Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen: Dr. Mohammad Erihadiana, M.Pd
Nok Nasibah, S.Ag, M.Ag

Oleh:
Fathiya Azzahra PAI/ II C 1232020100
Muh. Zaki PAI/ II C 1232020083
Tarisa Qurrata Harira PAI/ II C 1232020098

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan judul
“Hubungan Antara Manusia Dengan Pendidikan”. Terima kasih kami haturkan kepada Dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang telah memberikan tuag smengenai makalah ini
sheingga pengetahuan kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.

Sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu kami menyadari bahwa terdapat
banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah ini.
Untuk itu kami terbuka pada kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 14 maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1. Manusia Animal Educandum....................................................................................................5
2.2. Dimensi Manusia...................................................................................................................... 6
2.3. Manusia utuh............................................................................................................................ 9
BAB III..................................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia, hal
itu disebabkan karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh
aspek kepribadian manusia, di mana pendidikan adalah sebuah proses yang bertujuan
‘memanusiakan manusia’,
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan keistimewaan dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi
di antara ciptaannya yang lain. Hal yang paling mudah dalam membedakan manusia dengan
makhluk lainnya adalah manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan
untuk terus meningkatkan kualitas hidupnya di dunia.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat didalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Dia dirawat, dilatih, dan dididik oleh orangtua, keluarga dan masyarakatnya
menuju tingkat kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam
mengelola kelangsungan hidupnya. Karena manusia, pendidikan ada dan karena pendidikan,
manusia dapat menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam konteks
pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek
dan objek. Sebagai subjek, manusia selalu berusaha untuk mendidik dirinya (sebagai objek)
untuk memperbaiki perilakunya. (Yusup, 2017)
Manusia dididik dan mendidik dirinya agar terbentuk kemampuan untuk menjaga
kelangsungan hidupnya secara terus-menerus. Potensi didik mendidik itulah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi,
secara tidak langsung manusia semakin dituntut untuk memperoleh pendidikan yang lebih agar
tidak tertinggal dengan individu lain.
Hubungan antara manusia dengan pendidikan sangatlah erat. Manusia tidak hanya
memiliki kemampuan, manusia juga memmiliki keterbatasan dan juga tidak hanya memiliki sifat
yang baik, tetapi juga memiliki sifat yang kurang baik. Tujuan pendidikan adalah bersumber
dari tujuan hidup manusia, demikian juga nilai menjadi pandangan hidup manusia. Disisi lain,
pendidikan dapat menghasilkan kader yang baik dan dapat juga menghasilkan kader yang
kurang baik. Namun semua itu bergantung dari setiap pribadi yang bersangkutan dan
lingkungan dimana kader ini berpijak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dari manusia sebagai animal educandum?
2. Bagaimakah dimensi dasar manusia?
3. Apa yang dimaksud dari manusia utuh atau insan kamil?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui manusia sebagai animal educandum
2. Mengetahui bentuk dimensi dasar manusia
3. Memahami tentang manusia utuh atau insan kamil

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Manusia Animal Educandum
Manusia dijuluki sebagai animal educandum (makhluk yang dididik) sekaligus sebagai
animal educandus (makhluk yang mendidik) karena pendidikan adalah hal yang penting yang
merupakan kebutuhan setiap manusia dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari sejak ia
dilahirkan sampai batas usianya. Manusia sebagai animal educandum, secara bahasa berarti
bahwa manusia merupakan hewan yang dapat dididik dan harus mendapat pendidikan.

a. Manusia dan Hewan


Pada dasarnya, manusia dan hewan adalah sesama makhluk hidup. Sama-sama
memiliki anggota tubuh, dapat melihat, mendengar, dan memiliki kehidupan yang mirip
seperti sama-sama bisa memiliki keturunan, melahirkan, lahir, dan mati. Namun
ditemukan hal-hal yang membedakan dan membuat manusia dijuluki sebagai animal
educandum atau makhluk yang dididik.
Pada dasarnya hewan berperilaku berdasarkan insting atau nalurinya. Hewan tidak
dapat membedakan mana yang baik ataupun yang buruk, mana perbuatan bermoral
dan tidak bermoral. Beberapa jenis atau spesies hewan mungkin dapat dilatih untuk
mengenal tanda maupun sinyal tertentu yang mudah dikenali oleh hewan dan
membuat mereka memberikan respon seperti gerakan. Namun, gerakan-gerakan
tersebut hanyalah gerakan yang terjadi secara mekanis, otomatis atau spontan saja.
Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa gerakan yang hewan tersebut buat merupakan
hasil berpikir dari hewan tersebut. (Nuraeni, 2014)
Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Tetapi
perilaku mana yang dapat terjangkau oleh perndidikan, karena hewan pun adalah
makhluk yang berperilaku. Dalam hal ini Profesor Kohnstamm mengemukakan
beberapa jenis perilaku dari berbagai makhluk sebagai berikut:

