Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN GLOMERULONEFRITIS KRONIS


(GNC)

OLEH:
KELOMPOK 5 / KELAS B12-B

1. A.A. ISTRI CAHYADININGRUM (193223107)


2. GABRIELA ANGELINA PALABI (193223115)
3. IDA AYU PUTU MIRAH ADI ANGGRAENI (193223123)
4. LUH PUTU WIDYANTARI (193223129)
5. NI KADEK MITA SELVIANI (193223134)
6. NI LUH GEDE ITA SUNARIATI (193223138)
7. NI LUH GEDE RIKA RAHAYU (193223139)
8. NI LUH GEDE YUPITA ASTRI SURYANDARI (193223140)
9. NI PUTU PRASTIWI FATMA SARI (193223150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Anak II ini dengan baik dan lancar. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca
mengenai “Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis Kronis (GNC)”.
Wawasan tersebut bisa didapatkan melalui pendahuluan, pembahasan masalah
dan penarikan kesimpulan. Makalah ini disusun dengan konsep dan bahasa yang
sederhana sehingga dapat membantu pembaca untuk lebih mudah memahami isi
dari makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada dosen yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kelompok kami untuk membuat
tugas makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat.

Denpasar, 3 Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
1. Tujuan umum ..................................................................................................... 2
2. Tujuan khusus..................................................................................................... 2
D. Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Konsep Dasar Penyakit GNC ............................................................................ 3
1. Definisi ............................................................................................................... 3
2. Epidemiologi ...................................................................................................... 3
3. Etiologi ............................................................................................................... 4
4. Pathway .............................................................................................................. 5
5. Manifentasi Klinik .............................................................................................. 8
6. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 8
7. Komplikasi ......................................................................................................... 9
8. Penatalaksanaan................................................................................................ 10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................................ 11
1. Pengkajian ........................................................................................................ 11
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 14
3. Intervensi Keperawatan .................................................................................... 14
4. Implementasi Keperawatan .............................................................................. 19
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 19
C. Contoh Asuhan Keperawatan ........................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 29
A. Simpulan........................................................................................................... 29
B. Saran.. ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa
(Sowden, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk
menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus,
bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit
peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan
bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada
gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan,
sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard
Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit
dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun menimbulkan beberapa bentuk
glomerulonefritis.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau
secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan
gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi.
Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah,
biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh
spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal insuffisiensi ginjal.
Prognosa GNK pasca streptokokus pada anak 99% sembuh dengan sempurna.
Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat membantu tenaga medis untuk
dapat lebih menangani penyakit Glomerulonefritis Kronis dengan lebih tepat dan
dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat untuk dapat mencegah dan
mengurangi terjadinya komplikasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana konsep penyakit GNC (Glomerulonefritis Kronis) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien GNC (Glomerulonefritis
Kronis) ?

1
3. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada penyakit GNC
(Glomerulonefritis Kronis) ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
penyakit serta asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan GNC
(Glomerulonefritis Kronis).
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini diantaranya:
a. Untuk mengetahui konsep penyakit GNC (Glomerulonefritis Kronis)
b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien GNC
(Glomerulonefritis Kronis)
c. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan GNC
(Glomerulonefritis Kronis)
D. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan bacaan
bagi pembaca guna menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman mengenai
asuhan keperawatan pada pasien GNC (Glomerulonefritis Kronis).

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit GNC
1. Definisi
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. Sering ditemukan pada
usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering mengenai anak laki-laki dari
pada wanita dengan perbandingan 2 : 1 (Mansjoer, Arif, dkk. 2000).
Glomerulonefritis kronis adalah peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan
ini dapat terjadi akibat glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul secara
spontan (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011). Glomerulonefritis kronis ditandai
oleh kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang
sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya,
dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-gejala
insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronis bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan Sari,
2012).
Glomerulonefritis kronis (GNC) adalah suatu kondisi peradangan yang
lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya
hematuria dan proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul
beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai
oleh hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan
(Mutaqqin dan Sari, 2012). Jalan penyakit GNC dapat berubah-ubah. Ada pasien
yang mengalami gangguan fungsi minimal dan merasa sehat. Perkembangan
penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit GNC perlahan atau
cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir (Baradero, 2008).
2. Epidemiologi
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun
dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang
menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia

3
pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit
pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%),
kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,65%), dan
Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak
usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulosnefritis bisa berlangsung secara
mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena
tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing
sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya
(sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.
3. Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulonefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerolunefritis Akut), seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal
sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih banyak
pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC (Glomerulosnefritis Cronic)
didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius atau
saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman streptococus beta hemolitikus
gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim, keadaaan
gizi, keadaan umum dan alergi.

4
5
5. Manifentasi Klinik
Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama. Gejala utama
yang ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal
ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
q. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sowden (2002), adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC
diantaranya:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) LED (Laju Endap Darah) meningkat.
2) Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
3) Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine
meningkat.
4) Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan :Albumin
(+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin.

8
5) Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta- IC)
sedikit menurun.
6) Ureum dan kreatinin meningkat.
7) Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
8) Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
b. Test gangguan kompleks imun
c. Biopsi ginjal
7. Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal
akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun
oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi
diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal
dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan
kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya hypervolemia
disamping sintesis eritropoietik yang menurun.

