Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA DALAM SARASAMUSCAYA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
SUSILA

Dosen Pengampu:
I Nyoman Ariyoga M.Pd.

Oleh:
Nama NIM
Kankoma Sutami 2312061033
I Made Krishna Mahaputra 2312061018
I Kadek Susila 2312541044

KELAS B
PROGRAM STUDI DHARMA DUTA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI HINDU
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, atas limpahan rahmat-Nya yang tiada henti, yang telah memberi keberkahan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada bapak I Nyoman
Ariyoga M. Pd., sebagai dosen pengampu mata kuliah Susila yang telah memberikan
bimbingan yang berharga sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini

Meskipun kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, namun kami
berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan isi yang terbaik. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangatlah kami harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini menjadi lebih baik lagi.

Semoga apa yang telah kami tuliskan dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi semua pihak yang membutuhkan, serta menjadi sumbangan
yang berarti dalam peningkatan pengetahuan dan pemahaman akan topik yang dibahas.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.........................................................................................................3

Latar Belakang...............................................................................................................3
Rumusan Masalah..........................................................................................................3
Tujuan Masalah..............................................................................................................3
BAB II Susunan Dan Isi Kitab Sarasamuccaya............................................................4

Ajaran Etika Dalam Kitab Sarasamuccaya....................................................................4


Catur Purusa Artha.........................................................................................................5
Trikaya Parisudha..........................................................................................................6
Hidup Saling Bantu Membantu Dan Hormat Menghormati..........................................7
Dasa Yama dan Dasa Niyama Brata..............................................................................7
BAB III Penutup..............................................................................................................9

Kesimpulan dan Saran...................................................................................................9


Daftar Pustaka..............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Hindu di era modern seringkali mengabaikan ajaran ketuhanan yang luhur dan
lebih condong kepada kesenangan materi dunia. Perilaku moral yang semakin merosot
pada manusia berpotensi menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan mereka.
Kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai suci yang telah menjadi pedoman selama
berabad-abad menjadi semakin nyata. Oleh karena itu, penting untuk terus
mengembangkan pemahaman umat melalui pendidikan Agama Hindu, yang salah
satunya dapat diperoleh dari kitab Sarasamuccaya. Selain itu, kajian yang lebih
mendalam perihal pembentukan karakter umat Hindu melalui ajaran dalam kitab
Sarasamuccaya juga diperlukan.

Etika, sebagai bagian dari kerangka dasar Agama Hindu, turut tersirat dalam kitab
Sarasamuccaya. Kitab ini tidak hanya menyimpan nilai-nilai religius, tetapi juga nilai-
nilai etika yang berpengaruh pada pembentukan karakter individu. Jika Bhagavad Gita
menggali aspek filsafat, maka Sarasamuccaya menyoroti ajaran etika. Oleh karena itu,
kitab Sarasamuccaya merupakan pedoman perilaku yang baik dalam kehidupan manusia,
menggarisbawahi pentingnya dimensi religius dan etika dalam membentuk kepribadian
yang kokoh.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini yaitu, apa sajakah aspek (ajaran) etika dalam kitab
Sarasamuccaya.

C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini ingin mengetahui dan mengkaji ajaran etika dalam kitab
Sarasamuccaya.

3
BAB II

SUSUNAN DAN ISI KITAB SARASAMUCCAYA

Kitab Sarasamuccaya adalah salah satu dari pustaka suci Hindu yang mengandung
nilai-nilai pendidikan yang berimplikasi terhadap karakter. Kitab ini adalah kitab etika
untuk pemeluk-pemeluk Agama Hindu di Indonesia “The Sarasamuccaya is the Gita of
the Balinese Hindus, Sarasamuccaya adalah Bhagavadgita-nya orang-orang Bali
pemeluk Agama Hindu. Dalam kitab Sarasamuccaya terdapat ajaran tentang cara
bertingkah laku untuk diri sendiri dan untuk hidup bersama dengan orang lain.

1. Ajaran Etika Dalam Kitab Sarasamuccaya

Ajaran etika memegang peranan penting dalam kitab Sarasamuccaya. Etika di


sini diartikan sebagai seperangkat pedoman atau hukum yang mengarahkan manusia
dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Tanpa pedoman yang jelas, masyarakat
rentan terjerumus dalam kekacauan. Sarasamuccaya memberikan ajaran mengenai
larangan-larangan dan perilaku yang baik, yang berakar dalam ajaran Agama Hindu dan
ditujukan untuk mencapai kelepasan (moksa).

Kitab Sarasamuccaya menekankan pentingnya pembenahan diri, baik dalam


hubungan dengan sesama maupun dalam konteks hubungan dengan dunia dan akhirat.
Hubungan antara kehidupan di dunia dengan kehidupan di akhirat menjadi fokus utama.
Kitab ini mengajarkan bahwa kebaikan yang dilakukan di dunia akan membawa
kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, pembenahan hidup di dunia merupakan hal yang
esensial karena menentukan nasib kita di masa depan.

Ajaran penting dalam kitab Sarasamuccaya meliputi konsep catur purusa artha
(empat tujuan hidup manusia), trikaya parisudha (pembersihan tiga badan), hormat
kepada sesama manusia dan orang tua, serta ajaran tentang dasa yama dan dasa niyama
brata (sepuluh prinsip etika). Semua ajaran ini menekankan pentingnya perilaku yang
baik dan pembenahan diri sebagai kunci menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

4
2. Catur Purusa Artha

Meskipun kitab Sarasamuccaya tidak secara eksplisit menyebutkan konsep catur


purusa artha, namun esensi dari konsep tersebut, yang meliputi dharma, artha, kama, dan
moksa, diuraikan dalam beberapa bagian kitab ini. Sebagai contoh, pada sloka 1, kitab
ini menyatakan: "Dharme carthe ca kame ca moksa ca bharatarsabha, yadihasti
tadanyatra yannehasti na tat kvacit," yang artinya, "Oh kebanggaan keluarga para
penguasa, prinsip-prinsip dharma, artha, kama, dan moksa yang ada di sini juga tidak
dapat ditemukan di tempat lain."

Konsep catur purusa artha menggambarkan empat tujuan hidup manusia.


Kehidupan ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kama, yaitu dorongan
dan keinginan yang mendorong tindakan, yang objeknya adalah artha, yakni benda-
benda materi yang dapat memuaskan dorongan kama dan memberikan kenikmatan dalam
hidup. Namun, pemenuhan keinginan terhadap artha tanpa landasan dharma, yaitu
prinsip kebajikan dan kebenaran yang mendasari pencapaian kebahagiaan, akan
mengarah pada penderitaan. Oleh karena itu, dharma harus menjadi pijakan utama dalam
memenuhi kebutuhan kama akan artha.

Kitab Sarasamuccaya menekankan pentingnya dharma sebagai landasan utama


dalam mencapai kebahagiaan. Pada sloka 12, kitab ini menegaskan bahwa dharma harus
dikedepankan sebelum memenuhi kebutuhan akan artha dan kama. Kehidupan yang
bertentangan dengan prinsip dharma akan menghasilkan kesedihan, sementara mematuhi
dharma merupakan jalan menuju kebahagiaan. Orang yang mengabaikan dharma dan
membiarkan artha dan kama mendominasi kehidupannya akan jatuh ke dalam keadaan
adharma, yang menghalangi pencapaian kelepasan atau moksa, tujuan akhir kehidupan
setiap individu.

Dengan demikian, kitab Sarasamuccaya menekankan bahwa dharma merupakan


landasan yang paling penting dalam pencapaian catur purusa artha, karena hanya melalui
dharma seseorang dapat mencapai kebahagiaan sejati di dunia ini dan kebebasan dari
ikatan duniawi, yang disebut moksa.

5
3. Trikaya Parisudha

Setiap tindakan manusia dipandu oleh tiga aspek penting yang dikenal sebagai
trikaya, yang meliputi kaya (badan), wak (ucapan), dan manah (pikiran). Kaya merujuk
pada bagian fisik seperti tangan, kaki, mulut, dan lainnya, sementara wak mengacu pada
kata-kata yang diucapkan, dan manah adalah pikiran yang membimbing tindakan.
Dengan tiga alat ini, manusia dapat melakukan segala sesuatu, baik terhadap dirinya
sendiri, orang lain, maupun lingkungannya.

Pentingnya ketiga aspek ini ditekankan dalam ajaran etika Hindu, seperti yang
diungkapkan dalam kitab Sarasamuccaya, khususnya dalam bagian Agastyaparwa.
Konsep trikaya disebutkan dalam kitab ini, seperti pada sloka 157:

"Adrohah sarvabhutesu, Kayena manasa gira, Anugrahasca danam ca,


Silametadvidurbudhah."

