Anda di halaman 1dari 71

CRITICAL BOOK REPORT

MK. PSIKOLOGI PENDIDIKAN

S1 PENDIDIKAN FISIKA

CRITICAL BOOK REPORT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Fauzi Kurniawan S.Psi., M.Psi

Oleh :

Nama: Pio Situmorang


NIM: 4233121055

JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt., Tuhan
Yang Maha Esa, atas limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Critical
Book Review atas buku yang berjudul “Psikologi Pendidikan”.

Critical Book Review (CBR) ini ditulis sebagai salah satu tugas yang
diberikan pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah CBR ini.Terutama kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini yakni Dosen Pengampu: Fauzi Kurniawan S.Psi., M.Psi. yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Critical Book Review ini.

Penulis menyadari bahwa makalah CBR ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah CBR ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembacanya.

Medan, Maret 2024

Penulis,

Pio Situmorang

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review


Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami. Terkadang kita memilih buku, namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, bahan kajian serta cara penyajian materinya
khususnya untuk kajian mengenai media pembelajaran sains. Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang media
pembelajaran sains.
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa pada
jenjang S1 adalah Critical Book Review. Secara harfiah, Critical Book Review
adalah kegiatan mengkritisi sebuah buku. Namun Critical Book Review bukan
sekedar membuat laporan atau tulisan tentang isi sebuah buku, tetapi lebih
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai
keunggulan dan kelemahan sebuah buku dengan kajian tertentu, menyoroti hal
yang menarik dari buku tersebut, serta menganalisis pengaruh gagasan tersebut
terhadap cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang
kajian tertentu. Dengan kata lain, melalui Critical Book Review kita menguji
kemampuan pikiran tingkat tinggi seseorang untuk kemudian menuliskannya
kembali berdasarkan sudut pandang, pengetahuan, dan pengalaman yang kita
miliki.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Review


 Menambah pengetahuan tentang media pembelajaran dalam bidang
sains dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pendidikan
Sains.
 Meningkatkan daya analisa dan pengetahuan berkaitan dengan dengan

2
Media pembelajaran sains.
 Menguatkan kemampuan melakukan critical book review terhadap
suatu buku
1.3 Manfaat Critical Book Review
 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang
critical book review.
 Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pemilihan media
pembelajaran sains.
 Untuk mengetahui banyak hal tentang buku khususnya yang berkaitan
dengan media pembelajaran sains.
1.4 Identitas Buku yang Dilaporkan

 Identitas Buku Pertama

1. Judul Buku : Psikologi Pendidikan


2. Pengarang : Sri Milfayetty,dkk
3. Penerbit : PPs UNIMED
4. ISBN : 978-602-8207-18-8
5. Tahun Terbit : 2024
6. Kota Terbit : Medan
7. Jumlah Bab : ix bab

3
 Indentitas buku kedua

8. Judul Buku : Psikologi Pendidikan


9. Pengarang : Muhibbin Syah
10. Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
11. ISBN : 979-692-972-6

4
12. Tahun Terbit : 2010
13. Kota Terbit : Bandung
14. Jumlah Bab : VIII Bab

 Identitas Buku Ketiga

1. Judul : Psikologi Pendidikan


2. Pengarang : Sri Milfayetti, Rahmulyani, Anita Yus, edidon
Hutasuhut, Nur’aini
3. Penerbit : PPs Unimed
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun terbit : 2018
6. ISBN : 978-602-820718-8

5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Rangkuman Buku Pertama

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB 1 (PENDAHULUAN)
Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X (1960-1980)
dan generasi Y (1980-2000) ke generasi C atau Gen C mulai tahun 2000 hingga
sekarang. Generasi X ciri khasnya berpendidikan tinggi, aktif. Menjunjung
keluarga. Generasi Y, ciri khasnya adalah suka menunda kedewasaan dan terlalu
dekat dengan orang tua. Generasi C mewakili generasi yang selalu clicking,
connected.

Perubahan generasi ini memaksa pendidikan untuk memahami dengan terbuka


potensi keunikan generasi C ini. Keunggulannya perlu diamatidengan seksama
sekaligus keterbatasannya sehingga dapat dirancang pola pendidikan yang
relevan. Oleh karena itu pendidik perlu fokus pada kekuatan dan keterbatasan dan
menyiasatinya dengan hal-hal yang tidak produktif yang menjadi kelemahannya.
Tidak akan mungkin generasi C dijauhkan dari internet dan gadget. Juga tidak
mungkin melupakan dunia maya yang menyediakari banyak ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang bermanfaat. Tidak mungkin menutup mata dengan
kenyataan bahwa peserta didik menyukai hal-hal baru yang mos atif dan ide yang
menantang, komunitas yang berdaya dan kepemimpinan yang terbuka. Para
pendidik perlu mengarahkan mereka menggunakan dunia maya untuk menemukan
sumber pengetahuan, pakar dan komunitas yang relevan
Abad 21 semua orang dihadapkan pada tantangan terhadap kemampuan berpikir,
sikap kewirausahaan dan kepatuhan pada etika. Diperlukan penguasaan literasi
agar mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Diperlukan tanggung jawab
sosial, budaya, global dan kesadaran bersama terhadap lingkungan. Diperlukan
keahlian numerasi, komunikasi, digital literacy, belajar seumur hidup. Mampu
mengarahkan dan manajemen diri serta mampu berkolaborasi dan menjadi

6
pemimpin. Para pendidik perlu menyiapkan peserta didik menjadi kreatif, dapat
memfasilitasi sumber belajar, menyiapkan materi yang koheren, menantang dan
memberi semangat, menyiapkan kurikulumpendidikan berbasis dan peduli
budaya, serta melakukan evaluasi agar pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

BAB 2 (PSIKOLOGI PENDIDIKAN)

Mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pendidikan yang benar, kuat dan
bermakna besar. Keberhasilan pendidikan ditandai dengan kualitas manusia
terdidik yaitu tidak hanya mengetahui yang benar tetapi juga bertindak mulia.
Semua orang harus bertanggungjawab membuat lintasan menuju masa depan
dirinya sendiri dan secara kolektif bersama orang lain untuk masa depan bangsa
dan seluruh ummat manusia. D. Rangkuman Psikologi Pendidikan. Halaman 27
Bellerik Manullang dan Milfa.2009. SQ. Medan: Pascasarjana. Jhon W.Santrock,
2007. Psikologi Pes Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Belajar adalah inti
pendidikan. Seorang pendidik dianggap efektif dalam mendidik jika menguasai
materi pelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang efektif. punya keahlian
dalam bidang perencanaan dan penentuan tujuan, manajemen kelas, motivasi,
komunikasi, bekerja dengan kelompok etnis dan kultural yang berbeda dan
teknologi, memiliki motivasi dan komitmen kerja.Meningkatkan diri dengan
menggunakan riset yang dilakukan sendiri ataupun yang dilakukan orang lain.

Psikologi pendidikan sebagai cabang psikologi yang memfokuskan diri pada


pemahaman proses belajar mengajar di dalam lingkungan pendidikan akan
membantu pendidik dalam melaksanakan tugas mendidik, terutama dalam
pemanfaatan riset-riset yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Demikian juga halnya, mendidik adalah sains dan seni sehingga
pemahaman tentang psikologi pendidikan akan membantu pendidik secara luwes
dalam menghadapi beribu persoalan yang terjadi di dalam kelas. Pengkajian
psikologi pendidikan akan membantu guru menjadi pendidik yang dapat

7
membantu peserta didiknya menemukan kebenaran dan sekaligus mampu
bertindak mulia.

BAB 3 (BELAJAR)

Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru. Dapat berupa pemikiran dan
pengetahuan baru, perasaan yang lebih terkemas, sikap yang lebih baik,
kecakapan yang lebih baik serta tumbuhnya kesadaran untuk bertanggungjawab
Belajar tidak sama dengan kematangan. Akan tetapi kematangan distimulasi oleh
faktor belajar dan sebaliknya belajar tidak efektif jika diberikan tak sesuai dengan
kematangan yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu. Semaikanlah pengetah
perbuatan Semaikan perbuatan, kebiasaan Semaikan kebiasaan, karakter Orang
yang berkaral mulia Penyelenggaraan pendidikan mengacu kepada tahapan dan
proses perkembangan. Domain perkembangan tersebut antara lain adalah
perkembangan fisik motorik, kognitif, psikososial, sosioemosional dan moral.
Semua tahapan perkembangan ini berpengaruh terhadap kesiapan belajar peserta
didik. Oleh karena itu pendidik perlu memahami bagaimana keadaan
perkembangan peserta didik secara umum dan secara spesifik pada tiap domain
perkembangan.

Pemahaman ini memungkinkan pendidik untuk membantu peserta didik


mendapatkan informasi sesuai dengan yang diperlukannya dan membantu peserta
didik melewati dan mencapai tahapan perkembangan yang seharusnya dimasuki
peserta didik sesuai dengan tingkat usianya. Secara umum pendidik dapat
memahami tingkat kesiapan peserta didik dalam belajar berdasarkan teori yang
dimaksud. Sehingga upaya pembelajaran yang dilakukan peserta didik dapat
diproses.

BAB 4 (KARAKTERISTIK BELJAR)

Prinsip pendidikan yang menekankan bahwa semua berhak mendapat pelayanan


yang bermutu dan tidak boleh tertinggal dari lainnya menjadi alasan kuat mengapa

8
perbedaan individu perlu diperhatikan di dalam pendidikan. Tidak hanya berbeda
dari segi penampilan fisik, tetapi juga dari dimensi lainnya, seperti inteligensi,
bakat, minat, gaya belajar dan gaya berpikir, latar belakang keluarga. Pemahaman
tentang perbedaan ini akan memberi kesempatan pada guru untuk mendisain
suasana dan proses pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan tersebut. Selain
perbedaan ini guru juga perlu memperhatikan kebutuhan belajar. Terutama yang
berkebutuhan khusus seperti gangguan indra, gangguan bicara, gangguan fisik,
keterbelakangan mental, ketidak mampuan belajar, pusat perhatian terpecah,
gangguan prilaku dan sosial serta yang berbakat. Dalam menghadapi perbedaan
kebutuhan ini, guru perlu menyadari keterbatasannya sehingga perlu berkolaborasi
dengan para ahli, terutama pada kelas-kelas inklusi (normal belajar bersama
dengan berkebutuhan khusus). Setiap orang memiliki karakteristik yang khas
dalam belajar. Kekhasan tersebut dapat dilihat dari berbagai dimensi. Satu di
antaranya adalah inteligensi. Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi
akan tampil dalam kemampuan menangkap informasi dan menyelesaikan masalah
secara cepat dan tepat.

Berbeda dengan yang inteligensinya di bawah rata-rata akan mengalami kesulitan


dalam menangkap informasi yang rumit dan kompleks. Kecerdasan atau
kecakapan seseorang dalam belajar dipengaruhi juga kualitas multiple inteligences
yang dimilikinya. Dapat saja seseorang menonjol dalam kecerdasan bahasa, seni
rupa, interpersonal, musik, sains, kinestetik, logika matematika dan intrapersonal
Selain kecerdasan gaya belajar dan gaya berpikir juga mempengaruhi cara
individu dalam belajar. Gaya belajar meliputi kecenderungan seseorang dalam
memasukkan informasi. Gaya tersebut antara lain visual, auditori dan kinestetik.
Mengacu kepada elemen yang mempengaruhi gaya belajar ini ada individu yang
memiliki cara belajar mandiri dan tergantung. Gaya belajar terganting lebih
menyenangi lingkungan belajar yang tenang dan tertib, sedangkan gaya belajar
tergantung memerlukan lingkungan belajar dalam bentuk fisik,
psikologis,emosional dan sosial. Gaya berpikir seperti gaya impulsif, reflektif,
mendalam dan dangkal merupakan karakteristik individu yang mempengaruhi
proses belajar seseorang.

9
BAB 5 (PENDEKATAN TEKNIK BELAJAR(

Belajar diartikan proses mendapatkan pengetahuan baru, keterampilan baru,


sikap/kemauan yang baru, kebiasaan baru dan ketulusan dalam membantu siswa
dalam proses belajar memberikan manfaat dari diri dan lingkungan. Pendekatan
perilaku mendefinisikan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
menetap di dalam diri seseorang sebagai hasil adanya hubungan antara stimulus
dan respon yang diberkuat oleh reward atau reinforcement. Sedangkan pendekatan
kognitif menekankan bahwa belajar merupakan proses aktif individu untuk
memaknai informasi yang diterimanya. D. Rangkuman Sebagai implikasi dari
pendekatan belajar behavior dan kognitif maka dalam belajar dapat digunakan
teknik-teknik mempersiapkan diri dalam belajar maupun dalam mendukung
proses belajar.

BAB 6 (MODUL PEMBELAJARAN)

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan


rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan
antara lain adalah: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5)
laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium.

Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran yang


dapat diimplementasikan secara spesifik. Misal: penggunaan metodeceramah pada
kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak tekniknya akan berbeda dengan di
kelas yang jumah siswanya sedikit. Sementara taktik pembelajaran adalah gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan

10
tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran
akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.

Pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran yang


dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2009) terdiri atas empat
kelompok yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3)
model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran.

BAB 7 (MOTIVASI BELAJAR)

Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi energi, arah dan
mempertahankan perilaku. Pendekatan behavior menekankan pemberian motivasi
secara eksternal berdasarkan imbalan dan hukuman. Dalam perspektif humanistik
menekankan pada pertumbuhan personal sehingga motivasi bersumber secara
internal. Pendekatan kognitif memfokuskan perhatian pada mendapatkan sesuatu,
atribusi dan keyakinan seseorang untuk mengendalikan lingkungan secara efektif
untuk dapat mencapai tujuan mereka. Guru perlu memperhatikan adanya
pengaruh self determination, pencapain tujuan, ekspektansi x nilai di dalam
meotivasi siswa.

Guru perlu memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat siswa untuk


belajar. Penting untuk diperhatikan agar pemberian reinforcement tidak membuat
siswa tergantung, akan tetapi justru menumbuhkan motivasi internal di dalam diri
siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik.

BAB 8 (DISAIN PEMBELAJARAN)

11
Disain pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan dalam menentukan rencana
pembelajaran dalam: menentukan tujuan instruksional, merencanakan aktivitas
dan menentukan prioritas dan menentukan waktu, mulai dari perencanaan harian
hingga perencanaan tahunan. Perencanaan pembelajaran berorientasi pada guru
dapat dilakukan dengan orientasi tugas baru, advance organizer, menjelaskan,
mendemonstrasikan, bertanya dan diskusi. Sedangkan pendekatan berorientasi
pada pelajar fokus pada pelajar sebagai individu yang belajar, antara lain
dilakukan dengan problem base learning, discovery learning, esential question,
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. D.

Rangkuman Di dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran perlu


diperhatikan manajemen kelas. Yaitu, aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan siswa di dalam belajar. Dua hal yang menjadi perhatian dalam
manajemen kelas, yaitu pengelolaan fisik kelas seperti mobiler dan alat-alat
pembelajaran dan yang kedua adalah pengelolaan interaksi di dalam kelas. Inti
dari manajemen kelas ini adalah bagaimana guru dapat mengendalikan seluruh
aktivitas kelas agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.

BAB 9 (PENILAIAN)

Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan informasi dalam rangka


penentuan nilai kepada sesuatu atau objek termasuk program pendidikan
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Di samping evaluasi dikenal juga asesmen
yang sering disebut juga sebagai penilaian. Asesmen merupakan proses
pengumpulan informasi yang memungkinkan guru dapat mendeskripsi
perkembangan atau hasil belajar yang dicapai siswa/anak secara menyeluruh
dengan menggunakan berbagai cara. Tes merupakan instrumen yang digunakan
dalam melakukan evaluasi atau asesmen. Tes sebagai seperangkat pertanyaan atau
tugas yang memiliki kriteria benar atau salah. Pengukuran juga digunakan dalam
rangka pengumpulan data untuk melakukan evaluasi atau asesmen. Pengukuran
merupakan instrumen pengumpulan data kuantitatif atau sesuatu atau objek.

12
Pengamatan nerupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan panca
indera. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan specimen records, time
sampling, atau even sampling.Portofolio penilaian merupakan dokumen yang
digunakan untuk memperoleh informasi perkembangan kemajuan belajar peserta
didik dalam rentang waktu yang ditentukan. Penggunaan portofolio sebagai
penilaian pembelajaran dilakukan dengan langkah, yaitu 1) tahap persiapan, 2)
tahap pelaksanaan, dan 3) tahap penilaian. Portofolio penilaian dikembangkan
melalui tahapan 1) merumuskan tujuan, 2) menentukan format, 3) memilih sistem
penyimpanan, 4) mengidentifikasi komponen portofolio, 5) mengumpul dan
menyusun karya, dan 6 menyusun penilaian portofolio. Portofolio penilaian
mengandung komponen pokok, yaitu 1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat
mencakup lebih dari satu ranah, 2) kualitas hasil (outcome), 3) bukti-bukti otentik
dari pembelajaran yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, 4)
kerjasama anak dengan anak, dan anak dengan guru, 5) penilaian yang integratif
dan dinamis karena mencakup multi aspek, 6) adanya kepemilikian (ownership)
melalui refleksi diri dan evaluasi diri, 7) perpaduan penilaian dengan
pembelajaran.

LAMPIRAN (LAMPIRAN KERJA)

13
2.2 Rangkuman Buku Kedua

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB 1 (PENDAHULUAN)

BAB 2 (PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN PENGAJARAN)

A. Defenisi Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan


1. Defenisi Psikologi
Psikologi yang dalam istilah nama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata
bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang
bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2)
logos yang berarti ilmu.
2. Defenisi Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me
sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam

14
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
3. Defenisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang
berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal
sebagai berikut.
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif.
e. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

B. Arti Penting Psikologi Pendidikan


Ada beberapa hal penting yang perlu penyusun kemukakan mengenai
kajiaan psikologi pendidikan, antara lain:
a. Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan
atasi hasil-hasil temuan riset psikologis;
b. Hasil-hasil temuan riset psikologis tersebut kemudian dirumuskan
sedemikian rupa hingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-
metode serta strategi-strategi yang utuh;
c. Konsep, teori, metode, dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan
sedemikian rupa hingga menjadi “repertoire of resources”,.
d. Sejarah, Cakupan, dan Metode Psikologi Pendidikan
1. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun
tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari Negara adidaya tersebut
psikologis pendidikan menyebar ke seluruh benua hingga sampai ke Indonesia.
Meskipun perkembangan psikologis pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa
kenyataannya psikologis tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan
psikologis pengajaran dan
2. Cakupan Psikologi Pendidikan

15
Khususnya mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi
pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan
pembahasan ke dalam tujuh bagian.
a. Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangya meliputi pengendalian
kelas dan penciptaan iklim kelas.
b. Metodologi kelas (metode pengajaran).
c. Motivasi siswa peserta kelas.
d. Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa.
e. Penanganan siswa berprilaku menyimpang.
f. Pengukuran kinerja akademik siswa.
g. Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan.
3. Metode Psikologi Pendidikan
a. Metode Eksperimen
b. Metode kuesioner (qustionaire) lazim disebut metode surat menyurat
(mail survey).
c. Metode Studi Kasus
d. Metode Penyelidikan Klinis
e. Metode Observasi Naturalistik

C. Hakikat dan Hubungan Antara Pendidikan dengan Pengajaran


1. Ragam Arti Pendidikan dan Pengajaran
Poerbakawatja & Harahap (1981), Poerwanto (1985), dan Winkel (1991)
masing-masing mengartikan pendidikan dengan ungkapan yang maksudnya
relative sama bahwa pendidikan adalah usaha yang disengaja dalam bentuk
perbuatan, bantuan, dan pimpinan orang dewasa kepada anak-anak agar mencapai
kedewasaan.
2. Hakikat Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif
mengembangkan potensi dirinya.

16
BAB 3 (PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PROSES BELAJAR)

A. Defenisi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Defenisi Perkembangan

Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu


fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiriFaktor
yang Mempengaruhi Perkembangan

a. Aliran Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar


terhadap aliran pemikiran psikologis.
b. Aliran Empirisisme adalah aliran empirisisme berpengaruh terhadap para
pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat
bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang
relative masih baru.
c. Aliran Konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisisme
dengan aliran nativisme.
B. Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan
1. Proses Perkembangan
Proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri)
berlangsung tiga tahapan, yakni:
a. Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma
ayah);
b. Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kea lam
dunia bebas);
c. Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang
pribadi yang khas.

2. Tugas dan Fase Perkembangan


a. Tugas Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-kanak
Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi berlangsung sejak
seorang individu manusia dilahirkan sari rahim ibunya sampai berusia
sekitar setahun.

17
b. Tugas Perkembangan Fase anak-anak
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun.
c. Tugas Perkembangan Fase Remaja
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama
kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun
pada pria.
d. Tugas Perkembangan Dewasa
Masa dewasa awal ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai
memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun.
e. Tugas Perkembangan Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara
usia 40 sampai 60 tahun.
f. Tugas Perkembangan Fase Usia Tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan. Masa ini berlangsung
antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir (akhir hayat).

3. Hukum Perkembangan
A. Hukum Konvergensi
Hal ini berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa,
bergantung pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua
pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami.
B. Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
Para siswa, seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki
dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative,
seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian, dan juga kepunahan dan
seterusnya.
C. Hukum Masa Peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus.
D. Hukum Keperluan Belajar
Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan
fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli
tidak menyebutnya secara eksplisit.

18
E. Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa
diiringi proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah.
F. Hukum Tempo Perkembangan
Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam
kategori: cepat, sedang dan lambat.
G. Hukum Irama Perkembangan
Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang
turun.
H. Hukum Rekapitulasi
Rekapitulasi pada dasarnya seperti pengulangan atau ringkasan
kehidupan organisme tertentu seperti manusia yang berlangsung secara
evolusioner (sangat lambat) dalam waktu berabad-abad.
C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
1. Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap organ-
organ fisik.
2. Perkembangan Kognitif Siswa
Dalam perkembangan kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain
atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
3. Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
A. Perkembangan Moral Versi Piaget dan Kohlberg
Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak,
terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.
B. Perkembangan Social Dan Moral Menurut Teori Belajar Sosial
Pendekatan teori belajar social terhadap proses perkembangan social dan
moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan
merespons) dan imitation (peniruan).

D.Arti Penting Perkembangan Kognitif bagi Proses Belajar Siswa

19
Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa
A. Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Kecakapan kognitif sisa yang perlu dikembangkan segera khususnya oleh
guru, yakni:
1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
tersebut.
B. Mengembangkan Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan
kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.
C. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan
mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya
terbuka. Namun, kecakapan psikomotor siswa tidak terlepas dari kecakapan
afektif.

BAB 4 (BELAJAR)
A. Defenisi dan Contoh Belajar
1. Defenisi Belajar
Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta
yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran.
B. Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya
psikologi pendidikan.
C. Belajar, Memori, dan Pengetahuan dalam Perspektif Psikologi dan
Agama
1. Perspektif Psikologi

20
Hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak
mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu
sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari
stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni system penyimpanan
informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.

2. Perspektif Agama
Namun Islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif
(akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk
belajar, sangat jelas.

D. Teori-Teori Pokok Belajar


1. Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditentukan dan
dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan
eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an.
2. Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang
berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-
1936), seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah
Nobel pata tahun 1909.
3. Pembiasaan Prilaku Respons
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan
teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di
kalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
4. Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah memberi kontribusi.

E. Proses dan Fase Belajar


1. Defenisi Proses Belajar

21
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif.,
afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
2. Fase-Fase dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S.Brunner; salah seorang penentang teori S-R Bond
(Barlow, 1985), dalam proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau
fase, yakni:
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi).
b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi).
c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi).

BAB 5 (CIRI PERWUJUDAN, JENIS, PENDEKATAN, DAN FAKTOR


YANG MEMENGARUHI BELAJAR)

A. Ciri Khas Perilaku Belajar


1. Perubahan Intensional

Kesenjangan belajar menurut Anderson (1990) tidak penting, yang penting


cara mengelola informasi yang diterima siswa pada waktu pembelajaran terjadi.
Sebagai contoh, kebiasaan bersopan santun di meja makan dan bertegur sapa
dengan orang lain, guru, dan orang-orang baik disekitar kita tanpa disangaja dan
disadari.

2. Perubahan Positif dan Aktiv

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Perubahan Efektif
dan Fungsional.

B. Perwujudan Perilaku Belajar


1. Kebiasaan
Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses
penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi

22
yang berulan-gulang kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan
seperti dalam classical dan operant condition.
2. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.
3. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
4. Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dengan reson.
5. Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar
terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.
6. Sikap
Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
7. Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu
respon tertentu karena adanya proses respon lain yang sedang
berlangsung.
8. Apresiasi
Apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai
sesuatu.
9. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keaneka
ragaaman perasaan.

C. Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar Abstrak

23
Beajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak.
2. Belajar keterampilan
Belajar keterampilan adalah beajar dengan menggunakan gerakan-
gerakan motoric yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot/ neuromuscular.
3. Belajar social
Belajar social adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-
teknik untuk pemecahan masalah tersebut.
4. Belajar Pemencahan Masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-
metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
5. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan berpikir secara
logis dan rsional (sesuai dengan akal sehat).
6. Belaajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
7. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti
penting atau nilai suatu objek.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
D. Efisien, Pendekatan, dan Metode Belajar
1. Efisien Belajar
Efisien adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan
terbaik antara usaha dan hasilnya. Dengan demikian ada 2 efisiensi
yang dapat dicapai siswa, yaitu :
a. Efisiensi Usaha Belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prstasi belajar
yang diinginkan dapat diapai dengan usaha yang hemat dan minim.

24
b. Efisien Hasil Belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatan efisien apabila dengan
usaha belajar trtentu memberikan prestasi belajar tinggi.
2. Metode Belajar SQ3R
Metode SQ3R bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai
pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan
langkah-langkah mempelajari teks meliputi :
a. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi
seluruh teks.
b. Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan
dengan teks.
c. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.
d. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah
ditemukan.
e. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas
pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
E. Factor- Faktor yang Memengaruhi Belajar
Factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yakni :
 Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
 Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
 Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
1. Faktor Internal Siswa
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran oragn-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

25
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
b. Aspek Psikologis
 Inteligensi Siswa
 Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikologis untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, inteligensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya.
 Sikap Siswa
 Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relative tatap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya.sikap siswa yang positif terutama kepada anda dan
mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
 Bakat Siswa
 Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseoraang
untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang.
 Minat Siswa
 Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
 Motivasi Siswa
 Motivasi siswa adalah keadaan interna organisme-baik manusia
maupun hewan yang mendorongnya berbuat sesuatu.
2. Faktor Internal Siswa
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan social sekolah seperti para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan Nonsosial

26
Factor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Disamping fakktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan di muka, factor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

BAB 6 (PRESTASI, LUPA, KEJENUHAN, TRANSFER, DAN


KESULITAN BELAJAR)
A. Evaluasi Prestasi Belajar
1. Defenisi Evaluasi
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Tujuan
dan fungsi Evaluasi
a. Tujuan Evaluasi
Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai
oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan eorang siswa
dalam kelompok kelasnya.
Ketiga, untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa
dalam belajar.
Keempat, untuk mengetahui segala upaya siswa dalam
mendayagunakan kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar.
Kelima, untuk mengetahui ingkat daya guna dan hasl guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses mengajar-
belajar.
b. Fungsi Evaluasi
1. Fungsi administraif untuk penyusunan daftar nilai dan
pengisian buku rapor.
2. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.

27
3. Fungsi diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa dan merencanakan program remedial teaching.
4. Sumber data BK untuk memasok data siswa tertentu yang
memerlukan bimbingan dan konseling.
2. Ragam Evaluasi
a. Pre-test dan Post-test
Tujuannya untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa
mengenai bahan yang akan disajikan
b. Evaluasi Prasyarat
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atau
materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c. Evaluasi Diagnostik
Tujuannya mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum
dikuasai siswa.
d. Evaluasi Formatif
Tujuannya ialag untuk memperoleh umpan balik yang mirip
dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendignosa kesulitan
belajar siswa.
e. Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini lazim digunakan pada akhir semester atau akhir tahun
ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja
akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke
kelas yang lebih tinggi.
f. UAN/UN
Pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai
alat penentu kenaikan status siswa.
3. Syarat dan Ragam Alat Evaluasi
a. Syarat Alat Evaluasi
Persyaratan poko penyususnan alat evaluasi yang baik dalam
perspektif psikologi belajar meliputi dua macam, yakni :
1. Reabiliitas, berarti hal tahan uji atau dapat dipercaya.
2. Validitas, pada prinsipnya berate keabsahan atau kebenaran

28
b. Ragam Alat Evaluasi
1. Bentuk Objective
Yakni tes yang jawabannya apat dieri skor niala secara lugas.
Diantaranya seperti :
a. Tes benar salah
b. Tes pilihan berganda
c. Tes pencocokan
d. Tes pelengkapan ( melengkapi)
2. Bentuk Subjective
Tes subjective adalah alat pengukuran prestasi belajar yang
jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti, seperti
yang digunakan untuk evaluasi objective.
4. Indicator Prestasi Belajar
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah mengetahui garis-garis besar indicator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
5. Batas Minimal Prestasi Belajar
Manetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa
alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran
tersebut ialah :
a. Norma skala angka dari 0 sampai 10
b. Norma skala angka dari 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar


(passing grad) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skla 0-
100 adalah 5,5 atau 60.

6. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif dan Psikomotorik


a. Evaluasi Prestasi Kognitif

29
Mengukur keberhassilan siswa yang berdimesi kognitif (ranah
cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes
tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.
b. Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa
yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis internalis dan
karakterisasi seyogianya mendapat perhatian khusus.
c. Evaluasi Prestasi Psikomotorik
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan
belajar yang berdimensi ranah psikomotor ( ranah karsa) adalah
obsevasi. Observasi, dalam hal ini dapaat dapat diartikan sebagai
jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain,
dengan pengamatan langsung.

B. Lupa dan Kejenuhan Belajar


1. Lupa dalam Belajar
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefenisikan lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang telah
pernah dipelajari atau dialami.
a. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
1. Gangguan konflik antara item-item informasi yang ada dalam
memori siswa.
2. Adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik itu
disengaja maupun tidak.
3. Perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan
waktu mengingat kembali.
4. Perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi
belajar tertentu.

30
5. Materi yang sudah dipelajari tidak pernah digunakan atau
diulang siswa.
6. Perubahan urat syaraf siswa.
b. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
1. Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang
melebihi batas penguasaan dasar mater atas materi pelajaran
tertentu.
2. Extra study time, ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penamahan frekuensi aktivitas belajar.
3. Mnemonic device, berarti kiat khusus yang dijadikan “alat
pengait” mental untuk memasukkan item-item informai
kedalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokan, ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti
bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang
sama atau sangat mirip.
5. Latihan terbagi, latihan terkumpul (massad practice) yang
sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa
melakukan cramming.
6. Pengaruh letak bersambung, siswa dianjurkan menyususn
daftra kata-kata (the serial position effect), siswa dianjurkan
menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.

