3.1.1 Pengertian
Gambar 1. Markas besar WTO di Jenewa, Swiss. Sumber: WTO Official Website
Organisasi Perdagangan Dunia saat ini memiliki 164 anggota, 117 di antaranya adalah negara
berkembang atau wilayah pabean yang terpisah. Kegiatan WTO didukung oleh 700 orang Sekretariat
yang dipimpin oleh Direktur Jenderal WTO. Sekretariat berbasis di Jenewa, Swiss, dan anggaran
tahunannya sekitar CHF 200 juta ($180 juta, €130 juta). Tiga bahasa resmi WTO adalah Inggris,
Prancis, dan Spanyol. Adapun detail singkat struktur di WTO adalah sebagai berikut:
- Direktur Jenderal WTO, direktur Jenderal adalah wajah publik dan juru bicara WTO, serta
staf profesional yang dikenal sebagai Sekretariat.
- Sekretariat, Sekretariat memiliki lebih dari 600 anggota staf profesional dan berbasis di
Jenewa. Sekretariat menyelenggarakan konferensi menteri Organisasi Perdagangan Dunia dan
memberikan keahlian teknis dan dukungan kepada berbagai dewan dan komite organisasi. Ini
juga memberikan bantuan teknis kepada negara-negara berkembang dan memberi saran
kepada pemerintah yang tertarik untuk bergabung dengan WTO.
3
Keputusan WTO umumnya dibuat dengan konsensus seluruh anggota. Konferensi Tingkat
Menteri, yang bertemu kira-kira setiap dua tahun, adalah badan institusional tertinggi. Selama waktu
antara Konferensi Tingkat Menteri, urusan organisasi ditangani oleh Dewan Umum. Kedua organisasi
ini memiliki semua anggota. Badan cabang khusus (Dewan, Komite, Sub-komite) yang terdiri dari
semua anggota mengelola dan memantau berbagai implementasi perjanjian WTO oleh anggota.
Kegiatan utama WTO adalah sebagai berikut:
● Menegosiasikan pengurangan atau penghapusan hambatan perdagangan (tarif impor,
hambatan perdagangan lainnya) dan mencapai kesepakatan tentang aturan yang mengatur
perdagangan internasional (misalnya antidumping, subsidi, standar produk
● Mengelola dan memantau penerapan aturan-aturan yang disepakati WTO untuk perdagangan
barang, perdagangan jasa, dan hak kekayaan intelektual terkait perdagangan
● Memantau dan meninjau kebijakan perdagangan anggota WTO, serta memastikan
transparansi perjanjian perdagangan regional dan bilateral
● Menyelesaikan perselisihan di antara anggota WTO tentang interpretasi dan penerapan
perjanjian
● Membantu proses aksesi sekitar 30 negara yang belum menjadi anggota organisasi
● Melakukan penelitian ekonomi dan mengumpulkan dan menyebarluaskan data perdagangan
untuk mendukung kegiatan utama WTO lainnya
● Menjelaskan dan mendidik publik tentang WTO, misinya, dan kegiatannya
Dua badan pembuat keputusan WTO yang paling penting, Konferensi Tingkat Menteri dan
Dewan Umum, serta beberapa badan pembuat keputusan bawahannya, dijelaskan di bawah ini. Untuk
representasi visual dari hierarki pengambilan keputusan WTO, lihat bagan organisasi pada halaman
sebelumnya.
- Pertemuan Tingkat Menteri
Badan pembuat keputusan tertinggi WTO adalah Konferensi Tingkat Menteri, yang
mencakup semua anggota WTO yang diwakili oleh menteri perdagangan masing-masing. Semua
anggota bertemu setidaknya sekali setiap dua tahun dan memiliki wewenang untuk membuat
keputusan tentang semua masalah yang berkaitan dengan salah satu perjanjian multilateral WTO.
- Dewan Umum
Dewan Umum, yang mencakup semua anggota WTO, bertanggung jawab atas pengambilan
keputusan sehari-hari di WTO di antara konferensi tingkat menteri. Mayoritas anggota WTO
5
menunjuk perwakilan tetap atau duta besar untuk dewan. Dewan Umum bersidang dalam tiga
kapasitas:
3.1.4. Prosedur
- Prosedur khusus
6
- Persiapan Konferensi
Untuk mendapatkan keuntungan dari konferensi dan negosiasi, setiap delegasi diharuskan
untuk menyiapkan position paper di mana mereka menyatakan posisi negara yang akan mereka wakili
selama negosiasi. Position paper terdiri dari 1-2 halaman dan harus mencakup data yang relevan
tentang negara serta isu-isu utama yang ingin dibawa delegasi ke diskusi selama negosiasi di komite
mereka. Makalah posisi harus didiskusikan dengan delegasi lain yang akan mewakili negara yang
sama untuk memastikan bahwa tidak ada argumen atau poin diskusi yang bertentangan antara delegasi
anggota dari satu negara. Disarankan agar position paper mencakup:
1. Pengantar singkat tentang negara dan sejarahnya tentang topik
7
Peserta harus menyerahkan makalah mereka kepada tim penyelenggara atau ketua masing-
masing dalam bentuk file pdf. Selain itu, delegasi bertanggung jawab untuk mengingat segala
informasi dan data yang mereka buat sendiri selama konferensi berlangsung. Apabila delegasi yang
belum menyerahkan position paper atau tidak tepat waktu maka chairs akan mempertimbangkan
terlebih dahulu apakah position paper tetap dihitung atau tidak pada konferensi. Lebih lanjut
disarankan agar delegasi yang mewakili negara yang sama melakukan kontak untuk memungkinkan
integrasi dan komunikasi yang lebih mudah selama putaran negosiasi.
Jika tidak ada konsensus di antara para delegasi, prosedur pemungutan suara dapat dilakukan
oleh ketua atau atas permintaan salah satu delegasi. Mayoritas dua pertiga diperlukan saat
memberikan suara untuk penetapan agenda (mayoritas dua pertiga biasanya untuk penetapan agenda
saja).
Setelah recollection dan penerimaan mosi oleh ketua, prosedur pemungutan suara akan
dilakukan. Agar mosi apa pun dapat diterima, diperlukan simple majority of the vote. Setelah debat
tentang masalah tertentu diterima dan dibuka oleh Chairs, delegasi dapat mengajukan mosi untuk
kaukus yang dimoderasi atau tidak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengangkat plakat dan
menunggu Chairs memanggil mereka. Pemungutan suara pada mosi dalam urutan yang sama seperti
yang dipanggil akan dilakukan, dan dibutuhkan simple majority vote agar mosi dapat disahkan.
Misalnya:
- “We motion for a moderated/unmoderated caucus of 15 minutes on the topic of …”
- “Kami mengusulkan kaukus yang dimoderatori/tidak dimoderasi selama 15 menit dengan
topik …”
Untuk menghasilkan diskusi yang bermanfaat dan agar semua delegasi mengetahui posisi dari
berbagai negara, para Ketua akan mengadakan pidato pembukaan di mana setiap delegasi harus
menyatakan posisi negara mereka pada topik yang akan dibahas.
Chairs dapat menyela delegasi jika pidato yang disampaikan tidak sesuai dengan topik atau
dianggap invaluable untuk debat. Selama kaukus ini, hanya satu delegasi yang diizinkan untuk
berbicara pada satu waktu. Kemudian delegasi berbicara sesuai dengan arahan dari Chairs.
Karena working paper tidak tunduk pada persyaratan formal apa pun, maka format dokumen
tergantung pada delegasi. Beberapa working paper dapat diserahkan ke chairs dan kemudian
digabung dengan persetujuan semua delegasi komite. Namun, hanya satu draf resolusi yang diizinkan
untuk diteruskan ke prosedur pemungutan suara.
2. Klausa pra-ambulatori berfungsi sebagai pernyataan niat para pihak serta pernyataan
alasan mengapa para pihak mencapai kesepakatan. Bagian dari draf resolusi ini dapat
mencakup atau merujuk pada:
● Perjanjian WTO yang ada
● Referensi ke artikel tertentu
● Referensi ke konferensi tingkat menteri sebelumnya
● Informasi umum tentang pentingnya resolusi
● Pernyataan yang dibuat oleh badan WTO mana pun
12
Klausa harus dirumuskan sebagai satu kalimat dan menggunakan koma untuk
memisahkan bagian-bagian tunggal yang harus dimulai dengan kata-kata yang
digunakan untuk tujuan yang sama dalam perjanjian sebelumnya.
3. Deklarasi draf resolusi merupakan bagian paling substansial dari proses ini. Dalam
bagian ini tindakan nyata yang diputuskan oleh komite harus dinyatakan. Bagian dari
dokumen dapat mencakup: amandemen pasal-pasal yang ada, pembentukan
kelompok kerja untuk tujuan tertentu, pembentukan atau perluasan komite baru
(tugas-tugas ini kemudian harus dinyatakan), penghapusan pasal, dorongan untuk
negara anggota, dll.
Apabila semua persyaratan formal diatas telah dipenuhi dan paper telah diperiksa oleh
Chairs, maka dokumen tersebut akan dianggap sebagai rancangan resolusi. Selain itu, rancangan
resolusi tersebut tidak dianggap sebagai dokumen final yang akan dilakukan pemungutan suara. Hal
tersebut dikarenakan dokumen tersebut masih bisa terjadi perubahan/amandemen pada bagian
negosiasi selanjutnya.
- Menutup Debat
Saat menjelang akhir hari atau waktu makan siang, debat harus ditunda ke hari berikutnya
atau sesi berikutnya. Untuk melakukan ini, setiap delegasi dalam komite dapat mengajukan mosi
untuk menutup debat hari itu atau menunda negosiasi setelah istirahat makan siang. Contoh:
- “Mosi untuk menunda/menunda rapat untuk besok” atau
- Mosi untuk Menunda negosiasi setelah istirahat makan siang”
Dengan cara yang sama, setelah masalah pertama dalam agenda telah diselesaikan atau topik
telah habis, diperlukan mosi untuk menutup dan menyimpulkan topik saat ini serta membuka debat
untuk item agenda berikutnya. Misalnya:
“Mosi untuk menutup perdebatan tentang masalah ini dan membuka perdebatan untuk elemen
berikutnya dalam agenda”
Prosedur yang sama diperlukan untuk pembukaan negosiasi di pagi hari atau setelah istirahat makan
siang.
14
Resolusi akhir dari masing-masing komite kemudian akan dipresentasikan pada putaran
pemungutan suara kedua di markas besar WTO di Jenewa. Semua delegasi akan hadir dan
memberikan suara pada penerimaan resolusi. Resolusi akan membutuhkan konsensus penuh untuk
disahkan.
Penyelesaian sengketa adalah pilar utama dari sistem perdagangan multilateral, dan kontribusi
unik WTO terhadap stabilitas ekonomi global. Prosedur WTO menggarisbawahi aturan hukum, dan
membuat sistem perdagangan lebih aman dan dapat diprediksi. Sistem ini didasarkan pada aturan
yang jelas, dengan jadwal untuk menyelesaikan kasus. Keputusan pertama dam WTO dibuat oleh
sebuah panel dan didukung (atau ditolak) oleh anggota penuh WTO. Banding berdasarkan poin
hukum juga dimungkinkan. Tanpa sarana penyelesaian sengketa, sistem berbasis aturan akan kurang
efektif karena aturan tidak bisa ditegakkan. Inti dari penyelesaian sengketa bukan untuk memberikan
penilaian. melainkan menyelesaikan perselisihan melalui konsultasi.
Sengketa muncul ketika pemerintah anggota percaya bahwa pemerintah anggota lain
melanggar kesepakatan atau komitmen yang telah dibuatnya di WTO. Oleh karenanya, menyelesaikan
sengketa perdagangan adalah salah satu kegiatan inti WTO. Sejauh ini, WTO memiliki salah satu
mekanisme penyelesaian sengketa internasional yang paling aktif di dunia. Sejak tahun 1995, 614
perselisihan telah dibawa ke WTO dan lebih dari 350 keputusan telah dikeluarkan. Pada Januari 2008,
hanya sekitar 136 dari hampir 369 kasus yang telah mencapai proses panel penuh. Sebagian besar
sisanya telah diberitahu sebagai diselesaikan "di luar pengadilan" atau tetap dalam fase konsultasi
yang berkepanjangan.
Perselisihan atau sengketa di WTO pada dasarnya adalah tentang kebijakan/peraturan yang
‘diingkari’ oleh sesama anggota. Anggota WTO telah sepakat bahwa jika sesama anggota melanggar
aturan perdagangan di WTO, maka mereka akan menggunakan sistem penyelesaian sengketa yang
bersifat multilateral daripada mengambil tindakan secara sepihak. Lebih lanjut, sengketa muncul
ketika satu negara mengadopsi ukuran kebijakan perdagangan atau mengambil beberapa tindakan
yang oleh satu atau lebih anggota WTO dianggap melanggar perjanjian WTO, atau gagal memenuhi
kewajiban. Kelompok negara ketiga dapat menyatakan bahwa mereka memiliki kepentingan dalam
kasus tersebut dan menikmati beberapa hak.
Prosedur penyelesaian perselisihan di WTO dulunya mengacu pada aturan GATT yang lama,
namun karena tidak memiliki jadwal yang tetap, putusan yang lebih mudah diblokir, dan banyak
kasus berlarut-larut untuk waktu yang lama tanpa adanya kesimpulan. Maka hadirlah kesepakatan
Uruguay Round atau Putaran Uruguay yang memperkenalkan proses yang lebih terstruktur dengan
tahapan prosedur yang lebih jelas. Putaran Uruguay memperkenalkan disiplin yang lebih besar untuk
jangka waktu yang harus ditempuh sebuah kasus untuk diselesaikan, dengan tenggat waktu yang
fleksibel yang ditetapkan dalam berbagai tahap prosedur. Kesepakatan tersebut menekankan bahwa
penyelesaian segera sangat penting jika WTO ingin berfungsi secara efektif. Ini menetapkan secara
rinci prosedur dan jadwal yang harus diikuti dalam menyelesaikan perselisihan. Jika sebuah kasus
berjalan sepenuhnya hingga putusan pertama, biasanya tidak akan memakan waktu lebih dari sekitar
satu tahun — 15 bulan jika kasus tersebut diajukan banding dan batas waktu yang disepakati bersifat
fleksibel.
16
Kesepakatan Putaran Uruguay juga membuat negara yang kalah dalam kasus tidak mungkin
untuk memblokir adopsi keputusan tersebut. Berdasarkan prosedur GATT sebelumnya, putusan hanya
dapat diambil dengan musyawarah, artinya satu keberatan dapat menghalangi putusan. Sekarang,
keputusan secara otomatis diadopsi kecuali ada konsensus untuk menolak keputusan — negara mana
pun yang ingin memblokir keputusan harus membujuk semua anggota WTO lainnya (termasuk
musuhnya dalam kasus ini) untuk berbagi pandangannya.
Meskipun sebagian besar prosedurnya mirip dengan pengadilan atau tribunal, solusi yang
lebih efektif di dalam WTO adalah negara-negara yang bersangkutan bisa mendiskusikan masalah
mereka dan menyelesaikan sendiri perselisihan tersebut. Oleh karena itu, tahap pertama dalam
penyelesaian sengketa biasanya adalah konsultasi diantara pemerintah terkait yang saling berselisih,
dan ketika kasus telah berkembang ke tahap lain, konsultasi dan mediasi masih selalu memungkinkan.
60 hari Badan Penyelesaian Sengketa menerima laporan (jika tidak ada banding)
Pengadu: Indonesia
Pihak Ketiga (proses asli): Argentina; Australia; Brazil; Kanada; Cina; Kolumbia; Kosta Rika;
Ekuador; Guatemala; Honduras; India; Jepang; Malaysia; Norway;
Federasi Rusia; Singapura; Korea, Republik; Thailand; Turki;
Amerika Serikat
Kesepakatan yang dikutip: Art. I:1, III:4, X:3(a), XI:1 GATT 1994
(sebagaimana dikutip dalam Art. 1.1(a)(ii), 3.1(b), 5, 5(c) Subsidies and Countervailing
permintaan konsultasi) Measures (SCM)
Art. 2.1, 2.2, 2.4, 2.5, 2.8, 2.9, 5.1.1, 5.1.2, 5.2, 5.8, 12.1, 12.3
Technical Barriers to Trade (TBT)
Kesepakatan yang dikutip: Art. I:1, III:2, III:4, X:3(a), XI:1 GATT 1994
(sebagaimana dikutip dalam Art. 1.1(a)(ii), 3.1(a), 5, 5(c) Subsidies and Countervailing
permintaan panel) Measures (SCM)
Art. 2.1, 2.2, 2.4, 2.5, 2.8, 2.9, 5.1.1, 5.1.2, 5.2, 5.6, 5.8, 12.1, 12.3
Technical Barriers to Trade (TBT)
Indonesia mengklaim bahwa langkah-langkah yang diberlakukan oleh Uni Eropa tampaknya
tidak konsisten dengan: Pasal 2.1, 2.2, 2.4, 2.5, 2.8, 2.9, 5.1.1, 5.1.2, 5.2, 5.6, 5.8, 12.1 dan 12.3 dari
Perjanjian TBT; dan Pasal I:1, III:4, X:3(a) dan XI:1 dari GATT 1994. Indonesia mengklaim bahwa
tindakan yang diberlakukan oleh negara-negara anggota Uni Eropa tampaknya tidak konsisten
dengan:
Pasal 3.1(b) dan 5 Perjanjian SCM; dan Pasal I:1 dan III:2 GATT 1994.
