-elektron
yang bergerak dalam arus listrik mengalami gaya Lorentz.

• Gaya Lorentz: Gaya Lorentz adalah gaya yang diterapkan pada elektron
yang bergerak dalam medan magnet. Gaya ini mendorong elektron
menjauh dari arah medan magnet.

• Akumulasi Muatan: Akibat gaya Lorentz, elektron-elektron yang


bergerak akan mengumpulkan muatan positif di satu sisi konduktor dan
muatan negatif di sisi lainnya. Ini menghasilkan tegangan Hall.

• Tegangan Hall: Tegangan Hall adalah potensial listrik yang terbentuk


secara melintang terhadap arah arus listrik dan medan magnet. Tegangan

Hall ini dapat diukur dan digunakan untuk menentukan kekuatan medan
magnet atau karakteristik konduktivitas bahan.
Pengaplikasian Efek Hall dalam Elektronika:
Efek Hall memiliki banyak aplikasi dalam elektronika, antara lain:

• Sensor Medan Magnet: Efek Hall digunakan dalam sensor medan


magnet untuk mendeteksi dan mengukur medan magnet, seperti dalam
kompas elektronik, sensor posisi motor listrik, dan detektor pencurian.

• Sensor Arus: Efek Hall digunakan dalam sensor arus untuk mengukur
arus listrik dalam kawat tanpa harus memutus kawat tersebut. Ini
umumnya digunakan dalam perangkat seperti amperemeter digital.

• Pengidentifikasi Jenis Pembawa Muatan: Efek Hall dapat digunakan


untuk mengidentifikasi jenis pembawa muatan dalam semikonduktor,
apakah elektron atau lubang. Ini membantu dalam karakterisasi bahan
semikonduktor.

• Pengukuran Konduktivitas: Efek Hall juga digunakan untuk mengukur


konduktivitas atau hambatan bahan konduktor dalam berbagai kondisi
suhu dan medan magnet.
• Kontrol Perangkat Elektronik: Efek Hall dapat digunakan untuk
mengendalikan perangkat elektronik, seperti sakelar dan katup, dengan
menggunakan medan magnet eksternal.

12. Dioda
Dioda adalah salah satu komponen dasar dalam elektronika yang memiliki
dua terminal, yaitu anoda (anode) dan katoda (cathode), dan berfungsi sebagai
penghantar arus listrik hanya dalam satu arah tertentu. Dalam dioda, arus listrik
mengalir dari katoda ke anoda, tetapi tidak sebaliknya. Di bawah ini, saya akan
menjelaskan dioda secara rinci dan mengenai hubungannya hingga pada
hubungan p-n yang dicatu:

a. Struktur Dioda:
Dioda biasanya terbuat dari semikonduktor seperti silikon atau
germanium. Struktur dasar dioda terdiri dari dua lapisan semikonduktor
yang berbeda, yaitu lapisan p-type (pembebanan positif) dan lapisan n-
type (pembebanan negatif).

b. Prinsip Kerja Dioda:


• Prinsip kerja dioda didasarkan pada pembentukan "celah energi"
atau "celah pita" (band gap) antara p-type dan n-type. Pada suhu
kamar, sebagian besar elektron di lapisan n-type berada dalam pita
energi konduksi, sedangkan dalam lapisan p-type, mayoritas
elektron berada dalam pita energi valensi.
• Ketika dioda diberi tegangan positif pada anodanya dan negatif
pada katodanya (bias maju), elektron dari lapisan n-type bergerak
ke lapisan p-type melalui celah energi, menghasilkan aliran arus.
• Sebaliknya, ketika dioda diberi tegangan negatif pada anodanya
dan positif pada katodanya (bias mundur), celah energi menjadi
lebih besar dan elektron kesulitan untuk bergerak, sehingga arus
listrik hampir tidak mengalir.

c. Tegangan Ambang (Tegangan Forward) Dioda:


Dioda memiliki tegangan ambang (Vf) yang harus dicapai sebelum
arus signifikan dapat mengalir melalui dioda dalam arah maju. Tegangan
ambang ini berbeda untuk setiap jenis dioda dan tergantung pada materi
semikonduktor yang digunakan.

