Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UU No.14 Tahun 2005

Oleh Kelompok 2 :

1. Ester Deviana Tambunan


2. Friska Martauli Gultom
3. Enjelina Tasidjawa
4. Fatma Samal
5. Fitrin
6. Florin pramesty Niak
7. Febriyanti Letahiit
BAB I

PENDAHULUAN

Makalah ini membahas masalah tentang UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen di
karenakan sangat pentingnya masalah tersebut. Hal ini sangat penting dipelajari agar guru dan dosen
maupun pihak-pihak yang lain dapat mengerti dan memahami bagaimana peraturan-peraturan guru dan
dosen. Dengan memahami UU Guru dan Dosen dengan baik maka guru dan dosen mampu mengatasi
berbagai permasalahan pendidikan khususnya guru dan dosen. Jadi jika guru dan dosen tidak membekali
pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang baik maka anak didik tidak dapat bersosialisasi baik
terhadap orang yang ada disekitarnya dan tidak peduli pada kehidupan di sekitarnya.

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan


bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia
serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan
peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan bahwa guru dan
dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional
dalam bidang pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru dan Dosen

Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran
yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.[1] Dalam proses belajar
mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi
murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu
yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.[2] Pendidik adalah orang yang
mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah pendidikannya. Sedangkan menurut kajian
Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik adalah orang yang berusaha membimbing,
meningkatkan, menyempurnakan, segala potensi yang ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati
peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan dengan Allah SWT.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Guru dan Dosen profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan
melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru dan Dosen
profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia
yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian
ini tidak seperti membalik talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak
yakni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan tenaga pendidik.

B. Undang-undang yang Mengatur tentang Guru dan Dosen

Undang – undang Guru dan Dosen terdiri dari :

1. Guru

a) Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi (Pasal 8-13)

b) Hak dan Kewajiban (Pasal 14-20)

c) Wajib Kerja dan Ikatan Dinas (Pasal 21-23)

d) Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan dan Pemberhentian (Pasal 24-31)

e) Pembinaan dan Pengembangan (Pasal 32-35)

f) Penghargaan (Pasal 36-38)

g) Perlindungan (Pasal 39)

h) Cuti (Pasal 40)

i) Organisasi Profesi dan Kode Etik (Pasal 41-44)

2. Dosen

a) Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi dan Jabatan Akademik (Pasal 45-50)

b) Hak dan Kewajiban Dosen(Pasal 51-60)

c) Wajib Kerja dan Ikatan Dinas (Pasal 61-62)

d) Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan dan Pemberhentian (Pasal 63-69)


e) Pembinaan dan Pengembangan (Pasal 69-72)

f) Penghargaan (Pasal 73-74)

g) Perlindungan (Pasal 75)

h) Cuti (Pasal 76)

C. Tujuan pembuatan Undang-Undang Guru dan Dosen

1. Mengangkat harkat, citra dan martabat guru.

2. Meningkatkan tanggung jawab profesi guru sebagai pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing dan
manajer pembelajaran.

3. Memberdayakan dan mendayagunakan profesi guru.

4. Memberikan jaminan kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesi guru.

5. Meningkatkan mutu pelayanan dan hasil pendidikan.

6. Mendorong peran serta masyarakat dan kepedulian terhadap guru.

D. Kelebihan dan Kekurangan Undang-undang Guru dan Dosen

1. Kelebihan

a. Kesejahteraan guru dan dosen terjamin.

b. Guru dan dosen mendapatkan penghargaan yang layak untuk pengabdiannya terhadap bangsa dan
Negara Indonesia.

c. Meningkatnya kualitas tenaga pendidik guru dan dosen karena harus memenuhi standar yang
telah ditetapkan.

d. Guru dan dosen bisa lebih professional dengan tanggung jawab yang besar.

2. Kelemahan UUGD

a. Sertifikasi atau tunjangan untuk Guru dan Dosen belum merata, khususnya bagi Guru yang hampir
memasuki usia pensiun. Mereka belum mengerti benar akan sistematika program sertifikasi dari
pemerintah ini. Serta Guru tersebut harus mengikuti ujian-ujian yang dirasa sulit untuk usia tersebut dan
ujian itu menggunakan alat-alat IT seperti komputer dan Internet yang belum tentu mereka kuasai.
b. UUGD cenderung menguntungkan guru dan dosen PNS, sementara itu di Indonesia guru dan dosen
non PNS jumlahnya sangat banyak serta mengemban tugas dan tanggung jawab yang sama dengan guru
dan dosen PNS.

c. Jumlah peminat profesi guru dan dosen meningkat demi mengejar status sertifikasi.

d. Sebagian guru dan dosen yang telah diberikan amanat penting oleh pemerintah justru
menyepelakan. Contohnya, ketika diadakan sidak banyak guru dan dosen yang tidak tertib, pada jam
kerja banyak pula PNS khususnya guru dan dosen yang jalan-jalan di pusat perbelanjaan atau tempat
rekreasi lainnya.

E. Kedudukan Guru dan Dosen Sebagai Tenaga Profesional

Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dalam (UU RI No. 14 tahun 2005) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai
agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada
masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.[5]

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) dalam (UU RI No. 14 tahun 2005), profesi guru dan profesi dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:[6]

1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia;

3. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar


sepanjang hayat;

8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.

F. Menjadi Guru Profesional

Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profesion (Inggris) yang berasal dari bahsa latin
profesus yang berarti mampu atau ahli dalam suatu pekerjaan. Profesionalisme guru adalah suatu
tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan
keterampilan dan kode etik.[7]

Eksistensi seorang guru adalah sebagai pendidik profesional di sekolah,[8] dalam hal ini guru
sebagai uswatun hasanah, jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan.

Peran guru profesional yaitu sebagai designer (perancang pembelajaran), edukator


(pengembangan kepribadian), manager (pengelola pembelajaran), administrator (pelaksanaan teknis
administrasi), supervisor (pemantau), inovator (melakukan kegiatan kreatif), motivator (memberikan
dorongan), konselor (membantu memecahkan masalah), fasilitator (memberikan bantuan teknis dan
petunjuk), dan evaluator (menilai pekerjaan siswa).[9]

Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru baik di sekolah
maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya, sikap guru dalam meningkatkan pelayanan, meningkatkan
pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motivasi kepada peserta didik, cara berpakaian,
berbicara, dan berhubungan baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota masyarakat
lainnya.[10]

Dengan meningkatnya karakter guru profesional yang dimiliki oleh setiap guru, maka kualitas
mutu pendidikan akan semakin baik. Di antaranya karakteristik guru profesional yaitu:[11]

a) Taat pada peraturan perundang-undangan

b) Memelihara dan meningkatkan organisasi profesi

c) Membimbing peserta didik (ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dan tugas mendidik)[12]

d) Cinta terhadap pekerjaan

e) Memiliki otonomi/ mandiri dan rasa tanggung jawab

f) Menciptakan suasana yang baik di tempat kerja (sekolah)

g) Memelihara hubungan dengan teman sejawat (memiliki rasa kesejawatan/ kesetiakawanan)

h) Taat dan loyal kepada pemimpin

G. Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competency yang berarti kecakapan, kemampuan, dan
wewenang. Sedangkan pengertian dari kompetensi guru profesional yaitu orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri agar dapat
menuju pendidikan yang berkualitas, efektif, dan efisien, serta mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
memiliki kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi guru adalah membina
dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional dalam proses belajar mengajar.[14]

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi, di
antaranya yaitu:

1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik, perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengevaluasian hasil belajar.

2) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang


bermental sehat dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, kreatif, sopan santun, disiplin, jujur, rapi,[15] serta
menjadi uswatun hasanah bagi peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
seorang guru harus ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri hadayani.

3) Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam


dan memiliki berbagai keahlian di bidang pendidikan. Meliputi: penguasaan materi, memahami
kurikulum dan perkembangannya, pengelolaan kelas, penggunaan strategi, media, dan sumber belajar,
memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan, memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta
didik, dan lain-lain.

4) Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan
peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat, sesama pendidik/ teman sejawat dan dapat
bekerja sama dengan dewan pendidikan/ komite sekolah, mampu berperan aktif dalam pelestarian dan
pengembangan budaya masyarakat, serta ikut berperan dalam kegiatan sosial.

H. Konsep Kode Etik Guru

Kode etik guru Indonesia merupakan himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang
tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang utuh. Kode etik guru Indonesia berfungsi
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas
pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari-
hari di masyarakat.

Tujuan kode etik di antaranya yaitu:

a. Menjunjung tinggi martabat profesi

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya


c. Sebagai pedoman berperilaku

d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

e. Untuk meningkatkan mutu profesi

f. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para
anggotanya, lazimnya dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Kode etik hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua
orang yang menjalankan profesi tersebut bergabung dalam profesi yang bersangkutan.

Kode etik guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan
cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air. Pertama dalam kongres ke XIII di
Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di
Jakarta.

Rumusan Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai berikut :

a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila

b) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional

c) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan

d) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-
mengajar

e) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan

f) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya

g) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social

h) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.

i) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dalam (UU RI No. 14 tahun 2005) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai
agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada
masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional

Peran guru profesional yaitu sebagai designer (perancang pembelajaran), edukator


(pengembangan kepribadian), manager (pengelola pembelajaran), administrator (pelaksanaan teknis
administrasi), supervisor (pemantau), inovator (melakukan kegiatan kreatif), motivator (memberikan
dorongan), konselor (membantu memecahkan masalah), fasilitator (memberikan bantuan teknis dan
petunjuk), dan evaluator (menilai pekerjaan siswa).

B. Saran

Makalah yang telah kami rintis ini mungkin masih banyak kekurangan untuk itu alangkah
baiknya kita tutupi kekurangan tersebut dengan kritikan dan saran dari pembaca. Dan harapan
pemakalah semoga apa yang kita baca dalam makalah ini bisa berguna dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Syamsu & Sugandhi Nani, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press, cet -3,
2012

Ahmadi Abu & Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991

nasution Wahyuddin Nur, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2011

Aqib Zinal, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, Bandung :Yrama Widya,2009
Bakar Yunus Abu, Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan, Surabaya : Aprint A ,2009

Samana. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius, 1994

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 2007

Sahertian Piet, A., Profil Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Andi Offset, 1994

Satori Djam’an, dkk, Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010

Anda mungkin juga menyukai