9
8. Penatalaksanaan
a. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
1) Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis,
melainkan mengurangi penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin
masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian
profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab
tidak dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
2) Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan cairan
dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein (1 gr/kg BB/hari) dan rendah
garam (1 gr/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien dengan suhu tinggi
dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah
diberikan harus dibatasi.
3) Pengobatan terhadap hipertensi
4) Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfuse
tukar dan sebagainya.
5) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-
akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1 mg/kg BB/kali)
dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
6) Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan
oksigen.
b. Keperawatan
1) Istirahatmutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu
2) Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
3) Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adalah
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi yang
nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter.
4) Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).

10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah
pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian.
a. Pengkajian Umum
1) Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien mengeluh
mual, anoreksia, muntah, mengeluh demam, mengeluh sakit kepala/pusing,
mengeluh sesak
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak tampak odema, muntah, pada saat disentuh teraba hangat, mengalami,
anak tampak lemah, adanya peningkatan tekanan darah.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Streptococus), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan
serta penyakit DM pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
4) Riwayat Neonatus
Kaji riwayat neonatus saat bayi pertama kali lahir apa ada tanda atau gejala
yang mucul dari neonatus. Pada pasien GNC biasanya tidak ditemukan tanda
gejal pada usia neonatus.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
Gluronefritis Cronic (GNC)
b) Penyakit keturunan atau diwariskan
c) Penyakit congenital atau bawaan
6) Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.

11
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan
ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus
kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks
untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs
rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman
baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan
menjadi anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang
dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-
jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal
empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang
dewasa.
b. Pengkajian Pola Gordon
1) Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
2) Pola nutrisi – Metabolik
Pada pasien dengan GNC akan mengalami gangguan nutrisi metabolic seperti
anoreksia, mual muntah, pembengkakan ekstremitas bawah/edema, terjadi
penambahan berat badan karena adanya pembengkakan. Suhu badan normal
hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi
karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
3) Pola Eliminasi
Pada pasien GNC biasanya ditemukan oliguri dan anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus, Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)

12
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normaal selama 1 minggu.
5) Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan. Peningkatan
ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
6) Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia, keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.
7) Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, dan penolakan. Klien cemas dan
takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama.
8) Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran. Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya
karena jauh serta anak mengalami kondisi kritis menyebabkan anak banyak
diam.
9) Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
10) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan
perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam
upaya pelaksanaan ibadah.

13
c. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat kesadaran
biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya
perubahan.
1) B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada
fase akut. Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas yang merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
2) B2 (Blood). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
3) B3 (Branin). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera
tidak ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat
paranya azotemia pada sistem saraf pusat.
4) B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urune warnanya
kola.
5) B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
6) B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder
dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan GNC (Glomerulonefritis) diantaranya:
a. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih
e. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolic
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

14
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SLKI) (SIKI)
1. Hipervolemia Luaran Utama: Keseimbangan Cairan Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hipervolemia Hipervolemia
kelebihan asupan selama 3 x 24 jam keseimbangan cairan Observasi Observasi
cairan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan gejala
1. Asupan cairan meningkat hipervolemi (mis. dispnea, edema, hipervolemia yang terjadi
2. Edema menurun suara napas tambahan) pada pasien
3. Dehidrasi menurun 2. Identifikasi penyebab hipervolemia 2. Mengetahui penyebab
4. Membran mukosa membaik hipervolemia pada pasien
5. Turgor kulit membaik 3. Monitor intake dan output cairan 3. Mengetahui keseimbangan
cairan
Terapeutik Terapeutik
1. Batasi asupan cairan dan garam 1. Mencegah terjadinya
hipervolemia yang berlanjut
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan cara membatasi cairan 1. Mencegah terjadinya edema
pada pasien

14
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik 1. Memobilisasi cairan edema
2. Defisit nutrisi Luaran Utama: Status Nutrisi Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrisi Nutrisi
ketidakmampuan selama 3 x 24 jam status nutrisi Observasi Observasi
mengabsorbsi nutrien membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan pasien
meningkat 2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Meningkatkan asupan makan
2. Serum albumin meningkat pasien
3. Frekuensi makan membaik 3. Monitor asupan makanan 3. Mengetahui perkembangan
4. Nafsu makan membaik nutrisi pasien
5. Membran mukosa membaik Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Mencegah mual
makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara menarik 2. Meningkatkan nafsu makan
dan suhu yang sesuai pasien
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Posisi nyaman pasien dan
mampu meningkatkan nafsu makan

15
2. Ajarkan diet yang diprogramkan 2. Pemberian nutrisi yang
sesuai dengan pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Meningkatkan asupan makan
sebelum makan (mis. pereda nyeri, pasien
antiematik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 2. Menyesuaikan nutrisi dengan
menentukan jumlah kalori dan kebutuhan pasien
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
3. Intoleransi aktivitas Luaran Utama: Toleransi Aktivitas Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan energi energi
ketidakseimbangan selama 3 x 24 jam toleransi aktivitas Observasi Observasi
antara suplai dan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor kelelahan fisik dan mental 1. Mengetahui tingkat kelelahan
kebutuhan oksigen 1. Frekuensi nadi meningkat fisik pasien
2. Keluhan lelah menurun Terapeutik Terapeutik
3. Perasaan lemah menurun 1. Lakukan latihan rentang gerak 1. Melatih gerak pasien
4. Warna kulit membaik pasif atau aktif
5. Tekanan darah membaik Edukasi Edukasi

16
6. Frekuensi napas membaik 1. Anjurkan tirah baring 1. Membatasi gerak pasien
2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Melatih aktivitas pasien
secara bertahap secara bertahap
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang 1. Menjaga asupan nutrisi
cara meningkatkan asupan pasien
makanan
4. Gangguan eliminasi Luaran Utama: Eliminasi Urine Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
urine berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Eliminasi Urine Eliminasi Urine
dengan iritasi kandung selama 3 x 24 jam eliminasi urine Observasi Observasi
kemih membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi 1. Mengetahui gangguan yang
1. Sensasi berkemih meningkat atau inkontinensia urine terjadi pada pasein
2. Frekuensi BAK membaik 2. Identifikasi faktor penyebab retensi 2. Mengetahui penyebab
3. Karakteristik urine membaik atau inkontinensia urine gangguan yang terjadi
3. Monitor eliminasi urine (mis. 3. Mengetahui karateristik urine
frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Terapeutik Terapeutik
1. Batasi asupan cairan, jika perlu 1. Mencegah terjadinya edema

17
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui tanda dan gejala
saluran kemih infeksi saluran kemih
2. Anjurkan mengukur asupan cairan 2. Mengetahui keseimbangan
dan haluaran urine cairan pada pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1. Melancarkan berkemih
supositoria uretra, jika perlu
5. Nyeri kronis Luaran Utama: Tingkat Nyeri Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nyeri Nyeri
gangguan fungsi selama 3 x 24 jam tingkat nyeri menurun Observasi Observasi
metabolic dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi,
1. Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi,
2. Meringis menurun intensitas nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
3. Sikap protektif menurun nyeri pada pasien
4. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
5. Frekuensi nadi membaik pasien
6. Pola napas membaik 3. Identifikasi faktor yang 3. Mengetahui faktor yang
7. Tekanan daraah membaik memperberat dan memperingan memperberat dan

18
nyeri memperingan nyeri pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Membantu mengurangi nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri pasien
2. Kontrol lingkungan yang 2. Mencegah nyeri bertambah
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri 1. Mengurangi nyeri pasien
2. Anjurkan menggunakan analgetik 2. Mengurangi nyeri pasien
secara tepat dengan penggunaan analgetik
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis 3. Mengurangi nyeri pasien
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, 1. Mengurangi nyeri pasien
jika perlu

19
6. Hipertermia Luaran Utama: Termoregulasi Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hipertermia Hipertermia
proses penyakit selama 3 x 24 jam termoregulasi Observasi Observasi
membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Mengetahui penyebab
1. Mengigil menurun (mis. Dehidrasi, terpapar hipertermia pada pasien
2. Kulit merah menurun lingkungan panas, pengguanaan
3. Suhu tubuh membaik inkubator)
4. Suhu kulit membaik 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui suhu tubuh pada
5. Tekanan darah membaik pasien
3. Monitor kadar elektrolit 3. Mengetahui kadar elektrolit
pada pasien
4. Monitor haluan urine 4. Mengetahui haluan urine
pada pasien
5. Monitor komplikasi akibat 5. Mengetahui komplikasi
hipertermia hipertermia pada pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin 1. Mencegah terjadinya
hipertermi yang berlanjut
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian 2. Membantu mempermudah

20
penguapan panas
3. Berikan cairan oral 3. Mencegah terjadinya
dehidrasi sewaktu panas
4. Lakukan pendinginan eksternal 4. Mempercepat dalam
(mis. selimut hipotermia atau penurunan produksi panas
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan tirah baring 1. Mencegah terjadinya
komplikasi dan mempercepat
proses penyembuhan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan 1. Memperbaiki atau mencegah
elektrolit intravena ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit

21
7. Ansietas berhubungan Luaran Utama: Ansietas Intervensi Utama: Reduksi Ansietas Intervensi Utama: Reduksi
dengan krisis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Ansietas
situasional selama 3 x 24 jam ansietas menurun Observasi Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Mengetahui tingkat ansietas
1. Verbalisasi kebingungan menurun berubah (kondisi, waktu, stresor) pada pasien
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi 2. Monitor tanda-tanda ansietas 2. Mengetahui tingkat ansietas
yang dihadapi menurun (verbal dan nonverbal) pasien
3. Perilaku gelisah menurun Terapeutik Terapeutik
4. Perilaku tegang menurun 1. Ciptakan suasana terapiutik untuk 1. Menumbuhkan sikap saling
5. Frekuensi pernapasan menurun menumbuhkan kepercayaan percaya
6. Frekuensi nadi meurun 2. Pahami situasi yang membuat 2. Mengetahui fakor penyebab
7. Tekanan darah menurun ansietas ansietas
8. Konsentrasi membaik 3. Gunakan pendekatan yang tenang 3. Meningkatkan kepercayaan
9. Pola tidur membaik dan meyakinkan pasien
Edukasi Edukasi
1. Informasikan secara factual 1. Agar pasien mengetahui
mengenai diagnosis, pengobatan kondisinya
dan prognosis
2. Anjurkan keluarga untuk tetap 2. Mengurangi ketegangan dan

22
bersama pasien membuat perasaan menjadi
lebih tenang
3. Latih kegiatan pengalihan untuk 3. Mengurangi tingkat ansietas
mengurangi ketegangan pasien
4. Latih teknik relaksasi 4. Membuat pasienlebih
nyaman
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1. Mengurangi ansietas pasien
antiansietas, jika perlu
Sumber: SIKI (2018) dan SLKI (2019)

23
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al.,
2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam
konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah evaluasi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan,
atau dirubah (Kozier et al., 2010).
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut
(Dinarti et al., 2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien apendiktomi
dengan nyeri akut diharapkan pasien tidak mengeluh nyeri atau nyeri
berkurang
b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada pasien
dengan retensi urin indikator evaluasi
c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala
bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai,
perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :
1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian
yang berhasil dicapai (4 indikator evaluasi tercapai)
3) Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analog.