Artinya, "Janganlah melukai makhluk hidup, baik dengan tindakan, ucapan,


maupun pikiran. Yang patut diperhatikan dalam trikaya hanyalah memberikan anugraha
(kasih sayang) dan sedekah, karena itulah yang disebut sebagai sila (etika) oleh para
bijak."

Tiga bagian tubuh ini dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau buruk. Ketika
digunakan untuk tujuan yang baik, trikaya disebut trikaya parisudha, yang berarti badan,
ucapan, dan pikiran yang disucikan. Ajaran agama mengajarkan penggunaan trikaya
parisudha untuk mencapai kedamaian bagi diri sendiri dan orang lain.

Pengendalian diri dalam ajaran Tri Kaya Parisudha melibatkan manacika (pikiran
yang baik), wacika (ucapan yang baik), dan kayika (perbuatan yang baik). Manusia
diajarkan untuk mengendalikan pikiran agar tidak menginginkan hal-hal yang buruk atau
melanggar ajaran agama, untuk tidak memendam kebencian terhadap orang lain, dan
untuk menghormati hukum Karma Phala. Dalam ucapan, manusia diajarkan untuk tidak
mencaci maki, memfitnah, atau melanggar janji. Sementara dalam tindakan, manusia
diajarkan untuk tidak menyakiti makhluk lain, tidak membunuh, tidak berbohong, dan
menjauhi perbuatan tidak senonoh atau tidak sesuai dengan ajaran agama.

6
4. Hidup Saling Bantu Membantu Dan Hormat Menghormati

Manusia, sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup terpisah dan selalu
bergantung pada interaksi dengan orang lain. Untuk menjaga hubungan harmonis,
manusia perlu memiliki sikap rela berkorban, yaitu siap memberi dan menerima dalam
kehidupan bersama. Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan, baik dalam hal
harta maupun kemampuan. Oleh karena itu, mereka yang memiliki lebih harus bersedia
berbagi dengan yang kurang, sementara yang kurang harus bersedia menerima bantuan
dari yang lebih.

Kitab Sarasamuccaya mengajarkan pentingnya sikap berdana, karena harta yang


dimiliki sebenarnya juga untuk membantu orang lain. Hal ini tercermin dalam sloka 178
kitab tersebut:

"Apa gunanya kekayaan jika tidak untuk disumbangkan atau dinikmati? Demikian pula,
kesaktian tidak bermanfaat jika tidak digunakan untuk mengatasi musuh. Begitu juga
dengan ajaran suci, tidak berguna jika tidak menjadi cahaya dalam melaksanakan
dharma. Begitu juga dengan kearifan budi, tidak berguna jika tidak untuk mengendalikan
hawa nafsu dan menjauhkan diri dari kegelapan batin. Oleh karena itu, segala
kemampuan dan kelebihan harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama."

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang layak menerima bantuan,
karena jika bantuan diberikan kepada orang yang tidak bermoral atau jahat, maka
sumbangan tersebut akan sia-sia dan dapat digunakan untuk tujuan yang merugikan.
Oleh karena itu, hidup ini adalah tentang saling membantu dan menghormati, karena
setiap individu memiliki kelemahan yang perlu dibantu oleh orang lain.

5. Dasa Yama dan Dasa Niyama Brata

Dalam ajaran Astangga Yoga, kita mengenal ajaran Panca Yama Niyama.
Namun, dalam kitab Sarasamuccaya, terdapat ajaran yang lebih luas, yaitu Dasa Yama
Niyama Brata. Ajaran ini menyoroti prinsip-prinsip etika yang sangat mulia. Dalam
Yama Brata, kita menemukan sifat-sifat yang mengarah kepada perilaku terhadap orang
lain, sementara dalam Niyama Brata, kita menemukan sifat-sifat yang mengarah pada
introspeksi dan pertumbuhan pribadi.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk berbuat baik kepada orang lain, kita harus
memulainya dengan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Sebagaimana tidak
mungkin air jernih mengalir dari sumber yang keruh, demikian juga, untuk memberi
manfaat kepada orang lain, kita harus memiliki kebaikan dalam diri.

7
Ajaran etika dalam agama Hindu senantiasa mengajarkan pembenahan diri, baik
secara fisik maupun batin. Dalam Dasa Yama Brata, perinciannya adalah sebagai
berikut:

1. Anrsamsyam: Tidak mementingkan diri sendiri.

2. Ksama: Toleransi terhadap segala kondisi.

3. Satya: Berbicara jujur dan tidak berdusta.

4. Ahingsa: Tidak menyakiti makhluk hidup.

5. Dama: Mengendalikan diri dan bersabar.

6. Arjavam: Tulus hati dan lurus.

7. Pritih: Kasih sayang yang mendalam.

8. Prasado: Ketenangan dan kejernihan hati.

9. Madhuryam: Kemanisan dalam pandangan dan perkataan.

10. Mardavam: Kehalusan dan kelembutan hati.

Sementara itu, Dasa Niyama Brata memiliki rincian sebagai berikut:

1. Danam: Memberi makanan dan minuman kepada yang membutuhkan.

2. Ijya: Pemujaan kepada dewa dan leluhur.

3. Tapo: Pengendalian diri dan pengekangan nafsu.

4. Dhyana: Merenungkan secara fokus.

5. Swadhyaya: Memahami dan mempelajari ajaran suci.

6. Upasthanigraha: Pengekangan nafsu dan hawa nafsu.

7. Brata: Pengekangan diri terhadap makanan dan minuman.

8. Mauna: Menahan diri dari berbicara.

9. Snana: Membersihkan diri dan tri-sandhya.

10. Nahan: Menahan diri dari keinginan duniawi.

8
Melalui pemahaman dan praktik Dasa Yama Niyama Brata, manusia dapat
memperbaiki diri dan mencapai kebahagiaan yang sejati, serta menjadi sumber kebaikan
bagi lingkungan sekitarnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Kitab Sarasamuccaya merupakan salah satu pustaka suci Hindu yang mengandung
nilai-nilai pendidikan yang sangat berharga, yang memiliki implikasi yang mendalam
terhadap karakter individu. Kitab ini menjadi bagian integral dalam pemahaman ajaran
Hindu, khususnya di Indonesia, dan dianggap sebagai Bhagavadgita-nya pemeluk
Agama Hindu di Bali.

Dalam konteks etika, kitab ini menekankan pentingnya perilaku yang baik dan
pembenahan diri sebagai kunci menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ajaran etika
yang terdapat dalam kitab Sarasamuccaya mencakup larangan-larangan dan perilaku
yang baik, yang berakar dalam ajaran Agama Hindu dan bertujuan untuk mencapai
kelepasan (moksa).

Beberapa konsep penting yang dibahas dalam kitab ini meliputi catur purusa artha,
yang menggambarkan empat tujuan hidup manusia; trikaya parisudha, yang mengajarkan
pentingnya pengendalian diri melalui badan, ucapan, dan pikiran; hidup saling bantu
membantu dan hormat menghormati, yang menekankan pentingnya saling berbagi dan
menghormati sesama; serta dasa yama dan dasa niyama brata, yang merupakan prinsip-
prinsip etika yang sangat mulia yang mengarah pada pembenahan diri dan perilaku yang
baik.

Dengan pemahaman dan praktik ajaran yang terkandung dalam kitab Sarasamuccaya,
manusia dapat memperbaiki diri dan mencapai kebahagiaan yang sejati, serta menjadi
sumber kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi umat Hindu
untuk terus mempelajari dan mengamalkan ajaran yang terdapat dalam kitab ini guna
meningkatkan kualitas kehidupan spiritual dan moral mereka.
9
Daftar Pustaka

Atmaja dkk., I Made Nada. 2010. Etika Hindu. Surabaya : Paramita.


http://ikp31suardana.blogspot.com/2016/11/makalahtata-susila-ajaran-etika-dalam.html
(diakses pada 12 Maret 2024, pukul 10.45 Wib)

Kajeng dkk., I Nyoman. 1994. Sarasamuccaya. Jakarata : Hanuman Sakti.

Pudja, Gede. 2006. Sarasamuccaya. Surabaya : Paramita. Sanjaya,

Putu. 2011. Filsafat Pendidikan Agama Hindu. Surabaya: Paramita

Sura, I Gede. 1985. Pengendalian Diri dan Etika. Denpasar : Pemerintah Propinsi Bali.

Titib, I Made. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Anak Dalam
Perspektif Agama Hindu. Jakarta: Ganeca Exact.

Ariska Dewi. 2014.Kajian Pendidikan Hindu Dalam Pasraman Ratu Bagus Manik Merta Di
Banjar Delod Bale Agung Kecamata Mengwi

10

Anda mungkin juga menyukai