1. Anorganis
Suatu gerakan yang terjadi pada benda mati, tidak bernyawa. Gerakan ini
ditentukan atau bergantung pada hukum kausal (sebab-akibat). Contohnya
adalah manusia yang jatuh dari ketinggian dan batu yang dilempar dari
ketinggian, akan sama-sama jatuh kebawah. Hal ini terjadi disebabkan oleh
gaya tarik bumi atau gravitasi.

2. Organis/nabati
Suatu yang terjadi kepada tumbuhan. Manusia dan hewan sama-sama
memiliki perilaku ini, yakni sama-sama bernapas, tumbuhan juga bernapas.
Dalam tubuh hewan dan tumbuhan terjadi peredaran zat-zat, seperti halnya
manusia. Hal ini terjadi secara otomatis dan setiap makhluk hidup memiliki
gerakan nabati ini.

3. Hewani
Perilaku ini bersifat inspiratif, seperti insting lapar dan haus, insting seksual,
insting berkelahi atau bertahan hidup.

4. Manusiawi
Merupakan perilaku yang hanya terdapat pada manusia. Adapun ciri-ciri dari
perilaku ini, yaitu:
a. Manusia berkemampuan untuk menguasai hawa nafsu
b. Manusia memiliki kesadaran intelektual, dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Manusia memiliki kesadaran diri, dapat menyadari sifat-sifat yang ada
pada dirinya, manusia juga dapat mengintrospeksi diri.
d. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk
hidup bersama, berorganisasi dan bernegara.
e. Manusia memiliki bahasa simbolis, baik tertulis maupun lisan.
f. Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika) dan dapat
berbuat sesuai nilai-nilai tersebut serta memiliki kata hati.
Ciri-ciri diatas sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Dengan itu manusia
dijuluki sebagai animal educandum, makhluk yang dapat dididik, dapat memperbaiki
perilakunya, dalam bentuk suatu pribadi yang utuh. (Nuraeni, 2014)
5. Mutlak
Manusia dapat berkomuniaksi dengan Maha pencipta. Manusia dapat
menghayati kehidupan beragama, yang merupakan nilai yang paling tinggi
dalam kehidupan manusia.

Dari segi pendidikan, lapisan perilaku yang menjadi garapan pendidikan ialah lapisan
manusiawi dan lapisan mutlak. Lapisan manusiawi sebagian besar menyangkut dimensi
kejiwaan dan psikis, sedangkan lapisan mutlak menyangkut kehidupan spiritual. Sehingga
dalam hal ini, jelas bahwa hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk menerima
pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan, karena seperti
yang sudah dijelaskan bahwa hewan hanya memiliki insting namun tidak memiliki akal.

2.2. Dimensi Manusia

Dalam KBBI dimensi berarti ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagainya).Dengan
demikian berdasarkan tinjauan kebahasaan di atas dapat dipahami bahwa dimensi adalah hal
ikhwal yang berhubungan dengan misi kehidupan yang dilalui oleh setiap makhluk, ciptaan
Tuhan tak terkecuali manusia sebagai salah satu makhluk yang diciptakan Allah yang memiliki
dimensi dalam ukuran dan postur badan termasuk sifat, sikap, bakat, dan kemampuan, yang
berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kemanusiaan diambil dari
suku kata manusia ditambah awalan “ke”dan akhiran “an”. (Mulyadi, 2017)

Zainal Abidin memberikan pengertian manusia melalui tiga istilah, masing-masing istilah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Al-Insan, terbentuk dari kata nasiya yang berarti lupa. kata ini menggambar
keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
2. Al-Basyar, bentuk jamak dari al-Basyarat berarti kulit kepala, wajah, dan tokoh.
Manusia yaitu makhluk biologis serta memiliki sifat di dalamnya. Contoh: makan,
minum, butuh hiburan, seni, dan sebagainya.
3. Al-Nas, berarti manusia sebagai makhluk sosial dan ditujukan pada seluruh manusia
secara umum tanpa melihat statusnya beriman atau kafir. (Abidin, 2000)

Zakiah Daradjad berpendapat bahwa ada tujuh macam dimensi-dimensi manusia yang perlu
dikembangkan, ketujuh dimensi tersebut adalah dimensi fisik, akal, iman, akhlak, kejiwaan, ke-
indahan, dan dimensi sosial-kemasyarakatan.

Berikut ini akan diuraikan ketujuh dimensi-dimensi kemanusiaan manusia tersebut sebagai
berikut :
1. Dimensi Fisik (Jasmaniah)
Dimensi fisik atau jasmani merupakan salah satu dimensi kemanusiaan manusia
yang telah dianugerahkan Allah, melalui proses kejadian manusia sejak dalam
kandungan ibu berproses hingga tiba saatnya masa kelahiran. . Kondisi kejadian fisik
yang prima akan menentukan kebahagiaan hidup bagi setiap individu dalam menjalani
kehidupan ini sesuai dengan tugas - tugas perkembangannya. Begitu juga sebaliknya
apabila kondisi fisik atau jasmani seseorang mengalami gangguan atau cacat
bawaan, kondisi ini akan berdampak terhadap tugas-tugas perkembangan
selanjutnya, terlepas dari faktor kecacatan tersebut apakah disebabkan oleh kekurangan
nutrisi, kekurangan gizi, atau mungkin juga disebabkan oleh pengaruh alkohol dan
mengkonsumsi obat-obatan yang dilakukan oleh seorang ibu pada saat kehamilan dan
tak kalah pentingnya bisa juga disebabkan oleh proses persalinan pada saat
kelahiran, seperti persalinan normal, spontan sesar, sunsang, atau bisa juga disebabkan
pada proses persalinan fakum melalui alat-alat persalinan yang telah disediakan medis.

2. Dimensi Akal
Dalam pandangan Islam manusia merupakan makhluk yang paling sempurna
kejadian dan penciptaannya, bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang
lainnya (Muthahhari, 1994:11).
Kesempurnaan kejadian dan penciptaan manusia sebagai makhluk yang paling
indah dan tinggi derajatnya dikarenakan manusia diberikan dan dibekali oleh Allah
berupa akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang diberikan Allah tersebut manusia
dapat mengatasi berbagai permasalahan dan keresahan yang berkenaan dengan
persoalan kehidupan yang dihadapinya. Lebih lanjut kesempurnaan penciptaan manusia
sebagai makhluk yang paling indah dan tinggi derajatnya, dikarenakan manusia
dianugerahkan dan dibekali oleh Allah di antaranya berupa akal dan pikiran. (Mulyadi,
2017)

3. Dimensi Iman
Allah Swt. menyuruh hamba-Nya yang beriman supaya masuk kedalam syariat Islam
secara utuh dan menyeluruh (khafah). Bentuk ajaran Islam yang secara seutuhnya
adalah beriman kepada Allah Swt, Malaikat dan Rasul-Nya dan kepada Al-Qur’an dan
kitab sebelumnya yang telah diturunkan kepada nabi dan Rasul, Qadha baik dan buruk
serta hari kiamat. Barangsiapa yang kafir sesungguhnya dia telah keluar dari hidayah
dan menyimpang sangat jauh dari tujuan Islam. Iman dalam kajian teologis dipahami
sebagai kepercayaan dalam hati, pengucapan oleh lisan, dan dilakukan dalam bentuk
perbuatan rill. Karenanya iman memiliki tiga elemen pokok yaitu kepercayaan dalam
hati, pengucapan oleh lisan, dan realisasi dalam bentuk tindakan nyata. Ketiga elemen
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, antara elemen yang satu dengan elemen
yang lainnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perwujudan Iman.

4. Dimensi Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti.
Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin “ etos” yang berarti
kebiasaan. Moral juga berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti kebiasannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan perbuatan baik yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka mengharapkan ridha Allah,
termasuk perbuatan buruk juga bagian dari akhlak seperti berdusta misalnya, kita semua
mengetahui dusta itu adalah dosa dan termasuk dalam kelompok akhlak Mazmumah
(tercela) tetapi, dusta yang dilakukan seseorang bisa juga sekelompok orang untuk
menyelamatkan orang lain dalam suatu kegaduhan adalah benar dan tidak menyalahi
kaedah ajaran agama. Disinilah perbedaan yang mendasar antara akhlak dengan moral,
budi pekerti termasuk etika, norma bahkan adat dan kebiasaan sebagai suatu prodak
budaya yang diyakini kebenarannya oleh seseorang dan atau sekelompok orang,
bedasrkan pikiran belaka yang dianggap benar, namun akhlah di atas itu semua, akhlak
bersumber pada Al-Qur’an sebagai sumber utama dari ajaran Islam.

5. Dimensi Kejiwaan
Dimensi kejiwaan merupakan bagian dari kondisi psikologis seseorang dalam
menampilkan perilaku keseharian yang hanya dapat diukur melalui tindakan atau
perbuatan. Terkait dengan istilah kejiwaan, sebagian ahli menyamakan istilah jiwa
dengan kajian psikologi, sebab psikologi membahas tentang perilaku manusia, termasuk
hewan, baik perilaku yang tanpak (under behaviore) maupun perilaku yang tidak tampak
(inner behaviore) melalui gejala-gejala yang sesuai dengan objek perilaku yang
ditampilkan. Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Masing-masing kata itu
mempunyai arti “jiwa” dan “ilmu”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa psikologi
adalah ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan tingkah laku
manusia.

6. Dimensi Keindahan
Keindahan atau estetika merupakan salah satu bentuk dimensi utama manusia
karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terindah dan paling tinggi
predikatnya apabila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Lihatlah alam ini tak
terlepas dari keindahan, yang sangat menakjubkan, gunung-gunung yang menghiyasi
sekaligus menjadi pasak bumi yang indah sekali, begitu juga sungai mengalir penuh
dengan keteraturan dan keindahan, lautan dan sebagainya tak terlepas dari keindahan
yang menimbul kesejukan, ketika mata memandang. Hakikat keindahan adalah rasa
senang dan bahagia.

7. Dimensi Sosial
Perkembangan sosial kemasyarakatan merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial kemasyarakatan. Dapat juga diartikan sebaga proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.
Sebahagian Psikolog, beranggapan bahwa, perkembangan sosial kemasyarakatan
sudah ada sejak anak lahir kedunia, terbukti seorang anak yang menangis adalah dalam
rangka mengadakan sosial/hubungan dengan orang lain, atau anak tampak
mengadakan aktivitas meraba, tersenyum bila memperoleh rangsangan dan teguran
dari luar.

2.3. Manusia utuh


Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu terdiri dari dua kata, yaitu kata" Insan" dan"
Kamil". Insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna.Dalam bahasa Arab kata Insan
mengacu pada sifat manusia yang terpuji.Sedangkan kata Kamil diartikan sebagai suatu
keadaan yang sempurna,baik sempurna di dalam zatnya maupun dalam sifatnya,hal ini
terkumpul dari sejumlah potensi seperti Ilmu dan sifat baik lainnya. (Mahmud, 2016)

Secara terminology, insan kamil berarti manusia yang sempurna dari segi wujud dan dari
pengetahuannya.Kesempurnaan dari wujudnya ialah karena manusia merupakan manifestasi
sempurna dari citra Tuhan, tercermin nama nama dan sifat Tuhan secara utuh. Insan Kamil
menurut Sufi adalah lokus (tempat atau kedudukan) dari diri Tuhan yang paling sempurna atas
nama nama dan sifat-sifat-Nya. (Insan, 2022)

Insan Kamil jika dilihat dari segi fisik biologisnya tidak berbeda dengan manusia lainnya.
Namun dari segi spiritual Insan Kamil memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari manusia lain.
Dan karena itulah Allah menjadikan Insan Kamil sebagai Khalifah-Nya. Al-Jili membagi Insan
Kamil atas tiga tingkatan, yaitu:

1. Tingkat Permulaan (Al-Bidayah)


Pada tingkat ini, Insan Kamil mulai dapat merealisasikan asma dan sifat-sifat Ilahi
pada dirinya.

