Anda di halaman 1dari 13

ANTI KEKERASAN SEKSUAL

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Projek


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengempu :
Nur Aksin S.Ag., M.SI.

Disusun Oleh :
Abhsal Seta Anggara (23230254)
Khoirul Anam (23230255)
Merlangga Wicaksana (23230256)
M. Alang Mu’taman (23230257)
Bayu Fatkhurokhis (23230258)
Puji Nur Cahyati (23230259)
Lalu Muhammad Yazid (23230260)
Muhammad Ibnu Rafi’ (23230267)
Maulana Fillah (23230263)
Asyif Falih Aleandro (23230266)
Alif Ahmad Saputra (23230261)
Ade Ayu Shafira (23230265)
Cecelya Febe R (23230264)
Faiz khairan zidny (23230262)
Wasis Budiman Satria (23230268)
Afif wahyu setiawan ( 23230269 )
Tegar Aryo s ( 23230273)
M Rizki Aditya (23230274)
Bustana Daniel (23230270)
Ahmad Agung khikmatulloh ( 23230272 )
Afdal Aditya Danardi ( 23230271)

PUSAT PENGEMBANGAN MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya Laporan Penelitian ini. Berkat rahmat dan anugrah Tuhan Yang Maha Pemurah,
kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan baik.

Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas projek A4 untuk mata kuliah umum
Pendidikan Agama Islam , yang berjudul “Anti Kekerasan Seksual” dengan dosen pengampu
Nur Aksin S.Ag., M.SI. Terimakasih kepada anggota kelompok kami yang telah
berkonstribusi dalam bentuk pikiran atau materi dalam menyelesaikan Laporan penelitian ini.
Kami berharap Laporan penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu alternatif yang dapat
berfungsi untuk mempermudah pembaca dalam mempalajari tentang Anti kekerasan seksual
di pondok pesantren.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan


penelitian ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu kami
sangat amat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Laporan Penelitian ini.

Semarang, 21 Desember 2023

Anggota Kelompok 7,8,9


DAFTAR ISI

ANTI KEKERASAN SEKSUAL DI PONDOK PESANTREN ADDAINURIYAH 2....................4


A. LOKASI PENELITIAN..........................................................................................................4
B. SUMBER DATA......................................................................................................................4
C. HASIL WAWANCARA...........................................................................................................4
D. HASIL PENELITIAN.............................................................................................................7
1. Situasi Dan Kondisi Kekerasan Seksual di Pondok Pesantrren Addainuriah2..............7
2. Peran Para Santri/Santriwati dan Pengurus Pondok Dalam Mendukung Gerakan Anti
Kekerasan Seksual di Lingkungan Pondok Pesantren.............................................................7
3. Kegiatan Dan Kebijakan Yang Diterapkan Dalam Upaya Anti Kekerasan Seksual Di
Lingkungan Pondok Pesantren Addainuriah 2.........................................................................8
4. Tantangan Dan Hambatan Dalam Melakukan Pencegahan Kekerasan Seksual Di
Pondok Pesantren Addainuriah 2...............................................................................................9
5. Korelasi Implementasi Anti Kekerasan Seksual Dengan Mata Kuliah...........................9
E. KESIMPULAN......................................................................................................................10
F. SARAN...................................................................................................................................10
G. LAMPIRAN.......................................................................................................................11
ANTI KEKERASAN SEKSUAL DI PONDOK PESANTREN ADDAINURIYAH 2

A. LOKASI PENELITIAN
Pondok Pesantren Addainuriah 2

B. SUMBER DATA
Sumber data dari penelitian ini meliputi:
1. Wawancara Santri
2. Wawancara Pengurus Pondok
3. Observasi

C. HASIL WAWANCARA
 Wawancara dilakukan di lingkungan ponpes Addainuriah 2, pada hari Rabu 20
desember 2023, sekitar pukul 12.00
Nama : Muhammad sabit mumtaz
Jenis Kelamin : Laki-laki
Selaku Pengurus Ponpes
 Apakah bapak tau ataupun pernah mendengar apa itu kekerasan seksual?
Jawab: Iya tau dan pernah mendengar
 Pelecehan apa saja yang menurut bapak sering terjadi dilingkungan
sekitar?
Jawab: Kalau menurut saya yang sering terjadi ya kayak memegang tangan
dengan sengaja atau tidak sengaja, atau menyentuh seseorang
 Bagaimana cara mendukung dan mempercayai korban kekerasan seksual
dalam proses penyembuhan dan pemulihan mereka?
Jawab: Saya juga kurang tahu si, tapi kalau menurut saya tinggal dukung
aja, beri kata kata positip buat membantu orangnya
 Apa yang akan anda lakukan saat menyaksikan atau mengalami kekerasan
seksual?
Jawab: Kalau menyaksikan si belom pernah, tapi kalau saya mengalami
mungkin saya akan melaporkannya dan saat saya menyaksikannya saya
akan melaporkannya juga
 Bagaimana pentingnya melibatkan pria dalam langkah langkah
pencegahan kasus kekerasan seksual?
Jawab: Mungkin karena pria agar lebih bisa melindungi
 Apa pesan atau saran yang ingin anda sampaikan kepada korban kekerasan
seksual?
 Jawab: Tetap bersemangat dan jangan menyerah, jangan putus asa lebih
baik lagi kedepannya

 Wawancara dilakukan di lingkungan ponpes Addainuriah 2, pada hari Rabu 20


desember 2023, sekitar pukul 11.15
Nama : Faizal Ridwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Selaku Pengurus Ponpes
 Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi prevalensi seks bebas dalam
budaya modern?
Jawab : Faktor faktor yang mempengaruhi terutama di daerah pondok
terutama dipondok modern yang memperbolehkan membawa hp , nah hp
tersebut juga punya sisi positif dan juga sisi negative. Dan untuk pondok
modern faktor seksual untuk sesama jenis itu jarang namun jika pondok
salaf atau pondok yang cenderung kerkurung itu malah bisa dapat terjadi
karena kurangnya liburan.
 Bagaimana cara pendekatan kesehatan masyarakat dapat mengurangi
risiko dan konsekuensi negatif dari perilaku seks bebas?
Jawab : Menanamkan kepada anak anak kita tentang akidah akidah , agar
adanya pondasi sejak dini . Jika anak sudah dibekali pondasi anak dapat
dimasukkan kepondok pesantren agar dapat menambah wawasan yang
lebih luas . Dan ketika seorang anak sudah mempunyai pondasi agama ,
dia sudah tidak ada terpengaruhi oleh hal apapun itu .
 Apa dampak psikologis dari keterlibatan dalam seks bebas pada individu
dan hubungan interpersonal mereka?
Jawab : Dampaknya adalah kecanduan , membuat seseorang itu
melakukan hal yang tidak baik seperti halnya mencuri . Untuk pemikiran
kurang terbuka karena dia berpenjuru kepada hal hal yang tersebut
 Wawancara dilakukan di lingkungan ponpes Addainuriah 2, pada hari selasa,
19 desember 2023, sekitar pukul 15.00
Nama : Wardai
Jenis Kelamin : Laki-laki
Selaku Pengurus Ponpes
 Apa saja faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual?
Jawab: Secara umum, penyebabnya karena ada keinginan kuat dari pelaku,
kesempatan, serta stimulus dari korban yang memancing dorongan untuk
melakukan tindakan pelecehan.
 Seperti apa contoh perilaku pelecehan seksual?
Jawab: Beberapa contoh perilaku pelecehan seksual antara lain main mata
atau pandangan mengarah ke seluruh tubuh, siulan nakal, meraba tubuh,
memaksa berhubungan seksual, melontarkan gurauan bernada porno
 Bagaimana cara mencegah pelecehan seksual?
Jawab: Cara mencegah pelecehan seksual yaitu menghindari obrolan yang
berbau porno, hindari tempat berbahaya, jangan mudah percaya, bersikap
tegas, percaya diri, siapkan alat perlindungan diri, dan beri batasan dalam
berkomunikasi sehingga tidak mengarah pada obrolan tak senonoh.
 Wawancara dilakukan di lingkungan ponpes Addainuriah 2, pada hari senin,
25 desember 2023, sekitar pukul 15.00
Nama : Azida
Jenis Kelamin : Perempuan
Selaku Pengurus Santri
 Sebenernya sudah pernahkah kasus kekerasan sexsual ini terjadi di pondok
pesantren ?
Jawab : Nah, untuk kasus kekerasan seksual ini Alhamdulillah belum
pernah terjadi dipondok pesantren ini mbk
 Nah karena mbk azida Sebagai seorang santri hal apa yang dapat mas
lakukan guna untuk mencegah terjadinya kekerasan sexsual dilingkungan
pondok pesantren?
Jawab : Mentaati peraturan peraturan pondok karena peraturan kan tidak
mungkin menjerumuskan ke hal yang negatif , dengan tanda kutip
peraturan itu baik untuk santrinya., kemudian memilih teman yang baik ,
karena teman yang baik tidak mungkin menjerumuskan kita dalam yang
hal yang tidak baik , dan terus meningkatkan ibadah
 Hambatan apa yang kemungkinan terjadi untuk penanganan kasus
kekerasan seksual ini ?
Jawab : Mungkin karean seseorang yang mengalami terjadi pelecehan
adalah sosok yang tidak suka bergaul , dia tidak terbuka dengan ustazan
dan pengurus

