Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PARADIGMA PEMBELAJARAN DAN TANTANGAN GURU DI ABAD 21

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran

Kimia Dosen Pengampu:

Chintia Rhamandica, M. Pd.

Disusun Oleh:

1. Yunita Dwi Anggraini (1860212221001)


2. Diah Tri Cahyani (1860212221002)
3. Anggun Desinta (1860212221007)
4. Auliya Rahmah Priyanto (1860212221008)
5. Cucu Titah Dewanti (1860212223061)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI TADRIS

KIMIA TAHUN 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Tujuan penulisan makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas
pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia. Sebagai bahan penulisan diambil
berdasarkan hasil dari beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan makalah ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr.Sutopo, M.Pd.. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas
Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr.Eni Setyowati, S.Pd., M.M., selaku Ketua Jurusan Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Tutik Sri Wahyuni, M.Pd. selaku Ketua Progam Studi Tadris Kimia.
5. Chintia Rhamandica, M. Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan tugas dan
pengarahan kepada kami.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Selain itu, jika terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tulungagung, 28 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. RumusanMasalah..............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Paradigma Pembelajaran..................................................................................3
B. Tantangan Guru di Abad 21.............................................................................7
C. Aspek Penting yang Harus Dimiliki Guru......................................................12

BAB III PENUTUP...................................................................................................17

A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Paradigma pembelajaran adalah konstelase teori, disini berarti konstelasi yang


dikembangkan untuk memahami sejarah dan keadaan sosial untuk diberi makna
tersendiri.Banyak pendapat yang berpendapat berbeda –beda tentang paradigm ini.
Paradigm ini di kenalkan oleh Thomas Kuhn untuk melihat perkembangan dan revolusi
zaman.1
Banyak pendidik yang masih menggunakan paradigma konvensional, yaitu guru
menjelaskan dan murid mendengarkan. Dimana teori ini membuat peserta didik semakin
jenuh dalam belajar. Jika mengunakan paradigma konvensional ini pada pelajaran sejarah
murid akan mudah bosan dan jenuh, tidak ada sentiuhan yang membuat para peserta didik
untuk terlibat dalam pembelajaran tersebut. Pendidik juga tidak memberikan sentuhan
emosiaonal kepada peserta didik, itu sebabnya kenapa mereka tidak pernah terlibat aktif
dalam pembelajaran.
Menggunakan paradigma konvensional terus menerus tidak akan membuat daya
ingat para peserta didik bertahan lama, Karena tidak ada hal lain yang menonjol di dalam
fikiran mereka. Agar ingatan historis peserta didik tidak mudah hilamg atau akan tahan
lama perlu disertai “ingatan emosional”. Dengan menggunakan ingatan emosianal peserta
didik akan lebih melibatkan emosinya untuk berfikir kritis tentang apa yang dipelajarinya
saat itu. Dengan melibatkan emosi dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta
didik untuk terus mengkorek korek berbagai peristiwa sejarah. Perlu diketahui
menggunakan paradigm emosianal sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk terus
berkreasi, untuk terus mempunyai rasa ingin tahu peserta didik lebih besar lagi.2
Paradigma pembelajaran di abad 21 adalah pembelajaran yang berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan atau keterampilan abad 21 peserta didik yang dikenal
sebagai The 4C Skills yaitu kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kreatif, dan
kolaborasi. Pendidikan dan pembelajaran di abad 21 telah mengalami berbagai perubahan
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan sosial

1
Karsidi, R., 2021, Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat, Media Tor
Jurnal Komunikasi Vol. 2, No. 1, hal. 115-125
2
Ikhwalus Tazayyuni, Paradigma Pembelajaran, (Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), hal. 1-5

1
masyarakat. Pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas saat ini mulai mengintegrasikan
keberadaan teknologi sebagai sarana belajar peserta didik yang mampu menunjang
tercapainya kompetensi-kompetensi yang diharapkan dalam suatu proses pembelajaran.
Perkembangan dunia pendidikan dan kehidupan masyarakat kini telah mencapai zaman
yang dikenal sebagai era Society 5.0. Gagasan era Society 5.0 muncul sebagai sebuah
gagasan yang menginisiasi berbagai perubahan yang signifikan pada berbagai bidang
kehidupan di masyarakat tidak terkecuali pada bidang pendidikan.3

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Paradigma Pembelajaran?


