Anda di halaman 1dari 71

ANALISA/PENYELIDIKAN INSIDEN &

STATISTIK KEC.KERJA
TUJUAN TRAINING

 Peserta mengerti tanggung jawabnya apabila ditunjuk menjadi anggota tim


investigasi.
 Peserta mampu mengumpulkan informasi apa saja yang perlu dikumpulkan
selama proses investigasi berlangsung.
 Peserta mampu menganalisa dan Menentukan akar penyebab insiden (root
cause analysis) dengan menggunakan metode SCAT / Fishbone Diagram
Analysis / 5 Whys / atau CLC (Comprehensive List of Causes).
 Peserta mampu memberikan rekomendasi/solusi (tindakan perbaikan) yang
efektif untuk ditindaklanjuti dengan tujuan mencegah terjadinya insiden yang
serupa di masa mendatang.
TRAINING OUTLINE
 Dasar Hukum dan Referensi Lainnya
 Definisi Insiden (Kec. Kerja, PAK & Nearmiss)
 Definisi Penyelidikan/Investigasi Insiden
 Piramida & Teori Terjadinya Kec. Kerja
 Metode Investigasi Kec. Kerja
 Tahapan Investigasi Kec. Kerja
 Tingkatan / klasifikasi Kec. kerja
 Statistik Kec. Kerja.
 UU No. 1 TAHUN 1970, BAB VII PASAL 11 DASAR HUKUM
 UU No. 3 tahun 1992 ttg Jamsostek
 PP No. 50 tahun 2012 ttg SMK3
 PP No. 88 Tahun 2019 ttg Kesehatan Kerja
 PerPres No. 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja
 PerMenaker RI No. Per-03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
 PerMenaker No. PER.04/MEN/1993 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja
 PerMenaker No. Per-01/Men/I/2007 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan K3
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
 PerMenaker No. 05/2021 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Dan
Jaminan Hari Tua
 Surat Kep Dirjen Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kep. 84 Tahun 1998 Tentang cara
pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan
REFERENSI LAINNYA

• OSHA (SH-26282-SH4), OSHA LOG 300, OSHA E-CFR 1960.29

• OSHA & (NSC) National Safety Council Alliance

• WASHINGTON STATE DEPARTMENT OF LABOR & INDUSTRIES

(Developed by the Division of Occupational Safety & Health (DOSH) December 2009)

• Occupational Safety and Health Act of 1970 (OSH Act)

• Incident [Accident] Investigations, A Guide for Employers, A Systems Approach to Help Prevent Injuries and
Illnesses, U.S. Department of Labor, Occupational Health and Safety Administration (OSHA), December 2015

• ISO 45001:2018, Occupational Health & Safety Management System


Jakarta (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan bahwa pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perlu menjadi prioritas dunia kerja mengingat jumlah kecelakaan kerja
meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Dalam Apel Peringatan Bulan K3 Nasional di Sukabumi, Jawa Barat dipantau virtual dari Jakarta, Kamis, 12 Jan
2023, Menaker Ida menyoroti bahwa berdasarkan laporan tahunan BPJS Ketenagakerjaan dalam tiga tahun
terakhir memperlihatkan peningkatan jumlah kecelakaan kerja, termasuk penyakit akibat kerja.

"Berdasarkan data tersebut, menjadi indikasi bahwa pelaksanaan K3 harus makin menjadi perhatian dan menjadi
prioritas bagi dunia kerja di Indonesia," kata Menaker Ida.

Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, jumlah kecelakaan kerja mencapai 221.740 kasus pada 2020. Jumlah itu
naik menjadi 234.370 kasus pada 2021 dan 265.334 kasus sampai dengan November 2022.

Untuk itu, Ida mengajak dan mendorong agar semakin banyak perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara konsisten sesuai dengan aturan perundang-undangan yang
berlaku.

"Sehingga budaya K3 melekat pada setiap individu yang berperan serta di perusahaan dan terwujudnya peningkatan
produktivitas kerja," tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan dalam peringatan Bulan K3 Nasional 2023 mengusung tema besar
Terwujudnya Pekerjaan Layak yang Berbudaya K3 Guna Mendukung Keberlangsungan Usaha di Setiap Tempat
Kerja. Bulan K3 Nasional diperingati setiap tanggal 12 Januari sampai dengan 12 Februari.
UU No. 1 Tahun 1970 Ttg Keselamatan Kerja
BAB VII – KECELAKAAN – Pasal 11

1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat
(1) diatur dengan peraturan perundangan
UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek
Bagian Kedua: Jaminan Kecelakaan Kerja
Pasal 8:
(1)Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja

Pasal 10:
(1)Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali
24 jam
(2)Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerjadan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau
meninggal dunia.
(3)Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan
Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
(4)Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri.
PP No 50 Tahun 2012 Ttg SMK3
Pasal 11
(1) Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan
persyaratan K3.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
(g). Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
(h). Rencana dan pemulihan keadaan darurat.

(4) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan huruf h dilaksanakan
berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan analisa kecelakaan.
Definisi Kec. Kerja & Penyakit Akibat Kerja (PAK) ?
• PerMenaker no. 03 tahun 1998

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda

• PerMenaker no. 04 tahun 1993


• PerMenaker no. 05 tahun 2021

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung


dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

• PP No. 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja


• PerPres 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan


oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja.
KASUS

RUMAH PT. X

KECELAKAAN
1. Kec. Hubungan kerja

2. Kec. Perjalanan Pulang – Pergi


tempat tinggal – tempat kerja

Tempat kerja
3. Kecelakaan di tempat kerja

4. Penyakit Akibat Kerja


Pasal 2 pada Permenaker no. 03/Men/1998
Tata Cara Pelaporan
Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
yang dipimpinnya.

Kecelakaan yang dimaksud adalah :

• Kecelakaan kerja
• Penyakit Akibat Kerja
• Kebakaran / peledakan / pembuangan limbah
• Kejadian berbahaya lainnya

Pasal 1 ayat 2: Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu


kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali
kebakaran, peledakan dan bahan pembuangan limbah
Pasal 4 pada Permenaker no. 03/Men/1998
Tata Cara Pelaporan

Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada


Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua
kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan
kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A Lampiran I.

Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat dilakukan secara lisan
sebelum dilaporkan secara tertulis.
DEFINISI KECELAKAAN / KEC. KERJA MENURUT REFERENSI LAINNYA

• Mengacu pada Standar AS/NZS 4801:2001 "Kecelakaan adalah semua kejadian yang
tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera,
kesakitan, kerusakan, atau kerugian lainnya".
• Menurut Frank E. Bird, kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan kerugian fisik pada seseorang atau kerusakan harta benda. Biasanya hasil
dari kontak dengan sumber energi (kinetik, listrik, kimia, termal, dll).
• Menurut Heinrich, Petersen dan Roos, 1980 “Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat
kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau radiasi yang mengakibatkan cidera
atau kemungkinan akibat lainnya”.
• Menurut teori Heinrich tentang domino effect terjadinya kecelakaan kerja, kecelakaan
terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab
kecelakaan kerja yang saling berhubungan (Sequential) sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja ataupun (Penyakit akibat Kerja/PAK) serta kerugian lainnya
DEFINISI INSIDEN ?
• PERMENKES RI NOMOR 1691/MENKES/Per/VIII/2011 & 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

• OHSAS 18001: 2007 -> ISO 45001:2018


Kejadian yang timbul dari, atau disebabkan oleh, pekerjaan yang dapat atau memang mengakibatkan
cedera dan gangguan kesehatan dalam hubungan kerja (3.18)
Catatan: Suatu insiden dimana terjadi cedera dan gangguan kesehatan dalam hubungan kerja kadang-
kadang disebut sebagai "kecelakaan (accident)". Suatu insiden di mana tidak ada cedera dan gangguan
kesehatan dalam hubungan kerja terjadi, tetapi memiliki potensi untuk terjadi, boleh disebut sebagai
“near-miss”, “near-hit” atau “close call”.

• OSHA SH-26282 SH4


Insiden sebagai kejadian yang tidak diinginkan dan berpotensi / telah menimbulkan kerugian. Jika kejadian
tersebut menimbulkan kerugian (loss) maka disebut kecelakaan (accident). Sedangkan kejadian yang tidak
menimbulkan kerugian seperti cidera, penyakit akibat kerja, kerusakan properti, maupun kematian disebut
dengan hampir celaka (nearmiss), ada juga yang menyebutnya “close call”.
Jadi suatu kecelakaan (accident) dan hampir celaka (nearmiss) merupakan bagian dari insiden
Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan dan berpotensi / telah menimbulkan kerugian.

Jika Kejadian yang berpotensi/tidak menimbulkan kerugian disebut dengan


Nearmiss (hampir celaka), dan
Jika kejadian tersebut menimbulkan kerugian maka disebut Accident (kecelakaan).
Accident Lakukan Investigasi untuk mencari
(Kecelakaan / Kontak) Penyebab langsung terjadinya
Insiden (Accident / Nearmiss)
Suatu kejadian yang tidak
diinginkan, yang mengakibatkan
kerugian seperti cidera,
kerusakan peralatan atau
terhentinya proses produksi

NearMiss
Nyaris Celaka

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan, yang berpotensi
mengakibatkan kerugian seperti
cidera, kerusakan peralatan atau
terhentinya proses produksi
STRATEGI PENCEGAHAN INSIDEN
DALAM MANAJEMEN RISIKO

PENDEKATAN PROAKTIF
ANALISA POTENSI INSIDEN -> PROGRAM PENCEGAHAN -> NO INCIDENT

PENDEKATAN REAKTIF
INSIDEN -> INVESTIGASI (PENYELIDIKAN)-> CORRECTIVE ACTION (PREVENTIVE)
Teori Piramida terjadinya Kecelakaan
Berdasarkan teori dari Frank E. Bird

Kematian/ Kec. Berat


Di beberapa
perusahaan, data ini Kecelakaan Sedang / Ringan
dilaporkan dan
Kerusakan Properti
tercatat

Nyaris Celaka (nearmiss)

• Perbuatan Tidak Aman


Di beberapa
perusahaan, data ini (Unsafe Act) &
tidak dilaporkan dan • Kondisi Tidak Aman
tidak tercatat
(Unsafe Condition)
Faktor penyebab KECELAKAAN KERJA Menurut Heinrich (1931) sang
penemu teori Domino dan dalam bukunya berjudul "The Origin of Accident“ /
“Industrial Accident Prevention” :
Dari 100% data kecelakaan kerja:

• 88% kecelakaan terjadi karena factor dari


manusia yang berperilaku/bertindak tidak
aman dari manusia (unsafe acts).

• 10 % kecelakaan terjadi karena kondisi


tidak aman (Unsafe condition) dan,

• 2% kecelakaan terjadi karena factor


lainnya diluar kendali manusia
(uncontrolled).
1. Manusia merupakan faktor Dominan
a. Kurangnya kemampuan / ketrampilan
b. Kurangnya informasi / kerjasama
c. Kurangnya pembinaan Human Factor
d. Tidak peduli, tidak bertanggung jawab, dan
sebagainya.

2. Alat / Pesawat (PAA / Pesawat Produksi)


a. Kesalahan Desain/Perencanaan
b. Safety device alat / pesawat tidak berfungsi
c. Kesalahan perbaikan / Repair
d. Kurangnya perawatan/ Maintenance
e. Kegagalan dari pada power supply
f. Alat bantu angkat yang tidak layak
g. Usia mesin / peralata
h. Tidak dilakukan riksa/uji pada peralatan Condition Factor
i. Alat / pesawat yang tidak layak
j. APD tidak layak

3. Lingkungan
a. Cuaca/suhu/debu dari internal/eks lingkungan kerja
b. Proses korosi pada infrastruktur
c. Tempat/lantai kerja yang kotor/licin/tidak stabil
Contoh Insiden

Penyebab Langsung
(Immediate/Direct Cause)
MODEL SEBAB AKIBAT / AKAR PENYEBAB INSIDEN
THE THREE ROOT CAUSES / INCIDENT CAUTION MODEL

NEARMISS /
ACCIDENT
Personal Injury
Property Damage
Environmental Damage

Unsafe Action Immediate / Direct Cause Unsafe Condition


(Perilaku tidak aman) (Penyebab langsung) (Kondisi tidak aman)

Faktor Personal (Pribadi)/ Basic / Indirect Cause Faktor Personal (Pribadi)/


Faktor Pekerjaan (Penyebab Dasar / Tidak langsung) Faktor Pekerjaan

Kebijakan & Keputusan Keselamatan Manajemen yang Buruk Lack of Control


INSIDEN MANAKAH YANG PERLU DILAPORKAN DAN DIINVESTIGASI ?
Semua KECELAKAAN KERJA termasuk NEARMISS
perlu dilaporkan & diinvestigasi
SIAPA YANG MELAPORKAN KEC. KERJA/NEARMISS ?
Orang yang mengetahui insiden tersebut baik yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung

KEPADA SIAPA DILAPORKAN ?


Dilaporkan kepada pengawas departemen (yang
mengalami Kecelakaan, Ahli K3, Manajemen dan
ke DISNAKER setempat
SIAPA YANG MELAKUKAN INVESTIGASI ?
Orang yang telah terlatih sebagai Investigator dari setiap departmen termasuk
Ahli K3
BAGAIMANA TAHAPAN MENGELOLA INVESTIGASI INSIDEN DI TEMPAT KERJA?
1. Persiapan: 2. Pelaksanaan:
• Susun Prosedur, Formulir investigasi • Ketika terjadi insiden, lakukan pertolongan pada
• Pilih petugas investigasi serta berikan pelatihan korban (jika ada) dan pelaporan awal insiden ke dept
investigasi petugas tim investigasi terkait insiden, manajemen dan DISNAKER
• Menyiapkan peralatan investigasi • Amankan & Lokalisir TKP
• Sosialisasikan Prosedur Investigasi kepada karyawan • Bentuk tim investigasi
• Lakukan investigasi dan kumpulkan data dari 4P

4. Menyusun laporan hasil investigasi: 3. Penelitian & Analisa data 4P:


• Menyusun Laporan kronologi insiden dan hasil • Uraikan kronologi insiden
Analisa data 4P • Tentukan faktor penyebab langsung
• Tentukan rekomendasi / Tindakan perbaikan • Tentukan factor penyebab dasar
• Sosialisasikan laporan hasil investigasi kepada • Tentukan factor kelemahan control sistem
karyawan dan laporkan ke DISNAKER • Lakukan rekonstruksi jika diperlukan
TUJUAN/MANFAAT INVESTIGASI INSIDEN ?
1. MENCARI SERTA MENEMUKAN FAKTA/DATA AKAR MASALAH/
PENYEBAB INSIDEN (LANGSUNG, DASAR & LEMAHNYA CONTROL)

2. MENGETAHUI ATAU MENGIDENTIFIKASI BAHAYA SEBAGAI SUMBER


ATAU ASAL PENYEBAB INSIDEN DAN JUGA MENGETAHUI
KELEMAHAN SISTEM PENGENDALIAN ATAU MITIGASI RISIKO YANG
MENJADI PROGRAM PERUSAHAAN

3. MEMBERIKAN DAN MELAKSANAKAN SOLUSI / REKOMENDASI


/ TINDAKAN PERBAIKAN AGAR INSIDEN SERUPA TIDAK TERJADI LAGI DI
MASA MENDATANG BAIK DI TEMPAT YANG SAMA MAUPUN DI TEMPAT YANG LAIN

4. MENYEDIAKAN DATA BIAYA DARI KERUGIAN AKIBAT INSIDEN

5. MEMPERKUAT KOMITMEN PADA K3 DI PERUSAHAAN

6. BUKAN MENCARI SIAPA YANG MELANGGAR ATAU YANG SALAH


CANADIAN CENTRE FOR OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (CCOHS) MEREKOMENDASIKAN AGAR INVESTIGASI
DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA, BAIK MANAJEMEN MAUPUN PERWAKILAN DARI TENAGA KERJA ATAU
PIHAK-PIHAK YANG RELEVAN. ANGGOTA TIM INVESTIGASI MENCAKUP:

1. Ahli K3
2. Pekerja yang memiliki pengetahuan tentang
proses kerja departemen masing-masing
3. Dokter Perusahaan (jika ada)
4. Para ahli di luar perusahaan (jika diperlukan)
5. Perwakilan dari pemerintah daerah atau polisi
setempat (jika diperlukan)

Idealnya, untuk item nomor 2 disarankan dari tim P2K3


KOMPETENSI YANG DIPERLUKAN PETUGAS INVESTIGASI:

• Memiliki pengetahuan dasar tentang K3


• Memahami metode investigasi kecelakaan dengan
model sebab akibat / root cause analysis
• Mengetahui persyaratan hukum terkait aktifitas
pekerjaan
• Mampu melakukan wawancara dan mengumpulkan
data secara efektif
• Mampu menganalisa data yang dikumpulkan untuk
menentukan penyebab insiden
• Dapat menentukan tindakan perbaikan yang harus
dilakukan untuk mencegah terulangnya insiden
Referensi: dari berbagai sumber
Contoh Struktur Tim Investigasi
CONTOH PERALATAN INVESTIGASI
• Formulir Laporan untuk pengumpulan data • Alat perekam video / suara
• Alat tulis • Label identifikasi komponen
• APD • Senter/ lampu
• Kamera • dll
• Pita pembatas/barikade
• P3K Kit
Informasi apa saja yang perlu dikumpulkan untuk
diinvestigasi dan dilaporkan

Informasi 5W + 1H

➢ WHAT - Apa yang terjadi ?


➢ W H O - Siapa yang terlibat ?
➢ WHERE - Dimana lokasinya ?
➢ WHEN - Kapan terjadinya insiden ?
➢ W H Y - Mengapa bisa terjadi?
➢ H O W - Bagaimana bisa terjadi ?
What ? Apa yang terjadi ? Uraikan perincian bahan / peralatan yang digunakan.

Who ? Dapatkan nama setiap orang yang terlibat, dekat, berada pada saat kejadian
atau tahu faktor yang memberikan kontribusi.

Where ? Uraikan lokasi kejadian yang pasti, catat semua faktor- factor yang relevant
seperti : petir, cuaca, kondisi lingkungan kerja, dsb

When ? Catat waktu kejadian yg tepat dan pasti, tanggal, hari, jam dan faktor lain
seperti : pertukaran shift, siklus kerja, periode istirahat dsb.

Why ? Kumpulkan semua informasi berupa dugaan/fakta kronologi kejadian baik


sebelum, pada saat dan setelah kejadian menggunakan data 4P, dan jabarkan
& hasil analisa data 4P tersebut ke dalam model sebab akibat seperti:
SCAT / Fishbone Diagram Analysis / 5 why’s Analysis
How? Dan tentukan
(penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan dan lack of control)
Data 4P yang dikumpulkan investigator
dalam mencari & menemukan dugaan /
fakta terkait insiden, yaitu data dari:`

1. People (orang),

2. Parts (peralatan/ mesin),

3. Place/Position (lokasi insiden), dan

4. Paper (dokumen).

Data dari 4P tersebut, selanjutnya


dianalisa ke dalam:

• Penyebab Langsung,
• Penyebab Tidak Langsung &
• Lemahnya Kontrol (lack of control)
People – yakni informasi yang dicatat
dengan mewawancarai orang-orang yang
terlibat dengan insiden atau orang-orang Pengumpulan data saat wawancara:

yang dapat membantu terkuaknya sebab- • Lakukan wawancara secara terpisah

sebab insiden tersebut, baik dari korban di tempat yang tepat

(jika memungkingan), saksi, atasan korban. • Jelaskan maksud wawancara


• Tanyakan kejadian menurut versinya
• Jangan menyalahkan
• Perlihatkan rasa empati dan
menghargai
• Ucapkan terima kasih
Parts – yakni mendata semua
perkakas, peralatan / mesinan yang
diduga memiliki keterkaitan dengan
insiden, misalnya:
• kerusakan pada bagian alat
(tangga/scaffolding/rem forklift),
bagian kendaraan,
• Kondisi APD,
• Bahan kimia yang digunakan,
apakah ada label bahan kimia
• dll.
Place/Position – yakni mendata lokasi insiden,
termasuk
• Indoor / outdoor (cuaca panas, dingin, hujan)
• Kurangnya peneranganan
• Posisi peralatan/mesin saat beroperasi/parkir, dan
benda-benda lainnya disekitar yang diduga jadi
penyebab insiden.
• Kondisi lantai kerja (licin, basah, tidak rata, miring,
turunan, tanjakan)
• dll
Paper – yakni mendata dokumen-dokumen terkait, seperti:
• Spesifik peraturan perundangan terkait aktifitas kerja,
• SOP/JSA/HIRADC tidak ada / tidak memadai
• Data pelatihan pekerja (korban),
• Adanya kondisi tidak sehat pekerja (korban) dari hasil MCU
(Medical Check Up),
• Checklist periksa kendaraan/alat tidak tersedia/tidak
memadai
• Ada atau tidaknya daftar hadir safety/toolbox meeting, bukti
sosialisasi program kerja, Lisensi (SIO) korban, ijin kerja,
• dll.
Setelah data 4P terkumpul, selanjutnya gunakan metode investigasi sebab akibat
(Root Cause Analisis)

• Fault tree analysis


• Event tree analysis
• SCAT (Systematic Cause Analysis Technique)
• Fishbone Diagram Analysis
• 5 Why’s Analysis
• Comprehensive List of Causes
• dll.
Pada pelatihan ini, yang kita bahas adalah metode:

• SCAT yang diperkenalkan pertama kali International Loss Control Institute (ILCI) yang
mengambil model dari F.Bird & German (1982).

• Fishbone Diagram Analysis disebut juga diagram tulang ikan, atau cause-and-effect
matrix adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah even yang
spesifik, Penemunya adalah Professor Kaoru Ishikawa, seorang ilmuwan Jepang yang juga
alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram
Ishikawa. Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan untuk :
Mengidentifikasi akar penyebab dari suatu permasalahan.

• Metode 5W (5 Whys) sudah dikenal sejak tahun 1930 yang dikemukakan oleh Sakichi
Toyoda dan pada tahun 1970 dipopulerkan dalam Toyota Production System. Strategi 5
Whys pendekatannya adalah dengan mencari tahu apa saja seluruh masalah yang ada dan
bertanya “mengapa” dan “apa yang menjadi akar masalah”.
1. METODE SCAT (Systematic Cause Analysis Technique) :
Bagian yang di investigasi dalam metode SCAT

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB INSIDEN KERUGIAN BIAYA


KONTROL DASAR LANGSUNG (Kontak)

PROGRAM K3, FAKTOR PERILAKU/ KONTAK KECELAKAAN BIAYA


SOP PERSONAL TINDAKAN DENGAN
ENERGI ATAU LANGSUNG
TAK ADA/ (PRIBADI) TAK AMAN
TAK SESUAI & ATAU KERUSAKAN &
FAKTOR KONDISI BAHAN/ ZAT YANG TAK BIAYA TIDAK
KEPATUHAN PEKERJAAN TAK AMAN DIHARAPKAN LANGSUNG
PERATURAN

Pre Kontak (sebelum terjadinya insiden)


BIAYA

BIAYA
LANGSUNG
&
BIAYA TIDAK
LANGSUNG
KERUGIAN

KECELAKAAN
ATAU
KERUSAKAN
YANG TAK
DIHARAPKAN
INSIDEN
(Kontak)

KONTAK
DENGAN
ENERGI
ATAU
BAHAN/ ZAT

❖ STRUCK AGAINST → menabrak/bentur benda diam/bergerak


❖ STRUCK BY → terpukul/tabrak oleh benda bergerak
❖ FALL TO → terjatuh
❖ CAUGHT IN → tertusuk, terpotong
❖ CAUGHT BETWEEN → terjepit
❖ CONTACT WITH → listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
❖ EQUIPMENT FAILURE → kegagalan mesin, peralatan
❖ EVIRONMENTAL RELEASE → masalah pencemaran
PENYEBAB
LANGSUNG

PERILAKU/
TINDAKAN
TAK AMAN
&
KONDISI
TAK AMAN

OPERASI TANPA OTORISASI PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK


GAGAL MEMPERINGATKAN APD KURANG, TIDAK LAYAK
GAGAL MENGAMANKAN PERALATAN RUSAK
KECEPATAN TIDAK LAYAK RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
MEMBUAT ALAT PENGAMAN TIDAK BERFUNGSI
SISTEM PERINGATAN KURANG
PAKAI ALAT RUSAK
PAKAI APD TIDAK LAYAK BAHAYA KEBAKARAN
PEMUATAN TIDAK LAYAK KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
PENEMPATAN TIDAK LAYAK KEBISINGAN
MENGANGKAT TIDAK LAYAK TERPAPAR RADIASI
POSISI TIDAK AMAN
TEMPERATUR EXTRIM
SERVIS ALAT BEROPERASI
BERCANDA, MAIN-MAIN PENERANGAN TIDAK LAYAK
MABOK ALKOHOL, OBAT VENTILASI TIDAK LAYAK
GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR LINGKUNGAN TIDAK AMAN
SEBAB
DASAR

FAKTOR
PERSONAL
(PRIBADI)

FAKTOR
PEKERJAAN

KEMAMPUAN FISIK ATAU PHISIOLOGI KURANG PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN


TIDAK LAYAK ENGINEERING TIDAK MEMADAI
KEMAMPUAN MENTAL TIDAK LAYAK PENGADAAN (PURCHASING) YANG KURANG
STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI KURANG PERALATAN
STRESS MENTAL MAINTENANCEKURANG BAIK
KURANG PENGETAHUAN STANDAR KERJA TIDAK ADA
KURANG KEAHLIAN
MOTIVASI TIDAK LAYAK
LEMAHNYA
• Program K3 tidak ada/tidak memadai/tidak efektif
KONTROL
• Standar operasional prosedur (SOP) tidak ada / ada tapi tidak sesuai
PROGRAM • Kurangnya pelatihan / motivasi kepada karyawan
TAK SESUAI
• Tidak ada inspeksi dan evaluasi atau audit.
STANDAR
TAK SESUAI
• Belum ada Ahli K3 / belum ada program K3
• Tidak ada program pengawasan dari level Top Manajemen
KEPATUHAN
PERATURAN • Tidak ada program Inspeksi / Audit
• Komunikasi K3 yang buruk antar karyawan
• Investigasi kecelakaan yang tidak tersistem
2. METODE FISHBONE DIAGRAM ANALYSIS
2. METODE FISHBONE DIAGRAM ANALYSIS
3. METODE 5 WHY’S ANALYSIS

UA

UC

JF

JF
PEKERJAAN : MENGGERINDA
LOKASI : WORKSHOP / MESIN GERINDA
KECELAKAAN KERJA : JARI TANGAN TERGORES GERINDA
DISKRIPSI : PEKERJA MENGALAMI LUKA PADA TANGAN KANAN

Penyebab Insiden Insiden Kerugian

Immediate Accident /
Lack of Control Basic Causes Lost
Causes Nearmiss

1. Tidak ada Personal Factor Unsafe Action Contacs with : 1. People,


SOP Pekerja tdk Pekerja Tangan kanan cedera
2. JSA / pakai APD dan melakukan (jari-jari) tangan
HIRADC meremehkan pekerjaan bersentuhan 2. Property
tidak ada APD sambil degan mata 3. Produk
3. Tidak ada berbicara dan gerinda yg rusak
sosialiasi / bercanda dgn sedang 4. Environmnt
Job Factor berputar
briefing pekerja lain
Tdk ada normal
sebelum
pengawas
bekerja dan
lapangan di
lembahnya
area
pengawasan

Pre contact stage Contact Post contact


Kesalahan dalam proses tahapan investigasi

• Hanya terfokus dan mencari kesalahan manusianya saja.


• Tidak menguasai metode investigasi sebab akibat dan kurangnya kerja sama
antara investigator.
• Tidak mencatat dugaan / fakta-fakta yang ada.
• Membuat karyawan yang diwawancara menutupi fakta yang sebenarnya
• Terburu-buru dalam mengambil keputusan dari hasil analisa data
• Tidak semua dugaan / fakta terungkap
• Tidak dapat menjabarkan/menganalisa data 4P ke dalam akar penyebab
masalah (penyebab langsung, dasar & lemahnya control)
ISI
LAPORAN KECELAKAAN

• NAMA PERUSAHAAN/ ALAMAT • Saksi yang menyaksikan & melihat


• NAMA TENAGA KERJA/ ALAMAT/ kejadian
JENIS PEKERJAAN/ JABATAN/ • Sebutkan : mesin/ pesawat/
UNIT KERJA instalasi/ alat kerja/ cara kerja/
• TEMPAT KECELAKAAN/ TANGGAL bahan atau lingkungan yang
KEJADIAN menyebabkan kecelakaan
• URAIAN KEJADIAN KECELAKAAN • Akibat kecelakaan
• JENIS PEKERJAAN PADA WAKTU • Perkiraan kerugian
KECELAKAAN • Upah (upah pokok dan tunjangan
)/ penerimaan lain-lain
Lampiran 1 : PERATURAN MENTERI
LAPORAN KECELAKAAN NOMOR : 03/MEN/1998
FORMULIR BENTUK 3 TANGGAL : 26 Pebruari 1998
KK2 A

Wajib dilaporkan dlm 2 x 24 BENTUK Nomor KLUI :


jam setelah terjadinya KK2 A No. Kecelakaan :
kecelakaan Diterima tanggal :
(Diisi oleh Petugas Kantor Depnaker)
Nomor Agenda Jamsostek :
1. Nama Perusahaan NPP
Alamat dan No. Telp Kode Pos No. Telp.
Jenis Usaha
No. Tenaga Kerja L P
No. Pendaftaran (Bentuk
KKI)
No. Akta Pengawasan
2. Nama Tenaga Kerja No. KPA
Alamat dan No. Telp Kode Pos No. Telp.
Tmp dan tgl lahir L: P:
Jenis Pekerjaan/Jab
Unit/Bag Perusahaan
3. a. Tempat Kecelakaan
b. Tanggal Kecelakaan Jam :
4. Uraian Kejadian Kec. F*)
1. Bagaimana terjadinya kecelakaan G*)

2. Jenis Pekerjaan dan waktu kecelakaan

3. Saksi yg melihat Kec


4. a. Sebutkan : mesin, pesawat, instalasi, H*)
alat proses, cara kerja, bahan atau
lingkung- an yg menyebabkan
kecelakaan

b. Sebutkan : bahan, proses, lingkungan E*)


cara kerja, atau sifat pekerjaan yg
menyebabkan PAK
5. Akibat Kecelakaan

a. Akibat yg diderita korban Meninggal Dunia Sakit Luka-luka

b. Sebutkan bagian tubuh yg sakit

c. Sebutkan jenis PAK

- Jabatan / Pekerjaan

- Lama bekerja

d. Keadaan penderita setelah


pemeriksaan pertama

1 Berobat jalan Sambil bekerja Tidak bekerja

2 Dirawat di : Alamat: Rumah sakit Puskesmas Poliklinik

6. Nama dan alamat dokter/ tenaga medik


yg memberikan pertolongan pertama
(dlm hal penyakit yg timbul karena
hubungan kerja, nama dokter yg pertama
kali mendiagnosa)

7. Kejadian di tempat kerja yg


membahayakan K3 (misal: kebakaran,
peledakan, rubuhnya bagian konstruksi
8. Perkiraan kerugian :
a. waktu (dlm hari – orang)
b. material
9. Upah Tenaga Kerja
a. Upah (upah pokok dan tunjangan) Rp.

b. Penerimaan lain-lain Rp.


c. Jumlah a + b Rp.
10. Kecelakaan dicatat dlm Buku Kecelakaan pada
No. Unit
11. Kecelakaan lain-lain yg perlu

*) Jika perlu dapat ditambah Dibuat dengan


sesungguhnya

Nama dan tanda tangan pimpinan Jabatan


perusahaan Tanggal

➢ Warna Putih, Merah dan Merah Jambu ke Kandep


Tenaga Kerja Setempat
➢ Warna kuning untuk arsip perusahaan
➢ Warna Hijau dan Biru untuk Badan Penyelenggara /
PT. Jamsostek (Persero)
TINGKATAN / KLASIFIKASI

DAN

CARA MENGHITUNG STATISTIK


KECELAKAAN KERJA (FR, SR & TRIR)
1. Per Menaker No. Per.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja
2. Per Menaker No. Per.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
3. Permenaker RI No. Per-03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
5. SK DIRJEN PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DEPARTEMEN
TENAGA KERJA R.I. NO. : KEP. 84/BW/1998 TENTANG CARA PENGISIAN FORMULIR LAPORAN DAN
ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN
6. Permenaker No. Per-01/Men/I/2007 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3)

Dari beberapa peraturan di atas, tidak ada yang membahas detail mengenai klasifikasi
kecelakaan dan bagaimana cara menghitung statistik kecelakaan kerja. Namun, di peraturan
nomor 5 & 6, setidaknya memberikan definisi terkait dengan kecelakaan yang menyebabkan
hilangnya waktu/hari kerja dan bagaimana cara menghitung statistik kec. Kerja.

Oleh karena minimnya referensi klasifikasi dan penghitungan statistik kecelakaan kerja di
Indonesia, banyak praktisi K3 yang menggunakan referensi negara lain untuk menggunakan
tingkatan/klasifikasi dan menghitung statistic kecelakaan kerja di Indonesia. Referensi yang
umum digunakan adalah OSHA LOG 300.
TINGKATAN / KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA

Mengacu pada OSHA Log 300

Salah satu referensi tingkatan/klasifikasi dan perhitungan statistik angka kecelakaan


yang paling banyak digunakan oleh praktisi K3 adalah dari OSHA Log 300 yang dibuat
oleh Occupational Safety and Health Administration Amerika Serikat. OSHA Log 300 ini
berupa klasifikasi untuk mencatat cidera.

Tingkatan / Klasifikasi
• Fatality
• Lost Time Injury (LTI)
• Lost WorkDay Case (LWDC/LWC)
• Restricted Work Case (RWC)
• Medical Treatment Case (MTC)
• First Aid Case (FAC)
TINGKATAN / KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA

• Fatality adalah kasus kecelakaan kerja yang menimbulkan kematian pada si pekerja.

• Lost Time Injury (LTI) adalah kasus kecelakaan kerja yang membutuhkan perawatan medis (perawat/dokter)
dan terdapat hilang hari kerja, karena korban (pekerja) sementara tidak mampu bekerja pada shift
berikutnya. => hari dimana kecelakaan terjadi tidak dihitung sebagai hilang hari kerja (LWC).

• Lost Workdays Case (LWC) adalah jumlah hilang hari kerja jika ada LTI / Fatality.

• Restricted Work Case (RWC) adalah kasus kecelakaan kerja yang membutuhkan perawatan medis
(perawat/dokter), yang mana korban dapat bekerja pada shift berikutnya, tetapi korban tidak dapat bekerja
secara normal sesuai job descnya. => Tidak ada hilang hari kerja (LWC)

• Medical Treatment Case (MTC) adalah kasus kecelakaan kerja yang membutuhkan perawatan medis
(perawat/dokter), yang mana korban dapat kembali bekerja dengan normal sesuai job descnya pada shift
berikutnya. => Tidak ada hilang hari kerja (LWC)

• First Aid Case (FAC) adalah kasus kecelakaan kerja yang perawatan cideranya tidak membutuhkan
penanganan medis, cukup first aider (Petugas P3K) yang kompeten. => Tidak ada hilang hari kerja (LWC)
STATISTIK KECELAKAAN KERJA
Statistik HSE (Menghitung FR, SR, TRIR)

• Statistik Kecelakaan Kerja digunakan untuk mengukur tingkat kinerja K3 di tempat kerja
yang berkaitan dengan kejadian kecelakaan kerja serta tingkat keparahan yang
ditimbulkan.
• Statistik ini kemudian digunakan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan untuk
mengurangi angka kecelakaan kerja dan tingkat keparahannya.
• Ada beberapa metode perhitungan statistik kec.kerja yang umum digunakan yaitu:
Frequency Rate (FR) : Tingkat Keseringan/Kekerapan Cidera
Severity Rate (SR) : Tingkat Keparahan Cidera
Total Recordable Injury Rate (TRIR) : Tingkat Jumlah Cidera
STATISTIK KECELAKAAN KERJA
Statistik HSE
Untuk konstanta pengali pada Rate tersebut menggunakan dua indicator, yaitu angka
200.000 dan 1.000.000

Konstanta pengalinya 200.000 adalah standar dari OSHA: digunakan di US, Eropa, dll

Konstanta pengalinya 1.000.000 adalah standar dari ILO: Kemenaker & Umumnya digunakan di Asia,

Angka 200.000 dipakai untuk menggambarkan jumlah tenaga kerja sebanyak 100 orang yang bekerja selama
satu tahun (2000 jam kerja), sehingga didapatkan 2000 dikali 100 menjadi 200.000. Sehingga dapat dikatakan
angka denominator 200.000 sama artinya angka kecelakaan per 100 (seratus) pekerja.

40 jam x 50 minggu x 100 pekerja = 200.000 jam kerja orang

Angka 1.000.000 dipakai untuk menggambarkan jumlah tenaga kerja sebanyak 500 orang yang bekerja
selama satu tahun (2000 jam kerja), sehingga didapatkan 2000 dikali 500 menjadi 1.000.000. Sehingga dapat
dikatakan angka denominator 1.000.000 sama artinya angka kecelakaan per 500 (lima ratus) pekerja.

40 jam x 50 minggu x 500 pekerja = 1.000.000 jam kerja orang


STATISTIK KECELAKAAN KERJA

• Frequency Rate (FR) digunakan untuk mengidentifikasi jumlah cidera yang menyebabkan hilangnya hari kerja
selama periode tertentu (Bulanan, 3 Bulanan, 6 Bulanan atau Tahunan)
• 2 data penting dalam menghitung FR adalah data LTI & jumlah jam kerja orang (total man hours)
Contoh menghitung FR dengan menggunakan konstanta pengalinya 1.000.000

Contoh studi kasus: Sebuah perusahaan memiliki 1.500 pekerja. Hasil perhitungan HRD menunjukkan bahwa
jumlah jam kerja yang telah dicapai dalam 6 bulan adalah 1.656.000 jam kerja orang. Pada kurun waktu 6
bulan, jumlah cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja sebanyak 5 kasus (LTI) dengan total hilang hari
kerja sebanyak 50 hari. Berapa frekuensi ratenya ?

Rumus FR = Jumlah kasus LTI x 1.000,000 Jawab: FR = 5 x 1.000.000


Jumlah Jam Kerja Orang = 3,02
1.656.000

Intepretasinya adalah, bahwa pada kurun waktu 6 bulan tersebut, terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 3,02
jam kerja per 1.000.000 jam kerja orang.

Namun Angka ini tidak mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja. Angka ini hanya mengindikasikan
si pekerja tidak berada di tempat kerja setelah terjadinya kecelakaan kerja.
STATISTIK KECELAKAAN KERJA

SR (Severity Rate) digunakan untuk mengidentifikasi tingkat keparahan cidera yang menyebabkan
hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk per sejuta jam kerja orang
(Bulanan, 3 Bulanan, 6 Bulanan atau Tahunan)

Contoh studi kasus: Sebuah perusahaan memiliki 1.500 pekerja. Hasil perhitungan HRD
menunjukkan bahwa jumlah jam kerja yang telah dicapai dalam 6 bulan adalah 1.656.000 jam kerja
orang. Pada kurun waktu 6 bulan tersebut, jumlah cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja
sebanyak 5 kasus (LTI) dengan total hilang hari kerja sebanyak 50 hari. Berapa severity ratenya ?

Rumus SR = Jumlah hilang hari kerja x 1,000,000


Jumlah Jam Kerja Orang

SR = 50 x 1.000.000 = 30,19 (dibulatkan menjadi 30 karena utk perhitungan hari)


1.656.000

Intepretasinya adalah selama kurun waktu tersebut telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar
30 hari per 1.000.000 jam kerja orang.
TRIR (Total Recordable Injury Rate)

• TRIR (Total Recordable Injury Rate) adalah sebuah perhitungan matematis dari total injury yang recordable
(diatas “first aid case”) dikalikan konstanta pengalinya (200.000 atau 1.000.000) dan dibagi jumlah jam kerja.

• Jenis kecelakaan yang dapat dicatat/direkam menurut rumus TRIR adalah


jumlah kasus di atas “First Aid Case” yaitu:

Fatalities, Contoh studi kasus: Sebuah perusahaan memiliki 1.500


Lost Time Injury (LTI), pekerja. Hasil perhitungan HRD menunjukkan bahwa
Restricted Work Cases (RWC), jumlah jam kerja yang telah dicapai dalam 6 bulan adalah
1.656.000 jam kerja orang. Pada kurun waktu tersebut,
Medical Treatment Cases (MTC),
jumlah kecelakaan adalah
LTI: 5 kasus
First Aid Case (FAC)
RWC: 1 kasus
MTC: 1
FAC: 6 kasus,
Berapa TRIR?
TRIR= (1+1+5) = 7 x 1.000.000 = 4,23
1.656.000

Intepretasinya adalah dalam kurun waktu tersebut, terjadi sekitar 4,23 kecelakaan kerja per 1.000.000 jam
kerja orang.
Kerugian hari kerja karena cacat berdasarkan Lampiran II, Surat Kep Dirjen Hubungan
Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kep. 84 Tahun 1998

Untuk Kerugian Dari Anggota Badan Karena Cacat Tetap atau Menurut Ilmu Bedah

1. Tangan dan Jari-jari


Amputasi seluruh atau Jari-jari (hari)
sebagian dari tulang
Ibu Jari Telunjuk Tengah Manis Kelingking
Ruas ujung 300 100 75 60 50

Ruas tengah - 200 150 120 100

Ruas pangkal 600 400 300 240 200

Telapak (antara jari-jari


dan pergelangan) 900 600 500 450 -

Tangan sampai pergelangan 3000


Kerugian hari kerja karena cacat berdasarkan Lampiran II, Surat Kep Dirjen Hubungan
Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kep. 84 Tahun 1998

B. Kehilangan Fungsi

Satu mata 1800 hari

Kedua mata dalam satu kasus kecelakaan 6000 hari

Satu telinga 600 hari

Kedua telinga dalam satu kasus kecelakaan 3000 hari

C. Lumpuh Total dan Mati

Lumpuh total yang menetap 6000 hari

Mati 6000 hari

Catatan : Untuk setiap luka ringan dengan tidak ada amputasi tulang kerugian hari kerja
adalah sebesar jumlah hari sesungguhnya selama si korban tidak mampu
bekerja.
2. Kaki dan Jari-jari
Jari-jari lainnya
Amputasi seluruh atau sebagian dari tulang Ibu Jari (hari)
(hari)

Ruas ujung 150 35

Ruas tengah - 75

Ruas pangkal 300 150

Telapak (antara jari-jari dan pergelangan) 600 350

Kaki sampai pergelangan 2400

3. Lengan

Tiap bagian dari pergelangan sampai siku 3600 hari

Tiap bagian dari atas siku sampai sambungan bahu 4500 hari

4. Tungkai
Tiap bagian di atas mata kaki sampai lutut 3000 hari

Tiap bagian di atas lutut sampai pangkal paha 4500 hari

Anda mungkin juga menyukai