19
C. Contoh Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “An.A”
DENGAN GLOMERULONEFRITIS KRONIS
Kasus
Seorang An. A berusia 7 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan diagnosis
GNC (Gluronefritis Cronic), pasien beragama islam berkebangsaan Indonesia dan
suku Jawa. Pasien tinggal bersama dengan orang tuanya yang beralamat di Jalan
Tangkuban Perahu, Denpasar. Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 01
September 2019, pukul 09.00 WITA diantar oleh kedua orang tuanya dengan
nomor register 325832. Pada saat pengkajian, ayah pasien mengatakan pasien
anaknya demam, pasien mengeluh mual-mual hingga merasa lemas, nafsu makan
menurun sehingga berat badan pasien mengalami penurunan dari berat badan
sebelumnya, pasien mengeluh selalu merasa haus dan ingin kencing pada malam
hari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit buruk, kulit terasa hangat,
mukosa pucat, CRT>2 detik, tidak terdapat luka, warna kulit putih, tidak terdapat
nyeri tekan, TD: 130/100mmHg, S: 38,00C, N: 92x/menit, RR: 22x/menit. Pada
hasil pemeriksaan laboratorium UL yaitu Albumin (+), Natrium urine 50 mEq/L,
Hb: 8 gr/dL, BUN: 20 mg/dL, Creatinin: 2 mg/dL, Na: 120 mEq/L, K: 6,5 mEq/L.

I. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Anak
Nama : An. A
Umur : 7 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat lengkap : Jalan Tangkuban Perahu, Denpasar
No. Register : 325832
Diagnosa modik : GNC (Gluronefritis Cronic)
Tanggal pengkajian : 1 September 2019 / 09.00 WITA

20
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jalan. Tangkuban Perahu, Denpasar
Hub.dengan klien : Ayah Kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan An.A mengeluh badannya terasa panas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang diantar oleh orang tua dikeluhkan badannya terasa panas
dan pasien tidak mau makan sehingga pasien lemas. Pasien juga
dikeluhkan mual – mual sejak kemarin.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami
penyakit seperti sekarang ini. Biasanya pasien hanya sakit seperti
demam dan batuk dan di beri obat penurun panas yang di beli di warung
atau toko obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit
seperti ini. Dalam keluarga pasien tidak mempunyai penyakit keturunan
seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, dan Hepatitis.
e. Riwayat Kehamilan
1) Masa prenatal
Selama kehamilan ibu memeriksakan kandunganya ke Puskesmas
atau ke bidan desa. Pada saat hamil ibu tidak ada riwayat
mengonsumsi minuman alkohol dan obat-obatan.

21
2) Masa intranatal
Ibu pasien melahirkan secara normal dan spontan dibantu oleh bidan
desa, waktu melahirkan tidak terdapat kelainan pada anak, anak lahir
normal dengan berat badan 3500 gr dan panjang 48 cm.
3) Masa post – natal
Anak diberikan ASI ekslusif hingga berumur 6 bulan dan setelah itu
ditambah dengan pemberian susu formula dan makanan pendamping
ASI.
f. Riwayat Imunisasi
Keluarga mengatakan pasien mendapatkan imunisasi di Posyandu
(BCG, polio dan hepatitis).
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan jika anaknya sakit atau anggota keluarga
sakit langsung di bawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Orang tua
pasien mengetahui tentang personal hygiene terutama tentang
kebersihan anaknya, anak mandi di rumah 2x/hari mandi pakai sabun,
memotong kuku 1x/seminggu, dan menggosok gigi pasien.
b. Pola Nutrisi – Metabolik
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien memang susah
untuk makan. Makan hanya setengah porsi. Pasien
makan 3x sehari. Pasien biasa minum air 100-200
ml setiap habis makan.
Setelah MRS : Keluarga mengatakan pasien makan hanya ¼
porsi makanan karena merasa mual-mual dan
muntah. Pasien minum air 200-300 ml setiap habis
makan selalu merasa haus. Nafsu makan
berkurang.
c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien kencingnya sedikit-
sedikit tapi sering, kencing berwarna kuning keruh
dan BAB 2 hari sekali, bau khas feces, konsistensi