2. Bagaimana tantangan guru di abad 21?
3. Apa saja aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang guru?

C. TUJUAN

1. Menjelaskan Paradigma Pembelajaran.


2. Menjelaskan tantangan guru di abad 21.
3. Menjelaskan aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang guru.

3
I Antara,, Masalah Paradigma Pembelajaran Abad Ke-21, (Bali: Universitas Pendidikan Ganesha, 2022), hal.
1-9

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PARADIGMA PEMBELAJARAN
1. Pengertian Paradigma Pembelajaran
Secara etimologis, kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu
model, teladan, arketif dan ideal. Sedangkan secara terminologis, arti paradigma adalah
konstruk berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap
suatu masalah dengan menggunakan teori formal, eksperimentasi dan metode keilmuan
yang terpercaya.4
Paradigma merupakan seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain
secara logis dan membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk
memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi.
Pemahaman konsep paradigma tersebut relevan untuk pengembangan penelitian dan
ilmu pengetahuan.5 Paradigma merupakan pandangan dasar mengenai pokok bahasan
ilmu. Paradigma mendefinisikan dan membantu menemukan sesuatu yang harus diteliti
dan dikaji, pertanyaan yang harus dimunculkan, cara merumuskan pertanyaan, dan
aturan-aturan yang harus diikuti dalam mengintepretasikan jawaban. Paradigma adalah
bagian dari kesepakatan (consensus) terluas dalam dunia ilmiah yang berfungsi
membedakan satu komunitas ilmiah tertentu dengan komunitas lainnya. Paradigma
berkaitan dengan pendefinisian, teori, metode, hubungan antara model, serta instrumen
yang tercakup di dalamnya.6
Paradigma adalah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu. Mendefinisikan
apa yang harus diteliti dan dibahas, pertanyaan apa yang harus dimunculkan,
bagaimana merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam
mengintepretasikan jawaban. Paradigma adalah konsensus terluas dalam dunia ilmiah
yang berfungsi membedakan satu komunitas ilmiah dengan komunitas lainnya.
Paradigma berkaitan dengan pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode, serta
instrumen yang tercakup di dalamnya.7

44
Meril Qurniawan, Konsep Dasar dan Paradigma Manajemen Pembelajaran PAUD, An-Nuha: Jurnal Kajian
Islam, Pendidikan, Budaya, dan Sosial, Vol. 4, No. 1, hal 11
5
Ahimsa Putra, Paradigma Profetik dalam Pengajaran dan Penelitian Ilmu Hukum, UNISIA, Vol. 34, No. 76,
hal 89
6
A. Y. Lubis, Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 165
7
T. S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002)

3
Belajar merupakan konsep yang tidak dapat dihilangkan dalam poses belajar
mengajar (pembelajaran). Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subjek yang menerima pelajaran (peserta didik). Belajar adalah proses aktivasi
otak dalam rangka menerima informasi, menyerapnya, dan juga menuangkannya
kembali, yang pada akhirnya menghasilkan perubahan sikap atau perilaku. Menurut
David Matsumoto, belajar adalah tindakan atau proses memperoleh informasi baru,
perilaku, atau keterampilan, yang berlangsung selama jangka waktu yang cukup.8
Sudjana berpendapat bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal dan bukan pula
mengingat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya.9
Pada awalnya istilah “Pembelajaran” dengan kata “Belajar” tersebut
diterjemahkan dari kata instruction dan learning. Makna kata belajar telah disebutkan
sebelumnya, sedangkan istilah instruction dijelaskan sebagai upaya untuk membantu
seseorang belajar.10 Istilah instruction ini sering dipadankan dengan „mengajar‟, yang
pada dasarnya berhubungan dengan apa yang dilakukan pengajar dalam kegiatan
instruksional yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Istilah
instructional digunakan untuk menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan cara
untuk mengoptimalkan proses instruction. Dengan demikian, kita akan mengenal
istilah, seperti desain instruksional, model instruksional, dan sebagainya. Dalam
penggunaan sehari-hari, istilah instruksional dan pembelajaran mempunyai makna
yang sama dan sering kali digunakan bergantian.
Seseorang dikatakan mengajar apabila dia memiliki sesuatu, berupa informasi,
pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu, dan dia berupaya untuk memberikannya
kepada orang lain (siswa). Dalam hal ini peran pengajar atau guru menjadi sangat
sentral, sebab pengajar menjadi sumber pengetahuan, sedangkan pada sisi yang lain,
belajar merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap
tertentu, baik melalui pengajaran dari seseorang maupun sumber-sumber lain yang
dipelajari secara mandiri. Dengan demikian, peran peserta didik sangat penting karena
dia harus dapat belajar baik dengan maupun tanpa kehadiran pengajar.

