S1 PENDIDIKAN FISIKA
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Fauzi Kurniawan S.Psi., M.Psi
Oleh :
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt., Tuhan
Yang Maha Esa, atas limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Critical
Book Review atas buku yang berjudul “Psikologi Pendidikan”.
Critical Book Review (CBR) ini ditulis sebagai salah satu tugas yang
diberikan pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah CBR ini.Terutama kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini yakni Dosen Pengampu: Fauzi Kurniawan S.Psi., M.Psi. yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Critical Book Review ini.
Penulis menyadari bahwa makalah CBR ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah CBR ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembacanya.
Penulis,
Pio Situmorang
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Media pembelajaran sains.
Menguatkan kemampuan melakukan critical book review terhadap
suatu buku
1.3 Manfaat Critical Book Review
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang
critical book review.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pemilihan media
pembelajaran sains.
Untuk mengetahui banyak hal tentang buku khususnya yang berkaitan
dengan media pembelajaran sains.
1.4 Identitas Buku yang Dilaporkan
3
Indentitas buku kedua
4
12. Tahun Terbit : 2010
13. Kota Terbit : Bandung
14. Jumlah Bab : VIII Bab
5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Rangkuman Buku Pertama
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB 1 (PENDAHULUAN)
Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X (1960-1980)
dan generasi Y (1980-2000) ke generasi C atau Gen C mulai tahun 2000 hingga
sekarang. Generasi X ciri khasnya berpendidikan tinggi, aktif. Menjunjung
keluarga. Generasi Y, ciri khasnya adalah suka menunda kedewasaan dan terlalu
dekat dengan orang tua. Generasi C mewakili generasi yang selalu clicking,
connected.
6
pemimpin. Para pendidik perlu menyiapkan peserta didik menjadi kreatif, dapat
memfasilitasi sumber belajar, menyiapkan materi yang koheren, menantang dan
memberi semangat, menyiapkan kurikulumpendidikan berbasis dan peduli
budaya, serta melakukan evaluasi agar pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pendidikan yang benar, kuat dan
bermakna besar. Keberhasilan pendidikan ditandai dengan kualitas manusia
terdidik yaitu tidak hanya mengetahui yang benar tetapi juga bertindak mulia.
Semua orang harus bertanggungjawab membuat lintasan menuju masa depan
dirinya sendiri dan secara kolektif bersama orang lain untuk masa depan bangsa
dan seluruh ummat manusia. D. Rangkuman Psikologi Pendidikan. Halaman 27
Bellerik Manullang dan Milfa.2009. SQ. Medan: Pascasarjana. Jhon W.Santrock,
2007. Psikologi Pes Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Belajar adalah inti
pendidikan. Seorang pendidik dianggap efektif dalam mendidik jika menguasai
materi pelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang efektif. punya keahlian
dalam bidang perencanaan dan penentuan tujuan, manajemen kelas, motivasi,
komunikasi, bekerja dengan kelompok etnis dan kultural yang berbeda dan
teknologi, memiliki motivasi dan komitmen kerja.Meningkatkan diri dengan
menggunakan riset yang dilakukan sendiri ataupun yang dilakukan orang lain.
7
membantu peserta didiknya menemukan kebenaran dan sekaligus mampu
bertindak mulia.
BAB 3 (BELAJAR)
Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru. Dapat berupa pemikiran dan
pengetahuan baru, perasaan yang lebih terkemas, sikap yang lebih baik,
kecakapan yang lebih baik serta tumbuhnya kesadaran untuk bertanggungjawab
Belajar tidak sama dengan kematangan. Akan tetapi kematangan distimulasi oleh
faktor belajar dan sebaliknya belajar tidak efektif jika diberikan tak sesuai dengan
kematangan yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu. Semaikanlah pengetah
perbuatan Semaikan perbuatan, kebiasaan Semaikan kebiasaan, karakter Orang
yang berkaral mulia Penyelenggaraan pendidikan mengacu kepada tahapan dan
proses perkembangan. Domain perkembangan tersebut antara lain adalah
perkembangan fisik motorik, kognitif, psikososial, sosioemosional dan moral.
Semua tahapan perkembangan ini berpengaruh terhadap kesiapan belajar peserta
didik. Oleh karena itu pendidik perlu memahami bagaimana keadaan
perkembangan peserta didik secara umum dan secara spesifik pada tiap domain
perkembangan.