d. Aplikasi Dioda:
Dioda digunakan dalam berbagai aplikasi elektronika, seperti:
• Proteksi: Dioda digunakan sebagai perlindungan terhadap arus
balik (reverse current) yang dapat merusak perangkat.
• Penyearah (Rectifier): Dioda penyearah mengubah arus AC
(bolak-balik) menjadi arus DC (searah).
• Dioda Zener: Dioda Zener digunakan untuk mengatur tegangan
dalam rangkaian.
• Dioda LED: Dioda LED (Light Emitting Diode) menghasilkan
cahaya ketika arus mengalir melalui mereka.
• Dioda Schottky: Dioda Schottky memiliki tegangan ambang
rendah dan digunakan dalam aplikasi kecepatan tinggi.

e. Hubungan Dioda
• Hubungan Arus dan Tegangan Dioda (Karakteristik I-V):
Hukum dioda (hukum Shockley): Hubungan antara arus (I)
dan tegangan (V) pada dioda dalam kondisi bias maju (forward
bias) dapat dinyatakan dengan persamaan hukum dioda:

Di mana:
I adalah arus melalui dioda.
Is adalah arus jenuh terbalik (reverse saturation current) dioda.
V adalah tegangan dioda.
n adalah faktor ideality (biasanya mendekati 1 untuk dioda
silikon).
VT adalah tegangan termal (sekitar 26 mV pada suhu kamar).

• Hukum Kirchhoff pada Dioda:


Hukum Kirchhoff pada dioda mengatakan bahwa jumlah
tegangan di sekitar sirkuit tertutup (loop) yang mencakup dioda
harus nol. Ini berarti bahwa jumlah tegangan pada komponen
dalam sirkuit tersebut harus sama dengan nol.

• Hubungan Tegangan Ambang (Vf) Dioda:


Tegangan ambang (Vf) adalah tegangan minimum yang
harus diberikan pada dioda dalam kondisi bias maju agar arus
signifikan dapat mengalir melalui dioda. Nilai Vf bervariasi
tergantung pada jenis dioda dan suhu. Hubungan ini penting untuk
menghitung daya yang dikonsumsi oleh dioda dalam kondisi bias
maju.

• Hubungan Antara Arus dan Cahaya dalam Dioda LED:


Dalam dioda LED (Light Emitting Diode), terdapat
hubungan antara arus yang mengalir melalui dioda dan intensitas
cahaya yang dihasilkan. Hubungan ini dikenal sebagai
karakteristik luminansi.

- Intensitas cahaya (L) dioda LED berkaitan dengan arus (I)


melalui persamaan:

- Intensitas cahaya dioda LED juga tergantung pada panjang


gelombang cahaya yang dihasilkan oleh dioda dan efisiensi
konversi listrik menjadi cahaya.

• Hubungan Panjang Gelombang dan Energi Photon dalam Dioda


LED:
Hubungan antara panjang gelombang cahaya (λ) dan energi
photon (E) yang dihasilkan oleh dioda LED dapat dijelaskan
dengan persamaan:

Di mana:
E adalah energi foton.
h adalah konstanta Planck.
c adalah kecepatan cahaya.
Lambda adalah panjang gelombang cahaya.

• Hubungan P-N Junction pada Dioda:


Hubungan p-n junction adalah perbatasan antara lapisan p-
type dan n-type dalam dioda. Ini adalah tempat di mana proses
rekombinasi elektron dan lubang terjadi, memungkinkan aliran
arus dalam satu arah ketika dioda dalam kondisi bias maju.
Dioda dibentuk dengan menggabungkan lapisan p-type dan
n-type semikonduktor. Hubungan p-n ini adalah dasar dari prinsip
kerja dioda. P-n dalam dioda biasanya memiliki kontak fisik atau
junction, dan ini disebut junction p-n.
Ketika dioda diberi tegangan maju, elektron dari lapisan n-
type akan berdifusi ke lapisan p-type, dan di sekitar junction,
mereka akan bertemu dengan lubang dari lapisan p-type, yang
menghasilkan rekombinasi dan menghasilkan aliran arus.

Anda mungkin juga menyukai