PENDAHULUAN
Dari latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan masalah yang
ada yaitu program pemaran apa yang digunakan oleh PT. Coca cola Amatil
Indonesia Bottling. Selain itu juga kami akan sedikit menguraikan sejarah singkat
lahirnya Coca cola di Indonesia.
1
1.4.2 Metode Interview
Metode ini merupakan kelanjutan dari metode observasi yaitu melakukan
wawancara langsung dengan responden
1.4.3 Metode Pustaka
Yaitu metode untuk mencari informasi tentang PT. Coca cola melalui buku-
buku ataupun brosur yang ada.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Coca cola mulai dikenal di bumi persada ini pada tahun 1927, ketika para
pejabat-pejabat pemerintah serta pedagang-pedagang Belanda memperkenalkan
minuman tersebut di sini. Kemudian atas prakarsa dan modal sendiri, seorang
saudagar Belanda yang juga seorang Insinyur bernama Berny Konings tahun 1932
mendirikan pabrik Coca cola pertama di Indonesia bernama “De Noderlands
Indisehe Mineral Water Fabriek” di jalan Antara (waktu itu bernama Postweg) no. 23
Jakarta.
Dalam memproduksi dan memasarkan Coca cola, di Indonesia Jakarta Berny
Konings benar-benar bekerja secara “Single fighter” termasuk merancang mobil-
mobil angkutan barang-barang promosi dan angkutan serta iklan-iklan di media
massa.
De Nederlands Indische Mineral Water Fabriek aktif memproduksi dan
memasarkan Coca cola dari tahun 1932 sampai 1942 ketika Jepang masuk pada
tahun 1942, pabrik tersebut menghentikan kegiatannya dan pemiliknya Berny
Konings beserta istrinya menjadi tawanan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, Benny Konings berusaha untuk kembali bangkit
dengan usahanya, masih dalam luapan kegembiraan atas kemerdekaan Bangsa
Indonesia ia bekerjasama dengan 6 orang putra Indonesia dan diantaranya adalah
perintis kemerdekaan, yaitu N. Tabrani dan Prof. Dr. TSG Mulia dan mereka pada
tanggal, 7 Maret 1953 berhasil mendirikan perusahaan baru yang bernama
Indonesia Bottlers Ltd N.V dengan menggunakan pabrik serta fasilitas yang dimiliki
De Nederlands Indische Mineral Water Fabriek kembali memproduksi dan
memasarkan Coca cola.
Berny Konings bekerjasama dengan pendiri-pendiri Indonesia Battlers LTd.
N.V hanya sampai tahun 1957 dan pada tahun itu beliau kembali ke negara Belanda
3
dan sejak itu Indonesia Bottlers Ltd N.V dikelola dan 100% milik bangsa Indonesia.
Kapasitas produksi Indonesia Bottlers Ltd. N.V dari tahun 1953 sampai dengan 1969
hanya 500 peti @ 24 botol perhari Coca cola ukuran 6,5 Oz.
4
Mengingat perkembangan-perkembangan yang terjadi, maka pada tanggal, 11
Agustus 1984 nomor 41 di depan Akte Notaris Imran Ma’arif SH diadakan
perubahan nama perusahaan dari PT. Swarna Dwipa Bottling Co. menjadi PT.
Swarna Dwipa Mekar Bottling Co.
Pengembangan Pabrik berjalan dengan lancar dan pada bulan September
1985 diadakan Produksi Percobaan. Selang 3 bulan tepatnya bulan Desember 1985
merupakan Produksi Komersial.
5
2.3.2 Tujuan Ekonomi
1) Pemasukan Devisa negara
2) Sumber pendapatan bagi masyarakat (pedagang)
3) Kesempatan berusaha yaitu terbukanya lapangan kerja bidang lain,
diantaranya :
Bidang pertanian, yaitu merangsang para petani untuk menanam tebu
sebagai mana kita ketahui tebu merupakan penghasil gula yang
mana gula tersebut digunakan dalam pengolahan produksi di PT.
Coca cola
Bidang industri, yaitu membantu perusahaan jasa untuk dapat
memasarkan produk dari PT. Coca cola
Perusahaan jasa angkutan
Biro jasa adverfising
Biro jasa hukum dll.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Produk yang dihasilkan oleh PT. Coca Cola Indonesia didistribusikan melalui
lebih dari 120 pusat penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk yang telah
siap tersebut diangkut ke pusat-pusat penjualan oleh Armada truk berukuran besar
dan kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang oleh kendaraan distribusi yang
lebih kecil.
Diperkirakan produk-produk yang dihasilkan lebih dari 80% di jual melalui para
pengecer dan pedagang grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori
pengusaha kecil dan mereka memperkerjakan tidak kurang dari 5 karyawan dengan
omset penjualan pertahun kurang dari Rp. 1 milyar.
Sistem pemasaran PT. Coca Cola Amatil Indonesia Bottling adalah sistem
distribusi langsung (Direct Distribution). Daerah pemasaran hasil produksi meliputi 3
propinsi yaitu Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Wilayah pemasaran
tersebut meliputi : Tanjung Bintang, Pringsewu, Kalianda, Bandar Jaya, Kotabumi,
Muara Enim, Baturaja, Palembang, Bangka, Bengkulu dan Lubuk Linggau.
Sistem distribusi yang digunaka oleh PT. Coca cola sangat membantu
masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Sistem ini diantaranya disalurkan
langsung oleh sales centre kepada konsumen melalui toko-toko, warung dan lain-
lain, dimana masing-masing sales centre ini mempunyai batas-batas wilayah
pemasaran yang sudah ditetapkan.
Salesmanship merupakan kekuatan perusahaan untuk mendistribusikan
produk ke konsumen (sales force) dengan demikian salesman merupakan ujung
tombak perusahaan untuk mendistribusikan produk yang telah dihasilkan.
Selain itu juga dalam pemasarannya di bantu alat berupa mobil untuk
menjalankan produksinya ke daerah-daerah lain. Jadi sebagai industri dengan
standar dunia, maka PT. Coca cola Amatil Indonesia Bottling telah berusaha untuk
7
mempertahankan kualitas produknya dengan melakukan sistem pemasaran yang
tepat.
Dengan menggunakan sistem pemasaran yang tepat inilah PT. Coca Coca
berhasil dalam menjalankan misinya sebagai perusahaan besar yang terus
berusaha mengembangkan hasil produksinya sehingga sangat cepat dikenal oleh
masyarakat dan masyarakat di seluruh dunia pun merasa puas dengan pelayanan
yang dijalankan oleh PT. Coca Cola.
8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Melihat dari sistem manajemen yang diterapkan oleh Coca cola, kita dapat
melihat dampak positif dari sistem tersebut. Oleh karena itu, penulis berharap
kepada seluruh generasi penerus bangsa Indonesia ini agar dapat mengambil
pelajaran yang teramat berharga dalam dunia usaha seperti yang telah dijalankan
oleh PT. Coca Cola.
9
DAFTAR PUSTAKA
Brosur PT. Coca cola Amatil Indonesia Bottling Tanjung Bintang Lampung Selatan.
Hamzah Ahmad & Ananda Santoso, 1996. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Fajar
Mulya. Surabaya.
10