D. HASIL PENELITIAN
1. Situasi Dan Kondisi Kekerasan Seksual di Pondok Pesantrren Addainuriah2
Situasi dan kondisi kasus kekerasan seksual di lingkungan pondok pesanten
Addainuriah 2 dapat dikatakan aman, tetapi juga tidak menutup kemungkinan pernah
terjadi tindakan kekerasan seksual. Dengan adanya Gerakan anti kekerasan seksual,
dapat membuat para santri juga ikut terlibat dalam pencegahan kekerasan seksual di
pondok pesantren.

2. Peran Para Santri/Santriwati dan Pengurus Pondok Dalam Mendukung


Gerakan Anti Kekerasan Seksual di Lingkungan Pondok Pesantren
Peran para Santri/Santriwati serta pengurus pondok dalam mencegah adanya
kasus kekerasan seksual di lingkungan pondok diantaranya:
 Memberikan pendidikan dan kesadaran kepada seluruh anggota pondok
tentang pentingnya menghormati hak-hak individu, termasuk hak untuk bebas
dari kekerasan seksual. Mereka dapat mengadakan ceramah, diskusi, atau
pelatihan yang membahas isu-isu kekerasan seksual dan cara mencegahnya.
 Pengurus pondok dapat berperan dalam mengembangkan kebijakan yang
melindungi santri/santriwati dari kekerasan seksual. Kebijakan ini dapat
mencakup prosedur pelaporan, penanganan kasus, dan sanksi bagi pelaku
kekerasan seksual. Para santri/santriwati juga dapat berpartisipasi dalam
proses pembentukan kebijakan ini melalui diskusi dan konsultasi.
 Para pengurus pondok memiliki tanggung jawab untuk memastikan keamanan
dan perlindungan para santri/santriwati. Dilakukan pengawasan yang ketat
terhadap kegiatan di pondok, termasuk mengawasi interaksi antara santri dan
staf pondok. Jika ada indikasi kekerasan seksual, harus segera mengambil
tindakan untuk melindungi korban dan menghentikan pelaku.
 Para pengurus pondok dapat menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan
khusus bagi santri tentang hak-hak mereka, batasan-batasan yang harus dijaga
dalam hubungan antar pribadi, dan cara melaporkan kekerasan seksual.
Pelatihan ini dapat membantu santri/santriwati untuk lebih peka terhadap
tanda-tanda kekerasan seksual dan memberikan mereka keterampilan untuk
melindungi diri sendiri dan orang lain.
 Para santri/santriwati dan pengurus pondok dapat memberikan dukungan dan
pendampingan kepada korban kekerasan seksual. Mereka dapat menjadi
pendengar yang empati, memberikan dukungan moral, dan membantu korban
untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang.
 Dengan melibatkan semua pihak dalam pondok pesantren, termasuk para
santri dan pengurus pondok, gerakan anti kekerasan seksual dapat menjadi
lebih efektif dan berkelanjutan. Penting untuk menciptakan lingkungan yang
aman dan mendukung bagi semua individu di pondok pesantren.

3. Kegiatan Dan Kebijakan Yang Diterapkan Dalam Upaya Anti Kekerasan


Seksual Di Lingkungan Pondok Pesantren Addainuriah 2
Untuk menjalankan upaya anti kekerasan seksual di lingkungan pondok
pesantren, beberapa kegiatan dan kebijakan dapat diterapkan:
 Mengadakan sesi edukasi dan pelatihan rutin untuk semua anggota
pondok pesantren, termasuk santri, pengurus, dan staf. Menyertakan materi
tentang kekerasan seksual, dampaknya, dan cara mencegahnya dalam
kurikulum pendidikan.
 Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan di lingkungan pondok,
termasuk ruang kelas, asrama, dan area umum.
 Memastikan keberadaan pengawasan yang memadai terhadap interaksi
antara santri, pengurus, dan staf.
 Mengembangkan kebijakan formal yang secara tegas menentang
kekerasan seksual di pondok pesantren.
 Menyertakan prosedur pelaporan yang jelas dan mekanisme penanganan
kasus kekerasan seksual.
4. Tantangan Dan Hambatan Dalam Melakukan Pencegahan Kekerasan
Seksual Di Pondok Pesantren Addainuriah 2
 Kekerasan seksual seringkali masih dianggap sebagai topik tabu dan sulit
untuk dibicarakan secara terbuka. Korban mungkin merasa malu atau takut
untuk melaporkan kejadian tersebut karena takut dihakimi atau diucilkan oleh
masyarakat atau komunitas pondok pesantren.
 Struktur kekuasaan dan hierarki yang kuat di pondok pesantren dapat menjadi
hambatan dalam melaporkan dan menangani kasus kekerasan seksual. Korban
mungkin merasa takut melaporkan pelaku yang memiliki posisi atau pengaruh
yang kuat di pondok pesantren.
 Kurangnya sistem yang jelas untuk melaporkan dan menangani kasus
kekerasan seksual dapat menghambat upaya pencegahan. Tanpa prosedur yang
jelas, korban mungkin merasa tidak yakin atau tidak aman untuk melaporkan
kejadian tersebut.
 Beberapa anggota pondok pesantren mungkin tidak memiliki pemahaman
yang memadai tentang kekerasan seksual dan dampaknya. Kurangnya
kesadaran ini dapat menghambat upaya pencegahan karena mungkin sulit
untuk mengubah perilaku dan sikap yang tidak sesuai

5. Korelasi Implementasi Anti Kekerasan Seksual Dengan Mata Kuliah


Korelasi antara implementasi anti kekerasan seksual dengan mata kuliah
pendidikan agama Islam dapat terjadi melalui pendekatan yang mempromosikan
nilai-nilai Islam yang mendorong penghormatan, kesetaraan, dan perlindungan
terhadap hak-hak individu. Namun, penting untuk memastikan bahwa pendidikan
agama Islam melengkapi dengan pendidikan seksual yang komprehensif dan
inklusif untuk mengatasi isu-isu kekerasan seksual secara efektif.
Pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam membentuk nilai-nilai
moral dan etika dalam masyarakat Muslim. Dalam konteks ini, implementasi anti
kekerasan seksual dapat menjadi bagian dari pendidikan agama Islam dengan
mengajarkan prinsip-prinsip Islam yang mendorong penghormatan, kesetaraan,
dan perlindungan terhadap hak-hak individu, termasuk hak-hak perempuan.
Pendidikan agama Islam dapat mengajarkan konsep-konsep seperti kesucian
tubuh, penghormatan terhadap privasi, dan pentingnya persetujuan dalam
hubungan antar individu. Dengan demikian, pendidikan agama Islam dapat
berperan dalam membentuk sikap yang menentang kekerasan seksual dan
mempromosikan kesadaran akan pentingnya menghormati dan melindungi hak-
hak individu.

E. KESIMPULAN
Maraknya kasus kekerasan seksual di masa kini merupakam hal yang harus segera
ditangani dan ditindak lanjuti, banyaknya berita tentang kekerasan seksual dikalangan
pondok pesantren, sekolah dan juga tempat umum lainnya, membuktikan bahwa kurangnya
kesadaran moral serta norma pelaku. Kasus kekerasan seksual ini juga terjadi akibat dari
kurangnya kesadaran Masyarakat tentang dampak dari kasus kekerasan seksual tersebut.
Dengan hal tersebut kekerasan seksual semakin banyak terjadi dan mungkin tanpa disadari
oleh pelaku itu sendiri maupun korbannya.

F. SARAN
Dengan itu para santri/santriwati dan pengurus pondok pesantren juga dapat berperan
untuk mencegah adanya kekerasan serta memberi dukungan kepada korban, pencegahan
kasus kekerasan seksual dapat dimulai dari diri sendiri, mulai dari cara berpakaian, tidak
terlalu percaya terhadap orang asing, menanamkan prinsip mendahulukan izin dalam
bertindak, dll.

Selain itu system peradilan juga seharusnya memastikan bahwa pelaku kekerasan seksual
dihukum dengan tegas dan adil. Pendidikan seksual komprehensif juga penting untuk
mengenalkan Pendidikan seksual yang kompherensif di sekolah, kampus maupun di dalam
keluarga.
G. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai