Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN

ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 105
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

Ariyano a, Apri Wiyono b*, Rifqi Rahmadiansyah a, Rani Anggrainy c, Dibyo Setiawand, Zeqy Zulhaqy e
a
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No 229 Bandung 40154, Indonesia
b
Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No 229 Bandung 40154, Indonesia
c
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka Timur, Jakarta 13220, Indonesia
d
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir, Ciwaruga, Parongpong, Bandung Barat, Jawa Barat 40559 , Indonesia
e
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi no 229 Bandung 40154, Indonesia
*apri.wiyono@upi.edu

ABSTRACT
Almost all households in Indonesia use a refrigerator as a place to store food that is more
durable. But behind these needs, refrigerators are identified as one of the household appliances
that use high electrical energy. Therefore, this study aims to examine the use of Tube in Tube
Heat Exchanger (TiTHX) with refrigerant R290 in the refrigerator system to reduce household
electricity consumption. This research was conducted experimentally by varying the 3 diameter KEYWORDS
ratios on TiTHX. The results showed that the use of TiTHX with the most optimum value was Heat Exchanger;
obtained at the variation diameter ¼ : ½ increasing refrigerator performance by 3.7%. and also Performance; R290;
reduce the consumption of electricity costs up to Rp17,544.44 per month. This is because the Refrigerator; Tube in Tube
difference between the evaporation pressure and condensation pressure is smaller in systems
using TiTHX which then results in lower compression work.

ABSTRAK
Hampir semua rumah tangga di Indonesia menggunakan kulkas sebagai tempat menyimpan
makanan yang lebih tahan lama. Namun dibalik kebutuhan tersebut, kulkas diidentifikasi
sebagai salah satu peralatan rumah tangga yang menggunakan energi listrik tinggi. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan tube in tube heat exchanger
(TiTHX) dengan refrigerant R290 pada sistem kulkas untuk mengurangi konsumsi listrik rumah KEYWORDS
tangga. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan memvariasikan rasio diameter 3 CoP; Kulkas; Penukar kalor ;
pada TiTHX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TiTHX dengan nilai paling R290; Tabung dalam tabung
optimum diperoleh pada variasi diameter 1/4 : 1/2 sehingga meningkatkan kinerja kulkas
sebesar 3,7%. dan juga mengurangi konsumsi biaya listrik hingga Rp17.544,44 per bulan. Hal
ini dikarenakan perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan kondensasi lebih kecil pada
sistem yang menggunakan TiTHX yang kemudian menghasilkan kerja kompresi yang lebih
rendah.

This is an open-access article under the CC–BY-SA license

NOMENKLATUR
CoP Coefficient of performance
GWP Global warning potential
HFC Hidrofluorokarbon
kWh Kilowatt hour
ODP Ozone Depleting Potensial
POE Polyol ester
RE Refrigerant Efek (Efek Refregrasi)
TiTHX Tube in tube heat exchanger
TTL Tarif Tenaga Listrik
WK Work Compression Pendahuluan 1.
CFC Chlorofluorocarbon Pada zaman sekarang kebutuhan
manusia semakin beragam. Manusia
membutuhkan alat yang dapat menyimpan makanan lebih tahan lama. Untuk mengatasi
masalah mengenai penyimpanan makanan yang lebih tahan lama, hampir seluruh rumah tangga
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 106
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

di Indonesia menggunakan refrigerator. Tetapi dibalik kebutuhan, lemari pendingin/refrigerator


diidentifikasikan sebagai salah satu pemakan energi terbesar peralatan rumah tangga di
lingkungan rumah tangga. Rata-rata konsumsi listrik refrigerator di rumah tangga adalah
sebesar 1,55 kWh/hari. Hal ini menunjukan bahwa refrigerator/lemari pendingin memakan
konsumsi listrik yang cukup banyak [1].
Untuk mengurangi konsumsi listrik pada mesin pendingin cara yang dapat dilakukan adalah
dengan ditambahkan heat exchanger. Penggunaan heat exchanger pada refrigerator dapat
meringankan kerja kompresor. Salah satu cara yang dilakukan untuk membuat heat excanger
adalah dengan menggabungkan suction line dengan liquid line dengan menggunaan prinsip
tube in tube heat exchanger (TiTHX).
Tube in tube heat exchanger sudah banyak dipelajari oleh peneliti. Antara lain, karakteristik
perpindahan panas pada tube in tube heat exchanger untuk R1234yf dan R134a [2].
Perbandingan penggunaan suction liquid heat exchanger dan tube in tube heat exchanger pada
refrigerator [3]. Helically coiled concentric tube-in-tube heat exchanger dengan menggunakan
diameter dalam 9.52mm sedangkan diameter luar 23.2 mm dan dengan menggunakan
refrigerant R-134a [4]. Penelitian yang dilakukan pada umumya menggunakan refrigerant
sintetis dan juga hanya menggunakan 1 perbandingan diameter pada tube in tube heat
exchanger.
Refrigerant yang banyak digunakan pada refrigerator pada saat ini adalah R134A. Sesuai
dengan protokol Kyoto untuk konvensi kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
perubahan iklim, emisi khusus dari refrigerant hidrofluorokarbon (HFC) perlu dikurangi.
Banyak negara berkembang masih menggunakan R134a (HFC) dalam perangkat pendingin
karena biaya rendah dan sifat termodinamika serta termofisika yang sangat baik. Selain itu,
perlindungan terhadap kehilangan spesifik R134a oleh perangkat pendingin secara serius tidak
dapat dicapai dengan mudah dan kebocoran refrigerant HFC memberikan kontribusi besar
terhadap pemanasan global [5].
Sebagai pencegahan untuk menangani penipisan lapisan ozon dan pemanasan global yang
disebabkan oleh refrigerant sintetis, refrigerant alami sedang dipromosikan sebagai refrigerant
yang ramah lingungan. Salah satu refrigerant alami yaitu refrigerant R290. Propana (R290)
adalah salah satu refrigerant yang dapat menggantikan refrigerant R123A sebagai refrigerant
yang telah digunakan sejak lama. R290 (propana) memperoleh hasil terbaik dalam hal kapasitas
pendinginan dan coefficient of performance CoP dengan peningkatan masing-masing antara
40,5% - 67,4% dan 22,4% - 2,8%. Namun, hal ini membutuhkan peningkatan penting dalam
konsumsi daya (hingga 44,8%), yang menunjukkan kebutuhan untuk menggunakan motor
listrik yang lebih besar dari R134a atau perpindahan yang lebih kecil [5].
Pada penelitian terdahulu sudah banyak yang meneliti tentang TiTHX, namun masih jarang
yang melakukan penelitian menggunakan variasi diameter TiTHX. Dari permasalahan tersebut,
maka penelitian ini dilakukan untuk mengetaui pengaruh TiTHX dengan 3 variasi
perbandingan diameter terhadap peningkatan performa refrigerator. Selain itu, pada penelitian
ini akan menggunakan t R290 yang belum banyak dipakai pada penelitian TiTHX sebelumnya.

2. Studi Literatur
2.1 Refrigerator
Refrigerator adalah alat rumah tangga yang menggunakan sitem kompresi uap yang
digunakan untuk menurunkan temperatur/mendinginkan makanan dan mengawetkan makanan.
Refrigerator atau yang sering kita sebut lemari pendingin sering digunakan pada rumah tangga
untuk mendinginkan makanan, minuman dan sayur-sayuran. Secara umum komponen mesin
pendingin antara lain: kompresor, evaporator, katup ekspansi, pipa kapiler, kondensor, serta
refrigerant sebagai cairan fluida kerja yang bersirkulasi pada komponen-komponen tersebut [6].
Prinsip kerja refrigerator yaitu kompresor mengkompresi uap refrigerant, menaikkan
tekanan dan suhu, dan mendorongnya ke dalam kondensor di bagian luar lemari pendingin.
Ketika gas panas di dalam koil kondensor bertemu dengan udara yang lebih dingin dari dapur,
maka uap akan menjadi cair. Refrigerant dalam bentuk cair pada tekanan tinggi, kemudian
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 107
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

mendingin saat mengalir melalui katup ekspansi ke koil evaporator di dalam freezer dan lemari
pendingin. Refrigerant menyerap panas di dalam lemari pendingin ketika mengalir melalui
kumparan evaporator, mendinginkan udara di lemari pendingin. Untuk tahap terakhir,
refrigerant menguap menjadi gas karena pengaruh kenaikan termperatur dari ruangan yg
dikondisikan pada kabin kulkas. Selanjutnya refrigerant mengalir kembali ke kompresor
sehingga menjadi sebuah siklus mulai dari awal kembali.

