Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

UJI STABILITAS

DOSEN PENGAMPU:

Apt. Jena Hayu Widyasti, S.Farm., M.Farm

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. FATIKAH RAHMA DUHITTA (27216703A)

2. FANABILA PUTRI BHAYANGKARI (27216707A)

3. SINDY PUSPITA SARI (27216708A)

4. ISNAINI NUR FATQWA (27216743A)

UNIVERSITAS SETIA BUDI

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI
I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan stabilitas pada suhu yang berbeda yaitu
pada suhu 400C dan pada suhu ruang.

II. DASAR TEORI

Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam kondisi
penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama sekali atau
berubah dalam batas-batas yang diperoleh (Voigt, 1995: 607).

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat
dan katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi.
Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008: 4).

Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia pada sediaan
yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan yang digunakan untuk formulasi
sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008: 5).

Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang diperlakukan
untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Stabilitas fisika
meliputi penampilan, konsistensi, warna,aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan,
pengendapan, perubahan berat, adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957:
73).

Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensi (bahan


aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dan lainnya) Stabilitas
mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril,
sterilisasi, dan perubahan fektivitas pengawet (Jenkins, 1957:73).

Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk


farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat aktif. bahan obat berubah,
hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya status mikrobiologi, hilangnya
kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan fungsional, serta faktor lingkungan
seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008:8).
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya
diproduksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan
pasien yang membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adanya
hasil uraian zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh
karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sutan zat sehingga
dapat dipilih pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim,
2015: 13).

Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat. Waktu paruh suatu
obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat
atau kecepatan degradasi kimiawinya. Faktor yang menyebabkan rusaknya obat yaitu
panas, alkali-alkali, oksigen, kelembaban, dan cahaya.. Mekanisme degradasi dapat
disebabkam oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom
dan jon-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1998:15)

Suatu obat kesetabilannya dapat dipengaruhi oleh ph, dimana reaksi penguraian
dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan ion H+ atau OH dengan
menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak
mempengaruhi hasil dari reaksi (Ansel,1998:9)

Kestabalian suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat
dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu yang tinggi (Lachman, 1994:2).

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan sistem
heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan
cairan atau semipadat, dan fase terdispers atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel
kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu
(Priyambodo, 2007).
III. ALAT DAN BAHAN
a) ALAT :
 Pipet tetes
 Brookfield
 Beaker glass
 Deck glass
 Object glass

b) BAHAN:
 Ibuprofen

IV. CARA KERJA


1) Pengamatan Organoleptis

Menyiapkan sediaan suspensi sebanyak 100 ml untuk dilakukan pengamatan

Menuangkan suspensi 100 ml ke dalam beaker glass

Mengamati warna, bau serta rasa pada suspensi tersebut kemudian dimasukkan
pada data pengamatan

2) Pengamatan Homogenitas
Mengambil 1 tetes sampel suspense menggunakan pipet tetes kemudian
diletakkan diatas Object glass lalu ditutup dengan deck glass

Mengusap tetesan sampel tersebut kemudian diamati ada tidaknya partikel


dalam sampel

3) Pengamatan Viskositas menggunakan Viskometer Brookfield


Memasukkan suspensi ke dalam beaker glass 100 ml dan dipastikan sampai
sampel terisi penuh
Memilih nomor spindle yang sesuai kemudian dipasang pada alat Viskometer
Brookfield

Memutar revolver untuk menurunkan spindle hingga terendam seluruhnya


dalam larutan sampel

Mengatur kecepatan RPM untuk perputarannya

Mengamati skala yang terlihat pada alat Viskometer Brookfield. Apabila


kecepatannya < 10 maka dapat dinaikkan RPM nya sedangkan bila
kecepatannya > 100 makan dapat mengganti spindle dengan nomor yang lebih
besar dari sebelumnya

Mengamati kecepatan pada skala setiap 3 kali putaran

Setelah selesai, mengeluarkan larutan sampel dari Viskometer Brookfield


kemudian membersihkan spindle Viskometer menggunakan tissue.

Melakukan hal yang sama pada T1 dan T2


V. HASIL PENGAMATAN
1. Pengujian Pada Suhu Ruang 25oC

Waktu Pengujian
No. Pengujian Mutu Fisik
T0 T1 T2
Bau Strawberry Strawberry Strawberry
1. Organoleptis Rasa Manis, Pahit Semakin Manis Sedikit Manis
Warna Pink Tua Pink Pudar Pink Pudar
Ada Parikel Ada Parikel Ada Parikel
2. Homogenitas
Homogen Homogen Homogen
Spindel :3 Spindel :3 Spindel :3
Viskositas : Viskositas : Viskositas :
3. Viskositas 98,50cp 98,50cp 98,50cp
Torque : 19,8% Torque : 19,8% Torque : 19,8%
Speed 200 rpm Speed 200 rpm Speed 200 rpm

2. Pengujian Pada Suhu 40oC

Waktu Pengujian
No. Pengujian Mutu Fisik
T0 T1 T2
Bau Strawberry Lebih Kuat Lebih Kuat
1. Organoleptis Rasa Manis Manis Asam Manis
Warna Merah Muda Merah Muda Pekat Merah Muda Pekat
Ada Parikel Ada Parikel Ada Parikel
2. Homogenitas
Homogen Homogen Homogen
3. Viskositas 92,00 cp 150,0 cp 94,00 cp

VI. PEMBAHASAN

Dari hasil diatas ketahui bahwa suhu ruang adalah 25oC didapatkan pengujian mutu
fisik pada uji organoleptis bau saat T0 adalah strawberry kemudian pada T2 dan T3 bau
strawberry semakin kuat, rasa ibuprofen pada T0 rasanya manis ada pahit-pahitnya, T1 dan
T2 rasanya semakin manis. Pada warna T0 didapatkan warna merah muda yang pekat, T1
dan T2 nya semakin pudar atau merah muda pudar. Sedangkan pada suhu 40oC bau yang
didapatkan yaitu saat T0 adalah strawberry kemudian pada T2 dan T3 bau strawberry
semakin kuat, rasa ibuprofen pada T0 rasanya manis, T1 rasanya manis asam dan T2
rasanya manis. Pada warna T0 didapatkan warna merah muda yang pekat, T1 dan T2 nya
semakin pekat atau merah muda pekat.
Uji homogenitas pada suhu ruang 25oC dan suhu 40oC didapatkan hasil yang sama
yaitu sama-sama terdapat partikel dan homogen, namun yang membedakan yaitu pada suhu
ruang 25oC partikel yang didapatkan semakin sedikit.

Uji viskositas dilakukan menggunakan brookfield dengan spindel no.3. Pada suhu
ruang 25oC menghailkan viskositas yang stabil pada speed 200 rpm dari T0, T1 dan T2
yaitu 98,50 cp. Sedangkan pada suhu 40oC didapatkan viskositas yang tidak stabilpada
speed 150 rpm T0 92,00cp, T1 150,0cp dan T2 94,00cp.

VII. KESIMPULAN

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum stabilitas kali ini bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain faktor utama lingkungan
diantaranya temperatur, cahaya, kelembaban, oksigen dan faktor lain yang mempengaruhi
stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, mikroorganisme dan bahan tambahan.

Hal ini ditandai dengan berubahnya bau, rasa, dan warna pada pengujian
organoleptis sediaan Ibuprofen baik pada suhu 25 derajat Celcius maupun suhu 40 derajat
Celcius. Dan juga adanya perubahan viskositas sediaan Ibuprofen pada suhu 40 derajat
Celcius. Suatu sediaan dikatakan stabil jika t0=t1=t2. Sehingga sediaan
Ibuprofen tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Chasanah N, dkk. FORMULASI SUSPENSI DOKSISIKLIN MENGGUNAKAN

SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI : UJI STABILITAS FISIK DAN

DAYA ANTIBAKTERI. Jurnal. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Surakarta. Diakses 2 Desember 2022.

Priyambodo, B, 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,Yogyakarta.

Sari, J. Dkk. 2019. Laporan Praktikum Farmasi Fisika. Makalah. Stabilitas Obat. Program Studi

Farmasi. Institut Teknologi Sumatera. Sumatera. Diakses 2 Desember 2022.

Jenkins: 1957. "Farmasi Fisika", UGM Press Yogyakarta. Diakses 2 Desember 2022.

Voigt, R. 1995. "Buku Pelajaran Teknologi Farmasi". UGM Press Yogyakarta.

Joshita, 2008. "Obat-Obat untuk Paramedis", UI Press: Jakarta. Diakses 2 Desember 2022.

Anonim. 2015. "Penuntun Praktikum Farmasi Fisika". UMI: Makassar.

Moechtar. 1989.Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi.

Ansel C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat .Jakarta : UI

Press. Diakses 2 Desember 2022.

Lachman. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3.Jakarta : UI Press.

Abdullah F. Dkk. 2017. Jurnal Farmasi Fisika No.1. Uji Stabilitas. Fakultas Farmasi. Universitas

Padjajaran. Diakses 6 Desember 2022.


LAMPIRAN

Sampel Ibuprofen T1 Larutan Suspensi T2 Larutan Suspensi

T0 Partikel T1 Partikel T2 Partikel


Viskometer T0 Viskometer T1 Viskometer T2

Anda mungkin juga menyukai