C. Transfer dalam Belajar


Transfer belajar, mengandung arti pemindahan eterampilan hasil belajar
dari satu situasi ke situasi lainnya. Transfer dalam belajar dapat
digolongkan kedalam emapat kategori :
 Transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan
belajar selanjutnya.

31
 Transfer negative, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.
 Transfer vertical, yaitu transfer yang berefek yang berefek baik
terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.
 Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek bqik terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat.
D. Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya
a. Faktor-faktor kesulitan Belajar
 Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari dalam diri siswa sendiri.
 Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaaan
yang datang dari luar diri siswa.
b. Diagnosa Kesulitan Belajar
c. Alternative pemecahan kesulitan belajar
d. Melaksanakan program perbaikan.

BAB 7 MENGAJAR

A. Defenisi Dan Contoh Mengajar

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan
membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai
dengan criteria yang telah ditetapkan bai criteria institusional maupun
konstitusional. Tyson dan carol (1970) mempelajari seksama sejumlah teori
pengajaran dan menyimpulka bahwa mengajar adalah sebuah cara dan proses
hubungan timbale balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan
kegiatan. Nasution (1986) menyebutkan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Tardig (1989) mendefenisikan
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan
tujuan membantu dan memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan
kegiatan belajar. Dalam membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk
menghubungkan mereka dengan lingkungannnya. Selanjutnya, selain

32
membimbing, mengajar juga harus berarti membantu siswa agar berkembang dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

B. Pandangan-Pandangan Pokok Mengenai Mengajar


1. Mengajar sebagai ilmu

Sebagian ahli menyatakan bahwa mengajar merupakan ilmu (science). Oleh


karenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja
dibangun untuk menjadi tenaga professional yang memiliki profisiensi dalam
dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.

2. Mengajar sebagai seni

Sebagian ahli memandang bahwa mengajar adalah sebi (art), bukan ilmu, oleh
karnanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berpendidikan) bisa
menjadi guru yang piawai dalam mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk
menjadi guru yang professional orang harus belajar dan berlatih keras di
lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun.

C. Model dan Metode Pokok Mengajar


1. Model pokok mengajar

Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang


direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran.
Cetak biru (blue Print) ini lazimnya dijadikan perencanaan pelaksanaan
pengajaran dan evaluasi belajar.

a. Model Information Processing


Information processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi
kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya
riset dan pembahasan psikologi pendidikan.
b. Model personal
Rumpun model personal pada umumnya berorietasi pada pengembangan
siswa yang lebih banyak memperhatiikan kehidupan ranah rasa, terutama
fungsi emosionalnya.
c. Model social

33
Model social adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada
proses interaksi individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut.
oleh karna itu, rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactive
model.
d. Model Behavioral
Rumpun model mengajar pengembangan prilaku (behavioural) direkayasa
atasa dasar kerangka teori perilaku yang dihubungakan degan proses
belajar dan mengajar.

2. Metode Pokok Mengajar


a. Defensi Metode Mengajar
Metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta-faktaatau konsep-konsep
secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur
sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk
menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik,
metode eksperimen. dan sebagainya.
b. Ciri Khas Metode Mengajar
Setiap metode mengajar memiliki keunggulan-keunggulan dan
kelemahannya yang khas. Namun kenyataan tersebut tidak dapat
dinyatakan sebagai arumen mengapa seorang guru gagal dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Guru yang professional dan kretif
justru akan memilih metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan
topic pembahasan, materi dan tujuan pembelajaran serta jenis kegiatan
pembelajaran.
c. Ragam Metode Mengajar
Ada beberapa macam metode mengajar yang dipandang representatif dan
dominan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang
pada setiap pendidikan formal. Beberapa dari metode itu adalah metode
yang bersifat khas dan mandiri.

34
 Metode Ceramah, yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikutinya secara pasif.
 Metode Diskusi, merupakan metode mengajar yang sangat erta
hubunganya dengan belajar memecahkan masalah. Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok. Aplikasi metode
diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa
tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.
 Metode Demonstrasi, metode tersebut erat hubungannya dengan
penyajian informasi yang dapat diartikan sebagai upaya peragaan
atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan
sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan
suatu kejadaian.

D. Strategi Dan Tahapan Mengajar


1. Strategi Mengajar

Strategi mengajar dapat didefenisikan sebaai sejumlah langkah yang


direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sebuah
strategi mengajar dapat berlaku umum bagi semua guru bidang studi selama
orientasi sasarannya sama.

2. Tahapan-tahapan Mengajar
 Tahap Prainstruksional

Tahap pranstruksional adalah langkah persiapan yang ditempuh guru pada


saat mulai memasuki kelas hendak ingin mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan
memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelass, dan kondisi peralatan yang tersedia
dengan alokasi waktu yang singkat.

 Tahap Instruksional

35
Tahap instruksional adalah tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap
ini guru menyajikan materi pelajaran atau pokok pembahasan yang disusun
lengkap dengan persiapan model,metode dan strategi mengajar yang dianggap
cocok.

 Tahap Evaluasi dan tahap Tindak Lanjut

Tahap terakhir proses mengajar terdiri dari kegiatan evaluasi dan tindak
lanjut. Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan siswa yang
berlangsung pada tahap instruksional. Caranya ialah dengan mengadakan post
test.

3. Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan


seseorang (missal guru) agar orang lain ( dalam hal ini murid) melakukan belajar.
Kadi, pembelajaran tidak identik dengan belajar sevagaimana yang dipahami
sebagian orang selama ini. Sebaliknya pembelajaran sangatlah mirip dengan
proses mengajar.

BAB 8 ( GURU DAN PROSES MENGAJAR DAN BELAJAR)


A. GURU
Arti Guru Dahulu dan Sekarang

Pada zaman dahulu, jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan
posisi guru konon dihormati seperti para priyayi. Dalam berbagai upacara dan
perayaan, mereka duduk di deretan utama bersama para damang alias wedana.
Namun keadaan para guru telah berubah drastis. Profesi guru adalah profesi yang
“kering” dalam arti kerja keras guru dalam membangun sumber daya manusia
(SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja.
Bahkan, harkat dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah
menjadi warga Negara second cass (kelas kedua).

B. Karakteristik kepriadian Guru

36
Menurut tinjauan Psikologi, kepribadian pada prinsipya adalah susunan
atau kesatuan aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan
apek behavioural (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional
dalam diri seseorang, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan
tetap. Oleh karna itu, setiap calon guru professional diharapkan mampu
memahami karakterisitik (cirri khas) keperibadian dirinya yang diperlukan
sebagai panutan para siswanya.

1. Fleksibilitas kognitif Guru

Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan berfikir yang diikuti dengan


tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas
kognitid atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurang mampuan
berfikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang dihadapi.

2. Keterbukaan Psikologis Pribadi Guru

Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi professional keguuan yang harus


dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai
dengan kesediaanya yang reatif tinggi untuk mengomunikasikan dirinya dengan
factor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawatm dan lingkunngan
pendidikan tempatnya bekerja.

37
2.3 Rangkuman Buku Ketiga

BAB 1 (PENDAHULUAN)

BAB 2

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidkan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan.


Psikologi aalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku.
Sedangkan pendidkan adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara
menanamkannya. Namun definisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu
psikologi dalam pendidkan memiliki arti sendiri,yakni ilmu yang mempelajari
proses belajar mengajar pada lingkungan pendidikanPendidikan pada hakikatnya
adalah pemolaan pengaruh terhadap peserta didik. Pemolaan ini dapat
berlangsung secara sistematis dan tidak sistematis.

Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya karakter (the end of ducation is


character), yaitu mengetahui yang benar, melakuka dengan tepat dan bertindak
mulia. Dengan demikian, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
dapat membangun karakter. Mendidik dan mengajar adalah kegiatan yang
kompleks. Tidak ada satu cara yang paling efektif dalam efektif dalam mendidik
peserta didik karena kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik. Oleh
Karena itu seorang pendidik akan mendidik dengan efektif jika memiliki
pengetahuan yang dna keahlian professional, memiliki komitmen dan motivasi.
Santrok (2007) mengemukakan bahwa untuk menjadi pendidik yang efektif perlu
diperhatikan beberapa hal.

1) Pengajaran yang efektif mensyarakatkan agar pendidik menguasai


secara utuh ilmu yang diajarkannya.
2) Memperlas perspektif. Pendidik harus yakin bahwa dirinya dapat
menjadi pendidik yang efektif sebagaimana diingatkannya. Pendidik
perlu berusaha untuk memandang sesuatu bagaimana peserta didik
perlu mencurahkan segenap hatinya kepada peserta didik.

38
3) Pendidik perlu meningkatkan diri secara terus menerus..

Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk memahami dan mneingkatkan


proses belajar mengajar dan pembelajaran. Definisi lain yang menyatakan bahwa
psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tetang proses belajar
mengajar pada situasi keseharian.

Psikologi pendidikan pertama kali oleh William James, tak lama setelah
meluncur lama setelah buku ajar psikologi yang pertama. Dia menjelaskan
pentingnya mempelajari proses belajar mengajar di kelas guna meningkatkan
mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik
yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan
tujuan untuk memperluas cakrawala pendidikan.

BAB 3 (BELAJAR)

Belajar adalah mendaptkan sesuatu yang baru dan menghasilkan


perubahan tigkah laku. Perubahan tingkah laku dapat berupa pengetahuan yang
baru. Sebelum belajar seorang mungkin tidak memilikinya. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu sangat dangkal akan tetapi setelah belajar menjadi
lebih dalam. Seorang dapat sajamerasakan kurang nyaman akan tetapi setelah
belajar akan enjadi nyaman.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peserta didik diharapkan berminat
untuk mengulamg-ulang sampai pemahamannya terhadap hal tersebut menjadi
lebih dalam.

a. Belajar vs Kematangan

Berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu selama rentang


kehidupannya. Namun tidak semua perubahan ini disebabkan proses belajar,
melainkan ada juga yang disebabkan kematangan.

b. Otak Belajar

Kendali seluruh saraf yang ada didalam diri manusia adalah otak. Oleh karena
itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga

39
mengembangkan otak. Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 miliyar
sel. belajar sehingga saat ini dikenal pembelajaran berbasis gelombang otak.

ketiga maka hal terbaik yang perlu dilakukan dalam belajar adalah meerima
informasi sehinga dapat diterima oleh mamalia secara nyaman sehingga informasi
tersebut dapat dikirim ke otak korteks dan proses berlangsung sebagaimana
diharapkan. Sebaiknya jika otak menerima informasi yang tidak nyaman, maka
informasi akan dikirim ke otak reptile. Akibatnya proses belajar tidak berlangsung
karena tidak ada proses belajar disana.

c. Perkemangan dan Belajar


1. Perkembangan kognitif dan belajar

Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu


dlam berpikir. Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan
kognitif ialah Piaget. Perkembangan kognitif Piaget mencakup proses-proses yaitu
skema, asimilasi, akomodasi, oraganisasi dan equiblibrasi.

Piaget menyatakan bahwa untuk memahami dunianya secar kognitif


individu akan mengelompokkan perilaku yang terpisah kedalam sistem kognitif
yang lebih tertip dan lancer, pengelompokan atau penataan perilaku yang kedalam
kategori-kategori. Proses mental ini disebut dengan organisasi. Penggunaan
organisasi ini akan dapat meningkatkan kemampuan memori jangka
panjang.Mekanisme bagaimana individu bergerak dari satu tahap pemikiran
selanjutnya disebut equilibrium. Pergeseran ini terjadi saat individu mengalami
kognitif disequilibrium. Pada akhirnya,individu memecahkan konflik dan
mendapatkan kesetimbangan pemikiran.

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berangsung dalam


urutan empat tahapan mengikuti perkembangan usia anak. Tahap-tahap
perkembangan tersebut adalah tahap sensori motorik, tahap praoperasional, tahap
operasional konkret, dan tahap operasional formal.

1. Tahap sensori motorik

40
Tahap ini berlangsung sejak lahir hingga usia dua tahun. bayi membangun
pemahaman tentang dunia
2. Tahap praoperasional
Tahap ini dimulai dari umur dua tahun sampai tujuh tahun. Tahap ini
dibagi menjadi dua tahap yaitu sub tahap fungsi simbol dan pemikiran
intuitif. P
3. Tahap operasional konkrit
Tahap ini terjadi pada usia 7-11 tahun .pada tahap ini dapat menggantikan
pemikiran intitutif menjadi konkrit dan spesifik klasifikasi dan transivity
merupakan keterampilan operasional yang penting.seriation adalah
operation konkrit yang melibatkan kesimpulan tersebut.
4. Tahap operasional formal
Tahap perkembangan ini berlangsung pada usia antara 11-15 tahun.pada
tahap ini remaja lebih bersifat abstrak ,idealis,dan logis.

Teori piaget ini mendapatkan kritikan pada konsepnya tentang estimasi


kompetensi anak ,tahapan ,training untuk menalar pada level kognisi yang lebih
tinggi .

Metakognisi adalah mengetahui tentang cara mengetahui.metakognisi


melibatkan pengetahuan meta kognitif dan aktifitas metakognitif .metakognitif
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dalam memecahkan
masalah,sehingga dapat mengeksplorasi strategi yang palimg baik, kapan dan
dimana. Miasalnya, dalam memecahkan soal-soal matematika, dapat digunakan
keterampilan metakognitif yaitu menggunakan beberapa cara untuk
menyelesaikan suatu persoalan.

2. perkembangan bahasa dan belajar

Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan atau


sumber. Semua bahasa manusia mengikuti aturan kronologi, morfologi, sintak dan
pragmatis. Fonologi merupakan sistem suara bahasa, morfologi, aturan untuk
mengombinasikan morfem yang merupakan serangkaian suara yang bernakna
yang merupakan kesatuan bahasa yang terkecil. Sedang sintaksis adalah cara kata

41
yang dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kaliamat yang dapat diterima.
Sematik merupakan makna kata dan kalimat dan pragmatis adalah penggunaan
percakapan yang tepat.

3. perkembangan sosial dan belajar

Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang didalam


konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya. Termasuk
didalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negative seperti
agressivitas dan kekerasan. Perkembangan sosial yang sangat relevan dibahas
didalam konteks sosial di sekolah adalah (1) perubahan konsep diri (self konsep)
dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik, (2) perubahan
kebutuhan dasar dan motif personal, (3) peruabahn pada sense tentang hubungan
dan tanggung jawab.

BAB 4 (KARAKTERISTIK BELAJAR)

A. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan
dan malakukan dan mengkritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Dari
berbagai definisi tentang intelegensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran
dengan jernih, pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara
tepat dan optimal.

Tes intelegensi digunakan dalam pendidikan untuk mendapatkan


gambaran secara garis besar tentang perkembangan kemampuan intelektual.
Dengan data ini guru dapat mengidentifikasi konseli yang mungkin akan
mengalami hambatan dalam belajar hambatan konseli dalam belajar secara
potensial berkemampuan tinggi, sehingga dapat diambil jalan selanjutnya.

B. Gaya Belajar

Dalam konteks belajar, setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih


sensitif pada salah satu inderanya. Misalnya, ada orang lebih mudah menangkap

42
dan meresapkan sesuatu dari penglihatannya disbanding dengan perasaannya.
Sejalan dengan kondisi ini,individu dapat digolongkan menjadi lima pengamatan
yaitu tipe visual, ouditif,taktil, gustatif dan olfaktoris. Tipe visual yang cenderung
lebih mudah menerima informasi penglihatan, auditif, melalui penginderaan, taktil
dengan sentuhan/meraba. Sedangkan gustatif melalui penciuman dan olfaktoris
melalui indera pengecap.

C. Gaya Berpikir

Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, replektif, mendalam


dan dangkal. Gaya yang refleksif dan impulsive disebut sebagai tempo konseptual
maksudnya, kecenderungan individu untuk beraksi dalam waktu tertentu dalam
memberi respon akurasi jawaban. Gaya impulsif cenderung spontan, cepat dan
menggunakan banyak waktu untuk merespon dan mengakurasi suatu jawaban.

D. Gaya prilaku (tempramen)

Tempramen adalah gaya prilaku seseorang dengan cara khasnya dalam


memberi tanggapan.berdasarkan gaya prilaku ini ,individu dapat dikategorikan
atas :1)gaya prilaku yang murah. 2)gaya prilaku sulit yang cenderung bereaksi
negative ,agresif,kurang control diri dan lamban dalam menerima pengalaman
baru. 3)gaya prilaku lamban tapi cenderung hangat yaitu yang biasanya
beraktifitas lamban cenderung mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh karena
itu mereka perlu mengembangkan diri dalam hal memberi perhatian terhadap
kecenderungan prilaku belajarnya terutama dalam menghadapi belajar yang sulit.

Strategi yang dapat dipilih pendidik dalam berhubungan dengan tempramen


murid:

1. Beri perhatian dan penghargaan pada individualitas .pendidik perlu peka


terhadap insyarat dan kebutuhan peserta didik.tujuan pembelajaran yang
baik mungkin dapat tercapai melalui satu cara dengan satu murid,dan cara
lain dengan murid lain tergantung pada tempramen murid
2. Perhatikan struktur lingkungan peserta didik.kelas penuh berisik sering
menimbulkan masalah bagi anak

43
3. Waspada problem yang muncul apabila memberi cap sulit bagi seorang
peserta didik dan menyusun paket program untuk anak sulit.

BAB 5 (PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR)


A. Pendekatan Behavior

Belajar adalah perubahan pengetahuan ,keterampilan,dan sikap yang relative


permanen dalam diri individu yang tampak dalam tampilan individu. Definisi ini
meningkatkan hasil belajar dan prilaku yang dapat diukur dan diobserfasi .
Beberapa hukum belajar yang dikemukakan thorndike yaitu :

1. Law of readiness.Yaitu hukum kesiapan ,maksutnya seorang akan lebih


belajar jika sudah memiliki kesiapan untuk hal yang dimksut
2. Law of exercise,yaitu hukum latihan .ikatan antara stimulus dan respon
dalam belajar akan lebih kuat jika dilakukan pengulangan-pengulangan.
3. Law of effect, yaitu hukum pengaruh, mengarah pada hadiah yang konkrit.
Semakin banyak hadiah yang diterima individu dari hasil belajarnya maka
semakin kuat ikatan perilaku tersebut dengan hadiah yang diterimanya.

Watson (1878-1958) menggunakan penemuan Palvov sebagai dasar untuk


teori belajarnya. Belajar didefinisikan sebagai suatu proses ta conditioning
reflect (respon) melalui pengartian dari stimulus ke stimulus yang lain. Menurut
Watson manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dari reaksi emosi,
ketakutan, cinta dan marah. Setiap tingkah laku dikembangkan melaui hubungan
stimulus respon baru melalui conditioning. Dengan menggunakan prinsip yang
sama untuk menerangkan tingkah laku manusia. misalnya anak yang semula tidak
takut tikus menjadi takut.

B. Pendekatan Kognitif

Ahli-ahli kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha individu


untuk mengerti dunia. Caranya adalah dengan menggunakan semua alat mental
yang dimiliki. Seorang dapat memahami duni dengan caranya memaknai dunia
tersebut. Didalam dunia kognitif Reinfornicement berfungsi sebagai umpan balik.

44
Berbeda dengan perilaku yang melihat Reinforniceme sebagai pengikat antara
stimulus dan respon. Dalam pendekatan kognitif.

C. Tehnik Belajar

Tehnik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif,
bebepa bentuk tehnik belajar yang diterapkan adalah:

1. Sikap Mental
Yang terpenting dalam belajar adalah sikap mental. Oleh karena itu yang
pertama tama perlu diperhatikan untyk dibangun dalam konsep diri adalah
pikiran positif. Ketika seseorang merasa dirinya mampu maka secara
alamiah kemampuan seseorang mengatakan dirinya tidak maka apa yang
sudah dimiliki seseorang akan menurun, sehingga yang bersangkutan
memang benar-benar tidak mampu. Oleh karena itu, dalam belajar seorang
siswa perlu memiki kata-kata afirmasi yang dapat megakibatkan
semangat untuk berhasil.
2. Rencana Belajar
Membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian, mingguan.
Tentukan waktu penyelesaian tugas-tugas secara rinci untuk setiap
harinya. Selalu memulai pekerjaan sedini mungkin, jangan menunggu
sampai hari terakhir. Pekerjaan rumah dibuat sesegera mungkin ketika
pikiran masih segar.
3. Berkonsentrasi
Hal ini dapat dilakukan dengan senam otak, relaksasi, meditasi dan
sebagaimana.
a. Senam Otak, yang dilakukan sambil bernyanyi dengan mengikuti gerakan
satu persatu, atau menekan satu bagian dari badan tertentu ataupun melalui
bernyanyi sesuai dengan syair lagu senam otak.
b. Relaksasi, dilakukan untuk membawa otak pada gelombang Theta, yaitu
kondisi pikiran tenang dan fokus dan konsentrasi. Relaksasi dapat

45
dilakukan dalam posisi duduk tegak dengan punggung tegak lurus tetapi
rileks dengan kepala tegak dan seimbang diatas badan. Mata ditutup untuk
mengurangi gangguan dari indra penglihatan. Mulai bernafas pelan-pelan
dan berkonsentrasi pada pernapasan diujung hidung. Terus memperhatikan
nafas tanpa memikirkan hal lain. Hal ini akan memiliki pengaruh yang
sangat menenangkan yang memdatangkan kedamaian dalam pikiran. Pada
saat yang bersamaan, para siswa akan belajar untuk memusatkan pikiran
dengan konsentrasi pada pernafasan.
4. Mengikuti Pelajaran
Kemampuan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas seperti
mendengar, menyimak, dan memberi respon. Posisi duduk ketika
mengikuti pelajaran perlu diperhatikan. Orang yang bersemangat dalam
belajar biasanya berada dalam keadaan tubuh lebih condong kedepan
sedikit, menganggukkan kepala tanda persetujuan, mengacungkan jari
ketika bertanya, mendengar sambil membuat catatan singkat. Ketika
belajar dirumah, persiapan belajar sangat membantu, misalnya sangat
membantu, misalnya belajar ada waktu yang tetap setiap harinya. Duduk
membelakangi jendela duduk tegak tidak enak, tidak ada yang
memnggangu konsentrasi belajar, meja dibersihkan dan jauh dari
makanan, novel atau komik, siapkan bahan yang diperlukan.
5. Tujuan Belajar
Memahami tujuan belajar. Belajar pada hakikatnya adalah untuk
mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai
tujuan hidup. Makin banyak yang diketahui, maka makin banyak yang
dapat diperbuat. Belajar dapat lebih terarah jika dilakukan dengan
menjawab pertanyaan apa (fakta, nama), mengapa (hubungannya) dan
bagaimana ( cara menegrjakannnya). Proses belajar berlangsung melalui
panca indera dengan penglihatan 15%, pendengaran 55% dan kegiatan
75%.
6. Tehnik Mengingat
Kemampuan mengingat dapat dapat dilatih dengan tehnik menumpuk,
teknik asosiasi. Misalnya, untuk mengingat faktor-faktor yang membuat

46
sukses dengan membuat perkalian A x B x C x D = sukses. Hal ini
diasosiasi dengan
A= menyiapkan alat
B= belajar
C= menetapkan cita-cita, dan
D= doa

Salah satu perkalian itu nol maka tidak aka nada sukses.

Dengan kunci sukses (soft skil) dapat dihapal dengan tehnik menumpuk nama
anggota tubuh: mata, hidung, mulut, dagu, tangan, perut, lutut, kaki. Kemudian
mengasosiakan sebagai berikut:

1) Mata diasosiasikan kejujuran (intelegensi),


2) Hidung asosiasinya ketangguhan (hirup aroma kesuksesan karena gagal
awai sukses),
3) Mulut diasosiasikan dengan komunitas asertif (selalu berbicara dengan
niat baik)
4) Dagu diasosiasikan motivasi diri ( setiap saat melakukan yang terbaik)
5) Tangan diasosiasikan motivasi diri untuk menepati janji (komitmen)
6) Perut diasosiasikan motivasi diri untuk bertanggungjawab dan sikap
menerima resiko
7) Lutut diasosiasikan keseimbangan

Kemampuan mencatat dapat dilatih dengan membuat bagan, peta pikiran


(mind mapping) selain mencatat dengan simbol-simbol. Mencatat membantu
berkonsentrasi didalam kelas dan catatan merupakan bantuan dalam mengingat
kembali saat diperlukan. Mencatat di kelas dapat dilakukan dengan
memendekkan kata.

BAB 6 (MODEL PEMBELAJARAN)

KONSEP

Penggunaan kata pembelajaran sering dihubungkan dengan istilah-istilah


sebagai berikut: (1) pendekataan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3)

47
metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6)
model pembelajaran. Pendektaanpembeljaran diartikan sebagai perspektif
terhadap proses pembelajaran. Pendekataan pembelajaran terdiri atas: (1)
pendekataan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(studentcenteredapproach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau pada guru (teachercenteredapproach).

Model Pengajaran Langsung

Pengajaran langsung merupakan modle pembelajaran yang berpusat pada


guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti:
menghafal rumus, informasi faktual) dan pengetahuan prosuderal (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan bertahap. Model pembelajaran langsung ini
disebut juga dengan model pembelajaran aktif (Arend, 2011).

Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran langsung


adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa


2. Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan

Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan dan


praktik serta kerja kelompok. Pada pengajaran langsung ini dapat dilakukan
belajar dengan pemodelan tingkah laku. Belajar ini didasrkan pada teori belajar
sosial. Elemen penting yang perlu diperhatikan di sini adalah perhatian (atensi),
mengulang (retensi), mengolah (produksi), dan motivasi (Slavin, 1994).

a. Pembelajaran Koopertstif (CooperativeLearning)

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan


membuat siswa bekerja sama dan tanggung jawab pada kemajuan belajar

48
temannya. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok belajar
konvensional. Pada belajar kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif,
saling membantu dan saling memberiakn motivasi sehingga ada interaksi
promotif, sedangkan pada belajar konvensional, guru saling memberikan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Beberapa pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dikemukakan


sebagai berikut:

a) Student Team AchievementDivision (STAD)

Pembelajaran dengan pendekatan ini dilakukan dengan tahap persiapan


sebagai berikut.

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti: Rencana Pembelajaran,


Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa beserta jawaban
2. Membentuk kelompok
3. Menentukan skor awal dari nilai ulangan sebelumnya atau dari kuis
yang terakhir
4. Kerja kelompok

b) Menghitung Skor Kelompok

Skor perkembangan kolompok dihitung berdasarkan hasil penjumlahan


semua skor perkembangan anggota kelompok dibagi dengan jumlah kelompok.

c) Tim Ahli (jigsaw)

Pembelajaran Jigsaw dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(1) membuat kelompok siswa @ 5-6 orang, (2) memberikan teks bacaan per sub
bab pada masing-masing siswa, (3) setiap siswa mebaca materi teks, (4) semua
siswa yang memiliki materi yang sama berkumpul untuk mendiskusikannya, (5)
siswa kembali kedalam kelompoknya dan mengajari teman-temannya, (6) semua
siswa pada kelompok asal mengerjakan kuis tentang semua materi.

d) Investigasi Kelompok (Group Investigation)

49
Pada model ini siswa dibagi atas kelompok yang beranggotakan 5-6 orang
per kelompok. Kelompok ini diusahan heterogen. Tuigas kelompok adalah
melakukan penyelidikan terhadap topik tertentu dan kemudian melaporkan
hasilnya di dalam kelas.

e) Think Pair Share (TPS)

Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Model ini digunakan untuk
membuat variasi pola diskusi kelas, sehingga dapat dibandingkan tenya jawab
kelompok pada keseluruhan kelas. Langkah-langkah:

1. Guru menjelaskan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian


berpikir. Pada tahap ini mereka diminta untuk memikirkan terhadap
pertanyaan yang diajukan guru
2. Berpasangan
3. Pada langkah berikutnya, guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil
diskusi pasangan tersebut di depan kelas hingga semua pasangan dapat
giliran.

b. Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem BlasedInstruction)

Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membangun siswa


mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau stimulasi dan lain: realistis sesuai kehidupan siswa, konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiri siswa, retensi konsep
menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan model
ini antara lain: persiapan pembelajaran kompleks (alat, problem dan konsep), sulit
mencari problem yang relavan, terjadi miss konsepsi, memerlukan waktu yang
lebih lama.Sintaks pengajaran berbasis Masalah sebagai berikut.

1. Tahap 1, Orientasi siswa pada masalah


Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan bahan belajar, mengajukan
fenomena/demonstrasikan/cerita untuk memecahkan masalah.

50
2. Tahap 2, Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
belajar sesuai dengan masalah
3. Tahap 3, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan data/informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4. Tahap 4, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video
dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan teman
5. Tahap 5, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mmbantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi, terhadapa penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

c. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara


materi pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual yakni: konstrukstivisme, bertanya,
inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual


adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna


dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3) Mngembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Menciptakan masyarakat belajar/belajar berkelompok
5) Menghasilkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan

51
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Beberapa langkah-langkah bentuk pembelajaran kontekstual disampaikan


sebagai berikut:

1) Konstruktivisme
2) Inquiri
3) Bertanya
4) Masyarakat belajar
5) Pemodelan
6) Refleksi
7) Penilaian Autentik

d. Pembelajaran Diskusi Kelas

Kelemahannya antara lain adalah ketergantungan pada kepemimpinan dan


partisipasi anggota, memerlukan keterampilan tertentu yang belum pernah
dipelajari sebelumnya, dikuasai oleh beberapa siswa yang menonjol, memerlukan
waktu yang banyak, sulit membatasi masalah, dalam diskusi kelas yang besar
kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Adapun sintak
pembelajaran diskusi kelas, yaitu:

1. Menyampaikan tujuan dan mengatur setting


2. Mengarahkan diskusi
3. Menyelenggarakan diskusi
4. Mengakhiri diskusi
5. Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu
e. Strategi-strategi Belajar

Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan siswa untuk


belajar atas kemauan dan kemampuan sendiri (mandiri). Strategi-strategi ini
dilakuaknden digunakan yaitu:

a) Strategi mengulang (rehearsalstrategies)


b) Strategi elaborasi

52
c) Strategi organisasi
d) Strategi meta kognitif
f. Strategi Belajar peta Konsep

Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan


bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada
kategori yang sama. Konsep-konsep dihubungan oleh proposisi sebagai bentuk
hubungan antar konsep. Cara membuat peta konsep dapat dilihat melalui sintaks
strategi peta konsep, yaitu:

Langkah 1 : mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi


sejumlah konsep

Langkah 2 : mengidentifikasi ide-ide atau konsep sekunder yang


menunjang ide utama

Langkah 3 : menempatkan ide-ide utama di tengah atau dipuncak peta


tersebut

Langkah 4 : mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama


yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide
utama

BAB 7 (MOTIVASI BELAJAR)

Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang


menyebabkan sesuatu bergerak. Motivasi pada dasarnya bermakna kontektual,
mempunyai intensitas dan arah. Karena itu motivasi dapat dipahami dari motif
yang mendasarinya. Misalnya, motif biologis, motif kompetisi, motif, yang
dipelajari, motif berprestasi, dan sebagainya.

Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan bersumber dari luar diri.
Motivasi intrinsik (dari dalam diri) muncul karena individu senang melakukannya.
Motivasi mendorong dan memberi energi pada tingkah laku. Motivasi ekstrinsik
adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya.

53
Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti adanya
reward dan menghindari adanya punisment.

a. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam


belajar. Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah
untuk mencapai suskes., meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama
motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. Motivasi belajar
disekoalh dipengaruhi oleh rekayasa pedagogis guru di sekolah. Dimyati (2002)
menggmsbsrksnhsl ini sebagai berikut:

b. Komponen-komponen Motivasi Belajar

Keller dalam Suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi belajar


yang disebutnya sebagai model ARCS. Yaitu, atention (perhatian), relevansi
(relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfaction (kepuasan).

c. Pentingnya Motivasi Belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Motivasi
belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru (Dimyati, 2002). Bagi siswa motivasi belajar ini
penting sebagai upaya untuk memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya
pada awal kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar. Motivasi belajar
juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi
belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam membengkitkan dan
memmelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

d. Unsur-unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang mengalami


perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis siswa.
Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyati (2002) adalah cita-cita
atau aspirasi siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis
dalam belajar dan pembelajaran serta upaya guru dalam membelajarkan siswa.

54
1. Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang (misalnya untuk
menjadi pemain bulu tangkis) akan memperkuat semangat belajar dan
mengarahkan perilaku belajar.
2. Unsur berikutnya yang mempengaruhinya motivasi belajar adalah
kemampuan.
3. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
4. Kondisi lingkungan siswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan,
sebaya dan kehidupan kemasyarakatan, organisasi intra sekolah serta
organisasi kemasyarakatan yang diikuti siswa juga mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

e. Penerapan Teori Motivasi Siswa dalam Pembelajaran

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan


perilaku. Perilaku termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.

BAB 8 (DISAIN PEMBELAJARAN)

Konsep

I. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan penyusun strategi sistematik dan


tertata untuk melaksanakan pembelajaran. Prosedur penyusun rencana
pembelajaran diawali dengan aktivitas menetapkan sasaran perilaku,
menganalisis, tugas dan menyusun taksonomi instruksional. Sasaran perilaku
adalah pernyataan yang menyatakan perubahan dalam perilaku terjadi dan kriteria
kinerja.

a) Menyusun Taksonomi Instruksional

55
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga domain yaitu, kognitif, afektif, dan
psikomotor. Domain kognitif mengandung enam sasaran, yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis nserta evaluasi. Domain afektif terdiri
dari taksonomi; penerimaan, respons, mengahrgai, pengorganisasian, dan
menghargai karakteristik. Domain psikomotor yaitu gerak refleks, kemampuan
perceptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih, dan perilaku nondiskusif. Saat ini
dimensi pengetahuan mengandung empat kategori yaitu: mulai dari pengetahuan
kongkret (faktual), konseptual, prosedural, dan pengetahuan abstrak
(metakognitif).

II. Pembelajaran Berpusat pada Guru

Pada pendekatan berpusat pada guru, pembelajaran didisain dalam


pengajaran secara langsung guru kepada siswa. Pendekatan berpusat pada guru ini
dilakukan dalam aktivitas beberapa aktivitas seperti orientasi materi baru,
menjelaskan pelajaran, mengajar, mendemonstrasikan, bertanya dan diskusi,
latihan di kelas dan pekerjaan rumah. Penggunaan pertanyaan secara afektif dalam
pendekatan ini dapat dilakukan dengan:

a) Mengajukan pertanyaan berbasis fakta sebagai entri untuk masuk ke


pertanyaan berbasis pemikiran
b) Menghindari pertanyaan ya-tidak
c) Menyediakan waktu untuk siswa dalam memikirkan jawaban
d) Mengajukan pertanyaan dengan jelas, ada tujuan, singkat dan runtut
e) Memantau bagaimana respon guru terhadap jawaban siswa
f) Mementukan kapan sebaiknya mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelas
dn kapan pertanyaan untuk seorang siswa
g) Mendorong siswa mengajukan pertanyaan
III. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa

Pendektaan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan


reflektif. Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada empat faktor yaitu kognitif,

56
metakognitif, motivasional, dan sosial emosional dan perbedaan individual.
Empat prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu:

(1) Faktor kognitif dan metakognitif


Fokus pendekatan ini adalah siswa sebagai individu yang belajar. Prinsip
dasar kognitif dan metakognitif adalah sebagai berikut:
- Sifat proses pembelajaran
- Tujuan proses pembelajaran
- Konstruksi pengetahuan
- Pemikiran strategis
- Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
- Konteks pembelajaran
- Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
- Motivasi instrinsik untuk belajar
- Efek motivasi terhadap usaha
- Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
- Pengaruh sosial terhadap pembelajaran
- Faktor perbedaan individual

(2) Strategi Instruksional

Beberapa strategi instruksional yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini antara
lain adalah:

1) Pembelajaran berbasis probelm (problem baseleearning)


2) Pertanyaan esensial (EssentialQuestion)
3) DiscoveryLearning
4) Teknologi dan pendidikan
c. Manejemen Kelas

Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan


siswa untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif
dalam pembelajaran. Dua dimensi manajemen kelas yaitu pengelolahan fisik
tempat belajar dan pengelolahan interaksi edukatif dalam pembelajaran. Dimensi

57
fisik kelas yang efektif adalah: 1) mengatur kepadatan area yang banyak
digunakan untuk bergerak, 2) memastikan guru dapat melihat semua siswa dengan
mudah, 3) materi yang sering dipakai dan perlengkapan siswa harus mudah
diakses dan 4) memastikan agar semua siswa dapat melihat presentasi kelas.

d. Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran

Gaya otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya


parenting (Dian Baumrind, 1971, 1996). Strategi manajemen kelas otoritatif akan
mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang
independen tetapi stretegi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Gaya
otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah
menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Gaya
permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak
dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolahan perilaku
mereka. Secara keseluruhan, gaya otoritatif akan lebih bermanfaat bagi murid
anda ketimbang gaya otoriter atau permisif.

e. Mengelola Aktivitas kelas Secara Efektif

Jacob Kounin (1970) menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda


dengan guru yang tidak efektif bukan dari cara mereka yang merespon perilaku
menyimpang murid, tetapi berbeda dalam cara mereka mengelolah aktivitas
kelompok secara kompeten. Pengelolahan kelas efektif diupayakan melalui
beberapa hal sebagai berikut:

1. Menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”


2. Mengatasi situasi tumpang-tindih secara efektif
3. Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
4. Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang

Membuat, Mengajarkan dan Mempertahankan Aturan atau prosedur

Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang


perilaku (Evertson, Emmer&Worsham, 2003). Aturan fokus pada ekspektasi
umum atau spesifik atau standard perilaku. Prosedur, atau routines juga berisi

58
ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik
dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan untuk melanggar perilaku
tertentu atau menciptakan standard umum. Mengajarkan aturan atau prosedur .
melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan ini akan mendorong
mereka untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri (Evertson,
Emmer&Worsham, 2003). Mengajak murid untuk bekerja sama. Menjalin
hubungan positif dengan murid. Sebuah studi menemukan bahwa, selain
membuat aturan dan prosedur yang efektif, manajer kelas yang efektif juga
menunjukkan perhatian pada murid (Evertson, Emmer&Worsham, 2003).

F.Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengembangkan Tanggung Jawab

Beberapa pedoman untuk mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung


jawab di kelas yaitu :

1. Libatkan murid dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan


kelas
2. Dorong murid untuk menilai tindakan mereka sendiri
3. Jangan menerima dalih
4. Beri waktu agar murid mau menerima tanggung jawab

G. Memberi Hadiah terhadap Perilaku yang Tepat

Beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas yakni :

1. Memilih penguatan yang efektif


2. Gunakan Promts ( dorongan) dan Shaping( pembentukan ) secara efektif
3. Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan
untuk mengontrol perilaku murid

H. Menjadi Komunikator yang Baik

Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan
komunikasi nonverbal.

59
 Keterampilan Berbicara
 Bersikap asertif ( tegas )
 Keterampilan Mendengar
 Berkomunikasi Secara Nonverbal
 Ekspresi wajah dan Komunikasi Mata
 Sentuhan
 Ruang
I. Menghadapi Perilaku Bermasalah

Intervensi Minor

Strategi intervensi minor yang efektif antara lain :

 Gunakan isyarat non verbal seperti menjalin kontak mata dengan murid.
 Terus lanjutkan aktivitas belajar yang baru dengan segera
 Saat murid berperilaku menyimpang cukup dekati murid
 Arahkan perilaku
 Beri instruksi yang dibutuhkan
 Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung
 Beri murid pilihan

Intervensi Moderat

Beberapa intervensi moderat untuk mengatasi masalah ketika murid cabut dari
kelas atau mengganggu pekerjaan / pembelajaran murid lain :

 Jangan beri aktivitas yang mereka inginkan


 Buat perjanjian behavioral
 Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas
 Kenakan hukuman atau sanksi

J.MenggunakanSumber Daya Lain

Mediasi teman sebaya, teman sebaya terkadang sangat efektif untuk mengajak
murid lain berperilaku lebih tepat

60
Konferensi guru –orang tua, cukup dengan memberi tahu orang tua biasanya
perilaku murid bisa berubah.

Minta bantuan kepada kepala sekolah atau konselor, biarkan kepala sekolah
atau konselor yang menangani masalah.

Cari mentor, seorang mentor dapat memberi dukungan yang siswa


butuhkanuntuk mengurangi perilaku bermasalah.

K.MenghadapiAgresi

Perkelahian

Di SD jika perkelahian tidak beresiko mencederai, cukup lerai dengan melakukan


intervensi perintah verbal dengan bahasa dan nada keras. Pisahkan yang berkelahi
dan suruh mereka beraktivitas kembali. Jika menangani siswa SMP atau SMA,
mungkin butuh bantuan dari guru lain untuk melerainya. Kemudian terapkan
kebijakan yang berlaku di sekolah.

Bullying

Bullying merupakan tindakan verbal atau fisik yang dimaksudkan untuk


mengganggu orang lain yang lebih lemah. Murid yang menjadi korban bullying
dapat merasa tersiksa baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Mereka bisa depresi, kehilangan minat untuk masuk sekolah atau bahkan tidak
mau sekolah. Bullying juga dapat menimbulkan problem serius bagi pelaku
maupun korban.

H.Pembangkanganatau Permusuhan Terhadap Guru

Cobalah untuk menangani murid itu secara individual. Jika pembangkangan tidak
ekstrim terjadi saat pembelajaran, cobalah untuk mendepersonalisasikannya dan
katakan bahwa anda akan membahas nya nanti setelah pembelajaran lalu temui
murid pada waktu yang tepat dan jelaskan konsekuensi dari tindakan
pembangkangan nya itu. Dalam kasus yang ekstrim, cobalah anda untuk tetap

61
tenang dan tidak terjebak dalam kemarahan sehingga murid akan jadi tenang dan
anda bisa berbicara dengan murid tentang problem tersebut.

BAB 9 (PENILAIAN)

A.Pengertian Penilaian

Penilaian sebagai evaluasi mengandung makna :

1. Proses pengumpulan data


2. Data dianalisis dalam rangka pemberian nilai atas sesuatu atau individu
3. Di dalam pemberian nilai terdapat proses pembuatan keputusan
4. Pembuatan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu
berdasarkan interpretasi dan jugdment atas informasi yang dimilikinya
yang dilakukan dengan berhati – hati, bertanggung jawab dan dapat
dipertanggungjawabkan penilai.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil evaluasi adalah nilai.


Kalau penilaian berkaitan dengan belajar peserta didik maka nilai yang diberikan
adalah nilai tentang belajar peserta didik. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan berbagai instrumen.

B. Keterkaitan Penilaian ( Evaluation ), Penilaian ( Assessment), Pengukuran


( Measurement ) dan Pengujian ( Test )

Istilah penilaian yang berasal dari kataassessmentbanyak digunakan dalam


pembelajaran saat ini. Popham ( 1975 ) menyatakan pengukuran dan evaluasi
berbeda. Pengukuran dalam bidang pendidikan diartikan sebagai tindakan
menentukan sejauhmana seseorang memiliki suatu atribut tertentu, sedangkan
evaluasi merupakan keseluruhan proses untuk menilai sesuatu baik atau tidak,
bermanfaat atau tidak.

Assessment memiliki karakteristik yang memungkinkan guru dapat


mengungkap hasil belajar yang sebenarnya dan menyeluruh pada diri anak
melalui berbagai cara. Di samping itu, assessment sebagai upaya guru untuk

62
mengetahui tingkat perkembangan dan belajar anak dan dapat meningkatkan
kesadaran diri anak serta apresiasi terhadap dirinya.

Demikian pula halnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan.


Pengukuran dilakukan mmelaluiatribut atau karakteristik orang tertentu, bukan
orang itu sendiri. Guru dapat mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi
belajar atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang sudah
dilatihkan tetapi bukan berarti mengukur anak itu sendiri.

C.Pentingnya Penilaian dalam Pembelajaran

Penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaran. Penilaian


memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan bagian – bagian lain dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang melaksanakan pembelajaran perlu
memiliki pemahaman yang benar tentang penilaian. Penilaian dilakukan sejak
awal pembelajaran, bahkan penilaian perlu dilakukan saat guru merumuskan
tujuan pembelajaran maka saat itu pula guru sudah mulai melakukan penilaian.

D.Tes

Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan
atau gambaran ppsikologikyang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes sebagai
metode pengumpulan informasi sebenarnya telah memiliki ketentuan atau batasan
respon yang harus diberikan oleh pemberi informasi.

E.Bentuk Tes

1. Tes uraian terbatas memiliki ragam :


a. Tes jawaban singkat
b. Tes melengkapi
c. Tes uraian terbatas sederhana
2. Tes uraian bebas memiliki ragam :
a. Tes uraian bebas sederhana
b. Tes uraian ekspresif

63
3. Tes objektif benar – salah memiliki ragam :
a. Tes benar – salah sederhana
b. Tes benar –salah dengan koreksi
4. Tes objektif menjodohkan memiliki ragam :
a. Tes menjodohkan sederhana
b. Tes menjodohkan hubungan sebab akibat
5. Tes objektif pilihan ganda memiliki ragam :
a. Tes pilihan ganda biasa
b. Tes pilihan ganda hubungan antar hal
c. Tes pilihan ganda analisis kasus
d. Tes pilihan ganda kompleks
e. Tes pilihan ganda membaca diagram

F.Pengembangan Tes Hasil Belajar

Tes berkaitan dengan hasil belajar. Oleh karena itu pengembangan tes
berkaitan dengan hasil belajar. Teori Bloommenegaskan bahwa hasil belajar dapat
dijabarkan dalam tiga dimensi utama yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes yaitu :

1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir

Pengambilan sampel dan pemilihan butir berkaitan dengan materi dan


kompetensi yang dibentuk dalam kegiatan belajar. Butir tes yang digunakan dalam
suatu tes harus mewakili materi dan kemampuan yang seharusnya telah dimiliki
peserta didik.

2. Aspek yang akan diuji

Setiap dimensi perkembangan terdiri dari beberapa indikator. Untuk itu,


pembuat soal perlu menetapkan indikator mana yang akan diukur.

3.Tipe tes yang digunakan

Guru perlu menentukan tipe, bentuk dan ragam tes mana yang sesuai
digunakan untuk menguji kemampuan yang ditetapkan.

64
4.Jumlah Butir

Jumlah butir soal perlu direncanakan sejak awal. Jumlah butir soal
berkaitan dengan realibitastes dan waktu serta daya tahan subjek tes ( peserta
didik )

5.Distribusi tingkat kesukaran

G.Penentuan Nilai

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai hasil
belajar. Dua pendekatan yang dimaksud terdiri dari penilaian acuan norma
( PAN ) dan penilaian acuan patokan ( PAP ). Penilaian acuan norma adalah
kriteria yang disusun berdasarkan proses standarisasi instrumen melalui
sekumpulan data yang diperoleh dari sampel sasaran instrumen dengan
menggunakan instrumen itu sendiri. Kriteria dengan acuan patokan adalah kriteria
yang ditetapkan berdasarkan proses standarisasi atau tidak sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan evaluasi. Pendekatan penilaian acuan patokan digunakan
berdasarkan patokan yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penilaian. Peserta
didik yang belum berhasil melampaui patokan maka dinyatakan belum lulus.

H.Non – Tes

Ada beberapa metode non – tes yang sering digunakan guru yaitu metode
observasi dengan menggunakan berbagai pencatatan, angket dan wawancara.

a.Pengertian Observasi

Observasi merupakan proses perolehan informasi tentang sesuatu atau objek


menggunakan alat dria dan akal pikiran.

b.Catatan Observasi

1) Catatan Anekdot, adalah tulisan naratif singkat yang menjelaskan suatu


peristiwa tentang perilaku anak yang penting bagi pengamat. Keuntungan
menggunakan catatan anekdot yaitu:

65
 Pengamat tidak memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan
pencatatan
 Pengamat bersifat terbuka
 Pengamat dapat menangkap hal – hal yang tak terduga pada saat
kejadian
 Pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan
mengabaikan perilaku yang lain.
2) Catatan cepat dan menyeluruh ( RunningRecords ), merupakan catatan
semua perilaku peserta didik yang muncul saat dilakukan pengamatan.
Catatan ini memuat kejadian secara rinci dan berurutan. Pengamat
mencatat semua kejadian terus – menerus yang dilakukan peserta didik itu.
3) Catatan Specimen ( SpecimenRecords),merupakan catatan yang sering
digunakan oleh peneliti yang menginginkan deskripsi lengkap dari suatu
perilaku peserta didikdan merupakan tulisan naratif perilaku atau peristiwa
saat terjadi dan deskripsi disusun berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya seperti waktu, anak dan settingnya.
4) Time Sampling, merupakan catatan perilaku peserta didik yang dilakukan
dalam rentang waktu tertentu. Misalnya guru mencatat pada saat jam
istirahat.
5) Even sampling, merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan
kepada pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku
khusus yang sudah dipilih lebih dulu. Even sampling digunakan untuk
mempelajari kondisi dimana perilaku tertentu terjadi atau sering terjadi.

66
67
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama dan Pembanding

a. Kelebihan Buku Utama


1. Buku utama memiliki cover yang lebih menarik dan lebih
menarik perhatian.
2. Bahasa yang digunakan baik dan teratur.
3. Didalam penjelasan materi terdapat contoh-contoh.
b. Kekurangan Buku Utama
1. Buku utama masih terdapat tanda baca yang kurang tepat.
2. Rangkuman diakhir kurang mencakup seluruh materi karena
sub bab yang dibahas terlalu banyak.
c. Kelebihan Buku Pembanding
1. Bahasa yang digunakan baik dan teratur.
2. Penjelasannya yang disajikan oleh penulis sangat baik sehingga
pembaca mudah untuk memahami.
d. Kekurangan Buku Pembanding
1. Contoh dalam kehidupan sehari-hari kurang diterapkan
didalam buku.
2. Penggunaan tanda baca yang kurang tepat.
3. Ketebalan dan ukuran huruf yang tidak sesuai.
4. Pada buku pembanding pertama masih ada penulisan yang
salah cetak.

3.2 Perbandingan

Dari hasil ringkasan yang dilakukan maka kita bisa membandingkan


antara buku utama dengan buku pembanding. Masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan jika kita gabungan
akan lebih sempurna lagi.

3.3

68
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari berbagai keterangan yang telah dibahas sebelumnya, dapat kita
simpulkan bahwa buku “Psikologi Pendidikan” yang kami kumpulkan menjadi
sebuah makalah ini cocok dijadikan sebagai referensi dalam melakukan
pembelajaran psikologi pendidikan khusus nya bagi kami yang sedang menempuh
masa pendidikan di perguruan tinggi khususnya untuk tenaga pendidik. Selain itu,
buku ini juga telah memenuhi standar buku nasional, jadi buku sangat bagus dan
dijamin kebenarannya.
Dari keempat buku yang kami kritik sudah cukup bagus untuk dijadikan
sangat membantu dalam melaksanakan perkuliahan, walaupun didalam buku
terdapat kelebihan dan kekurangan.

1.2 Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan
terkait dengan buku ini, yaitu:

1. Penulis dapat merevisi bagian-bagian yang kurang seperti penjelasan


mengenai istilah-istilah yang berkaitan.

2. Rekomendasi untuk mencari materi lain pada buku psikologi lainnya .

69
DAFTAR PUSTAKA

Milfayetti, Sri, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. PPs Unimed : Medan

Milfayetti,Sri.,&dkk.2024.Psikologi Pendidikan.PPs UNIMED : Medan

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya : Bandung

70

Anda mungkin juga menyukai