Pada 19 Desember 2019, Kosta Rika dan Guatemala meminta untuk bergabung dalam
konsultasi. Pada 20 Desember 2019, Kolombia meminta untuk bergabung dalam konsultasi. Pada 23
Desember 2019, Malaysia meminta untuk bergabung dalam konsultasi. Pada 24 Desember 2019,
Argentina meminta untuk bergabung dalam konsultasi. Pada 26 Desember 2019, Thailand meminta
untuk bergabung dalam konsultasi. Selanjutnya, Uni Eropa memberi tahu DSB bahwa mereka telah
menerima permintaan Kolombia, Kosta Rika, Guatemala, Malaysia, dan Thailand untuk bergabung
dalam konsultasi.
Pengaduan Uni Eropa ke Indonesia — Tindakan Terkait Bahan Baku [Raw Material]
Responden Indonesia
Konsultasi
[Keluhan oleh Uni Eropa]
Pada 22 November 2019, Uni Eropa meminta konsultasi dengan Indonesia mengenai berbagai
langkah terkait bahan baku tertentu yang diperlukan untuk produksi baja nirkarat, serta skema
pembebasan bea masuk lintas sektoral dengan syarat penggunaan barang domestik di atas impor.
Permintaan tersebut mencakup tindakan yang diduga sebagai berikut: (a) pembatasan ekspor nikel,
termasuk larangan ekspor yang sebenarnya; (b) kebutuhan pengolahan dalam negeri untuk nikel, bijih
besi, kromium dan batubara; (c) kewajiban pemasaran dalam negeri untuk produk nikel dan batubara;
(d) persyaratan perizinan ekspor nikel; dan (e) skema subsidi yang dilarang.
● langkah-langkah yang membatasi ekspor bahan mentah tertentu, termasuk yang memerlukan
persyaratan pemrosesan dalam negeri, kewajiban pemasaran dalam negeri, dan persyaratan
perizinan ekspor, tampaknya tidak sesuai dengan Pasal XI:1 GATT 1994;
● skema subsidi yang dilarang tampaknya tidak sesuai dengan Pasal 3.1(b) Perjanjian SCM; dan
● kegagalan untuk segera mempublikasikan langkah-langkah yang ditentang tampaknya tidak
konsisten dengan Pasal X:1 GATT 1994.
[Pada 6 Desember 2019, Amerika Serikat meminta untuk bergabung dalam konsultasi.]
3.2.1. Pengertian
World Customs Organization (WCO) sebuah organisasi antar pemerintah yang berbasis di
Brussel, Belgia dan didirikan pada tahun 1952 dengan nama Customs Cooperation Council. Hingga
saat ini, WCO memiliki 178 anggota dari administrasi Bea Cukai di seluruh dunia. Misinya adalah
untuk meningkatkan efektivitas administrasi Kepabeanan dengan menciptakan instrumen
internasional untuk harmonisasi sistem Kepabeanan dan komunikasi yang efektif antara negara-
negara anggotanya. Untuk memenuhi misi tersebut, WCO mengembangkan dan mengelola berbagai
instrumen, alat, dan standar internasional untuk harmonisasi dan penerapan seragam sistem dan
prosedur Kepabeanan yang disederhanakan dan efektif yang mengatur pergerakan lintas batas
komoditas, orang, dan sarana transportasi. Termasuk juga memberikan pengembangan kapasitas dan
bantuan teknis kepada negara anggota sebagai sarana dukungan untuk upaya modernisasi.
teknis, dan pelatihan, serta mengembangkan dan memelihara instrumen dan perangkat Pabean
internasional dengan bahasa kerja resmi WCO adalah menggunakan bahasa Inggris dan Prancis.
- Direktorat
1. Direktorat Tarif dan Perdagangan (Bertanggung jawab atas klasifikasi (nomenklatur),
penilaian, dan aturan asal barang)
2. Direktorat Kepatuhan dan Fasilitasi (Bertanggung jawab atas kepatuhan, penegakan,
prosedur, dan masalah fasilitasi perdagangan)
3. Direktorat Peningkatan Kapasitas (Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan
memberikan peningkatan kapasitas, bantuan teknis, dan pelatihan kepada Anggota WCO
untuk tujuan pengembangan organisasi, reformasi, dan modernisasi)
26
- Badan Kerja
27
Penjelasan bagan di atas mengenai Badan Kerja WCO adalah sebagai berikut:
1. Council
Dewan adalah badan pembuat keputusan tertinggi WCO dan bersidang setahun sekali. Selama Sesi
Dewan tahunan inilah keputusan akhir mengenai pekerjaan dan kegiatan Organisasi disepakati.
2. Policy Commision
Komisi Kebijakan menyampaikan rekomendasi kebijakan dan Rencana Strategis WCO kepada Dewan.
- Capacity Building Committee
Komite Pengembangan Kapasitas mengembangkan pengembangan kapasitas, bantuan teknis, dan
strategi, standar, dan perangkat pelatihan. dan menyediakan forum untuk kerjasama dan pertukaran
informasi tentang topik-topik pembangunan.
- Integrity Sub-Committee
ISC mengevaluasi Rencana Integritas WCO dan perangkat terkait Integritas, memastikan bahwa
kebutuhan dan pandangan Anggota disertakan, dan bertindak sebagai titik fokus untuk semua
masalah terkait integritas di dalam WCO dan di antara Anggotanya
- Private Sector Consultative Group
Kelompok Konsultatif Sektor Swasta menginformasikan dan memberi saran kepada Sekretaris
Jenderal WCO, Komisi Kebijakan dan Anggota WCO tentang masalah kepabeanan dan
perdagangan internasional dari perspektif sektor swasta, selain masalah yang terkait dengan
penerapan Kerangka Standar SAFE
3. Permanent Technical Committee (PTC)
Komite Teknis Permanen (PTC) membahas dan berbagi informasi tentang standar internasional dan
praktik terbaik untuk prosedur Kepabeanan. PTC secara khusus berfokus pada kegiatan yang
berhubungan dengan fasilitasi perdagangan.
4. Badan-badan lainnya:
- Harmonized System Committee
Harmonized System Committee menginterpretasikan teks-teks hukum HS untuk mengamankan
klasifikasi barang yang seragam, termasuk penyelesaian perselisihan klasifikasi antara para pihak
yang mengadakan kontrak, dan mengubah teks-teks hukum HS untuk mencerminkan perkembangan
teknologi dan perubahan pola perdagangan
- Technical Committee on Custom Valuation
TCCV didirikan dengan tujuan untuk memastikan pada tingkat teknis, keseragaman dalam
interpretasi dan penerapan Perjanjian Penilaian WCO.
- Technical Committee on Rules of Origin
TCRO adalah badan WTO tetapi beroperasi di bawah naungan WCO. Dua mandat utamanya
adalah: melakukan pelaksanaan teknis program kerja untuk menyelaraskan aturan asal non-
preferensial; dan memikul tanggung jawab permanennya, seperti memeriksa masalah teknis
tertentu.
28
- Enforcement Committee
Komite Penegakan berkontribusi pada pekerjaan WCO dalam anti-penyelundupan, kepatuhan, dan
intelijen di bidang-bidang seperti keamanan, penipuan komersial, bantuan administrasi timbal balik,
perdagangan obat-obatan terlarang, dan pencucian uang
Standar SAFE memperkuat kerja sama antara administrasi Bea Cukai. Upaya WCO untuk menciptakan
Coordinated Border Management yang lebih baik meningkatkan kerjasama antara Bea Cukai dan instansi
pemerintah lainnya. Kemitraan dalam dunia perdagangan, WCO menyediakan administrasi Bea Cukai dengan
kapasitas untuk mempromosikan kepatuhan terhadap peraturan dengan cara yang memfasilitasi perdagangan
yang sah.
Bab ini mencakup banding dalam semua hal yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi tanggung jawab Pabean untuk mengatur dan menegakkannya, seperti dalam hal klasifikasi tarif, asal
dan penilaian Pabean, serta banding terhadap ketentuan yang bersifat umum. Namun, ini tidak mencakup
banding dalam masalah pidana atau banding terhadap pendapat yang diungkapkan oleh Pabean yang tidak
mengikat secara efektif.