8
WS. Winkel, Psikologi Pembelajaran, terj. (Jakarta: Grafindo, 1986), hal. 36
9
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1987), hal. 28

4
Proses dan hasil pembelajaran peserta didik banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik internal dalam diri peserta didik maupun dalam interaksi dan proses
komunikasi yang terjadi antara pengajar dan pembelajar (orang yang belajar). Faktor-
faktor internal tersebut, misalnya konsep diri sebagai peserta didik yang berkaitan
dengan kepercayaan diri sebagai seseorang yang mampu untuk belajar dan berhasil,
motivasi belajar, gaya belajar, persepsi terhadap pengetahuan yang dipelajari, dan
sebagainya, sedangkan faktor yang berperanan dalam proses pembelajaran, misalnya
kualitas interaksi peserta didik dan pengajar yang sangat ditentukan oleh kompetensi
pengajar yang mencakup penguasaan materi dan kemampuan mengelola proses
pembelajaran. Cara guru mengajar mempengaruhi proses berpikir siswa, sedangkan
cara dan proses berpikir siswa akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Berbagai
faktor tersebut di atas saling berinteraksi dan bersinergi dalam proses pembelajaran.11
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar proses perolehan ilmu dan
pengetahuan dapat membentuk sikap dan perilaku peserta didik. Paradigma
pembelajaran ini dapat berubah menurut sistem pembelajaran yang terus berkembang.12
Paradigma pembelajaran juga sering disebut cara pandang kita terhadap masalah-
masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah. Jika dikaji lebih jauh, paradigma
pembelajaran/pendidikan adalah cara pandang kita terhadap masalah-masalah
kehidupan, sebab pembelajaran adalah kristalisasi nilai-nilai kehidupan atau proses
pembudayaan. Bagaimana siswa dapat menjawab tantangan kehidupan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan attitude yang dimilikinya.13
Pada abad pengetahuan atau abad informasi saat ini, siswa dituntut memiliki
kemampuan memecahkan masalah baru secara inovatif. Para siswa diharapkan mampu
bekerjasama secara kolaboratif, berperilaku unik dan mampu berpikir divergen. Jadi,
Paradigma pembelajaran adalah konstelase teori, disini berarti konstelasi yang
dikembangkan untuk memahami sejarah dan keadaan sosial untuk diberi makna
tersendiri. Banyak yang berpendapat berbeda tentang paradigma ini. Paradigma ini di
kenalkan oleh Thomas Kuhn untuk melihat perkembangan dan revolusi zaman.

11
Dr. Suciati, Modul 1 Paradigma Belajar dan Pembelajaran, hal. 6-7
12
Jayawardana, Paradigma Pembelajaran Biologi di Era Digital, JURNAL BIOEDUKATIKA, Vol. 5, No. 1,
hal. 12
13
Bornok Sinaga, Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran di Sekolah, GENERASI KAMPUS,
Jurnal Unimed, Vol. 1, No, 2, hal. 4

5
2. Perubahan Paradigma Pembelajaran
Terjadinya pergeseran konsep pembelajaran dikarenakan adanya tuntutan
pembelajaran yang ditunjang oleh IPTEK. Dari peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut mengharapkan para peserta didik meningkatkan upaya
memperbanyak pengetahuan, keterampilan dll. Namun adanya perubahan tersebut
terdapat pergeseran asumsi pembelajaran. Dan asumsi pergeseran tersebut bertolak
belakang dari yang diharapkan oleh peserta didik untuk dapat meningkatkan
pengetahuan mereka.14
Dalam dunia pendidikan internasional telah ada upaya-upaya untuk mengubah
paradigma yang telah lama digunakan dalam pembelajaran di sekolah, yang lebih
menekankan pada peranan guru yang mengajar dari pada siswa yang belajar
(paradigma lama) yang dianggap kurang memuaskan, walaupun seharusnya seorang
guru yang baik akan memahami dengan baik metode yang digunakannya, ia harus
mengetahui bukan hanya bahan/materi pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah
siswa, sebab melalui metode mengajar ia harus mampu memberi kemudahan belajar
kepada siswa dalam proses belajar.15
Paradigma yang kedua ini menekankan pada peranan siswa yang belajar dari
pada guru yang mengajar (yang dapat disebut sebagai paradigma “modern” atau
paradigma baru atau paradigma siswa belajar).16 Upaya-upaya tersebut tidak selalu
memberikan hasil yang memuaskan. Jika guru menerapkan pendekatan mengajar yang
sama pada sistem pembelajaran yang telah mengalami perubahan maka dimungkinkan
tujuan- tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan dari siswa tidak tercapai.
Sebuah paradigma yang mapan yang berlaku dalam sebuah sistem boleh jadi tidak
sesuai.
Perubahan paradigma tersebut cenderung menimbulkan krisis. Krisis tersebut
akan menuntut terjadinya revolusi ilmiah yang melahirkan paradigma baru dalam
rangka mengatasi krisis yang terjadi. Paradigma konstruktivis tentang pembelajaran
merupakan paradigma alternatif yang muncul sebagai akibat terjadinya revolusi ilmiah
dari sistem pembelajaran yang cenderung berlaku pada abad industri ke sistem
pembelajaran yang semestinya berlaku pada abad pengetahuan sekarang ini.
Paradigma lama pembelajaran ada 3 perbedaan, yaitu:

14
Ikhwalus Tazayyuni, Paradigma Pembelajaran, (Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2018)
15
Agus Susilo dan Sarkowi, Peran Guru Sejarah Abad 21 dalam Menghadapi Tantangan Arus Globalisasi,
Historia: Jurnal Peneliti dan Pendidik Sejarah, Vol. 2, No. 1, hal. 44

6
16
Bornok Sinaga, Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran di Sekolah, GENERASI KAMPUS,
Jurnal Unimed, Vol. 1, No, 2

7
a) Perilaku guru pembelajaran yang didalamnya ada transmiter pengetahuan, sumber
pengetahuan, berorientasi pada kurikulum, komunikasi interaksi, mekanistik, dan
fokus kelas.
b) Perilaku Pelajar (Siswa) dimana menerima secara pasif, kompetitif (individual),
taat prosedur, berbasis fakta, dan pengulangan dan latihan.
c) Evaluasi dimana berorientasi pada hasil, penilaian secara normative, dan kognitif
17
asas rendah (hafalan danrecall, konvergen).
Sedangkan Paradigma Baru Pembelajaran ada 3 poin juga, yaitu
a) Perilaku Guru Mengajar (Fasilitator, motivator, mediator, panutan dan konsultan,
berorientasi pada pelajar, komunikasi transaksional, lebih variative, dan fokus
masyarakat).
b) Perilaku Pelajar (Siswa) dimana konstruktif dan partisipatif, kolaboratif dan
kerjasama, penemu dan penciptaan, berbasis masalah atau proyek, dan
perancangan dan penyelidikan.
c) Evaluasi dan assessment: berorientasi pada proses, unjuk kerja yang konfrehensif
dan kognitif tingkat tinggi (berpikir kritis dan kreatif serta divergen)

B. TANTANGAN GURU DI ABAD 21


Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada era sebelumnya.
Guru menghadapi klien yang beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit,
standar proses pembelajaran dan juga tuntunan dalam tercapainya kemampuan berfikir
siswa yang lebih tinggi, oleh karena itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing namun
bukan lagi tentang kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan dalam bertindak. 18 Guru
dituntut harus bisa mengembangkan skill yang dimiliki, setiap harinya harus ada sesuatu
hal yang baru dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini supaya kegiatan tersebut
berlangsung tidak monoton dan membosankan. Seorang guru juga harus bisa berinovasi di
setiap kegiatan mengajar serta menambah wawasannya dengan banyak membaca buku
maupun infotmasi dari internet.
Guru tidak mungkin tidak memiliki tantangan, disetiap langkahnya pasti akan
banyak tantangan yang akan dihadapinya. Salah satunya yaitu tantangan di abad 21 ini,
dimana teknologi sudah sangat berkembang serta komunikasi dan informasi yang sangat

17
Bornok Sinaga, Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran di Sekolah, GENERASI KAMPUS,
Jurnal Unimed, Vol. 1, No, 2, hal. 7-8
18
Agus Susilo dan Sarkowi, Peran Guru Sejarah Abad 21 dalam Menghadapi Tantangan Arus Globalisasi,
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. 2, No. 1, hal 43-44

8
maju. Kemajuan teknologi telah memasuki di berbagai bidang, salah satunya yaitu dunia
pendidikan. Guru dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan dengan
efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif dengan
siswa dan lingkunganya, serta mampu menggunakan teknologi untuk mendukung
peningkatan mutu pembelajaran. Dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran tidak
hanya dapat dilakukan dikelas tapi bisa kapan pun dan dimana pun. Selain itu, sudah
banyak sumber bacaan yang mudah didapat oleh para siswa dari internet. Hal ini membuat
siswa lebih sering mencari ilmu baru lewat internet dibandingkan bertanya langsung
kepada guru, sehingga ini dapat menimbulkan kurangnya interaksi antara siswa dan guru
pada saat keadaan belajar mengajar berlangsung. Dengan begitu banyak siswa yang
merasa sekolah itu membosankan.
Guru professional abad 21 bukanlah guru yang sekedar mampu mengajar dengan
baik. Guru professional abad 21 adalah guru yang mampu menjadi pembelajar sepanjang
karir untuk peningkatan kefektifan proses pembelajaran siswa seiring dengan
perkembangan zaman. Menurut Sutrisno Djaja tantangan yang dihadapi di abad 21 yaitu:
1. Perubahan IPTEK dan penyesuaian guru
Masih banyak guru yang belum siap menghadapi perubahan teknologi. Guru
tidak segera menyesuaikan diri dan belum mampu memotivasi dirinya untuk terus
belajar dengan laju perkembangan dan pengetahuan yang terus berkembang cepat
seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Jika kondisi ini terus
berlangsung, maka kewibawaan guru sebagai sosok yang diguguh dan ditiru akan
sirna. Hal ini terjadi disebabkan oleh peserta didik lebih menguasai perkembangan
teknologi dan informasi.
2. Perubahan paradigma pendidikan
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, menyebabkan adanya pergeseran
pandangan tentang pembelajaran yang terjadi baik dikelas maupun diluar kelas.
Tantangan yang harus dihadapi adalah pergeseran paradigma dalam pembelajaran
bukan lagi terpusat pada guru dan guru juga bukan satu-satunya menjadi sumber
informasi.
3. Modalitas GTK pembelajar
Teknologi juga mempengaruhi modalitas guru dan tenaga kependidikan. Hal ini
terlihat dari program yang dilakukan pemerintah untuk mengetahui kompetensi para
guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah UKG 2015 yang dilakukan secara
online. Tindak lanjut dari hasil yang diperoleh oleh para guru maka guru dapat

9
melaksanakan pembelajaran sebagai guru pembelajar dengan menggunakan modalitas
pembelajaran daring, tatap muka (luring) dan kombinasi. Namun, hal ini pun masih
banyak kendala seperti jika daring ada di kendala internet yang sering tidak stabil. Dan
juga keterbatasan waktu guru. tantangan inilah yang banyak dihadapi guru di abad 21.19
Guru yang mampu menghadapi tentangan adalah guru professional yang memiliki
kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi anatara lain:
1. Kompetensi professional
a) Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.
b) Menguasai struktur dan materi kurikulum studi.
c) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran.
d) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.
e) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
2. Kompetensi pedagogik
a) Memahami karateristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional,
dan intelektual.
b) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan
belajar dalam khebinekaan budaya.
c) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.
d) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
e) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik.
f) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran.
g) Merancang pembelajaran yang mendidik.
h) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.
i) Mengevaluasi proses hasil pembelajaran.
3. Kompetensi kepribadian
a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi
para siswa.

19
Djaja Sutrisno, Harapan dan Tantangan Guru Pembelajar Moda Daring, JURNAL PENDIDIKAN
EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, Vol. 10, No. 2, Tahun 2017, hal 5-
6

1
c) Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang
baik.
d) Mengevaluasi kinerja sendiri.
e) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
4. Kompetensi sosial
a) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua, tenaga
kependidikan dan masyarakat.
b) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat.
c) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di Tingkat lokal, regional,
nasional dan global.
d) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.20
Di abad 21 juga telah terjadi transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik
dan budaya yang didorong oleh empat kekuatan besar yang saling terkait, yaitu kemajuan
ilmu dan teknologi, perubahan demokrasi, globalisasi dan lingkungan. Sebagai contoh,
kemajuan teknologi komunikasi dan biaya transportasi yang semakin murah telah memicu
globalisasi dan menciptakan ekonomi global, komunitas global, dan juga budaya lokal.
Sebagai guru yang akan menjalankan profesi keguruan di abad 21, tentunya harus
memiliki kecakapan yang berkaitan dengan tuntutan abad tersebut. Pembelajaran yang
dikembang terapkan pada abad 21 adalah pembelajaran yang mampu mengembangkan
kompetensi secara utuh, tidak saja membekali peserta didik dengan sejumlah core subject
sesuai peminatan, tetapi juga perlu membekali dengan kompetensi non akademik yang
lebih bersifat interpersonal dan intrapersonal. Hal ini juga memiliki tantangan tersendiri
bagi guru yaitu bagaimana seorang guru mengajarkan sejumlah ketrampilan yang menjadi
tuntutan pada abad tersebut. Keterampilan abad 21 adalah:
1. life and career skills (keterampilan hidup dan
berkarir) Meliputi:
a) Fleksibilitas dan adaptabilitas/Flexibility and Adaptability.
b) Inisiatif dan mengatur diri sendiri/Initiative and Self-Direction.
c) Interaksi sosial dan budaya/Social and Cross-Cultural Interaction.
d) Produktivitas dan akuntabilitas/Productivity and Accountability.
e) Kepemimpinan dan tanggungjawab/Leadership and Responsibility.

20
Rusmin Husain, Guru di Abad 21 in Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Univesitas PGRI Palembang,
Tahun 2019, hal. 15

1
2. Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan
berinovasi Meliputi :
a) berpikir kritis dan mengatasi masalah/Critical Thinking and Problem Solving.
b) Komunikasi dan kolaborasi/Communication and Collaboration.
c) Kreativitas dan inovasi/Creativity and Innovation.
3. Information media and technology skills (keterampilan teknologi dan media
informasi) Meliputi:
a) literasi informasi/information literacy.
b) literasi media/media literacy.
c) literasi ICT/Information and Communication Technology literacy.21
Atas dasar tantangan demikian, dalam memasuki era globalisasi yang menjadi acuan
adalah standar internasional agar mampu bersaing secara internasional. Lebih lanjut, agar
Indonesia dapat mendudukkan diri secara bermartabat dalam masyarakat global,
pendidikan nasional harus mampu menciptakan proses pendidikan yang dapat
mengembangkan kemampuan, sikap, kepribadian dan watak yang sesuai dengan tuntutan
abad 21. Menurut Laporan BSNP tahun 2010 dengan judul Paradigma Pendidikan
Nasional Abad 21 pergeseran paradigma pendidikan abad 21 meliputi:
1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
2. Dari satu arah menuju interaktif.
3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
4. Dari pasif menuju aktif menyelidiki.
5. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
6. Dari pembelajaran pribadi menjadi menuju pembelajaran berbasis tim.
7. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
8. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
9. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
10. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
11. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
12. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
13. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
14. Dari pemikiran faktual menuju kritis.

21
Ferdinandus Bele Sole dan Desak Made Anggraeni, Inovasi Pembelajaran Elektronik dan Tantangan Guru
Abad 21, Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika, Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, hal 14-15

1
Sejalan dengan adanya dominasi peran teknologi dan terjadinya pergeseran
paradigma pendidikan dan pembelajaran tersebut, guru sebagai pendidik professional
dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi abad 21. Dari segi kehidupan dan karier,
abad 21 menuntut guru untuk fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, memiliki
ketrampilan social dan budaya, dan kepemimpinan dan tanggung jawab. Dari segi
pembelajaran dan inovasi, guru harus kreatif dan inovatif, berfikir kritis menyelesaikan
masalah, serta komunikasi dan kolaborasi. Dari segi informasi, media dan teknologi, guru
harus melek informasi, melek media, dan melek TIK. Uraian tersebut menunjukkan
bahwa proses pembelajaran abad 21 tidak cukup hanya untuk meningkatkan pengetahuan,
tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan kreatif, kritis, berkarakter kuat, serta
didukung dengan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.22

C. ASPEK PENTING YANG HARUS DIMILIKI GURU


Secara umum guru adalah pendidik dan pengajar untuk pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, dasar dan menengah. Guru dalam proses belajar
mengajar adalah orang yang memberikan pelajaran. Dalam kamus bahasa Indonesia guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar. 23 Istilah guru dapat dimaknai dari
dua sisi, yang pertama guru sebagai individu atau personal yang diberi tanggung jawab
melaksanakan tugas sebagai guru dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua,
guru dimaknai sebagai profesi yang mana guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina peserta didik baik secara individual
maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.
Pekerjaan guru menjadi pekerjaan mulia dan bernilai ibadah jika dilaksanakan
dengan kasih sayang, tulus, tanggung jawab dan ikhlas. Tugas guru sebagai profesi
menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitasnya dalam mendidik,
mengajar dan melatih peserta didik. Tugas khusus guru sebagai pendidik adalah
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kepada peserta didik agar mereka dapat
menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.24
Sistem pendidikan di Indonesia telah mengatur kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru dalam menjalankan kewajibannya. UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

22
Linda Siswanti, Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan Tantangan Guru pada Abad 21, In Prossiding
Seminar Nasional Pascasrjana Universitas PGRI Palembang, Tahun 2019, hal. 379-381
23
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016),
hal. 1
24
Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagonik Guru, (Jakarta: PT Kencana, 2016), hal. 20

1
tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 25 UU Guru dan Dosen No.14/2005
Pasal 10 ayat 1 dan Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 28 ayat 3 juga menyatakan
hal yang sama bahwa, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.26 Berdasarkan pendapat
tersebut maka dapat di katakan syarat agar guru menjadi guru yang profesional haruslah
menguasai ke empat keterampilan tersebut. Menurut Saud, ada sepuluh kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar-mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sumber belajar
5. Menguasai landasan Pendidikan
6. Mengelola interaksi belajar-mengajar
7. Menilai prestasi belajar
8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pelajaran27
Salah satu kompetensi mutlak dan yang menajadi pembeda antara guru dengan
profesi lainnya adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini berisi
kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan seorang guru agar menjadi guru yang profesional.
Secara substantif, kompetensi pedagogik ini menuntut agar seorang guru dapat memahami
perkembangan peserta didik, memahami mengenai perancangan pembelajaran serta
memahami bagaimana pelaksanaan pembelajaran, memahami bagaimana evaluasi
pembelajaran, serta memahami bagaimana peserta didik mengaktualisasikan potensi-
potensi yang dimiliki siswa. Sehingga tidak mengherankan bila kompetensi ini dianggap
sebagai kompetensi yang bersifat praktik dimana guru sebagai seorang yang berinteraksi

