Anda di halaman 1dari 2

Macam – macam qath’i dan dzanni

Dalil Qath’i ini ada Dua Macam, yaitu :

1. Dalil al-Wurud yaitu dalil yang meyakinkan bahwa datangnya dari Allah (al-Qur’an) atau dari
Rasulullah (hadits mutawatir). Al-qur’an seluruhnya qath’i dilihat dari segi wurudnya. Akan
tetapi tidak semua hadits qath’i wurudnya.

2. Qath’i Dalalah, dalil yang kata-katanya atu ungkapan kata-katanya menunjukkan arti dan
maksud tertentu dengan tegas dan jelas sehingga tidak mungkin dipahamkan lain. Seperti firman
Allah SWT yaitu dalam surat an-Nisa’ ayat 12.

‫َلُك ْم ِنْص ُف َم ا َتَر َك َأْز َو اُج ُك ْم ِإْن َلْم َيُك ْن َلُهَّن َو َلٌد ۚ َفِإْن َك اَن َلُهَّن َو َلٌد َفَلُك ُم الُّر ُبُع ِمَّم ا َتَر ْك َن ۚ ِم ْن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُيوِص يَن ِبَها َأْو َد ْيٍن ۚ َو َلُهَّن‬
‫الُّر ُبُع ِمَّم ا َتَر ْكُتْم ِإْن َلْم َيُك ْن َلُك ْم َو َلٌد ۚ َفِإْن َك اَن َلُك ْم َو َلٌد َفَلُهَّن الُّثُم ُن ِمَّم ا َتَر ْكُتْم ۚ ِم ْن َبْع ِد َوِص َّيٍة ُتوُصوَن ِبَها َأْو َد ْيٍن ۗ َوِإْن َك اَن َر ُجٌل‬
‫ُيوَر ُث َكاَل َلًة َأِو اْمَر َأٌة َو َلُه َأٌخ َأْو ُأْخ ٌت َفِلُك ِّل َو اِحٍد ِم ْنُهَم ا الُّسُد ُس ۚ َفِإْن َك اُنوا َأْكَثَر ِم ْن َٰذ ِلَك َفُهْم ُش َر َك اُء ِفي الُّثُلِثۚ ِم ْن َبْع ِد َو ِص َّيٍة‬
‫ُيوَص ٰى ِبَها َأْو َد ْيٍن َغْيَر ُمَض اٍّرۚ َو ِص َّيًة ِم َن ِهَّللاۗ َو ُهَّللا َع ِليٌم َح ِليٌم‬

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
(dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan
jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau
(dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan
yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara
laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing
dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).
(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”

Zhanni Dilalah

Yaitu dalil-dalil yang belum pasti penunjukannya terhadap satu masalah. Artinya ketika ada satu
masalah yang memerlukan ketetapan hukum syariat, sedangkan dalil yang ada baik dalam Al-
Qur’an maupun Sunnah tidak menunjukan kepastiannya, ataupun tidak ada dalil-dalil sama
sekali, maka munculah perbedaan pendapat mengenai status hukum itu. Dan perbedaan
pandangan ini sudah dimulai semenjak generasi sahabat dimana setelah wafatnya Nabi Saw dan
Al-Qur’an pun sudah sempurna diturunkan. Sedangkan permasalahan terus bermunculan. Salah
satu cara mengatasinya adalah dengan cara Ijtihad (akan diterangkan kemudian). Definisi mudah
ijtihad itu adalah meneliti dengan seksama semua dalil yang ada dan mengambil paradigma
berfikir yang dianggap tepat oleh seorang Mujtahid (orang yang berijtihad) untuk menetapkan
satu kasus hukum.

Dengan demikian cara berfikir seseorang dalam ijtihad tentulah berbeda antara satu dengan
lainnya. Dan tidak mungkin kan jika ada dalil Zhanni semua mujtahid dari setiap generasi sejak
era sahabat sampai sekarang pendapatnya cuman satu saja? Apalagi wilayah Islam sudah tersebar
luas, munkinkah pendapat itu harus satu dalam masalah Furu’iyyah (masalah sub fikih)

Dalil Zhanni ada Dua Macam, yaitu :

1. Zhanni al-Wurud yaitu dalil yang hanya memberi kesan yang kuat (sangkaan yang kuat)
bahwa datangnya dari Nabi saw. Tidak ada ayat al-Qur’an yang zhanni wurudnya, adapun hadits
ada yang zhanni wurudnya, seperti hadits ahad.

2. Zhanni al-Dalalah yaitu dalil yang kata-katanya atau ungkapan kata-katanya memberikan
kemungkinan-kemungkinan arti dan maksud. Tidak menunjukkan kepada satu arti dan maksud
tertentu. Seperti firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 228

. ‫َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأْنُفِس ِهَّن َثاَل َثَة ُقُروٍء ۚ َو اَل َيِح ُّل َلُهَّن َأْن َيْكُتْم َن َم ا َخ َلَق ُهَّللا ِفي َأْر َح اِم ِهَّن ِإْن ُك َّن ُيْؤ ِم َّن‬
‫ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر ۚ َو ُبُعوَلُتُهَّن َأَح ُّق ِبَر ِّد ِهَّن ِفي َٰذ ِلَك ِإْن َأَر اُدوا ِإْص اَل ًحاۚ َو َلُهَّن ِم ْثُل اَّلِذ ي َع َلْيِهَّن ِباْلَم ْعُروِف ۚ َو ِللِّر َج اِل َع َلْيِهَّن َد َر َج ٌة‬
‫ۗ َو ُهَّللا َع ِز يٌز َحِكيٌم‬

“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai
satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Anda mungkin juga menyukai