A. Right of Appeal
10.1. Standard
National legislation shall provide for a right of appeal in Customs matters.
10.2. Standard
Any person who is directly affected by a decision or omission of the Customs shall have a right of appeal.
10.3. Standard
The person directly affected by a decision or omission of the Customs shall be given, after having made a
request to the Customs, the reasons for such decision or omission within a period specified in national
legislation. This may or may not result in an appeal.
10.4. Standard
National legislation shall provide for the right of an initial appeal to the Customs.
10.5. Standard
Where an appeal to the Customs is dismissed, the appellant shall have the right of a further appeal to an
authority independent of the Customs administration.
10.6. Standard
In the final instance, the appellant shall have the right of appeal to a judicial authority.
- Syarat dan Ketentuan Standar Penyediaan Barang dan/atau Jasa Kepada WCO
Dokumen di dalam kovensi Kyoto menampilkan ketentuan kontrak wajib yang dikomunikasikan
kepada semua pemasok yang diundang untuk mengajukan penawaran termasuk penawaran untuk penyediaan
barang dan/atau jasa kepada Dewan Kerjasama Kepabeanan, yang dikenal sebagai Organisasi Kepabeanan
Dunia atau World Custom Organization (“WCO”), terlepas dari prosedur pengadaan yang berlaku, dengan
pengertian bahwa dengan mengajukan penawaran atau penawaran, pemasok dianggap telah menerima Syarat
dan Ketentuan Standar WCO tanpa syarat; dengan tidak adanya penerimaan tersebut, kutipan atau penawaran
akan ditolak sebagai tidak dapat diterima; Syarat dan Ketentuan Standar WCO akan menggantikan klausul yang
bertentangan dalam dokumen kontrak lainnya baik yang diberikan kepada WCO atau tidak, termasuk syarat dan
ketentuan pemasok itu sendiri; dan jika nilai total barang dan/atau jasa yang akan diberikan kepada WCO lebih
besar dari dua puluh lima ribu (25.000) euro atau jika diminta oleh pemasok berapa pun jumlahnya, kontrak
formal harus dibuat dan dinegosiasikan antara pihak berdasarkan Syarat dan Ketentuan Standar WCO ini, yang
akan membentuk dasar minimum dan tidak lengkap untuk diperluas dan ditambahkan sesuai dengan persyaratan
dan fitur spesifik dari setiap kasus individu.
Berikut adalah secara leboh lengkap mengenai syarta dan ketentuan Pembayaran (menurut hasil
kovensi Kyoto):
Bagian 1 – Pembayaran
Semua pembayaran oleh WCO untuk barang dan/atau jasa harus dilakukan dalam waktu tiga puluh (30)
hari kalender sejak diterimanya faktur. Faktur akan merujuk WCO sebagai "Conseil de Coopération Douanière".
Jika pemasok meminta uang muka, jumlah yang harus dibayar tidak boleh melebihi lima puluh persen (50%)
dari jumlah total, kecuali jika disetujui lain oleh WCO. Sisanya harus dibayar setelah selesainya layanan
dan/atau pengiriman barang, dalam waktu tiga puluh (30) hari kalender sejak diterimanya tagihan akhir.
Berdasarkan Bagian 8 dari Lampiran Konvensi 15 Desember 1950 yang membentuk Dewan Kerjasama
Kepabeanan, WCO dibebaskan dari pajak dan bea atas perolehan barang dan jasa yang dilakukan di wilayah
Anggotanya. Secara khusus, WCO bukan merupakan PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Directive
32
2006/112/EC dan tidak memiliki nomor PPN: untuk transaksi intra-Komunitas seperti Uni Eropa (UE),
pasokan barang dan jasa ke WCO dibebaskan dari PPN berdasarkan Pasal 151.1(b) Arahan 2006/112/EC, dan
WCO harus memberikan kepada pemasok sertifikat pembebasan PPN untuk setiap membeli jika diminta secara
tegas (Formulir No. 151); untuk transaksi domestik (Belgia), pasokan barang dan jasa ke WCO dibebaskan dari
PPN berdasarkan Pasal 42(3), paragraf 1, poin 4 Kode PPN, dan pemasok harus mencantumkan frasa berikut
pada faktur mereka “Pengecualian de la TVA – Seni. 42, 3, alinéa 1er, 4°, du Code de la TVA – Décision
ministérielle ET 121.600/A24/L16 du 2 décembre 2021. .” Penalti untuk keterlambatan pembayaran hanya akan
berlaku dalam hal kegagalan untuk bertindak atas pengingat tertulis resmi kepada WCO dan, di mana hukuman
tersebut jatuh tempo, mereka akan dihitung menggunakan tarif hukum yang berlaku di Belgia untuk pembayaran
terlambat dalam transaksi komersial.
persaingan tidak sehat pemanfaatan sepihak. Kecuali disetujui sebelumnya oleh WCO secara tertulis, pemasok
tidak boleh: (i) mempercayakan pelaksanaan layanan dan/atau penyediaan barang kepada pihak ketiga (jika
diberi wewenang untuk mensubkontrakkan, pemasok akan tetap bertanggung jawab sepenuhnya kepada WCO) ;
(ii) mengalihkan hak dan kewajibannya kepada pihak ketiga; (iii) mempublikasikan hubungan kontraktualnya
dengan WCO untuk tujuan komersial dan/atau periklanan; atau (iv) menggunakan nama atau logo WCO dalam
bentuk apa pun untuk tujuan komersial atau lainnya. Dalam kasus khusus layanan yang disediakan oleh hotel,
biaya kerusakan kamar sewaan akan ditanggung sepenuhnya oleh individu yang menggunakan kamar yang
bersangkutan.. Biaya layanan atau barang tambahan apa pun yang disediakan oleh hotel dan tidak termasuk
dalam harga yang awalnya disepakati dengan WCO juga akan ditanggung sepenuhnya oleh individu yang
disebutkan di atas. Pemasok harus mengambil semua tindakan yang tepat atau perlu untuk menghindari
kemungkinan konflik kepentingan dan harus segera melaporkan kepada WCO secara tertulis
(legal@wcoomd.org) setiap situasi yang merupakan atau berpotensi menimbulkan konflik kepentingan, yang
mungkin timbul sebagai akibat dari kepentingan ekonomi dan/atau politik, hubungan nasional atau kelompok,
atau keadaan praktis lainnya yang mungkin memengaruhi kinerja layanan dan/atau penyediaan barang yang
tidak memihak dan objektif. Pemasok menyatakan dan menjamin bahwa ia tidak akan menerima, membuat, atau
menyebabkan dibuatnya penawaran, hadiah atau pembayaran, imbalan atau manfaat dalam bentuk apa pun, yang
akan atau dapat ditafsirkan sebagai praktik ilegal atau korupsi, baik secara langsung maupun tidak langsung,
sebagaimana bujukan atau imbalan sehubungan dengan pemberian kontrak untuk penyediaan barang dan/atau
jasa kepada WCO. Praktik semacam itu akan menjadi alasan untuk dikecualikan dari kontrak atau pengakhiran
perjanjian yang disepakati. WCO berhak untuk menolak kesimpulan kontrak untuk penyediaan barang dan/atau
jasa jika pemasok atau setiap orang yang memiliki hak kuasa, pengambilan keputusan atau kontrol atas itu atau
anggota dari administrasi, manajemen atau badan pengawas. telah menjadi subyek keputusan akhir atau
keputusan administratif akhir karena salah satu alasan berikut: (i) prosedur kepailitan, kepailitan atau penutupan;
(ii) pelanggaran kewajiban yang berkaitan dengan pembayaran pajak atau kontribusi jaminan sosial; (iii)
kesalahan profesional yang serius, termasuk kesalahan penyajian; (iv) penipuan; (v) korupsi; (vi) perilaku yang
terkait dengan organisasi kriminal; (vii) pencucian uang atau pendanaan teroris; (viii) pelanggaran teritoris atau
pelanggaran yang terkait dengan kegiatan teritoris; (ix) pekerja anak dan perdagangan manusia lainnya; (x)
ketidakteraturan; (xi) membuat perusahaan cangkang; atau (xii) menjadi perusahaan cangkang. Dengan
memberikan penawaran, pemasok menyatakan dengan hormat bahwa itu tidak dalam salah satu situasi yang
disebutkan di atas. Jika pemasok mana pun yang dikecualikan dari kontrak dengan alasan yang disebutkan di
atas merasa telah dirugikan, ia dapat mengajukan keluhan (termasuk bukti dan dokumen pendukung) yang
ditujukan melalui surat tercatat kepada Kepala Administrasi dan Personalia WCO. Kepala Administrasi dan
Personalia akan menilai substansi pengaduan dan dalam waktu 30 hari kerja sejak tanggal pengaduan,
menginformasikan kepada pemohon, melalui surat, tentang keputusan akhirnya, yang tidak dapat diajukan
banding. Pemasok menyatakan dan menerima bahwa WCO tidak bertanggung jawab dalam tindakan apa pun
atas kompensasi atau kerusakan yang dibawa oleh pihak ketiga sehubungan dengan layanan yang diberikan oleh
pemasok berdasarkan perjanjian yang dibuat dan bahwa pemasok sepenuhnya dan sepenuhnya bertanggung
34
jawab atas tindakan tersebut. . Tidak ada ketentuan dalam perjanjian yang dibuat dengan pemasok, termasuk
referensi ke hukum nasional anggota, yang dapat ditafsirkan sebagai pengesampingan oleh WCO atas hak
istimewa dan kekebalan pejabatnya.
Banding Kepabeanan (Selandia Baru) dalam mengelola Standar 10.5 melalui Customs Appeal Authority (CAA).
CAA adalah badan peradilan independen yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan dan
Cukai 1996 dan dikelola oleh Kementerian Kehakiman. CAA mendengar banding terhadap penilaian, keputusan,
dan penetapan serta arahan yang dibuat berdasarkan undang-undang oleh Kepala Eksekutif Layanan Pabean
Selandia Baru. CAA dapat mengkonfirmasi, membalikkan, atau mengubah keputusan oleh Kepala Eksekutif
Layanan Kepabeanan Selandia Baru. Seseorang dapat mengajukan banding atas keputusan CAA ke Pengadilan
Tinggi. Pengadilan Tinggi memiliki yurisdiksi atas masalah pidana dan perdata, dan menangani kasus-kasus
pada tingkat pertama atau banding dari pengadilan lain dan pengadilan tertentu.
CAA saat ini terdiri dari satu orang, ditunjuk oleh Gubernur Jenderal atas rekomendasi Menteri Bea
Cukai, dan Menteri Kehakiman. Namun, lebih dari satu Otoritas dapat dibentuk jika diperlukan. CAA
menyediakan akses yang mudah dengan biaya yang rendah untuk menarik keputusan dari Kepala Eksekutif
Layanan Pabean Selandia Baru. CAA bersifat independen dari Layanan Pabean Selandia Baru, dan dapat
meninjau kasus-kasus di atas kertas tanpa perlu adanya intervensi.
Ketentuan hukum yang mengatur CAA ditemukan dalam Customs and Excise Act 1996, Bagian 16,
Otoritas Banding Pabean (bagian 244 hingga 274). Bagian 16 mengatur pembentukan CAA dan prosesnya.
Amandemen terbaru terhadap Undang-Undang Bea dan Cukai 1996 memberikan efek lebih lanjut terhadap
Standar 10.5. Ketentuan banding yang berkaitan dengan barang yang telah disita sebagai barang rampasan telah
diubah untuk memungkinkan banding ke Chief Executive pada tingkat pertama, dengan hak banding ke CAA
jika tidak puas dengan keputusan Chief Executive.
3.2.6. Lampiran
PREAMBLE
The Contracting Parties to the present Convention established under the auspices of the
Customs Co-operation Council,
ENDEAVOURING to eliminate divergence between the Customs procedures and
practices of Contracting Parties that can hamper international trade and other international
exchanges,
DESIRING to contribute effectively to the development of such trade and exchanges by
simplifying and harmonizing Customs procedures and practices and by fostering international
co-operation,
NOTING that the significant benefits of facilitation of international trade may be
achieved without compromising appropriate standards of Customs control,
RECOGNIZING that such simplification and harmonization can be accomplished by
applying, in particular, the following principles:
● the implementation of programmes aimed at continuously modernizing Customs
procedures and practices and thus enhancing efficiency and effectiveness,
● the application of Customs procedures and practices in a predictable, consistent and
transparent manner,
● the provision to interested parties of all the necessary information regarding Customs
laws, regulations, administrative guidelines, procedures and practices,
● the adoption of modern techniques such as risk management and audit-based controls,
and the maximum practicable use of information technology,
● co-operation wherever appropriate with other national authorities, other Customs
administrations and the trading communities,
● the implementation of relevant international standards, the provision to affected parties
of easily accessible processes of administrative and judicial review,
CHAPTER I
Definitions
Article 1
(b) "Transitional Standard" means a Standard in the General Annex for which a longer
period for implementation is permitted;
(d) "National legislation" means laws, regulations and other measures imposed by a
competent authority of a Contracting Party and applicable throughout the territory of
the Contracting Party concerned, or treaties in force by which that Party is bound;
(e) "General Annex" means the set of provisions applicable to all the Customs
procedures and practices referred to in this Convention;
(f) "Specific Annex" means a set of provisions applicable to one or more Customs
procedures and practices referred to in this Convention;
(g) "Guidelines" means a set of explanations of the provisions of the General Annex,
Specific Annexes and Chapters therein which indicate some of the possible courses of
action to be followed in applying the Standards, Transitional Standards and
37
(ij) "Council" means the Organization set up by the Convention establishing a Customs
Co-operation Council, done at Brussels on 15 December 1950;
(k) "Customs or Economic Union" means a Union constituted by, and composed of,
States which has competence to adopt its own regulations that are binding on those
States in respect of matters governed by this Convention, and has competence to
decide, in accordance with its internal procedures, to sign, ratify or accede to this
Convention.
CHAPTER II
SCOPE AND STRUCTURE
Scope of the Convention
Article 2
Article 3
The provisions of this Convention shall not preclude the application of national
legislation with regard to either prohibitions or restrictions on goods which are subject to
Customs control.
For the purposes of this Convention, any Specific Annex(es) or Chapter(s) therein to which
a Contracting Party is bound shall be construed to be an integral part of the Convention, and in
relation to that Contracting Party any reference to the Convention shall be deemed to include a
reference to such Annex(es) or Chapter(s).
CHAPTER III
two-thirds majority of the votes cast. All other matters shall be decided by the Management
Committee by a majority of the votes cast.
Article 7
For the purpose of voting in the Management Committee, there shall be separate voting on each
Specific Annex and each Chapter of a Specific Annex.
Each Contracting Party shall be entitled to vote on matters relating to the interpretation, application or
amendment of the Body and General Annex of the Convention.
(a) As regards matters concerning a Specific Annex or Chapter of a Specific Annex that is already in force,
only those Contracting Parties that have accepted that Specific Annex or Chapter therein shall have the
right to vote.
Each Contracting Party shall be entitled to vote on drafts of new Specific Annexes or new Chapters of a
Specific Annex.
CHAPTER IV
CONTRACTING PARTY
Ratification of the Convention
Article 8
1. Any Member of the Council and any Member of the United Nations or its specialized agencies
may become a Contracting Party to this Convention:
(a) by signing it without reservation of ratification;
41
(b) A Customs or Economic Union which is a Contracting Party to this Convention shall, for
the matters within its competence, exercise in its own name the rights, and fulfil the
responsibilities, which the Convention confers on the Members of such a Union which are
Contracting Parties to this Convention. In such a case, the Members of such a Union shall
not be entitled to individually exercise these rights, including the right to vote.
Article 9
1. Any Contracting Party which ratifies this Convention or accedes thereto shall be bound by
any amendments to this Convention, including the General Annex, which have entered into
force at the date of deposit of its instrument of ratification or accession.
2. Any Contracting Party which accepts a Specific Annex or Chapter therein shall be bound by
any amendments to the Standards contained in that Specific Annex or Chapter which have
entered into force at the date on which it notifies its acceptance to the depositary. Any
Contracting Party which accepts a Specific Annex or Chapter therein shall be bound by any
amendments to the Recommended Practices contained therein, which have entered into force
at the date on which it notifies its acceptance to the depositary, unless it enters reservations
42
against one or more of those Recommended Practices in accordance with Article 12 of this
Convention.
Application of the Convention
Article 10
1. Any Contracting Party may, at the time of signing this Convention without
reservation of ratification or of depositing its instrument of ratification or
accession, or at any time thereafter, declare by notification given to the depositary
that this Convention shall extend to all or any of the territories for whose
international relations it is responsible. Such notification shall take effect three
months after the date of the receipt thereof by the depositary. However, this
Convention shall not apply to the territories named in the notification before this
Convention has entered into force for the Contracting Party concerned.
2. Any Contracting Party which has made a notification under paragraph 1 of this
Article extending this Convention to any territory for whose international relations
it is responsible may notify the depositary, under the procedure of Article 19 of this
Convention, that the territory in question will no longer apply this Convention.
Article 11
1. Each Contracting Party shall implement the Standards in the General Annex and in the
Specific Annex(es) or Chapter(s) therein that it has accepted within 36 months after such
Annex(es) or Chapter(s) have entered into force for that Contracting Party.
2. Each Contracting Party shall implement the Transitional Standards in the General
Annex within 60 months of the date that the General Annex has entered into force for
that Contracting Party.
3. Each Contracting Party shall implement the Recommended Practices in the Specific
Annex(es) or Chapter(s) therein that it has accepted within 36 months after such Specific
Annex(es) or Chapter(s) have entered into force for that Contracting Party, unless
reservations have been entered as to one or more of those Recommended Practices.
4. (a) Where the periods provided for in paragraph 1 or 2 of this Article would, in
practice, be insufficient for any Contracting Party to implement the provisions of the
General Annex, that Contracting Party may request the Management Committee, before
the end of the period referred to in paragraph 1 or 2 of this Article, to provide an
extension of that period. In making the request, the Contracting Party shall state the
provision(s) of the General Annex with regard to which an extension of the period is
required and the reasons for such request.
(b) In exceptional circumstances, the Management Committee may decide to grant such
an extension. Any decision by the Management Committee granting such an extension
shall state the exceptional circumstances justifying the decision and the extension shall in
no case be more than one year. At the expiry of the period of extension, the Contracting
Party shall notify the depositary of the implementation of the provisions with regard to
which the extension was granted.
Settlement of disputes
Article 14
1. Any dispute between two or more Contracting Parties concerning the interpretation or
application of this Convention shall so far as possible be settled by negotiation between
them.
2. Any dispute which is not settled by negotiation shall be referred by the Contracting
Parties in dispute to the Management Committee which shall thereupon consider the
dispute and make recommendations for its settlement.
3. The Contracting Parties in dispute may agree in advance to accept the recommendations
of the Management Committee as binding.
1. The text of any amendment recommended to the Contracting Parties by the Management
Committee in accordance with Article 6, paragraph 5 (a) (i) and (ii) shall be
communicated by the Secretary General of the Council to all Contracting Parties and to
those Members of the Council that are not Contracting Parties.
2. Amendments to the Body of the Convention shall enter into force for all Contracting
Parties twelve months after deposit of the instruments of acceptance by those Contracting
Parties present at the session of the Management Committee during which the
amendments were recommended, provided that no objection is lodged by any of the
Contracting Parties within a period of twelve months from the date of communication of
such amendments.
3. Any recommended amendment to the General Annex or the Specific Annexes or Chapters
therein shall be deemed to have been accepted six months after the date the recommended
amendment was communicated to Contracting Parties, unless :
(a) there has been an objection by a Contracting Party or, in the case of a Specific
Annex or Chapter, by a Contracting Party bound by that Specific Annex or
Chapter; or
(b) a Contracting Party informs the Secretary General of the Council that,
although it intends to accept the recommended amendment, the conditions
necessary for such acceptance are not yet fulfilled.
Article 16
1. Notwithstanding the amendment procedure laid down in Article 15 of this Convention, the
Management Committee in accordance with Article 6 may decide to amend any
Recommended Practice or to incorporate new Recommended Practices to any Specific
Annex or Chapter therein. Each Contracting Party shall be invited by the
Secretary General of the Council to participate in the deliberations of the Management
Committee. The text of any such amendment or new Recommended Practice so decided
upon shall be communicated by the Secretary General of the Council to the Contracting
Parties and those Members of the Council that are not Contracting Parties to this
Convention.
2. Any amendment or incorporation of new Recommended Practices decided upon under
paragraph 1 of this Article shall enter into force six months after their communication by
the Secretary General of the Council. Each Contracting Party bound by a Specific Annex
or Chapter therein forming the subject of such amendments or incorporation of new
Recommended Practices shall be deemed to have accepted those amendments or new
Recommended Practices unless it enters a reservation under the procedure of Article 12
of this Convention.
Duration of accession
Article 17
1. This Convention is of unlimited duration but any Contracting Party may denounce it at
any time after the date of its entry into force under Article 18 thereof.
2. The denunciation shall be notified by an instrument in writing, deposited with the
depositary.
3. The denunciation shall take effect six months after the receipt of the instrument of
denunciation by the depositary.
4. The provisions of paragraphs 2 and 3 of this Article shall also apply in respect of the
Specific Annexes or Chapters therein, for which any Contracting Party may withdraw its
acceptance at any time after the date of the entry into force.
5. Any Contracting Party which withdraws its acceptance of the General Annex shall be
deemed to have denounced the Convention. In this case, the provisions of paragraphs 2
and 3 also apply.
CHAPTER V
FINAL PROVISIONS
3. Any Specific Annex or Chapter therein to this Convention shall enter into force three
months after five Contracting Parties have accepted that Specific Annex or that Chapter.
4. After any Specific Annex or Chapter therein has entered into force in accordance with
paragraph 3 of this Article, that Specific Annex or Chapter therein shall enter into force
for any Contracting Party three months after it has notified its acceptance. No Specific
Annex or Chapter therein shall, however, enter into force for a Contracting Party before
this Convention has entered into force for that Contracting Party.
1. This Convention, all signatures with or without reservation of ratification and all
instruments of ratification or accession shall be deposited with the Secretary General of
the Council.
2. The depositary shall :
(a) receive and keep custody of the original texts of this Convention;
(b) prepare certified copies of the original texts of this Convention and transmit
them to the Contracting Parties and those Members of the Council that are not
Contracting Parties and the Secretary General of the United Nations;
(c) receive any signature with or without reservation of ratification, ratification or
accession to this Convention and receive and keep custody of any instruments,
notifications and communications relating to it;
(d) examine whether the signature or any instrument, notification or
communication relating to this Convention is in due and proper form and, if
need be, bring the matter to the attention of the Contracting Party in question;
(e) notify the Contracting Parties, those Members of the Council that are not
Contracting Parties, and the Secretary General of the United Nations of :
- signatures, ratifications, accessions and acceptances of Annexes and
Chapters under Article 8 of this Convention;
- new Chapters of the General Annex and new Specific Annexes or Chapters
therein which the Management Committee decides to recommend to
incorporate in this Convention;
- the date of entry into force of this Convention, of the General Annex and of
each Specific Annex or Chapter therein in accordance with Article 18 of this
Convention;
- notifications received in accordance with Articles 8, 10, 11,12 and 13 of this
Convention;
In the event of any difference appearing between a Contracting Party and the depositary as to
the performance of the latter's functions, the depositary or that Contracting Party shall bring
the question to the attention of the other Contracting Parties and the signatories or, as the case
may be, the Management Committee or the Council.
In accordance with Article 102 of the Charter of the United Nations, this Convention shall
be registered with the Secretariat of the United Nations at the request of the Secretary General
of the Council.
In witness whereof the undersigned, being duly authorized thereto, have signed this
Convention. Done at Kyoto, this eighteenth day of May nineteen hundred and seventy-three in
the English and French languages, both texts being equally authentic, in a single original which
shall be deposited with the Secretary General of the Council who shall transmit certified copies
to all the entities referred to in paragraph 1 of Article 8 of this Convention.
3.3.1. Pengertian
Organisasi Kopi Internasional (ICO) didirikan pada tahun 1963 di London, di bawah naungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena pentingnya kopi secara ekonomi. Ini mengelola Perjanjian
Kopi Internasional (ICA), instrumen penting untuk kerjasama pembangunan. Tujuan utama ICO adalah
untuk memperkuat sektor komoditas kopi global dan mengembangkan lingkungan berbasis pasar yang
berkelanjutan untuk kemajuan semua negara anggota.
Anggota ICO terdiri dari 42 anggota pengekspor/penghasil dan 8 negara anggota
pengimpor/konsumen yang mewakili 97% produksi kopi dunia dan lebih dari 80% konsumsi dunia. Ke-
19 anggota ICO adalah negara-negara kurang berkembang (dengan pendapatan rendah dan kerentanan
ekonomi) dan ada lebih dari 25 juta petani kecil dan keluarganya yang memproduksi 70% kopi dunia
yang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan ketidakpastian harga. penawaran dan permintaan.
Dewan Kopi Internasional adalah otoritas tertinggi Organisasi dan terdiri dari perwakilan setiap
Pemerintah Anggota. Pertemuan pada bulan Maret dan September untuk membahas masalah kopi,
menyetujui dokumen strategis dan mempertimbangkan rekomendasi dari badan penasihat dan komite.
Misi ICO adalah untuk memperkuat sektor perdagangan kopi global dan mempromosikan perluasan
berkelanjutan kopi di lingkungan berbasis pasar untuk kemajuan semua peserta di sektor kopi. Ini
memberikan kontribusi praktis untuk pembangunan berkelanjutan dari sektor kopi dunia dan untuk
mengurangi kemiskinan di negara-negara berkembang dengan:
1. memungkinkan pemerintah dan sektor swasta untuk bertukar pandangan tentang masalah kopi,
kondisi dan tren pasar, dan mengkoordinasikan kebijakan pada pertemuan tingkat tinggi yang
2. sedang berkembangdan mencari pembiayaan untuk proyek-proyek yang menguntungkan ekonomi
kopi dunia
3. mempromosikan kualitas kopi melalui Program Peningkatan Kualitas Kopi
4. mempromosikan transparansi pasar dengan menyediakan berbagai statistik di sektor kopi dunia
5. mengembangkan konsumsi kopi dan pasar kopi melalui kegiatan pengembangan pasar yang
inovatif
6. mendorong pengembangan strategi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan petani
skala kecil yang
7. mempromosikan program pelatihan dan informasi untuk membantu transfer teknologi yang
relevan dengan kopi
8. memfasilitasi informasi tentang alat dan layanan keuangan untuk membantu produsen
9. menyediakan teknologi, ekonomi yang objektif dan komprehensif informasi ilmiah dan ilmiah
tentang sektor kopi dunia.
3.2.2. Struktur
Adapun penjelasan secara singkat sebagai berikut:
Konferensi Kopi Dunia: Konferensi Kopi Dunia bertemu setiap empat hingga lima tahun, dengan
tujuan berkontribusi untuk memajukan tujuan Perjanjian. Dewan memutuskan judul, pokok bahasan dan
waktu Konferensi, dengan berkonsultasi dengan Badan Permusyawaratan Sektor Swasta.
Forum Konsultasi Keuangan Sektor Kopi: Forum Konsultasi memfasilitasi konsultasi tentang topik
yang terkait dengan keuangan dan manajemen risiko di sektor kopi, dengan penekanan pada kebutuhan
produsen skala kecil dan menengah dan masyarakat lokal di daerah penghasil kopi.
Badan Konsultasi Sektor Swasta (PSCB): PSCB terdiri dari 16 perwakilan industri terkemuka dari
Anggota pengekspor dan pengimpor. Ini mempertimbangkan hal-hal termasuk meningkatkan nilai dan
volume konsumsi kopi di seluruh dunia; komunikasi positif tentang kopi, pengembangan sektor kopi
berkelanjutan; masalah keamanan pangan, kualitas dan rantai pasokan kopi.
Komite Proyek: Komite Proyek membuat rekomendasi kepada Dewan tentang semua hal yang berkaitan
dengan pengajuan, penilaian, persetujuan dan pendanaan proyek, serta pelaksanaan dan evaluasinya.
Pengembangan Pasar: Komite Promosi dan Pengembangan Pasar membuat rekomendasi kepada
Dewan tentang promosi konsumsi kopi dan masalah pengembangan pasar termasuk rencana
pengembangan pasar dan promosi konsumsi, kopi dan kesehatan, analisis proposal baru dan pengaturan
untuk kegiatan pembiayaan.
Komite Keuangan dan Administrasi: Komite Keuangan dan Administrasi menyampaikan rekomendasi
kepada Dewan tentang masalah keuangan dan administrasi termasuk persetujuan Anggaran Administrasi
dan Rekening Tahunan Organisasi.
Komite Statistik: Komite Statistik membuat rekomendasi kepada Dewan mengenai hal-hal statistik
termasuk informasi statistik tentang produksi dunia, harga, ekspor, impor dan re-ekspor, distribusi dan
konsumsi kopi; harga indikator; stok dan kepatuhan dalam memberikan informasi statistik.
Direktur Eksekutif: Direktur Eksekutif bertanggung jawab kepada Dewan untuk administrasi dan
pengoperasian Perjanjian. Bapak José Dauster Sette, warga negara Brasil, menjabat sebagai Direktur
Eksekutif sejak 1 Mei 2017. Sebelumnya ada 7 orang yang pernah menjadi direktur eksekutif:
Sekretariat: Kepala Operasi dan Kepala Keuangan dan Administrasi bertanggung jawab atas bidang
pekerjaan seperti Proyek, Statistik, Informasi dan Keuangan. Staf profesional internasional yang terdiri
dari ekonom, ahli statistik dan personel pendukung bertanggung jawab untuk melaksanakan program
kegiatan.
1. Brazil
Gambar 1. Perkebunan Kopi di Brazil. Source: dreamstime.com
Negara ini di Amerika Selatan mampu memproduksi hingga 63,4 juta karung kopi
berukuran 60 kilogram pada tahun 2020. Luas perkebunan kopi di negara ini sekitar 27.000
kilometer persegi yang tersebar di beberapa wilayah Minas Gerais, Sao Paulo dan Parana. Yang
membedakan kopi Brazil dengan produsen kopi di negara lain adalah pengolahan kopinya. Kopi
Brazil biasanya dijemur di bawah sinar matahari langsung tanpa dicuci, sehingga memiliki cita
rasa yang khas. Brasil membanggakan tingkat sinar matahari dan curah hujan yang tepat,
ketinggian rendah dan bahkan suhu sepanjang tahun. Kopi Brazil dikenal dengan bodynya yang
lembut, keasaman rendah dan rasa coklat dan karamel yang kaya rasa pahit, menjadikannya
bahan dasar yang sempurna untuk membuat kopi dengan rasa yang luar biasa. Selain penghasil
kopi terbanyak, Brazil juga menempati posisi pertama sebagai negara dengan konsumsi kopi
terbanyak di dunia. Organisasi Kopi Internasional menyatakan bahwa dari tahun 2015 hingga
2016 jumlah konsumsi kopi di negara ini adalah 20,5 juta karung berukuran 60 kg.
2. Vietnam
Gambar 2. Petani sedang memetik kopi di Vietnam.
Source: vovworld
Di Asia, Vietnam memiliki lebih dari dua kali lipat menjadi nomor dua, dengan lebih dari
1,5 juta ton menjadikannya komoditas yang paling banyak diekspor kedua setelah beras. Kopi
diperkenalkan ke Vietnam oleh mantan penjajah Prancis pada 1800-an ke wilayah Buôn Ma
Thuột, di mana kopi itu masih ditanam hingga sekarang. Vietnam adalah salah satu produsen
robusta paling kompetitif di dunia setelah reformasi pada tahun 1986 memungkinkan perusahaan
swasta yang menyebabkan ledakan pertumbuhan industri untuk mengubahnya menjadi negara
penghasil kopi tertinggi kedua di dunia. Vietnam menyumbang 40% dari total dunia Produksi biji
kopi Robusta, yang dikenal dengan keasaman dan kepahitan yang rendah, menjadikannya
sempurna untuk kopi instan dan sebagai penyusun kopi campuran.
3. Kolombia
Gambar 3. Perkebunan kopi di Kolombia.
Source: nomadcoffeeclub.com
Dengan lingkungan dan iklim yang sempurna, Kolombia adalah salah satu dari sedikit
negara yang memproduksi 100% biji Arabika. Kolombia dan kopi adalah kombinasi yang sangat
terkenal yang dihargai karena rasanya yang aromatik, ringan, dan buah. Café de Colombia adalah
organisasi nirlaba, mewakili perdagangan kopi dan menyentuh setiap keluarga di Kolombia. Ini
menginvestasikan kembali keuntungan mereka untuk kepentingan komunitas petani kopi. Biji
kopi biasanya ditanam di ketinggian 1500-2000 meter, yang menghasilkan berbagai kopi
bertubuh sedang dengan aroma kacang yang kaya dan sedikit keasaman jeruk, memberikan rasa
ringan dan rasa manis yang halus.
4. Indonesia
Gambar 4. Petani kopi Indonesia yang sedang memetik biji kopi. Source:
littleadventure.com
Sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau, kopi yang tersedia dari belahan dunia ini sangat
beragam. Budidaya kopi dimulai pada akhir tahun 1600-an pada masa penjajahan Belanda. Pulau Jawa
adalah tempat pertama di mana kopi dibudidayakan di Indonesia. Kopi Jawa terkenal dengan rasa kayu
yang matang dan bersahaja dengan rasa yang kaya, penuh dan manis. Kopi Indonesia cukup banyak di 10
kopi teratas semua orang dengan Jawa, Sumatera dan Sulawesi menduduki daftar teratas. Ini adalah kopi
yang benar-benar hidup, dengan nada bersahaja, rasa berasap dan pedas yang kompleks, dengan seluruh
tubuh dan aroma yang kaya.
5. Honduras
Gambar 5. Petani kopi Honduras. Source: dailycoffeenews.com
Honduras menawarkan kondisi iklim yang mirip dengan Kosta Rika dan Guatemala, namun posisinya
saat ini di eksportir kopi global sangat mencengangkan karena sampai saat ini sebagian besar diabaikan.
Di masa lalu terhalang oleh infrastruktur yang buruk yang menyebabkan sebagian besar kopi mereka
dijual di dalam negeri dengan hanya 10% dari hasil panen mereka yang diekspor. Namun dalam beberapa
tahun terakhir kopi mereka semakin dicari. Kebanyakan kopi Honduras ditanam di pertanian pegunungan
kecil yang dikenal sebagai 'Fincas' di ketinggian antara 1400-1700 meter. Banyak dari 'Fincas' ini
memiliki iklim mikronya sendiri, yang menyediakan berbagai macam profil rasa dan aroma dari hazelnut,
hingga vanilla dengan sedikit buah merah.
6. Ethiopia
Gambar 6. Proses pembuatan kopi di kebun negara Ethiopia. Source: hoppenworth
Ethiopia adalah tempat kelahiran kopi berada di urutan enam. Ada cerita yang sangat menarik
tentang bagaimana Arabika ditemukan oleh seorang petani yang melihat kambingnya terjaga sepanjang
malam oleh buah beri yang misterius. Ethiopia menawarkan ribuan varietas kacang-kacangan, masing-
masing dengan ciri khasnya sendiri, dengan rasa yang berbeda, dan tidak seperti kebanyakan negara, kopi
terbaik murni untuk konsumsi lokal dan tidak akan pernah keluar negeri.
7. Peru
Di negara ini, kopi ditanam di 10 wilayah di utara, sabuk tengah dan selatan negara itu. Kopi
bukan tanaman baru yang ditanam di Peru, bahkan sudah ada sejak tahun 1700-an. Namun, kopi sering
diabaikan karena infrastruktur bisnis negara yang buruk, yang berarti sebagian besar kopi yang diproduksi
dikonsumsi di dalam negeri. Ini telah berubah dalam beberapa dekade terakhir dengan petani memiliki
kesempatan untuk mengekspor dan memukul pasar dunia dengan produk mereka. Banyak yang
menganggap kopi ini menyaingi beberapa kopi terbaik dari seluruh dunia. Kopi Peru yang ditanam di
dataran rendah cenderung bertubuh sedang dengan aroma nutty floral dan fruity, yang ditanam di dataran
tinggi, terutama di Andes adalah floral, rich and sour dan hanya menunggu untuk ditemukan.
8. India
Gambar 8. petani kopi di India. Sources: nenow.in
India sangat terpengaruh oleh karat kopi pada tahun 1870-an dan mengganti banyak perkebunan kopi
mereka dengan perkebunan teh. India sering dianggap sebagai negara penghasil teh, tetapi faktanya kopi
sudah ada sejak tahun 1600-an pada masa pemerintahan kerajaan Mughal, teh tidak ada sampai tahun
1800-an Secara tradisional dikenal sebagai kopi arabika, sejak pergantian tahun. abad, mayoritas tanaman
mereka saat ini adalah robusta yang menyumbang 60% dari total produksi mereka. Kopi sebagian besar
ditanam di negara bagian Kerala, Tamil Nadu dan Karnataka di India selatan. Sebagian besar produksi
kopi India diekspor ke Eropa, di mana sering digunakan untuk membuat kopi campuran. Kopi dibawa
kembali ke pantai India oleh seorang pria bernama Baba Budan, yang menyelundupkan beberapa biji kopi
dari Timur Tengah ke India, menanamnya di Karnataka, dan sisanya adalah sejarah. Kopi paling terkenal
dari India adalah Malabar Monsoon. Pemrosesan yang unik melibatkan biji kopi yang terkena kondisi
musim hujan.
9. Guatemala
Gambar 9. Seorang petani sedang memetik biji kopi di Guatemala. Sources: artizancoffee.com
Kopi tidak dianggap sebagai tanaman ekonomis sampai akhir tahun 1850-an setelah runtuhnya
industri pewarna negara setelah pengenalan pewarna kimia ke dalam industri tekstil Eropa. Pada tahun
1880 kopi menyumbang 90% dari ekspor Guatemala dan masih yang terbesar saat ini. Tanaman yang
dihasilkan memiliki reputasi yang layak untuk kualitas. Biji kopi utama adalah varietas Arabika, varietas
utama termasuk Caturra, Catuai Merah dan Kuning dan Bourbon Merah dan Kuning. Biji kopi Guatemala
tumbuh subur di daerah dengan tanah vulkanik yang subur, kelembaban rendah, banyak sinar matahari,
dan malam yang sejuk, termasuk daerah Antigua, Acatenango, Atitlán, Cobán, Huehuetenango, Faijanes,
San Marcos & Nuevo Orientea. Kopi terkenal dari Guatemala adalah Guatemala Coban. Kopi ini
memiliki rasa cokelat hitam, nada atas hazelnut yang kaya dan mewah dengan sedikit buah gelap.
10. Uganda
Uganda terkenal dengan kopi robustanya. Dibudidayakan dari generasi ke generasi, biji kopi
ditemukan secara asli jauh di dalam hutan hujan. Mereka dianggap sebagai salah satu pohon kopi alami
paling langka di mana pun. Area utama untuk pertumbuhan Robusta adalah Nil bagian barat, wilayah
Okoro, wilayah utara Lira dan Gulu, wilayah timur Mbale dan Bugisu, wilayah tengah dan barat daya
Jinja , Mukono, Kampala dan Masaka dan wilayah barat Kasese. dan Mbarara. Dalam beberapa tahun
terakhir Uganda telah menanam beberapa varietas arabika, namun kopi robusta Uganda dikenal karena
rasanya yang cenderung memiliki keasaman seperti anggur, dengan nada coklat yang kaya.
3.2.4. Konferensi Kopi Dunia
Sumber: https://www.ico.org
Ilustrasi Suasana World Coffee Conference. Sumber: 4th World Coffee Conference - Panels Day 1/2 - 7 March
2016
Ilustrasi Suasana World Coffee Conference. Sumber: 4th World Coffee Conference - Panels Day 1/2 - 7 March
2016
Ilustrasi Suasana World Coffee Conference. Sumber: 4th World Coffee Conference - Panels Day 1/2 - 7 March
2016
Ilustrasi Suasana World Coffee Conference. Sumber: 4th World Coffee Conference - Panels Day 1/2 - 7 March
2016
Komunitas kopi dari Afrika dan seluruh dunia berkumpul di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa
selama dua hari untuk mengikuti debat di Konferensi Kopi Dunia ke-4 yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Ethiopia. 77 Negara Anggota International Coffee Organization (ICO) dan lebih dari 900
peserta, termasuk petani kopi dan perwakilan dari pemerintah, sektor swasta dan lembaga internasional
berpartisipasi dalam berbagai diskusi terkait dengan tema Konferensi, 'Mempertahankan budaya dan
keragaman kopi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil Konferensi Kopi Dunia memberikan beberapa implikasi kunci
untuk pekerjaan ICO di masa depan dan lebih khusus lagi untuk proses Tinjauan Strategis yang dilakukan
oleh Organisasi atas permintaan Anggotanya. Alih-alih diklasifikasikan berdasarkan panel, wawasan ini
telah dikelompokkan berdasarkan tema dan area tindakan. Dengan demikian, ada empat area luas dari
mana ICO dapat menarik pengetahuan.
a. Dalam perannya sebagai organisasi kopi antar pemerintah terkemuka, ICO dapat
memainkan peran penting dalam mempromosikan koordinasi dan kolaborasi antara
masyarakat dan sektor swasta.
b. Kerjasama tersebut dapat berupa penyediaan layanan penyuluhan yang secara historis
terbukti meningkatkan keselamatan petani, atau program keberlanjutan seperti Global
Coffee Platform.
c. Perubahan iklim adalah salah satu ancaman paling signifikan yang dihadapi masa depan
produksi kopi di seluruh dunia, dan membutuhkan respons yang terkoordinasi. ICO
ditempatkan dengan baik untuk menyatukan dan mempromosikan Kemitraan Pemerintah
Swasta yang dapat mengatasi masalah ini.
4. Pertahanan
a. Akhirnya, ICO memiliki peran penting dalam mengadvokasi isu-isu seperti kesetaraan
dan keterlibatan pemuda gender.
b. Ini adalah masalah lintas sektor yang harus disertakan di semua tahap pekerjaan ICO,
misalnya melalui proyek, forum, dan komunikasi.
REFERENSI