8
perbedaan individu perlu diperhatikan di dalam pendidikan. Tidak hanya berbeda
dari segi penampilan fisik, tetapi juga dari dimensi lainnya, seperti inteligensi,
bakat, minat, gaya belajar dan gaya berpikir, latar belakang keluarga. Pemahaman
tentang perbedaan ini akan memberi kesempatan pada guru untuk mendisain
suasana dan proses pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan tersebut. Selain
perbedaan ini guru juga perlu memperhatikan kebutuhan belajar. Terutama yang
berkebutuhan khusus seperti gangguan indra, gangguan bicara, gangguan fisik,
keterbelakangan mental, ketidak mampuan belajar, pusat perhatian terpecah,
gangguan prilaku dan sosial serta yang berbakat. Dalam menghadapi perbedaan
kebutuhan ini, guru perlu menyadari keterbatasannya sehingga perlu berkolaborasi
dengan para ahli, terutama pada kelas-kelas inklusi (normal belajar bersama
dengan berkebutuhan khusus). Setiap orang memiliki karakteristik yang khas
dalam belajar. Kekhasan tersebut dapat dilihat dari berbagai dimensi. Satu di
antaranya adalah inteligensi. Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi
akan tampil dalam kemampuan menangkap informasi dan menyelesaikan masalah
secara cepat dan tepat.
9
BAB 5 (PENDEKATAN TEKNIK BELAJAR(
10
tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran
akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.
Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi energi, arah dan
mempertahankan perilaku. Pendekatan behavior menekankan pemberian motivasi
secara eksternal berdasarkan imbalan dan hukuman. Dalam perspektif humanistik
menekankan pada pertumbuhan personal sehingga motivasi bersumber secara
internal. Pendekatan kognitif memfokuskan perhatian pada mendapatkan sesuatu,
atribusi dan keyakinan seseorang untuk mengendalikan lingkungan secara efektif
untuk dapat mencapai tujuan mereka. Guru perlu memperhatikan adanya
pengaruh self determination, pencapain tujuan, ekspektansi x nilai di dalam
meotivasi siswa.
11
Disain pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan dalam menentukan rencana
pembelajaran dalam: menentukan tujuan instruksional, merencanakan aktivitas
dan menentukan prioritas dan menentukan waktu, mulai dari perencanaan harian
hingga perencanaan tahunan. Perencanaan pembelajaran berorientasi pada guru
dapat dilakukan dengan orientasi tugas baru, advance organizer, menjelaskan,
mendemonstrasikan, bertanya dan diskusi. Sedangkan pendekatan berorientasi
pada pelajar fokus pada pelajar sebagai individu yang belajar, antara lain
dilakukan dengan problem base learning, discovery learning, esential question,
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. D.
BAB 9 (PENILAIAN)
12
Pengamatan nerupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan panca
indera. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan specimen records, time
sampling, atau even sampling.Portofolio penilaian merupakan dokumen yang
digunakan untuk memperoleh informasi perkembangan kemajuan belajar peserta
didik dalam rentang waktu yang ditentukan. Penggunaan portofolio sebagai
penilaian pembelajaran dilakukan dengan langkah, yaitu 1) tahap persiapan, 2)
tahap pelaksanaan, dan 3) tahap penilaian. Portofolio penilaian dikembangkan
melalui tahapan 1) merumuskan tujuan, 2) menentukan format, 3) memilih sistem
penyimpanan, 4) mengidentifikasi komponen portofolio, 5) mengumpul dan
menyusun karya, dan 6 menyusun penilaian portofolio. Portofolio penilaian
mengandung komponen pokok, yaitu 1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat
mencakup lebih dari satu ranah, 2) kualitas hasil (outcome), 3) bukti-bukti otentik
dari pembelajaran yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, 4)
kerjasama anak dengan anak, dan anak dengan guru, 5) penilaian yang integratif
dan dinamis karena mencakup multi aspek, 6) adanya kepemilikian (ownership)
melalui refleksi diri dan evaluasi diri, 7) perpaduan penilaian dengan
pembelajaran.
13
2.2 Rangkuman Buku Kedua
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB 1 (PENDAHULUAN)
14
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
3. Defenisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang
berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal
sebagai berikut.
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif.
e. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
15
Khususnya mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi
pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan
pembahasan ke dalam tujuh bagian.
a. Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangya meliputi pengendalian
kelas dan penciptaan iklim kelas.
b. Metodologi kelas (metode pengajaran).
c. Motivasi siswa peserta kelas.
d. Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa.
e. Penanganan siswa berprilaku menyimpang.
f. Pengukuran kinerja akademik siswa.
g. Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan.
3. Metode Psikologi Pendidikan
a. Metode Eksperimen
b. Metode kuesioner (qustionaire) lazim disebut metode surat menyurat
(mail survey).
c. Metode Studi Kasus
d. Metode Penyelidikan Klinis
e. Metode Observasi Naturalistik
16
BAB 3 (PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PROSES BELAJAR)
17
b. Tugas Perkembangan Fase anak-anak
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun.
c. Tugas Perkembangan Fase Remaja
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama
kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun
pada pria.
d. Tugas Perkembangan Dewasa
Masa dewasa awal ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai
memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun.
e. Tugas Perkembangan Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara
usia 40 sampai 60 tahun.
f. Tugas Perkembangan Fase Usia Tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan. Masa ini berlangsung
antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir (akhir hayat).
3. Hukum Perkembangan
A. Hukum Konvergensi
Hal ini berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa,
bergantung pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua
pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami.
B. Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
Para siswa, seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki
dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative,
seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian, dan juga kepunahan dan
seterusnya.
C. Hukum Masa Peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus.
D. Hukum Keperluan Belajar
Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan
fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli
tidak menyebutnya secara eksplisit.
18
E. Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa
diiringi proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah.
F. Hukum Tempo Perkembangan
Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam
kategori: cepat, sedang dan lambat.
G. Hukum Irama Perkembangan
Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang
turun.
H. Hukum Rekapitulasi
Rekapitulasi pada dasarnya seperti pengulangan atau ringkasan
kehidupan organisme tertentu seperti manusia yang berlangsung secara
evolusioner (sangat lambat) dalam waktu berabad-abad.
C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
1. Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap organ-
organ fisik.
2. Perkembangan Kognitif Siswa
Dalam perkembangan kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain
atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
3. Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
A. Perkembangan Moral Versi Piaget dan Kohlberg
Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak,
terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.
B. Perkembangan Social Dan Moral Menurut Teori Belajar Sosial
Pendekatan teori belajar social terhadap proses perkembangan social dan
moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan
merespons) dan imitation (peniruan).
19
Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa
A. Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Kecakapan kognitif sisa yang perlu dikembangkan segera khususnya oleh
guru, yakni:
1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
tersebut.
B. Mengembangkan Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan
kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.
C. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan
mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya
terbuka. Namun, kecakapan psikomotor siswa tidak terlepas dari kecakapan
afektif.
BAB 4 (BELAJAR)
A. Defenisi dan Contoh Belajar
1. Defenisi Belajar
Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta
yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran.
B. Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya
psikologi pendidikan.
C. Belajar, Memori, dan Pengetahuan dalam Perspektif Psikologi dan
Agama
1. Perspektif Psikologi
20
Hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak
mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu
sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari
stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni system penyimpanan
informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.
2. Perspektif Agama
Namun Islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif
(akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk
belajar, sangat jelas.
21
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif.,
afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
2. Fase-Fase dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S.Brunner; salah seorang penentang teori S-R Bond
(Barlow, 1985), dalam proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau
fase, yakni:
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi).
b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi).
c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi).
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Perubahan Efektif
dan Fungsional.
22
yang berulan-gulang kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan
seperti dalam classical dan operant condition.
2. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.
3. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
4. Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dengan reson.
5. Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar
terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.
6. Sikap
Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
7. Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu
respon tertentu karena adanya proses respon lain yang sedang
berlangsung.
8. Apresiasi
Apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai
sesuatu.
9. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keaneka
ragaaman perasaan.
C. Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar Abstrak
23
Beajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak.
2. Belajar keterampilan
Belajar keterampilan adalah beajar dengan menggunakan gerakan-
gerakan motoric yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot/ neuromuscular.
3. Belajar social
Belajar social adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-
teknik untuk pemecahan masalah tersebut.
4. Belajar Pemencahan Masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-
metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
5. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan berpikir secara
logis dan rsional (sesuai dengan akal sehat).
6. Belaajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
7. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti
penting atau nilai suatu objek.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
D. Efisien, Pendekatan, dan Metode Belajar
1. Efisien Belajar
Efisien adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan
terbaik antara usaha dan hasilnya. Dengan demikian ada 2 efisiensi
yang dapat dicapai siswa, yaitu :
a. Efisiensi Usaha Belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prstasi belajar
yang diinginkan dapat diapai dengan usaha yang hemat dan minim.
24
b. Efisien Hasil Belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatan efisien apabila dengan
usaha belajar trtentu memberikan prestasi belajar tinggi.
2. Metode Belajar SQ3R
Metode SQ3R bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai
pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan
langkah-langkah mempelajari teks meliputi :
a. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi
seluruh teks.
b. Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan
dengan teks.
c. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.
d. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah
ditemukan.
e. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas
pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
E. Factor- Faktor yang Memengaruhi Belajar
Factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yakni :
Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
1. Faktor Internal Siswa
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran oragn-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
25
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
b. Aspek Psikologis
Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikologis untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, inteligensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relative tatap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya.sikap siswa yang positif terutama kepada anda dan
mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseoraang
untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang.
Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Motivasi Siswa
Motivasi siswa adalah keadaan interna organisme-baik manusia
maupun hewan yang mendorongnya berbuat sesuatu.
2. Faktor Internal Siswa
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan social sekolah seperti para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
26
Factor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Disamping fakktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan di muka, factor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
27
3. Fungsi diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa dan merencanakan program remedial teaching.
4. Sumber data BK untuk memasok data siswa tertentu yang
memerlukan bimbingan dan konseling.
2. Ragam Evaluasi
a. Pre-test dan Post-test
Tujuannya untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa
mengenai bahan yang akan disajikan
b. Evaluasi Prasyarat
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atau
materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c. Evaluasi Diagnostik
Tujuannya mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum
dikuasai siswa.
d. Evaluasi Formatif
Tujuannya ialag untuk memperoleh umpan balik yang mirip
dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendignosa kesulitan
belajar siswa.
e. Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini lazim digunakan pada akhir semester atau akhir tahun
ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja
akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke
kelas yang lebih tinggi.
f. UAN/UN
Pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai
alat penentu kenaikan status siswa.
3. Syarat dan Ragam Alat Evaluasi
a. Syarat Alat Evaluasi
Persyaratan poko penyususnan alat evaluasi yang baik dalam
perspektif psikologi belajar meliputi dua macam, yakni :
1. Reabiliitas, berarti hal tahan uji atau dapat dipercaya.
2. Validitas, pada prinsipnya berate keabsahan atau kebenaran
28
b. Ragam Alat Evaluasi
1. Bentuk Objective
Yakni tes yang jawabannya apat dieri skor niala secara lugas.
Diantaranya seperti :
a. Tes benar salah
b. Tes pilihan berganda
c. Tes pencocokan
d. Tes pelengkapan ( melengkapi)
2. Bentuk Subjective
Tes subjective adalah alat pengukuran prestasi belajar yang
jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti, seperti
yang digunakan untuk evaluasi objective.
4. Indicator Prestasi Belajar
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah mengetahui garis-garis besar indicator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
5. Batas Minimal Prestasi Belajar
Manetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa
alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran
tersebut ialah :
a. Norma skala angka dari 0 sampai 10
b. Norma skala angka dari 0 sampai 100
29
Mengukur keberhassilan siswa yang berdimesi kognitif (ranah
cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes
tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.
b. Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa
yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis internalis dan
karakterisasi seyogianya mendapat perhatian khusus.
c. Evaluasi Prestasi Psikomotorik
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan
belajar yang berdimensi ranah psikomotor ( ranah karsa) adalah
obsevasi. Observasi, dalam hal ini dapaat dapat diartikan sebagai
jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain,
dengan pengamatan langsung.
30
5. Materi yang sudah dipelajari tidak pernah digunakan atau
diulang siswa.
6. Perubahan urat syaraf siswa.
b. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
1. Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang
melebihi batas penguasaan dasar mater atas materi pelajaran
tertentu.
2. Extra study time, ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penamahan frekuensi aktivitas belajar.
3. Mnemonic device, berarti kiat khusus yang dijadikan “alat
pengait” mental untuk memasukkan item-item informai
kedalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokan, ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti
bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang
sama atau sangat mirip.
5. Latihan terbagi, latihan terkumpul (massad practice) yang
sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa
melakukan cramming.
6. Pengaruh letak bersambung, siswa dianjurkan menyususn
daftra kata-kata (the serial position effect), siswa dianjurkan
menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
31
Transfer negative, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.
Transfer vertical, yaitu transfer yang berefek yang berefek baik
terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.
Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek bqik terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat.
D. Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya
a. Faktor-faktor kesulitan Belajar
Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari dalam diri siswa sendiri.
Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaaan
yang datang dari luar diri siswa.
b. Diagnosa Kesulitan Belajar
c. Alternative pemecahan kesulitan belajar
d. Melaksanakan program perbaikan.
BAB 7 MENGAJAR
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan
membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai
dengan criteria yang telah ditetapkan bai criteria institusional maupun
konstitusional. Tyson dan carol (1970) mempelajari seksama sejumlah teori
pengajaran dan menyimpulka bahwa mengajar adalah sebuah cara dan proses
hubungan timbale balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan
kegiatan. Nasution (1986) menyebutkan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Tardig (1989) mendefenisikan
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan
tujuan membantu dan memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan
kegiatan belajar. Dalam membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk
menghubungkan mereka dengan lingkungannnya. Selanjutnya, selain
32
membimbing, mengajar juga harus berarti membantu siswa agar berkembang dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sebagian ahli memandang bahwa mengajar adalah sebi (art), bukan ilmu, oleh
karnanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berpendidikan) bisa
menjadi guru yang piawai dalam mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk
menjadi guru yang professional orang harus belajar dan berlatih keras di
lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun.
33
Model social adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada
proses interaksi individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut.
oleh karna itu, rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactive
model.
d. Model Behavioral
Rumpun model mengajar pengembangan prilaku (behavioural) direkayasa
atasa dasar kerangka teori perilaku yang dihubungakan degan proses
belajar dan mengajar.
34
Metode Ceramah, yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikutinya secara pasif.
Metode Diskusi, merupakan metode mengajar yang sangat erta
hubunganya dengan belajar memecahkan masalah. Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok. Aplikasi metode
diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa
tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.
Metode Demonstrasi, metode tersebut erat hubungannya dengan
penyajian informasi yang dapat diartikan sebagai upaya peragaan
atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan
sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan
suatu kejadaian.
2. Tahapan-tahapan Mengajar
Tahap Prainstruksional
Tahap Instruksional
35
Tahap instruksional adalah tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap
ini guru menyajikan materi pelajaran atau pokok pembahasan yang disusun
lengkap dengan persiapan model,metode dan strategi mengajar yang dianggap
cocok.
Tahap terakhir proses mengajar terdiri dari kegiatan evaluasi dan tindak
lanjut. Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan siswa yang
berlangsung pada tahap instruksional. Caranya ialah dengan mengadakan post
test.
3. Pendekatan Pembelajaran
Pada zaman dahulu, jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan
posisi guru konon dihormati seperti para priyayi. Dalam berbagai upacara dan
perayaan, mereka duduk di deretan utama bersama para damang alias wedana.
Namun keadaan para guru telah berubah drastis. Profesi guru adalah profesi yang
“kering” dalam arti kerja keras guru dalam membangun sumber daya manusia
(SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja.
Bahkan, harkat dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah
menjadi warga Negara second cass (kelas kedua).
36
Menurut tinjauan Psikologi, kepribadian pada prinsipya adalah susunan
atau kesatuan aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan
apek behavioural (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional
dalam diri seseorang, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan
tetap. Oleh karna itu, setiap calon guru professional diharapkan mampu
memahami karakterisitik (cirri khas) keperibadian dirinya yang diperlukan
sebagai panutan para siswanya.
37
2.3 Rangkuman Buku Ketiga
BAB 1 (PENDAHULUAN)
BAB 2
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
38
3) Pendidik perlu meningkatkan diri secara terus menerus..
Psikologi pendidikan pertama kali oleh William James, tak lama setelah
meluncur lama setelah buku ajar psikologi yang pertama. Dia menjelaskan
pentingnya mempelajari proses belajar mengajar di kelas guna meningkatkan
mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik
yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan
tujuan untuk memperluas cakrawala pendidikan.
BAB 3 (BELAJAR)
a. Belajar vs Kematangan
b. Otak Belajar
Kendali seluruh saraf yang ada didalam diri manusia adalah otak. Oleh karena
itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga
39
mengembangkan otak. Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 miliyar
sel. belajar sehingga saat ini dikenal pembelajaran berbasis gelombang otak.
ketiga maka hal terbaik yang perlu dilakukan dalam belajar adalah meerima
informasi sehinga dapat diterima oleh mamalia secara nyaman sehingga informasi
tersebut dapat dikirim ke otak korteks dan proses berlangsung sebagaimana
diharapkan. Sebaiknya jika otak menerima informasi yang tidak nyaman, maka
informasi akan dikirim ke otak reptile. Akibatnya proses belajar tidak berlangsung
karena tidak ada proses belajar disana.
40
Tahap ini berlangsung sejak lahir hingga usia dua tahun. bayi membangun
pemahaman tentang dunia
2. Tahap praoperasional
Tahap ini dimulai dari umur dua tahun sampai tujuh tahun. Tahap ini
dibagi menjadi dua tahap yaitu sub tahap fungsi simbol dan pemikiran
intuitif. P
3. Tahap operasional konkrit
Tahap ini terjadi pada usia 7-11 tahun .pada tahap ini dapat menggantikan
pemikiran intitutif menjadi konkrit dan spesifik klasifikasi dan transivity
merupakan keterampilan operasional yang penting.seriation adalah
operation konkrit yang melibatkan kesimpulan tersebut.
4. Tahap operasional formal
Tahap perkembangan ini berlangsung pada usia antara 11-15 tahun.pada
tahap ini remaja lebih bersifat abstrak ,idealis,dan logis.
41
yang dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kaliamat yang dapat diterima.
Sematik merupakan makna kata dan kalimat dan pragmatis adalah penggunaan
percakapan yang tepat.
A. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan
dan malakukan dan mengkritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Dari
berbagai definisi tentang intelegensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran
dengan jernih, pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara
tepat dan optimal.
B. Gaya Belajar
42
dan meresapkan sesuatu dari penglihatannya disbanding dengan perasaannya.
Sejalan dengan kondisi ini,individu dapat digolongkan menjadi lima pengamatan
yaitu tipe visual, ouditif,taktil, gustatif dan olfaktoris. Tipe visual yang cenderung
lebih mudah menerima informasi penglihatan, auditif, melalui penginderaan, taktil
dengan sentuhan/meraba. Sedangkan gustatif melalui penciuman dan olfaktoris
melalui indera pengecap.
C. Gaya Berpikir
43
3. Waspada problem yang muncul apabila memberi cap sulit bagi seorang
peserta didik dan menyusun paket program untuk anak sulit.
B. Pendekatan Kognitif
44
Berbeda dengan perilaku yang melihat Reinforniceme sebagai pengikat antara
stimulus dan respon. Dalam pendekatan kognitif.
C. Tehnik Belajar
Tehnik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif,
bebepa bentuk tehnik belajar yang diterapkan adalah:
1. Sikap Mental
Yang terpenting dalam belajar adalah sikap mental. Oleh karena itu yang
pertama tama perlu diperhatikan untyk dibangun dalam konsep diri adalah
pikiran positif. Ketika seseorang merasa dirinya mampu maka secara
alamiah kemampuan seseorang mengatakan dirinya tidak maka apa yang
sudah dimiliki seseorang akan menurun, sehingga yang bersangkutan
memang benar-benar tidak mampu. Oleh karena itu, dalam belajar seorang
siswa perlu memiki kata-kata afirmasi yang dapat megakibatkan
semangat untuk berhasil.
2. Rencana Belajar
Membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian, mingguan.
Tentukan waktu penyelesaian tugas-tugas secara rinci untuk setiap
harinya. Selalu memulai pekerjaan sedini mungkin, jangan menunggu
sampai hari terakhir. Pekerjaan rumah dibuat sesegera mungkin ketika
pikiran masih segar.
3. Berkonsentrasi
Hal ini dapat dilakukan dengan senam otak, relaksasi, meditasi dan
sebagaimana.
a. Senam Otak, yang dilakukan sambil bernyanyi dengan mengikuti gerakan
satu persatu, atau menekan satu bagian dari badan tertentu ataupun melalui
bernyanyi sesuai dengan syair lagu senam otak.
b. Relaksasi, dilakukan untuk membawa otak pada gelombang Theta, yaitu
kondisi pikiran tenang dan fokus dan konsentrasi. Relaksasi dapat
45
dilakukan dalam posisi duduk tegak dengan punggung tegak lurus tetapi
rileks dengan kepala tegak dan seimbang diatas badan. Mata ditutup untuk
mengurangi gangguan dari indra penglihatan. Mulai bernafas pelan-pelan
dan berkonsentrasi pada pernapasan diujung hidung. Terus memperhatikan
nafas tanpa memikirkan hal lain. Hal ini akan memiliki pengaruh yang
sangat menenangkan yang memdatangkan kedamaian dalam pikiran. Pada
saat yang bersamaan, para siswa akan belajar untuk memusatkan pikiran
dengan konsentrasi pada pernafasan.
4. Mengikuti Pelajaran
Kemampuan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas seperti
mendengar, menyimak, dan memberi respon. Posisi duduk ketika
mengikuti pelajaran perlu diperhatikan. Orang yang bersemangat dalam
belajar biasanya berada dalam keadaan tubuh lebih condong kedepan
sedikit, menganggukkan kepala tanda persetujuan, mengacungkan jari
ketika bertanya, mendengar sambil membuat catatan singkat. Ketika
belajar dirumah, persiapan belajar sangat membantu, misalnya sangat
membantu, misalnya belajar ada waktu yang tetap setiap harinya. Duduk
membelakangi jendela duduk tegak tidak enak, tidak ada yang
memnggangu konsentrasi belajar, meja dibersihkan dan jauh dari
makanan, novel atau komik, siapkan bahan yang diperlukan.
5. Tujuan Belajar
Memahami tujuan belajar. Belajar pada hakikatnya adalah untuk
mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai
tujuan hidup. Makin banyak yang diketahui, maka makin banyak yang
dapat diperbuat. Belajar dapat lebih terarah jika dilakukan dengan
menjawab pertanyaan apa (fakta, nama), mengapa (hubungannya) dan
bagaimana ( cara menegrjakannnya). Proses belajar berlangsung melalui
panca indera dengan penglihatan 15%, pendengaran 55% dan kegiatan
75%.
6. Tehnik Mengingat
Kemampuan mengingat dapat dapat dilatih dengan tehnik menumpuk,
teknik asosiasi. Misalnya, untuk mengingat faktor-faktor yang membuat
46
sukses dengan membuat perkalian A x B x C x D = sukses. Hal ini
diasosiasi dengan
A= menyiapkan alat
B= belajar
C= menetapkan cita-cita, dan
D= doa
Salah satu perkalian itu nol maka tidak aka nada sukses.
Dengan kunci sukses (soft skil) dapat dihapal dengan tehnik menumpuk nama
anggota tubuh: mata, hidung, mulut, dagu, tangan, perut, lutut, kaki. Kemudian
mengasosiakan sebagai berikut:
KONSEP
47
metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6)
model pembelajaran. Pendektaanpembeljaran diartikan sebagai perspektif
terhadap proses pembelajaran. Pendekataan pembelajaran terdiri atas: (1)
pendekataan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(studentcenteredapproach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau pada guru (teachercenteredapproach).
48
temannya. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok belajar
konvensional. Pada belajar kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif,
saling membantu dan saling memberiakn motivasi sehingga ada interaksi
promotif, sedangkan pada belajar konvensional, guru saling memberikan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
49
Pada model ini siswa dibagi atas kelompok yang beranggotakan 5-6 orang
per kelompok. Kelompok ini diusahan heterogen. Tuigas kelompok adalah
melakukan penyelidikan terhadap topik tertentu dan kemudian melaporkan
hasilnya di dalam kelas.
Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Model ini digunakan untuk
membuat variasi pola diskusi kelas, sehingga dapat dibandingkan tenya jawab
kelompok pada keseluruhan kelas. Langkah-langkah:
50
2. Tahap 2, Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
belajar sesuai dengan masalah
3. Tahap 3, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan data/informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4. Tahap 4, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video
dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan teman
5. Tahap 5, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mmbantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi, terhadapa penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Pembelajaran Kontekstual
51
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
1) Konstruktivisme
2) Inquiri
3) Bertanya
4) Masyarakat belajar
5) Pemodelan
6) Refleksi
7) Penilaian Autentik
52
c) Strategi organisasi
d) Strategi meta kognitif
f. Strategi Belajar peta Konsep
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan bersumber dari luar diri.
Motivasi intrinsik (dari dalam diri) muncul karena individu senang melakukannya.
Motivasi mendorong dan memberi energi pada tingkah laku. Motivasi ekstrinsik
adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya.
53
Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti adanya
reward dan menghindari adanya punisment.
a. Motivasi Belajar
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Motivasi
belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru (Dimyati, 2002). Bagi siswa motivasi belajar ini
penting sebagai upaya untuk memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya
pada awal kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar. Motivasi belajar
juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi
belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam membengkitkan dan
memmelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
54
1. Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang (misalnya untuk
menjadi pemain bulu tangkis) akan memperkuat semangat belajar dan
mengarahkan perilaku belajar.
2. Unsur berikutnya yang mempengaruhinya motivasi belajar adalah
kemampuan.
3. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
4. Kondisi lingkungan siswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan,
sebaya dan kehidupan kemasyarakatan, organisasi intra sekolah serta
organisasi kemasyarakatan yang diikuti siswa juga mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Konsep
I. Perencanaan Pembelajaran
55
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga domain yaitu, kognitif, afektif, dan
psikomotor. Domain kognitif mengandung enam sasaran, yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis nserta evaluasi. Domain afektif terdiri
dari taksonomi; penerimaan, respons, mengahrgai, pengorganisasian, dan
menghargai karakteristik. Domain psikomotor yaitu gerak refleks, kemampuan
perceptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih, dan perilaku nondiskusif. Saat ini
dimensi pengetahuan mengandung empat kategori yaitu: mulai dari pengetahuan
kongkret (faktual), konseptual, prosedural, dan pengetahuan abstrak
(metakognitif).
56
metakognitif, motivasional, dan sosial emosional dan perbedaan individual.
Empat prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu:
Beberapa strategi instruksional yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini antara
lain adalah:
57
fisik kelas yang efektif adalah: 1) mengatur kepadatan area yang banyak
digunakan untuk bergerak, 2) memastikan guru dapat melihat semua siswa dengan
mudah, 3) materi yang sering dipakai dan perlengkapan siswa harus mudah
diakses dan 4) memastikan agar semua siswa dapat melihat presentasi kelas.
58
ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik
dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan untuk melanggar perilaku
tertentu atau menciptakan standard umum. Mengajarkan aturan atau prosedur .
melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan ini akan mendorong
mereka untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri (Evertson,
Emmer&Worsham, 2003). Mengajak murid untuk bekerja sama. Menjalin
hubungan positif dengan murid. Sebuah studi menemukan bahwa, selain
membuat aturan dan prosedur yang efektif, manajer kelas yang efektif juga
menunjukkan perhatian pada murid (Evertson, Emmer&Worsham, 2003).
Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan
komunikasi nonverbal.
59
Keterampilan Berbicara
Bersikap asertif ( tegas )
Keterampilan Mendengar
Berkomunikasi Secara Nonverbal
Ekspresi wajah dan Komunikasi Mata
Sentuhan
Ruang
I. Menghadapi Perilaku Bermasalah
Intervensi Minor
Gunakan isyarat non verbal seperti menjalin kontak mata dengan murid.
Terus lanjutkan aktivitas belajar yang baru dengan segera
Saat murid berperilaku menyimpang cukup dekati murid
Arahkan perilaku
Beri instruksi yang dibutuhkan
Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung
Beri murid pilihan
Intervensi Moderat
Beberapa intervensi moderat untuk mengatasi masalah ketika murid cabut dari
kelas atau mengganggu pekerjaan / pembelajaran murid lain :
Mediasi teman sebaya, teman sebaya terkadang sangat efektif untuk mengajak
murid lain berperilaku lebih tepat
60
Konferensi guru –orang tua, cukup dengan memberi tahu orang tua biasanya
perilaku murid bisa berubah.
Minta bantuan kepada kepala sekolah atau konselor, biarkan kepala sekolah
atau konselor yang menangani masalah.
K.MenghadapiAgresi
Perkelahian
Bullying
Cobalah untuk menangani murid itu secara individual. Jika pembangkangan tidak
ekstrim terjadi saat pembelajaran, cobalah untuk mendepersonalisasikannya dan
katakan bahwa anda akan membahas nya nanti setelah pembelajaran lalu temui
murid pada waktu yang tepat dan jelaskan konsekuensi dari tindakan
pembangkangan nya itu. Dalam kasus yang ekstrim, cobalah anda untuk tetap
61
tenang dan tidak terjebak dalam kemarahan sehingga murid akan jadi tenang dan
anda bisa berbicara dengan murid tentang problem tersebut.
BAB 9 (PENILAIAN)
A.Pengertian Penilaian
62
mengetahui tingkat perkembangan dan belajar anak dan dapat meningkatkan
kesadaran diri anak serta apresiasi terhadap dirinya.
D.Tes
Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan
atau gambaran ppsikologikyang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes sebagai
metode pengumpulan informasi sebenarnya telah memiliki ketentuan atau batasan
respon yang harus diberikan oleh pemberi informasi.
E.Bentuk Tes
63
3. Tes objektif benar – salah memiliki ragam :
a. Tes benar – salah sederhana
b. Tes benar –salah dengan koreksi
4. Tes objektif menjodohkan memiliki ragam :
a. Tes menjodohkan sederhana
b. Tes menjodohkan hubungan sebab akibat
5. Tes objektif pilihan ganda memiliki ragam :
a. Tes pilihan ganda biasa
b. Tes pilihan ganda hubungan antar hal
c. Tes pilihan ganda analisis kasus
d. Tes pilihan ganda kompleks
e. Tes pilihan ganda membaca diagram
Tes berkaitan dengan hasil belajar. Oleh karena itu pengembangan tes
berkaitan dengan hasil belajar. Teori Bloommenegaskan bahwa hasil belajar dapat
dijabarkan dalam tiga dimensi utama yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes yaitu :
Guru perlu menentukan tipe, bentuk dan ragam tes mana yang sesuai
digunakan untuk menguji kemampuan yang ditetapkan.
64
4.Jumlah Butir
Jumlah butir soal perlu direncanakan sejak awal. Jumlah butir soal
berkaitan dengan realibitastes dan waktu serta daya tahan subjek tes ( peserta
didik )
G.Penentuan Nilai
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai hasil
belajar. Dua pendekatan yang dimaksud terdiri dari penilaian acuan norma
( PAN ) dan penilaian acuan patokan ( PAP ). Penilaian acuan norma adalah
kriteria yang disusun berdasarkan proses standarisasi instrumen melalui
sekumpulan data yang diperoleh dari sampel sasaran instrumen dengan
menggunakan instrumen itu sendiri. Kriteria dengan acuan patokan adalah kriteria
yang ditetapkan berdasarkan proses standarisasi atau tidak sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan evaluasi. Pendekatan penilaian acuan patokan digunakan
berdasarkan patokan yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penilaian. Peserta
didik yang belum berhasil melampaui patokan maka dinyatakan belum lulus.
H.Non – Tes
Ada beberapa metode non – tes yang sering digunakan guru yaitu metode
observasi dengan menggunakan berbagai pencatatan, angket dan wawancara.
a.Pengertian Observasi
b.Catatan Observasi
65
Pengamat tidak memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan
pencatatan
Pengamat bersifat terbuka
Pengamat dapat menangkap hal – hal yang tak terduga pada saat
kejadian
Pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan
mengabaikan perilaku yang lain.
2) Catatan cepat dan menyeluruh ( RunningRecords ), merupakan catatan
semua perilaku peserta didik yang muncul saat dilakukan pengamatan.
Catatan ini memuat kejadian secara rinci dan berurutan. Pengamat
mencatat semua kejadian terus – menerus yang dilakukan peserta didik itu.
3) Catatan Specimen ( SpecimenRecords),merupakan catatan yang sering
digunakan oleh peneliti yang menginginkan deskripsi lengkap dari suatu
perilaku peserta didikdan merupakan tulisan naratif perilaku atau peristiwa
saat terjadi dan deskripsi disusun berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya seperti waktu, anak dan settingnya.
4) Time Sampling, merupakan catatan perilaku peserta didik yang dilakukan
dalam rentang waktu tertentu. Misalnya guru mencatat pada saat jam
istirahat.
5) Even sampling, merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan
kepada pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku
khusus yang sudah dipilih lebih dulu. Even sampling digunakan untuk
mempelajari kondisi dimana perilaku tertentu terjadi atau sering terjadi.
66
67
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama dan Pembanding
3.2 Perbandingan
3.3
68
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari berbagai keterangan yang telah dibahas sebelumnya, dapat kita
simpulkan bahwa buku “Psikologi Pendidikan” yang kami kumpulkan menjadi
sebuah makalah ini cocok dijadikan sebagai referensi dalam melakukan
pembelajaran psikologi pendidikan khusus nya bagi kami yang sedang menempuh
masa pendidikan di perguruan tinggi khususnya untuk tenaga pendidik. Selain itu,
buku ini juga telah memenuhi standar buku nasional, jadi buku sangat bagus dan
dijamin kebenarannya.
Dari keempat buku yang kami kritik sudah cukup bagus untuk dijadikan
sangat membantu dalam melaksanakan perkuliahan, walaupun didalam buku
terdapat kelebihan dan kekurangan.
1.2 Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan
terkait dengan buku ini, yaitu:
69
DAFTAR PUSTAKA
70