25
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 25
26
J. Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014), hal. 100
27
Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 50

1
langsung dengan siswa mampunyai peran ganda tidak hanya sebagai pengajar namun
sekaligus menjadi pendidik.28
Seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, dimana seorang guru memiliki
kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran, baik dalam mengelola, melaksanakan
pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran. Kompetensi pedagogik ini menuntut
seorang guru dalam memahami berbagai aspek dalam diri siswa yang berhubungan
dengan pembelajaran, adapun kompetensi pedagogik tersebut meliputi:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
9. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.29
Tanpa disadari, disamping perangkat dan segala hal yang berhubungan dengan
pengajaran dan yang bermuara pada keberhasilan tujuan pendidikan, ternyata kepribadian
guru menjadi salah satu hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengajaran.
Kompetensi seorang guru memiliki pengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan belajar siswa
termasuk juga motivasi belajar siswa. Kompetensi kepribadian guru memiliki pengaruh
terhadap kebiasaan-kebiasaan belajar siswa termasuk motivasi belajar bagi siswa.
Kompetensi kepribadian guru menurut UU guru dan dosen adalah kompetensi yang
berkaitan dengan pribadi seseorang guru yang yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berahlak mulia. Kepribadian guru
ini dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam

28
Aulia Akbar, Pentingnya Kompetensi Pedagogik Guru, JPG: Jurnal Pendidikan Guru, Vol. 2, No. 1 (2021),
hal. 23-30
29
Wahyudi I., Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2012), hal. 22

1
menghadapi persoalan. Menurut Cece Wijaya kemampuan pribadi guru dalam proses
belajar-mengajar, ditandai dengan beberapa indikator sebagai berikut:
1. Kemantapan dan Integritas Pribadi
Seorang guru dituntut untuk bekerja teratur dan konsisten, serta kreatif dalam
menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap
tugas yang dijalankannya, demikian juga kemantapan pribadi guru dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar akan berpengaruh terhadap situasi belajar-
mengajar yang diselenggarakannya.
2. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan
Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di sekolah maupun
yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan di
sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman.
3. Berpikir Alternatif
Sebelum menyajikan bahan pelajaran, guru harus sudah menyiapkan berbagai
kemungkinan permasalahan yang akan dihadapinya beserta alternatif pemecahannya.
Minimal guru harus mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih
salah satu alternatif untuk kelancaran proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu
pendidikan.
4. Adil, Jujur, dan Objektif
Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral
dan nilai-nilai sosial budaya yang diperolehnya dari kehidupan masyarakat dan
bernegara serta pengalaman belajar yang diperolehnya.
5. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas.
Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar disiplin dapat dibina dan
dilaksanakan dalam proses pendidikan sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
6. Ulet dan tekun bekerja
Guru harus ulet dan tekun dalam bekerja sehingga program pendidikan yang
telah digariskan dalam kurikulum yang telah ditetapkan berjalan sebagaimana
mestinya. Keuletan dan ketekunan bekerja merupakan faktor pendorong keberhasilan.
7. Berusaha memperoleh hasil kerja yang baik
Dengan adanya usaha untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan
ketrampilan, sudah barang tentu kemampuan guru akan bertambah pula sehingga
dalam mengelola proses belajar-mengajar tidak akan mendapat kesulitan yang berarti.
8. Simpatik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak

1
Sifat-sifat itu memerlukan pematangan pribadi, kedewasaan sosial dan
emosional, pengalaman hidup bermasyarakat, dan pengalaman belajar yang memadai,
khususnya pengalaman dalam prakter mengajar. Oleh karena itu, guru harus menguasai
benar hal yang berhubungan dengan sifat tersebut di atas.
9. Bersifat Terbuka, Kreatif dan berwibawa
Guru diharapkan mampu menampung aspirasi berbagai pihak sehingga skolah
menjadi agen pembangunan daerah dan guru bersedia menjadi pendukungnya.30

30
Mualimul Huda, Kompetensi Kepribadian Guru dan Motivasi Belajar Siswa, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2
(2017), hal. 241-250

1
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradigma pembelajaran/pendidikan adalah cara pandang kita terhadap masalah-
masalah kehidupan, sebab pembelajaran adalah kristalisasi nilai-nilai kehidupan atau
proses pembudayaan. Pada abad pengetahuan atau abad informasi saat ini, siswa dituntut
memiliki kemampuan memecahkan masalah baru secara inovatif. Para siswa diharapkan
mampu bekerjasama secara kolaboratif, berperilaku unik dan mampu berpikir divergen.
Jadi, Paradigma pembelajaran adalah konstelase teori, disini berarti konstelasi yang
dikembangkan untuk memahami sejarah dan keadaan sosial untuk diberi makna tersendiri.
Dalam dunia pendidikan internasional telah ada upaya-upaya untuk mengubah paradigma
yang telah lama digunakan dalam pembelajaran di sekolah, yang lebih menekankan pada
peranan guru yang mengajar dari pada siswa yang belajar (paradigma lama) yang
dianggap kurang memuaskan, walaupun seharusnya seorang guru yang baik akan
memahami dengan baik metode yang digunakannya, ia harus mengetahui bukan hanya
bahan/materi pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah siswa, sebab melalui metode
mengajar ia harus mampu memberi kemudahan belajar kepada siswa dalam proses belajar.
Guru tidak mungkin tidak memiliki tantangan, disetiap langkahnya pasti akan banyak
tantangan yang akan dihadapinya. Salah satunya yaitu tantangan di abad 21 ini, dimana
teknologi sudah sangat berkembang serta komunikasi dan informasi yang sangat maju.
Kemajuan teknologi telah memasuki di berbagai bidang, salah satunya yaitu dunia
pendidikan. Guru dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan dengan
efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif dengan
siswa dan lingkunganya, serta mampu menggunakan teknologi untuk mendukung
peningkatan mutu pembelajaran. Pekerjaan guru menjadi pekerjaan mulia dan bernilai
ibadah jika dilaksanakan dengan kasih sayang, tulus, tanggung jawab dan ikhlas. Tugas
guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitasnya
dalam mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Tugas khusus guru sebagai pendidik
adalah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kepada peserta didik agar mereka
dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

B. SARAN

1
Dengan penulisan makalah “PARADIGMA PEMBELAJARAN DAN
TANTANGAN GURU DI ABAD 21” ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami manusia yang jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan, kami sadar
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Aulia. 2021. Pentingnya Kompetensi Pedagogik Guru. JPG: Jurnal Pendidikan Guru.
Vol. 2, No. 1.
Antara, I..2022. Masalah Paradigma Pembelajaran Abad Ke-21. Bali. Universitas
Pendidikan Ganesha.
B. Uno, Hamzah. dan Lamatenggo, Nina. 2016. Tugas Guru dalam Pembelajaran. Jakarta.
PT Bumi Aksara.
Huda, Mualimul. 2017. Kompetensi Kepribadian Guru dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Penelitian. Vol. 11, No. 2.
Husain, R. 2019. Guru di Abad 21, in Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas
PGRI Palembang.
I., Wahyudi. 2012. Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru. Jakarta. PT Prestasi Pustakarya.
Jayawardana. 2017. Paradigma Pembelajaran Biologi di Era Digital. JURNAL
BIOEDUKATIKA Vol. 5, No. 1.
Kuhn, T. S.. 2002. The Structure of Scientific Revolutions Peran Paradigma dalam Revolusi
Sains. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Lubis, A. Y. 2014. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada.
Mulyasa, E.. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Putra, Ahimsa. Paradigma Profetik dalam Pengajaran dan Penelitian Ilmu Hukum.
UNISIA. Vol. 34, No. 76.
Qurniawan, Meril. 2017. Konsep Dasar dan Paradigma Manajemen Pembelajaran
PAUD. An-Nuha: Jurnal Kajian Islam, Pendidikan, Budaya, dan Sosial Vol. 4, No.
1.
R., Karsidi. 2021. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Media Tor Jurnal Komunikasi Vol. 2, No. 1.
Rifma2016. Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagonik Guru. Jakarta: PT Kencana.
Saud. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung. Alfabeta.
Sinaga, Bornok. 2017. Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran di Sekolah,
GENERASI KAMPUS. Jurnal Unimed Vol. 1, No, 2.
Siswanti, L. 2019. Penggunaan Teknologi Dalam Pendidikan Tantangan Guru Pada Abad
21. in Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

2
Sole, F. B., dan Anggraeni, D. M. 2018. Inovasi pembelajaran elektronik dan tantangan guru
abad 21. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika, Vol. 2, No. 1.
2018.
Suciati. Modul 1 Paradigma Belajar dan Pembelajaran.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru.
Susilo, A. dan Sarkowi, S. 2018. Peran Guru Sejarah Abad 21 dalam Menghadapi Tantangan
Arus Globalisasi. Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, Vol. 2 No. 1.
Suprihatiningrum, J.. 2014. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi
Guru. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Sutrisno, D. 2017. Harapan dan Tantangan Guru Pembelajar Moda Daring, JURNAL
PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Vol. 10 No. 2.
Tazayyuni, Ikhwalus. 2018. Paradigma Pembelajaran. Sidoarjo. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Winkel, W.S. 1986. Psikologi Pembelajaran, terj. Jakarta. Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai