Anda di halaman 1dari 3

Pancasila membentuk karakter dan kejujuran

Alifia nur nadhifah

Di sebuah desa kecil yang terpencil namun sangat asri, hiduplah seorang
anak yang berusia 11 tahun bernama iman. Iman adalah seorang anak yang sangat
cerdas didalam maupun luar sekolah dan hidupnya pun penuh dengan semangat ,
namun di sisi lain hidupnya dipenuhi dengan berbagai macam cobaan. Ayahnya,
Pak Reza, adalah seorang petani cabai yang gigih dan tabah dalam menghadapi
segala cobaan yang selalu ia alami, namun tetap saja hidupnya selalu berada di
ambang ekonomi yang menurun di mana harga kebutuhan pokok semakin
meningkat.
Sepulang sekolah iman lekas menaruh tas di atas lemari dan tidak lupa untuk
berbersih diri selepas pulang sekolah dan mengganti seragamnya dengan kaos
oblong dengan celana sebatas lutut kesukaannya. Kemudian iman menghampiri
ayahnya yang sedang beristirahat di bawah pohon yang rindang selepas panen
cabai yang sangat banyak. Kemudian pak reza pergi ke dapur untuk mengambil
masakan yang telah di siapkan oleh sang istri untuk makan siang bersama anaknya
selepas pulang sekolah. Datang pak reza dengan membawa rantang yang berisi
nasi putih yang masih hangat dan lau pau yang ada di atasnya. Di sela-sela makan
siang Iman bertanya kepada ayahnya tentang apa arti sebuah kehidupan.” Ayah,
apa sebenarnya arti dari kehidupan ini? Mengapa kita harus berjuang dan berusaha
sekeras ini ketika kita ingin mencapai sesuatu yang sangat kita inginkan?” tanya
Iman sembari melanjutkan makan siangnya.
Dengan santai Pak Reza menoleh ke arahnya dengan menjawab pertanyaan yang
iman sampaikan”Iman hidup ini ibaratkan sebuah ladang yang luas milik kita
sendiri. Dan bagaimana kita bisa mendapatkan hasil panen yang sangat baik tidak
dad cacat sedikitpun? Yah dengan cara kita harus bekerja sekeras mungkin untuk
mendapatkan benih yang baik dan kemudian menanamkan benih tersebut dan
memupuknya dengan ketulusan dari hati yang sanagt dalam. Maka Itulah sejatinya
makna dari kehidupan ini.”
Setelah iman mendengarkan penyataan dari ayahnya tentang arti sebenarnya dari
sebuah kehidupan, iman kini sadar dengan penuh bahwa dia memang harus
bersungguh sungguh dalam belajar dan bekerja keras demi mendapatkan benih
yang sangat baik untuk ia tanam di kemudian hari. Selesai makan siang bersama
ayahnya iman kemudian membersihkan dan membereskan semua yang ada di
bawah pohon dan dalam kehidupan iman dia harus bekerja sama antar siapapun
dan dimanapun dia berada. Ketika dia berada di keluarga seperti inilah iman
bekerja sama dengan ayahnya, ayahnya yang sudah mengambil makanannya dan
sekarang waktunya iman yang berberes dari sisa makananya untuk dimasukkan ke
dalam tas dn siap untuk pulang dan tidur siang.
Keesokan harinya iman bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dia selalu berangkat
sekolah dengan mengendarai sepeda yang dia dapar ketika dia menang lomba
perayaan 17 agustus.Meskipun hidup dengan segala keterbatasan yang ada,Iman
tetap gigih dan semangat dalam menempuh pendidikan. Setiap pagi, dia berangkat
sekolah dengan semangat yang sangat membara, kerana Iman memiliki cita-cita
bahwa ia ingin menjadi siswa berprestasi yang bisa mengharumkan nama baik
keluarga dan desa tempat tinggalnya.
Sampai di sekolah, iman selalu datang awal dia hampir tidak pernah terlambat.
Kemudian ketika iman masuk kelas iman mempersiapkan buku pelajaran di ata
mejanya, hari ini ada 3 pelajaran yaitu pendidikan pancasila, pendidikan agama
islam dan seni budaya. Di pelajaran pertama iman di beri pelajaran mengenai
pancasila,yang dimana membahas tentang filosofi hidup yang ditanamkan oleh
Bapak Bangsa, yaitu Soekarno. Dia memahami bahwa pancasila sebenarnya
bukan hanya sekedar ajaran yang ada di lembaran buku pelajaran, akan tetapi
pancasila adalah sebuah pedoman hidup yang harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selesai mata pelajaran yang pertama yaitu pendidikan pancasila majeed datang
terlambat ke sekolah, ketika itu Iman masih berada di dalam kelas, seorang anak
bernama majeed datang ke sekolah terlambat. Majeed adalah siswa yang sering
sekali membuat masalah, entah di dalam maupun luar kelas dan ia juga tidak
pernah memperhatikan sedikitpun pelajaran yang guru sampaikan selama
pembelajaran berlangsung. Dia selalu mengganggu teman sekelas dan sering
sekali mengajak temannya untuk bolos pelajaran hanya untuk pergi nongkrong di
katin.
Iman yang melihat majeed merasa prihatin atas prilaku yang telah majeed
lakukan di sekolah. Di sela-sela waktu pelajaran iman mengajak majeed untuk
duduk satu bangku dengannya dan berbicara dengan lembut dan tulus dalam
memberikan nasehat, kemudian iman bertanya kepada majeed”Majeed mengapa
kamu selalu tidak memperpedulikan pendidikanmu dan selalu saja membuat
masalah di dalam sekolah?”. Tanya iman dengan nada yang sangat halus.
Kemudian majeed menatap Iman dengan raut wajah dan perasaan bingung,”Apa
gunanya sih pendidikan dan sekolah? Orang aku lebih suka dengan
menghabiskan waktuku untuk bermain dan tentu saja aku merasa tidak terkekang
dengan dengan peraturan yang ada.” Jawab majeed dengan entengnya.
Setelah mendengar penuturan yang di sampaikan oleh majeed iman pun
tersenyum dan kembali berkata,” majeed sekolah itu bukanlah hanya tempat untuk
kita belajar mengenai materi pelajaran, tetapi juga sekolah adalah tempat kita
untuk membentuk karakter dan kejujuran dalam diri kita. Seperti contoh dalam
pendidikan pancasila mengajarkan kita untuk selalu menghargai pendidikan
dengan cara meghargai guru yang sedang menerangkan mata pelajaran untuk
kita,menghargai waktu kita untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, karena
tidak semua anak bisa menempuh sekolah seperti kita dan juga menghargai waktu
kita selama sekolah dengan cara tidak bolos sekolah atau pergi ke kantin hanya
untuk nongkrong di kantin. Dan kita harus selalu berbuat baik kepada sesama
dengan saling membantu antar siswa atau membantu guru dalam hal apaun dan
jika ada teman yang kesulitan dalam memahami pelajaran .”
Setelah mendengarkan penuturan dari iman, majeed pun kemudian mengucapkan
terimakasih kepada iman karena iman sudah meyadarkan kepada majeed tentang
seberharga apa pendidikan dan waktu ,”iyah benar katamu iman kita memang
seharusnya menghargai semua yang kita jalani saat ini dan kita juga harus lebih
melek terhadap lingkungan sekitar.” Kemudian mereka saling berjabat tangan.
Setelah melakukan percakapan yang lumayan singkat tapi bermakna majeed pun
terdiam sejenak dan mencerna perkataan Iman. Dia mulai menyadari betapa
pentingnya pendidikan dan betapa berharganya kesmpatan untuk belajar, karena
tidak semua anak bisa merasakan kesempatan untuk belajar. Dari hari itu, Majeed
berubah dan menjadi siswa yang rajin dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Cerita Iman dan Majeed menjadi inspirasi bagi seluruh siswa di sekolah mereka.
Mereka belajar bahwa pendidikan pancasila bukan hanya tentang memahami
nilai-nilai di dalam teks atau hanya tulisan di atas kertas, tetapi juga tentang
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara
kita untuk menjadi orang yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan negara.

Anda mungkin juga menyukai