2.2 Tube in Tube Heat Exchanger


Tube in tube heat exchanger atau juga disebut double pipe heat exchanger merupakan salah
satu perangkat untuk peningkatan perpindahan panas pasif. Dalam TiTHX, satu cairan mengalir
di dalam pipa, dan cairan lainnya mengalir di sekitar antara pipa luar dan pipa dalam [7]
Dalam jenis heat exchanger ini dapat digunakan aliran searah atau aliran berlawanan arah
[8]. Dalam penelitian ini digunakan aliran berlawanan arah dan juga menggunakan 3 variasi
perbandingan diameter, antara lain 3:4, 1:2, dan 1:4 seperti yang ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1. Tube in Tube Heat Exchanger

2.3 Refrigerant
Refrigerant adalah bahan pendingin berupa fluida yang digunakan untuk menyerap kalor
melalui perubahan fasa cair ke gas (menguap) dan membuang kalor melalui perubahan fasa gas
ke cair (mengembun) [9]. Refrigerant yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan.
2. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan udara, minyak
pelumas dan sebagainya.
3. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi dan air
conditioning.
4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak mempengaruhi atau
merusak minyak pelumas tersebut.
5. Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas, dengan turunnya tahanan aliran
refrigerant dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang.

2.4 Refrigerant R134A


Refrigerant R134A golongan HFC merupakan refrigerant murni atau tidak campuran,
refrigerant R134A sebagai peganti refrigerant CFC-12 pada temperatur menengah dan tinggi,
dalam refrigerasi dan tata udara, refrigerant R134A tergolong dalam safety classification A1.
Pada refrigerant R134a tidak memiliki kandungan klorin sehingga nilai ODP = 0. Refrigerant
R134a menggunakan oli polyol ester (POE). Dari kelompok refrigerant alternatif yang
terdaftar, R134a ditemukan sebagai zat utama yang memberikan stabilitas kimia dan termal
yang baik [10]. Saat ini R134A, refrigerant yang paling banyak digunakan pada sistem
refrigerasi dan AC mobil [11].

2.5 Refrigerant R290


JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 108
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

R-290 (propana) telah dipilih sebagai salah satu fluida kerja pada refrigerasi dan tata udara
generasi berikutnya yang paling potensial karena sifatnya yang ramah lingkungan dan termo-
fisika [12]. Namun, penggunaannya terhalang oleh sifat mudah terbakarnya dan mengakibatkan
kekhawatiran akan keamanan. Refrigerant R290 adalah salah satu refrigerant yang ramah
lingkungan yang ditunjukan dengan nilai ozone depleting potensial (ODP) nol, dan global
warning potential (GWP) yang rendah. R290 biasanya berada dalam kemurnian sebesar ±90%
dengan tambahan butana dan propena. R290 memiliki kesesuaian dengan material yang biasa
digunakan pada konstruksi dari peralatan refrigerasi dan tata udara, dan cenderung lebih murah.

3. Metodologi
Pada penelitian ini digunakan suatu metode eksperimen. Penelitian ini diadakan untuk
menganalisis pengaruh variasi diameter TiTHX terhadap peningkatan CoP dan penurunan
konsumsi energi listrik. Pengujian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei
2021. Lokasi penelitian dilakukan di Lab. Refrigerasi dan Tata Udara, Departemen Pendidikan
Teknik Mesin, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tahapan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan
pembuatan alat penukar kalor TiTHX dengan 3 variasi diameter 3:4, 1:2, dan 1:4, kemudian
menyiapkan alat ukur yaitu tang ampere, thermometer, manifold gauge dan timbangan digital.
Proses selanjutnya adalah instalasi alat penukar kalor pada refrigerator.
Penelitian pertama menggunakan refrigerant R134A, kemudian dilanjutkan dengan
refrigerant R290. Selanjutnya memasangkan semua alat yang digunakan sesuai dengan
tempatnya agar mendapatkan data yang akurat. Untuk penempatan thermometer pengukur
temperatur evaporator, bulb disangkutkan pada kabin dalam. Untuk pengukuran temperatur
kondensor, bulb disisipkan pada bagian kondensor unit. Untuk pengukuran temperatur
lingkungan, bulb disisipkan pada bagian atas unit. Selanjutnya penempatan tang ampere pada
kabel power dan pemasangan manifold gauge sesuai dengan ketentuannya yaitu selang
berwarna biru pada service valve dan yang selang berwarna merah pada discharge valve.
Selanjutnya pemvakuman dan pengisian refrigerant, tabung refrigerant sebelum hingga selesai
pengisian diletakkan di atas timbangan.

Gambar 2. Skema Pemipaan Eksperimental

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Kinerja Retrofit R290
Parameter kinerja untuk R134A dan R290, seperti efek refrigerasi (RE), kerja kompresor,
dan coefficient of performance (CoP) seperti yang ditunjukan pada gambar 3.
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 109
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

Gambar 3. Parameter kinerja R134A dan R290 (a) Efek Refrigerasi (b) Kerja Kompresor (c) COP sistem

Pada Gambar 3 menunjukkan peningkatan RE R290 lebih tinggi 112% dari R134A hal ini
disebabkan karena R290 memiliki massa jenis yang lebih rendah dari R134A. Massa jenis R290
yang lebih rendah ini menyebabkan pertukaran panas terjadi lebih cepat sehingga nilai terjadi
peningkatan pada nilai RE. Sedangkan untuk nilai kerja kompresi (WK) menunjukkan
peningkatan nilai pada unit yang diretrofit dengan R290. Akan tetapi, hal ini sebanding dengan
kenaikan nilai efek refregrasinya (RE) yang signifikan. Hal ini tetaplah meningkatkan kapasitas
pendinginan dan koefisiensi kinerja dari sistem tersebut. Untuk nilai CoP pada unit baseline
retrofit R290, dapat dilihat terdapat peningkatan CoP dari unit baseline retrofit R290 bila
dibandingkan dengan unit baseline dengan R134A. Peningkatan CoP pada sistem yang
menggunakan R290 mencapai 3,7 %.
Pada penelitian lain, hidrokarbon R290 (propana) memperoleh hasil terbaik dalam hal
kapasitas pendinginan dan CoP, mencapai peningkatan masing-masing antara 40,5% - 67,4%
dan 22,4% - 2,8%. Namun, mendapatkan peningkatan konsumsi daya kompresor yang lebih
tinggi (hingga 44,8%), yang menunjukkan kebutuhan untuk menggunakan motor listrik yang
lebih besar dari R134a [5].

4.2 Kinerja Retrofit R290


4.2.1 Efek Refrigerasi (RE)
Peningkatan RE pada unit modifikasi dapat dilihat pada Gambar 4 secara keseluruhan, nilai
RE pada grafik konstan akan tetapi pada beberapa kondisi mengalami perubahan nilai. Nilai
RE pada unit modifikasi dengan diameter TiTHX ¼ : ½ memiliki nilai tertinggi selama
pengujian berlangsung peningkatan RE tertinggi pada menit 20 sebesar 262 kj/kg atau sebesar
4,36% dibandingkan dengan sistem tanpa TiTHX. Sedangkan nilai RE TiTHX terendah dicapai
oleh diameter 3/8:5/8 sebesar 254.77 kj/kg yang konstan didapatkan dari awal hingga akhir
pengujian. Hal tersebut disebabkan oleh sistem dengan TiTHX ¼ : ½ menciptakan subcooling
yang lebih optimal, sehingga suhu yang masuk ke evaporator lebih rendah dibandingkan
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 110
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

dengan TiTHX yang lain dan dapat menyerap kalor lebih banyak pada kabin. Hal ini sejalan
dengan penelitian lain, pada refrigerator yang menggunakan TiTHX menunjukkan peningkatan
kinerja pendinginan sebesar 5-12% [13].

Gambar 4. Nilai Efek Refrigerasi (RE) pada unit modifikasi TiTHX

4.2.2 Kerja Kompresi (WK)

Grafik nilai kerja kompresi yang diperoleh oleh sistem refrigerator dengan TiTHX
ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Nilai Kerja Kompresi (WK) pada unit modifikasi TiTHX

Secara umum, refrigerator dengan sistem TiTHX memiliki nilai WK lebih rendah
dibandingkan dengan sistem normal. Di awal pengujian, dari tiga variasi diameter nilai WK
paling rendah TiTHX 1/4:5/8 dan paling tinggi diperoleh TiTHX 3/8 : 5/8 dengan nilai masing-
masing 97.38 kj/kg dan 101.56 kj/kg. Nilai WK yang diperoleh pada variasi pengujian TiTHX
¼:5/8 mengalami fluktuasi hal ini diindikasikan adanya kenaikan dan penurunan nilai WK.
Diawal percobaan TiTHX ¼:5/8 mengalami kenaikan nilai WK menjadi 101.56 kj/kg
kemudian pada menit ke 40 nilai WK mengalami penurnan menjadi 99.89 kj/kg. Kemudian
nilai WK menjadi stabil sampai akir pengjian. Pada kondisi lain, nilai WK TiTHX ¼ : ½
mengalami penurunan nilai WK di awal pengujian berawal dari 99.89 kj/kg menjadi 98.22
kj/kg. Setelah penurunan, nilai WK pada kondisi ini stabil hingga akhir pengujian. Pada TiTHX
3/8 : 5/8 nilai WK pada sistem bekerja secara konstan tidak terjadi perubahan nilai WK sebesar
101.56 kj/kg. Jika dibandingkan dengan sistem normal yang menjadi baseline data, sistem
refrigerator dengan TiTHX memiliki nilai kompresi yang lebih rendah. Perbandingan paling
tinggi diperoleh TiTHX ¼ : ½ mendapatkan nilai WK yang lebih rendah 3,03% . Hal tersebut
disebabkan oleh sistem dengan TiTHX ¼ : ½ menciptakan superheating yang lebih optimal,
sehingga suhu yang masuk ke kompesor lebih tinggi dibandingan dengan TiTHX yang lain dan
juga fasa yang masuk ke kompresor seluruhnya menjadi gas, yang dapat menurunkan kera pada
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 111
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

kompresor. Pada penelitian yang lain, menunjukan penurunan kerja kompresi maksimum pada
sistem yang menggunakan TiTHX sebesar 53% [7].

4.2.3 Coefficient of Performance

Gambar 6. Nilai COP pada unit modifikasi TiTHX

Gambar 6 menunjukkan perbandingan antara unit baseline retrofit R290 tersebut dengan
unit yang telah dimodifikasi dengan TiTHX, yang didapatkan peningkatan CoP pada unit
modifikasi TiTHX. Di awal pengujian, dari tiga variasi diameter nilai CoP paling rendah
TiTHX 3/8 : 5/8 dan paling tinggi diperoleh TiTHX 1/4:5/8 dengan nilai masing-masing 2.50
dan 2.62. Nilai CoP pada TiTHX 1/4:5/8 mengalami fluktuasi. Pada menit ke 20 nilai CoP pada
kondisi ini mengalami penurunan menjadi 2.50, kemudian terjadi kenaikan kembali pada menit
ke 60 sebesar 2.58, nilai terebut konstan hingga akhir pengujian. Sedangkan pada TiTHX 3/8 :
5/8 nilai CoP pada sistem bekerja secara konstan tidak terjadi perubahan nilai CoP sebesar 2.50.
Jika dibandingkan dengan sistem normal yang menjadi baseline data, sistem refrigerator dengan
TiTHX memiliki nilai CoP yang tinggi. Perbandingan paling tinggi diperoleh TiTHX ¼ : ½
mendapatkan nilai CoP tertinggi sebesar 2.66. Dalam hal ini peningkatan yang terjadi sebesar
7,7% dibandingkan dengan baseline R290. Hal tersebut disebabkan oleh sistem dengan TiTHX
¼ : ½ menciptakan subcooling dan superheating yang lebih optimal, sehingga suhu yang masuk
ke kompresor lebih tinggi dibandingkan dengan TiTHX yang lain dan juga fasa yang masuk ke
kompresor seluruhnya menjadi gas, yang dapat menurunkan kera pada kompresor. Pada
penelitian lain, sistem yang menggunakan TiTHX dapat meningkatkan CoP sebesar 10-15%
pada kinerja pendinginan yang sama [13].

4.2.4 Daya Pada Sistem

Dari gambar 7 dan 8 dapat dihitung besar biaya yang dibutuhkan selama satu bulan selam
sistem bekera dalam proses pendinginan, dengan asumsi penggunaan saat sistem melakukan
proses cooling selama 12 jam (08.00-20.00) setiap harinya. Berdasarkan Tarif Tenaga Listrik
(TTL) yang ditetapkan oleh PLN pada tahun 2021, TTL pada instalasi domestik berada pada
Rp144,70 per kWh-nya.
Biaya operasional dengan asumsi 12 jam perhari selama 30 hari mengalami penurunan.
Biaya operasional dari unit modifikasi dengan asumsi yang disebutkan sebelumnya turun
sekitar Rp17.544,44 perbulannya dibandingkan dengan unit baseline R290 (lihat pada Tabel
1.).
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 112
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

Gambar 7. Daya listrik pada unit Baseline

Gambar 8. Daya listrik pada unit modifikasi

Tabel 1. Data Konsumsi Listrik Rata-Rata


Daya Konsumsi listrik Biaya listrk
Unit Listrik perbulan perbulan
(Watt) (kWh) (Rp)
R134A 144.19 51.91 74992.93
Baseline
R290 136.95 49.30 71226.60
TiTHX
103.22 37.16 53682.16
¼:½
Modifikasi TiTHX
138.05 49.70 71798.70
TiTHX 3/8 : 5/8
TiTHX
125.68 45.24 65362.56
1/4:5/8

5. Kesimpulan
Penggunaan TiTHX pada unit refrigerator akan meningkatkan performa sistem dan
menghemat energi. Hal tersebut dapat mengurangi biaya listrik, akan tetapi dengan kerja kompresor
yang lebih tinggi yang diasumsikan karena tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan R134a
menyebabkan kompresor yang lebih cepat panas. Peningkatan efek refrigerasi pada unit refrigerator
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 113
Vol. 5., No. 3, September 2023, pp. 105 – 113 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

dengan diameter TiTHX ¼ : ½ cukup tinggi dibanding variasi diameter yang lain, menyebabkan
penurunan suhu kabin dengan waktu yang cepat. Untuk diameter TiTHX ¼ : ½ pada unit refigerator
memiliki nilai CoP yang paling besar di antara variasi diameter yang lain. Penelitian inipun
menunjukkan pemasangan TiTHX menghasilkan penurunan biaya operasional dari unit refigerator
hingga Rp17.544,44 bila dibandingkan dengan unit baseline dengan R290.

6. Acknowledgment
The authors would like to gratefully acknowledge the grant by LPPM UPI [Number
535/UN40/PT.01.02/2023] for providing financial support. Thanks to Refrigeration & Air Conditioning and
Automotive Laboratory, Faculty of Technology and Vocational Education, Universitas Pendidikan Indonesia
for technical support in this work.

7. References
[1] R. A. Wenyi, “Pengujian Konsumsi Listrik Dan Suhu Dalam Lemari Pendingin Skala Rumah Tangga Pada
Kondisi Riil,” Jurnal Ilmiah Teknologi Energi, vol. 9, no. 8, pp. 914-919, 2012.
[2] C. Wantha, “Analysis of heat transfer characteristics of tube-in-tube internal heat exchangers for HFO-
1234yf and HFC-134a refrigeration systems,” Auipplied Thermal Engineering, vol. 157, p. 113747, 2019.
[3] E. T. Berman, “Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger
Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan,” Jurnal Energi dan Manufaktur,
vol. 5, no. 1, pp. 1-7, 2012.
[4] S. Wongwises and M. Polsongkram, “Condensation heat transfer and pressure drop of HFC-134a in a
helically coiled consentric tube-in-tube heat exchanger,” International Journal of Heat and Mass Transfer,
vol. 49, no. 23-24, pp. 4386-4398, 2006.
[5] D. Sánchez et al., “Energy performance evaluation of R1234yf, R1234ze (E), R600a, R290 and R152a as
low-GWP R134a alternatives,” International Journal of Refrigeration, vol. 74, pp. 269-282, 2017.
[6] K. Anwar, E. Arif and W. H. Piarah, “Efek temperatur pipa kapiler terhadap kinerja mesin pendingin,”
Jurnal Mekanikal, vol. 1, no. 1, pp. 1-6, 2010.
[7] S. Ghani et al., “Experimental investigation of double-pipe heat exchangers in air conditioning
applications,” Energy and Buildings, vol. 158, pp. 801-811, 2018.
[8] H. Martin, Heat Exchangers, CRC Press, 1992.
[9] E. T. Berman, Modul PLPG Teknik Pendingin, Konsorsium Sertifikasi Guru, 2013.
[10] A. Selvaraju and A. Mani, “Experimental investigation on R134a vapour ejector refrigeration system,”
International Journal of Refrigeration, vol. 29, no. 7, pp. 1160-1166, 2006.
[11] A. Mota-Babiloni et al., “Experimental assessment of R134a and its lower GWP alternative R513A,”
International Journal of Refrigeration, vol. 74, pp. 682-688, 2017.
[12] T. Li et al., “Measurement of refrigerant mass distribution within a R290 split air conditioner,” International
Journal of Refrigeration, vol. 57, pp. 163-172, 2015.
[13] S. Kurata et al., “Double-pipe Internal Heat Exchanger for Efficiency Improvement in Front Automotive
Air Conditioning System,” SAE Technical Paper No. 2007-01-1523.

Anda mungkin juga menyukai