2. Tingkat Menengah (At-Tawasut)


Pada tingkat ini, Insan Kamil sebagai kehalusan sifat kemanusiaan yang etrkait
dengan realitas kasih Tuhan (Al-Haqaiq Ar-Rahmaniyah)

3. Tingkat Terakhir (Al-Khitam)


Pada tingkat ini, Insan Kamil sudah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh.
(Insan, 2022)

Status, kedudukan dan kualitas manusia, sesungguhnya ditentukan oleh dirinya sendiri.
Setiap orang normal, dibekali oleh Allah dengan potensi yang seimbang, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sebagai potensi untuk mengembangkan dirinya sendiri,
manusia diberi akal dan pikiran serta kemauan, kehendak dan kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu dengan kejadian fisik dan mentalnya yang sangat sempurna.
Baik dan buruknya seseorang serta hina dan mulianya tergantung pada perjuangannya
dalam mengusahakan kemuliaan dan menghindari kehinaan. Seorang mukmin yang kuat dan
berilmu, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari seorang mukmin yang lemah dan tidak
berilmu.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan kriteria manusia mukmin yang kamil atau paripurna (insan
kamil), disebut tersebar dalam berbagai ayatnya. Kriteria tersebut bisa diusahakan oleh setiap
orang, apabila ia menghendakinya.

‫ِإَّن َم ا ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَن ٱَّلِذيَن ِإَذ ا ُذ ِكَر ٱُهَّلل َو ِج َلۡت ُقُلوُبُهۡم َو ِإَذ ا ُت ِلَي ۡت َع َلۡي ِه ۡم َء اَٰي ُتُهۥ َز اَد ۡت ُهۡم ِإيَٰم ٗن ا َو َع َلٰى َر ِّب ِه ۡم َي َت َو َّك ُلوَن ٱَّلِذيَن‬.
‫َٰٓل‬
‫م‬ٞ‫ق َك ِر ي‬ٞ ‫ة َو ِر ۡز‬ٞ ‫ُيِقيُموَن ٱلَّص َلٰو َة َو ِمَّما َر َز ۡق َٰن ُهۡم ُينِفُقوَن ُأْو ِئَك ُه ُم ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُن وَن َح ّٗق ۚا َّلُهۡم َد َر َٰج ٌت ِع نَد َر ِّب ِه ۡم َو َم ۡغ ِفَر‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.”
(QS. Al-Anfal, [8]: 2-4).

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada lima kriteria bagi orang-orang mukmin sejati, yaitu:

1. Senantiasa mengingat Allah


2. Bila mendengar ayat-ayat Allah imannya bertambah
3. Bertawakkal
4. Menegakkan shalat
5. Menginfakkan sebagain rezkinya.

2.1.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hubungan antara manusia dan pendidikan mengandung unsur ibadah. Dalam pandangan
filsafat pendidikan islam, aktivitas pendidikan itu sendiri tak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
ibadah. antara manusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Manusia
adalah objek dari pendidikan, dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Belajar
tentang hakikat manusia akan menyempurnakan pendidikan dan belajar tentang hakikat
pendidikan akan menyempurnakan manusia.
Manusia dijuluki sebagai animal educandum (makhluk yang dididik) sekaligus sebagai
animal educandus (makhluk yang mendidik) karena pendidikan adalah hal yang penting yang
merupakan kebutuhan setiap manusia dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari sejak ia
dilahirkan sampai batas usianya. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dimensi
berarti ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagai- nya) (depdiknas, 2001:138). Manusia
yaitu makhluk biologis serta memiliki sifat di dalamnya. Insan kamil berarti manusia yang
sempurna dari segi wujud dan dari pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, 2000, Memahami manusia melalui filsafat, Bandung: Rosda Karya
Mahmud, Akilah, 2016, Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi, Makassar: UIN Alauddin
Hj. Nuraeni, 2014, Manusia Sebagai Animal Educandum, Serang: FiDi UPI
Insan, N. Hadi, dkk, 2022, Konsep Insan Kamil Al-Jilli dan Tiga Elemen Sekularisme, Unida Gontor
Mulyadi, 2017, Dimensi-Dimensi Kemanusiaan, Padang
Priatna, Tedi, 2016, Hubungan Manusia Dengan Pendidikan, Bandung
Yusup, Muhamad, dkk, 2017, Manusia dan Pendidikan, Banten

Anda mungkin juga menyukai