22
lembek, feces berwarna kuning.
Setelah MRS : Pasien kencing sedikit-sedikit tapi sering, volume
urine 50-100 ml/24 jam, urie berwarna kuning
keruh kadang bercampur darah, bau khas urine.
Pasien tidak mengalami masalah pada BAB,
frekuensi 1 kali sehari, konsistensi lembek,
berwarna kuning dan bau khas feces.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien biasa beraktivitas
bermain dengan teman-temannya. Pasien juga
dikatakan sering mengeluh cepat lelah.
Setelah MRS : Keluarga mengatakan anak sering cepat merasa
lelah, pasien kelihatan lemah, hanya diam di dalam
kamar saja dan sulit berkosentrasi.
e. Pola Persepsi Kognitif
Keluarga pasien mengatakan sangat memperhatikan anaknya serta
keluarga mengatakan sakit anaknya murni karena medis dan bukan
karena hal gaib.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pada saat di rumah
anaknya tidak memiliki masalah dalam pola tidur
dan istirahat, anak biasa tidur 8-10 jam/hari.
Anak tidak biasa tidur siang dan pada malam hari
tidak terbangun.
Setelah MRS : Pasien mengatakan mengalami sulit tidur
karena sering buang air kecil di malam hari
sehingga tidur malam hari pasien terganggu.
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan anak tidak pernah
mengeluh tentang konsep dirinya. Pasien merasa
nyaman dengan dirinya. Keluarga menganggap
bahwa anaknya tidak mengalami masalah

23
dirinya.
Setalah MRS : Keluarga mengatakan anaknya sering mengeluh
lemas.
h. Peran dan Pola Hubungan
Sebelum MRS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit
peran dan hubungan pasien dengan ayah ibunya
baik.
Saat MRS : Keluarga pasien mengatakan peran dan hubungan
pasien dengan ayah ibu tetap terjalin dengan
baik. Saat ini orangtuanya selalu mendampingi
anaknya selama masa perawatan di RS.
i. Pola Reproduktif dan Sexual
Keluarga mengatakan anaknya berjenis kelamin laki-laki dan berusia 7
tahun, tidak ada masalah pada alat reproduksi pasien.
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Keluarga pasien mengatakan anaknya ketakutan melihat perawat
ataupun dokter yang datang. Keluarga selalu mendapat dukungan dari
semua pihak saat anaknya mengalami sakit dan selalu membicarakan
kepada anggota keluarga yang lain jika memiliki masalah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Keluarga mengatakan anaknya beragama Islam. Keluarga mengatakan
selalu berdoa dan melakukan persembahyangan untuk proses
kesembuhan anaknya. Keluarga juga mengatkan selalu mengimbangi
proses perawatan medis di rumah sakit dengan berdoa untuk proses
penyembuhan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Compos mentis
TD : 130/100 mmHg
TB / BB : 100 cm / 25,8 Kg
BB saat pengkajian : 22 Kg
RR : 22x/menit

24
Nadi : 92x/menit
Suhu : 38,0°C
b. Keadaan Fisik
1) Kepala dan leher
Inspeksi : Penyebaran rambut bersih merata, warna rambut
tampak hitam, bentuk kepala normochepali, tidak
adanya luka, edema pada wajah (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah leher, tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limpfe usus
normal.
2) Kulit
Inspeksi : Turgor kulit buruk, CRT>2 detik, tidak ada luka/
lesi.
3) Mata
Inspeksi : Bentuk mata secara umum simetris antara kanan
dan kiri, sklera berwarna putih, konjungtiva
berwarna merah muda, edem asekitar mata (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi : Keadaan umum hidung bersih, tidak terdapat
adanya sumbatan jalan napas pada hidung, tidak
terdapat perdarahan ataupun peradangan dan secret
atau pus yang keluar dari hidung, terdapat
pernapasan cuping hidung.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada
hidung.
5) Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri,
telinga bersih, tidak terlihat adanya serumen,
ataupun perdarahan dari telinga, tidak terdapat
adanya kelainan pada telinga.

25
6) Mulut dan gigi
Inspeksi : Hasil pengkajian mulut dan fungsi organ
pencernaan bagian atas, keadaan umum mukosa
bibir tampak lembab, tidak terdapan gangguan
menelan pada pasien, tidak ada gigi berlubang.
7) Thorax
Inspeksi : Perkembangan dada seimbang antara ekspirasi
dan inspirasi, bentuk dada simetris antara kanan
dan kiri, tidak terdapat penggunaan otot bantu
napas
Palpasi : Tidak terdapat adanya kelainan bentuk, pada
dada, tidak adanya benjolan.
Auskultasi : Suara napas vesikuler, bunyi jantung S1 S2
tunggal
8) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris
Auskultasi : Peristaltik usus ada 14x/menit
Perkusi : Perut kembung (disteni abdomen)
Palpasi : Turgor kulit jelek, tidak adanya asites, tidak ada
nyeri tekan.
9) Genetalia
Pada bagian genetalia tampak bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi,
tidak ada nyeri tekan.
10) Ekstermitas
Bentuk semetris, tidak ada luka / faktur pada ekstrimitas bawah,
dan tidak ada kekakuan sandi. Terpasang infus di tangan kiri NaCl:
8 tpm
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hasil lab UL : Albumin (+), Natrium urine 100 mEq/L,
b. Hasil lab DL : Hb 8 gr/dL
c. Hasil lab fungsi ginjal : BUN 22 mg/dL, Creatinin 2 mg/dL
d. Hasil lab elektrolit : Na 120 mEq/L, K 6,5 mEq/L

26
II. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 DS : Respon inflamasi Hipertermi
Keluarga mengatakan
anaknya demam
Aktivasi hipotalamus
DO :
(thermoregulator)
 Kulit terasa hangat
 S : 38,00C

Demam

Hipertermi

2 DS : Sekresi protein Defisit nutrisi


 Keluarga mengatakan terganggu
anak makan hanya ¼
porsi makanan karena
syndrome uremia
sering merasa mual
dan muntah. Nafsu
makan menurun
Gangguan
 Pasien mengatakan
keseimbangan
kenyang setelah
As.basa
makan
DO :
Produksi asam
 BB mengalami
meningkat
penurunan sebelum
sakit 25,8 kg saat
dilakukan pengkajian Nausea, vomitus
BB : 22 kg
 Mukosa pucat
 Albumin : 2.20 Defisit nutrisi

27
3 DS: Pembentukan Gangguan
 Pasien mengatakan kompleks eliminasi urine
sering buang air kecil antigenantibodi
tapi sedikit di malam dalam dinding
hari (nokturia) dan kapiler
kadang bercampur
darah
Enzim lisosom
 Selalu merasa haus
merusak membran
DO:
dasar glomerular
 Natrium urine 100
mEq/L
 Hb 8 gr/dL
Eritrosit bermigrasi
 BUN 22 mg/dL,
melalui dinding sel
 Creatinin 2 mg/dL
yang rusak

Manifestasi
hematuria

Perubahan eliminasi

Gangguan eliminasi
urine

28
III. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan keluarga mengatakan anaknya demam, kulit pasien terasa hangat,
suhu 38,00C
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien dibuktikan dengan keluarga mengatakan anak hanya makan ¼
porsi, mengatakan kenyang setelah makan, mual muntah (+), berat badan
sebelum sakit 25,8 kg saat dikaji berat badan 22 kg, mukosa pucat,
albumin 2.20.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih
dibuktikan pasien sering buang air kecil tapi sedikit di malam hari
(nokturia) dan kadang bercampur darah, selalu merasa haus, Natrium urine
100 mEq/L, BUN 22 mg/dL, Creatinin 2 mg/dL.

29
IV. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SLKI) (SIKI)
1. Hipertermia Luaran Utama: Termoregulasi Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hipertermia Hipertermia
proses penyakit selama 3 x 24 jam termoregulasi Observasi Observasi
(infeksi) membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Mengetahui penyebab
1. Mengigil menurun (mis. dehidrasi, terpapar hipertermia pada pasien
2. Kulit merah menurun lingkungan panas, pengguanaan
3. Suhu tubuh membaik inkubator)
4. Suhu kulit membaik 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui suhu tubuh pada
5. Tekanan darah membaik pasien
3. Monitor komplikasi akibat 3. Mengetahui komplikasi
hipertermia hipertermia pada pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Longgarkan atau lepaskan pakaian 1. Membantu mempermudah
penguapan panas
2. Berikan cairan oral 2. Mencegah terjadinya

31
dehidrasi sewaktu panas
3. Lakukan pendinginan eksternal 3. Mempercepat dalam
(mis. selimut hipotermia atau penurunan produksi panas
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan tirah baring 1. Mencegah terjadinya
komplikasi dan mempercepat
proses penyembuhan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan 1. Memperbaiki atau mencegah
elektrolit intravena ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
2. Defisit nutrisi Luaran Utama: Status Nutrisi Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrisi Nutrisi
ketidakmampuan selama 3 x 24 jam status nutrisi Observasi Observasi
mengabsorbsi nutrien membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan pasien
meningkat 2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Meningkatkan asupan makan

32
2. Serum albumin meningkat pasien
3. Frekuensi makan membaik 3. Monitor asupan makanan 3. Mengetahui perkembangan
4. Nafsu makan membaik nutrisi pasien
5. Membran mukosa membaik Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Mencegah mual
makan, jika perlu 2. Meningkatkan nafsu makan
2. Sajikan makanan secara menarik pasien
dan suhu yang sesuai
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Posisi nyaman pasien dan
mampu meningkatkan nafsu makan
2. Ajarkan diet yang diprogramkan 2. Pemberian nutrisi yang
sesuai dengan pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 1. Menyesuaikan nutrisi dengan
menentukan jumlah kalori dan kebutuhan pasien
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu

33
3. Gangguan eliminasi Luaran Utama: Eliminasi Urine Intervensi Utama: Manajemen Intervensi Utama: Manajemen
urine berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Eliminasi Urine Eliminasi Urine
dengan iritasi kandung selama 3 x 24 jam eliminasi urine Observasi Observasi
kemih membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Mengetahui gangguan yang
1. Sensasi berkemih meningkat retensi atau inkontinensia urine terjadi pada pasein
2. Frekuensi BAK membaik 2. Monitor eliminasi urine (mis. 2. Mengetahui karateristik urine
3. Karakteristik urine membaik Frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Terapeutik Terapeutik
1. Batasi asupan cairan, jika perlu 1. Mencegah terjadinya edema
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui tanda dan gejala
saluran kemih infeksi saluran kemih
2. Anjurkan mengukur asupan cairan 2. Mengetahui keseimbangan
dan haluaran urine cairan pada pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1. Melancarkan berkemih
supositoria uretra, jika perlu

34
V. Implementasi Keperawatan
No. Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi TTD
Dx
1. 01 – 09 – 2019 1 10.00 Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. DS: Keluarga pasien mengatakan
WITA dehidrasi, terpapar lingkungan panas, anaknya panas dan dehidrasi
pengguanaan inkubator) DO: Pasien tampak lemas, badan teraba
hangat, Suhu: 38.0º C
2. 01 – 09 – 2019 1 10.10 Memonitor suhu tubuh DS: Keluarga pasien mengatakan
WITA anaknya panas dan dehidrasi
DO : TD: 130/100mmHg, RR: 22
x/menit, N: 92 x/menit, suhu 38.0º C
3. 01 – 09 – 2019 10.15 Memonitor komplikasi akibat hipertermia DS: -
WITA DO: Tidak ada komplikasi yang terjadi
pada pasien
4. 01 – 09 – 2019 2 10.20 Mengidentifikasi status nutrisi DS: Pasien mengatakan merasa mual
WITA DO: Pasien tampak lemas, BB 22 kg
5. 01 – 09 – 2019 2 10.25 Mengidentifikasi makanan yang disukai DS: Keluarga pasien mengatakan pasein
WITA suka makan daging ayam
DO: Pasien tampak lemas

19
6. 01 – 09 – 2019 2 10.35 Memonitor asupan makanan DS: Keluarga mengatakan pasien makan
WITA hanya ¼ porsi makanan karena
merasa mual-mual dan muntah
DO: Pasien tampak lemas
7. 01 – 09 – 2019 3 10.45 Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau DS: Keluarga pasien mengatakan pasien
WITA inkontinensia urine sering buang air kecil tapi sedikit di
malam hari (nokturia) dan kadang
bercampur darah
DO: Pasien tampak lemas, Natrium urine
100 mEq/L, Hb 8 gr/dL, BUN 22
mg/dL, Creatinin 2 mg/dL

8. 01 – 09 – 2019 3 11.00 Memonitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, DS: -


WITA konsistensi, aroma, volume, dan warna) DO: Frekuensi 8-10 kali sehari, urine
keruh kadang bercampur darah, bau
khas urine, volume urine 50-100
ml/24 jam warna kuning keruh
9. 01 – 09 – 2019 1 11.20 Melongggarkan atau lepaskan pakaian DS: -

20
WITA DO: Pasien tampak mau dilonggarkan
10.pakaiannya, pasien kooperatif
10. 01 – 09 – 2019 1 11.40 Memberikan cairan oral DS: Pasien mengatakan mau minum
WITA sedikit
DO: Pasien tampak kooperatif
11. 01 – 09 – 2019 1 12.00 Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut DS: -
WITA hipotermia atau kompres dingin pada dahi, DO: Pasien tampak menggunakan
leher, dada, abdomen, aksila) selimut
12. 01 – 09 – 2019 2 12.15 Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika DS: -
WITA perlu DO: Pasien tampak tidak mau melakukan
oral hygiene karena lemas dan mual
13. 01 – 09 – 2019 2 13.00 Menyajikan makanan secara menarik dan suhu DS: -
WITA yang sesuai DO: Makanan disajikan dalam keadaan
yang hangat
14. 01 – 09 – 2019 3 13.15 Membatasi asupan cairan, jika perlu DS: -
WITA DO: Pasien tampak minum sedikit
15. 01 – 09 – 2019 1 13.30 Mengajarkan tirah baring DS:
WITA DO: Pasien tampak kooperatif

21
16. 01 – 09 – 2019 1 14.00 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit DS: -
WITA intravena DO: Pasien dipasang infus di tangan kiri
NaCl 8 tpm
17. 02 – 09 – 2019 1 09.00 Memonitor suhu tubuh DS: Pasien mengatakan tubuhnya masih
WITA panas
DO: Pasien tampak pucat, tubuh teraba
hangat, mukosa bibir kering, suhu
37,8º C, TD: 120/90 mmHg, N: 90
x/menit, RR: 22 x/mnt
18. 02 – 09 – 2019 2 09.15 Mengidentifikasi status nutrisi DS: Pasien mengatakan masih merasa
WITA mual saat makan
DO: Pasien tampak lemas, nafsu makan
meningkat BB 22 kg
19. 02 – 09 – 2019 2 09.30 Memonitor asupan makanan DS: Pasien mengatakan mual saat makan
WITA DO: Pasien tampak menghabiskan ½
porsi makanan
20. 02 – 09 – 2019 3 10.00 Memonitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, DS: -
WITA konsistensi, aroma, volume, dan warna) DO: Pasien BAK 6 – 10 kali sehari, urine
encer, bau khas urine, volume urine

22
50-100 ml/24 jam warna kuning
keruh
21. 02 – 09 – 2019 1 10.15 Melongggarkan atau lepaskan pakaian DS: -
WITA DO: Pasien kooperatif
22. 02 – 09 – 2019 3 11.00 Menganjurkan mengukur asupan cairan dan DS: -
WITA haluaran urine DO: Pasien tampak minum ± 1000 –
1500 ml, BAK 50 ml
23. 02 – 09 – 2019 1 12.00 Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut DS: -
WITA hipotermia atau kompres dingin pada dahi, DO: Pasien kooperatif, pasien tampak
leher, dada, abdomen, aksila) menggunakan selimut
24. 02 – 09 – 2019 2 12.15 Menyajikan makanan secara menarik dan suhu DS; -
WITA yang sesuai DO: Pasien tampak lemas, makanan
disajikan dalam suhu hangat
25. 02 – 09 – 2019 1 13. 30 Mengajarkan tirah baring DS: -
WITA DO: Pasien kooperatif
26. 02 – 09 – 2019 1 14.00 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit DS: -
WITA intravena DO: Pasien terpasang infus di tangan kiri,
terpasang NaCl 8 tpm

23
27. 03 – 09 – 2019 1 10.00 Memonitor suhu tubuh DS: Keluarga pasien mengatakan
WITA anaknya tidak demam lagi
DO: Pasien tampak sedikit lemas, badan
tidak teraba panas, membran mukosa
membaik, suhu 37,2ºC, TD: 120/80
mmHg, N: 90 x/mnt, RR: 22 x/mnt
28. 03 – 09 – 2019 2 10.15 Mengidentifikasi status nutrisi DS: Pasien mengatakan mual berkurang
WITA DO: Pasien tampak sedikit lemas, nafsu
makan meningkat, BB 22, 5 kg
29. 03 – 09 – 2019 2 10.30 Memonitor asupan makanan DS: Pasien mengatakan mual berkurang
WITA DO: Pasien mampu menghabiskan 1
porsi makanan
30. 03 – 09 – 2019 3 11.00 Memonitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, DS:-
WITA konsistensi, aroma, volume, dan warna) DO: Pasien BAK 4 – 6 kali sehari, urine
encer, bau khas urine, volume urine
200 – 300 ml/24 jam warna kuning
31. 03 – 09 – 2019 1 11.30 Melongggarkan atau lepaskan pakaian DS: -
WITA DO: Pasien kooperatif
32. 03 – 09 – 2019 1 12.00 Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut DS: -

24
WITA hipotermia atau kompres dingin pada dahi, DO: Pasien tampak menggunakan
leher, dada, abdomen, aksila) selimut
33. 03 – 09 – 2019 2 12.15 Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika DS: -
WITA perlu DO: Pasien tampak melakukan oral
hygiene
34. 03 – 09 – 2019 2 12.30 Menyajikan makanan secara menarik dan suhu DS: -
WITA yang sesuai DO: Makanan disajikan dalam suhu
hangat
35. 03 – 09 – 2019 1 14.00 Mengajarkan tirah baring DS: -
WITA DO: Pasien kooperatif
36. 04 – 09 – 2019 1 09.00 Memonitor suhu tubuh DS: Keluarga pasien mengatakan
WITA anaknya tidak demam lagi
DO: Pasien tampak membaik, mukosa
bibir membaik, tidak teraba panas,
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/mnt, RR: 22 x/mnt, Suhu: 36.5ºC
37. 04 – 09 – 2019 2 09.30 Mengidentifikasi status nutrisi DS: Pasien mengatakan tidak mual lagi
WITA DO: Pasien tampak membaik, membran
mukosa membaik, nafsu makan

25
meningkat, BB 22.6 kg
38. 04 – 09 – 2019 2 09.45 Memonitor asupan makanan DS: Pasien mengatakan tidak mual lagi
WITA DO: Pasien mampu menghabiskan 1
porsi makanan
39. 04 – 09 – 2019 3 10.00 Memonitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, DS: Pasien mengatakan ingin banyak
WITA konsistensi, aroma, volume, dan warna) minum
DO: Pasien BAK 4 – 6 kali sehari, urine
encer, bau khas urine, volume urine
500 - 600 ml/24 jam warna kuning
jernih
40. 04 – 09 – 2019 1 10.30 Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut DS: -
WITA hipotermia atau kompres dingin pada dahi, DO: Pasien tampak menggunakan
leher, dada, abdomen, aksila) selimut
41. 04 – 09 – 2019 2 11.00 Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika DS: -
WITA perlu DO: Pasien kooperatif
42. 04 – 09 – 2019 2 12.00 Menyajikan makanan secara menarik dan suhu DS:-
WITA yang sesuai DO: Makanan disajikan dalam suhu
hangat

26
43. 04 – 09 – 2019 1 12.15 Mengajarkan tirah baring DS: -
WITA DO: Pasien kooperatif
44. 04 – 09 – 2019 3 12.30 Mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran DS: -
WITA kemih DO: Tidak terdapat tanda dan gejala
infeksi
45. 04 – 09 – 2019 3 13.00 Menganjurkan mengukur asupan cairan dan DS: Pasien mengatakan ingin minum
WITA haluaran urine DO: Pasien minum ±1000 – 2000 ml
sehari, BAK 500 – 600 cc per hari

27
VI. Evaluasi Keperawatan
Tanggal No. Evaluasi Paraf
Dx
04/09/2019 1 S: Keluarga pasien mengatakan anaknya sudah tidak
demam lagi
O: Pasien tampak membaik, mukosa bibir membaik,
tidak teraba panas, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90
x/mnt, RR: 22 x/mnt, Suhu: 36.5ºC
A: Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
04/09/2019 2 S: Pasien mengatakan tidak mual lagi
O: Pasien tampak membaik, membran mukosa
membaik, nafsu makan meningkat, pasien mampu
menghabiskan 1 porsi makanannya, BB 22.6 kg,
A: Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
04/09/2019 3 S: Pasien mengatakan ingin minum
O: Pasien tampak membaik, pasien BAK 4 – 6 kali
sehari, urine encer, bau khas urine, volume urine
500 - 600 ml/24 jam warna kuning jernih
A: Tujuan tercapai, Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien

28
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi peradangan yang
lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya
hematuria dan proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul
beberapa tahun setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai
oleh hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan.
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus, istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu, pemberian penisilin pada fase akut, Pengaturan dalam pemberian cairan
(perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit) , pengobatan terhadap
hipertensi, diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, bila
tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, penulis perlu bimbingan dari dosen pembimbing maupun
pembaca untuk kesempurnaan dari makalah ini.

29
DAFTAR PUSTAKA
Baradero M, Dayrit W, Siswadi Y. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
Dinarti dkk. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Kozier. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Sowden, Linda. 2002. Buku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai