Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL

Dosen Pengampu :
Miftakul Huda, S.E., M.M.

Oleh :

1. Ali maulana (1121111150)


2. Cindy azzah fadhillah (112111091)
3. Fadli fahrurrozi (112111457)
4. M Ryan alvarezy (111811687)
5. Stevanny putri ari anto (112111136)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
BEKASI
2022
I. JURNAL 1
Judul Analisis penyerapan budaya kualitas terhadap keberhasilan penerapan
sistem manajemen mutu ISO 9001 di perusahaan kawasan jababeka
cikarang
Jurnal Jurnal ilmiah MEA (manajemen,ekonomi,dan akuntansi)
Volume & Halaman Vol 4 No.3
Tahun 2020
Penulis 1. Miftakul huda
2. Nurhidayati
Reviewer Kelompok 7
Tanggal November 2022
Latar belakang Persaingan yang begitu ketat adalah salah satu faktor suatu perusahaan
membuat peningkatan kualitas dan membutuhkan suatu standar yang
telah di sepakati serta bisa diterima di kalangan luas oleh masyarakat
dunia. ISO 9001 merupakan suatu standar internasional dalam sistem
qualitas yang sudah sangat luas diterapkan dibanyak perusahaan.
Standar ISO 9001 berisi persyaratan-persyaratan untuk menjamin
kualitas dan keterlibatan manajemen yang tidak secara spesifik
menunjukkan level kualitas sebuah produk yang dihasilkan oleh
sebuah perusahaan. Melalui sistem manajemen mutu yang berstandar
ISO 9001, perusahaan akan secara berkelanjutan meningkatkan
kepuasan pelanggan, perbaikan kinerja dan daya saing, perbaikan
proses dan produk serta pemenuhan terhadap peraturan.
Kinerja kualitas Perusahaan melalui sistem manajemen mutu ISO
9001 dapat dilihat dari beberapa parameter yang disebut dengan
Quality Assurance Department dan Marketing Department dalam
beberapa tahun terakhir diperoleh permasalahan dalam kinerja kualitas
yang belum secara sepenuhnya dapat diatasi. Permasalahan yang
terjadi diantaranya peningkatan jumlah produk cacat sejak tahun 2015
sampai 2019, peningkatan jumlah komplain dari pelanggan akibat
produk cacat sejak tahun 2015 sampai 2019 dan penurunan indeks
kepuasan pelanggan pada tahun 2018 sampai 2019. Jumlah produk of
grade menunjukkan bahwa sejak tahun sejak tahun 2015 – 2019
mengalami kenaikan. Sebesar 650 pcs di tahun 2015, dilanjutkan tahun
2016 naik menjadi 670 pcs, kemudian periode tahun 2017 kembali
naik 695 pcs. Produk of grade naik berturut-turut cukup tinggi pada
tahun 2018 dan 2019 yaitu meningkat jumlah menjadi 750 pcs dan 801
pcs. Besarnya kenaikan produk of grade sangat berpengaruh pada
produktifitas perusahaan sehingga akan merugikan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan akan produk yang berkualitas.
Pengantar Budaya terdiri dari kepercayaan, adat, seni, bagian dari masyarakat,
kelompok, tempat atau waktu, serta sebagai cara pikir, berperilaku
atau cara kerja yang hadir disuatu tempat atau organisasi. Dalam
budaya organisasi sangat penting di diawali untuk penerapan buadaya
mutu (Goetsch dan Davis, 2014:115),. Definisi budaya organisasi
(organizational culture) dalam Wu et al, (2011:266) sebagai sebuah
sistem norma-norma, nilai bersama, perhatian, dan keyakinan-
keyakinan umum di implementasikan pada suatu organisasi sebagai
pemahaman lebih lanjut.
ISO 9001 adalah sistem yang tersusun dari semua kebijakan
organisasi, prosedur-prosedur, rencana-rencana, sumber-sumber daya
dan proses-proses, dan menggambarkan tanggung jawab dan otoritas,
semua sengaja ditunjukkan pada pencapaian level kualitas produk dan
jasa secara konsisten dengan kepuasan pelanggan dan sasaran
organisasi (Goetsch dan Davis, 2010:335) ISO 9000 merupakan
standar- standar dan petunjuk yang berhubungan dengan sistem
manajemen kualitas. Penerapan persyaratan adalah untuk menjamin
kualitas dan keterlibatan manajemen.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk (1) melihat tingkat serapan budaya
kualitas karyawan pada perusahaan wilayah Jababeka Dua. (2) Melihat
besarnya penerapan prinsip ISO 9001: 2008 pada perusahaan di
wilayah Jababeka Dua. (3) Melihat pengaruh penyerapan budaya mutu
terhadap penerapan ISO 9001: 2008 pada perusahaan di wilayah Jabar
Metode Penelitian penjelasan (explanatory research) yang termasuk dalam
penelitian ini, yaitu penjelasan hubungan-hubungan antara dua atau
lebih gejala atau variabel yang diteliti serta menguji hipotesa dari
peneliti terdahulu (Silalahi, 2012:30)
Metode Analisis Data Teknik analisis data digunakan untuk
menginterprestasikan dan menganalisis data. Sesuai dengan model
multidimensi dan berjenjang yang sedang dikembangkan dalam
penelitian ini maka alat analisis data yang dipakai adalah Structural
Equation Model (SEM), yang dioperasikan melalui program AMOS.
Uji kecocokan model digunakan untuk menguji model hubungan
antar variabel.
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono dalam Zulkarnaen, W., &
Amin, N. N. (2018:112), merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Uji hipotesis dilakukan
dengan menguji signifikansi estimasi parameter model struktural,
yaitu koefisien ϒ (gamma) dan koefisien β (beta).
Pembahasan Pada pembahasan ini di jelaskan :
 Identifikasi Model Sebuah model, estimasi dan pengujian
model hanya dapat dilakukan jika model overidentified, yaitu
memiliki derajat bebas (degree of freedom) lebih dari nol atau
positif. Pada Gambar 2 memiliki : P = 14 indikator k = 29
parameter, yaitu factor loading (γ) dan varians error (δ) dari
setiap indikator.
 Uji validitas ditunjukkan pada Tabel 1. Semua indikator
konstruk dengan nilai Critical Ratio (CR) yang >1,96, p-value
0,7. Hal tersebut mengindikasikan bahwa seluruh indikator
memenuhi validitas konvergen. Jadi kedelapan indikator
penyerapan budaya kualitas dan keenam indikator penerapan
sistem manajemen mutu ISO 9001 dapat menjelaskan secara
baik konstruk latennya, yang berarti valid.
 Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan
pengukuran kembali pada obyek yang sama.
Chi-square sebesar 93,67 dilihat pada full model dan masih dibawah
chi-square tabel untuk derajat 76 dengan signifikan 5% sebesar 97,35.
Nilai 0,08 pada probabilitas menunjukkan nilai diatas 0,05.
CMIN/DF sebesar 1,57 dan nilai tersebut berada dibawah nilai acuan
(  3) yang menunjukkan tingkat kesesuaian model yang baik.
Tingkat kesesuaian model yang baik tersebut menunjukkan tidak ada
perbedaan antara model teoritis dengan data empiris yang berarti
mendukung model sebagai perwakilan dukungan model data empiris
dan model empiris tidak berbeda (Hair et al.,h.666),atau dapat
dikatakan bahwa model yang diusulkan dalam penelitian ini sesuai
dengan kenyataan. Selanjutnya, dalam penelitian tersebut struktural
model menghasilkan nilai GFI sebesar 0,857. menurut Hair et al.
(2010,h.667), nilai GFI dianggap semakin baik jika nilai GFI sama
dengan 0,90 atau mendekati 1. Nilai sebesar 0,861 adalah nilai
marjinal untuk GFI dan dapat dikatakan tingkat kesesuaian marjinal
untuk seluruh modelnya. Selanjutnya, dianggap baik jika nilai AGFI
lebih besar atau sama dengan 0,90. Dengan nilai 0,85 pada AGFI
maka kesesuaian model yang marjinal yang dapat dilihat pada
pengujiannya. Nilai RMSEA dikatakan semakin baik jika nilai
penerimaan RMSEA berkisar antara 0,03 hingga 0,08 (Hair et al.,
2010.h.667). Penelitian ini menghasilkan nilai RMSEA sebesar 0,07
dan dapat dikatakan bahwa tingkat kesesuaian model yang baik.
Kesimpulan Tingkat Penyerapan budaya kualitas di Perusahaan Kawasan
Jababeka II berpengaruh positif dan signifikan terhadap keseluruhan
indikator pembentuk budaya kualitas. Pengaruh tertinggi terhadap
keseluruhan indikator pembentuk budaya kualitas. Pengaruh tertinggi
ditunjukkan terhadap keyakinan. Tingkat korelasi penyerapan budaya
kualitas terhadap indikator filosofi memiliki pengaruh yang paling
rendah dibandingkan terhadap indikator-indikator penyerapan budaya
kualitas lainnya. Tingkat keberhasilan penerapan ISO 9001 berada
pada tingkat cukup baik. Penerapan ISO 9001 memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap keseluruhan indikator keberhasilan
penerapan ISO 9001 di Perusahaan Kawasan Jababeka II , yaitu
keterlibatan top management, supplier partnership, continual
improvement, employee involvement. Customer focus dan product
quality. Hal ini secara fakta menunjukkan bahwa sebuah sistem
manajemen mutu akan berhasil dengan sangat baik apabila didukung
sepenuhnya oleh top management sebagai penentu rencana-rencana
kualitas ke depan dan strategi jangka panjang perusahaan dalam
menghadapi perubahan bisnis khususnya dalam hal kualitas.
Penyerapan budaya kualitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan penerapan ISO 9001 di Perusahaan Kawasan
Jababeka II. Peningkatan penyerapan budaya kualitas melalui seluruh
indikatornya pada seluruh karyawan akan meningkatkan tingkat
keberhasilan penerapan sistem amajemen mutu ISO 9001 pada
Perusahaan Kawasan Jababeka II.
II. JURNAL 1

Judul Analisis model penerapan system manajemen mutu


berbasis ISO 9001:2015 pada kontraktor di
provinsi papua barat
Jurnal Jurnal Sipil statik
Volume & Halaman Vol 6 No.8
Tahun 2018
Penulis - Miftakul huda
- Nurhidayati
Reviewer Kelompok 7
Tanggal November 2022
Latar belakang Penerapan sistem manajemen mutu adalah suatu
keputusan strategis bagi suatu organisasi yang dapat
membantu organisasi untuk meningkatkan kinerjanya
secara keseluruhan dan menyediakan dasar yang kuat
untuk inisiatif pembangunan berkelanjutan. Manfaat
potensial suatu organisasi yang mengimplementasikan
sistem manajemen kualitas berdasarkan standar
internasional adalah (ISO 9001:2015):
 Kemampuan untuk menyediakan produk dan
jasa secara konsisten yang memenuhi
kebutuhan pelanggan dan persyaratan hukum
serta peraturan yang berlaku.
 Memfasilitasi peluang untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan; Menangani risiko dan
peluang yang terkait dengan konteks dan
tujuannya
 Kemampuan untuk menunjukkan kesesuaian
terhadap persyaratan sistem manajemen mutu
yang ditentukan. ISO-9000 merupakan sebuah
standar sistem mutu bukan yang dibuat sebagai
standar proses yang menunjukkan sebuah
organisasi perusahaan telah memiliki sebuah
sistem mutu yang detail dan spesifik (Yates dan
Aniftos (1997). Sementara itu Gaspersz (1997)
mendefinisikan ISO-9000 sebagai sertifikasi
terhadap sistem manajemen mutu suatu
perusahaan yang mampu menjamin suatu
produk atau jasa yang dihasilkannya dalam
memenuhi standar mutu yang
berkesinambungan. Dalam pemenuhan sebuah
standar mutu terdapat beberapa faktor sumber
daya yang harus dimiliki diantaranya SDM dan
buadaya organisasi (Lumeno, 2011).
Ketidaksiapan dalam hal jumlah dan
kompetensi sumber daya manusia menjadi
salah satu hal yang bukan hanya akan
menghambat pembangunan yang sedang
digalakkan saat ini, namun juga akan menjadi
permasalahan besar bagi kualitas infrastruktur
yang dibangun oleh sebuah perusahaan
(Lumeno dan Sumantri, 2017). Sementara
penempatan SDM yang tidak compatible pada
sebuah perusahaan mempengaruhi pencapaian
sebuh mutu (Lumeno, dkk 2014)
Pengantar ISO 9001:2015 merupakan standar baru yang
dikeluarkan hasil perubahan dari ISO 9001:2008. ISO
9001:2015 merupakan sebuah standar yang merevisi
ISO 9001:2008 dengan beberapa perbedaan yang
terdapat didalamnya, antara lain:9001;2008 memiliki 8
klausul sementara 9001;2015 memiliki 10 klausul yang
lebih rapi dan dikelompokkan dengan baik, prinsip
berkurang 1, serta ISO 9001;2015 tidak lagi terlalu
mementingkan dokumen atau pembuatan SOP namun
berorientasi pada proses meskipun keberadaan sistem
terdokumentasi dibutuhkan. Beberapa peneliti
menunjukkan keuntungan ketika memperoleh
sertifikasi ISO antara lain memperoleh reputasi yang
lebih baik, tingkat kesadaran akan perlunya menjaga
kualitas, prosedur dan tanggung jawab menjadi lebih
jelas dan terdokumentasi dengan baik, menghilangkan
pekerjaan yang tidak perlu, lebih mudah untuk
ditelusuri dan dilakukan audit, pelayanan kepada
pelanggan lebih baik, kesempatan melakukan ekspansi
(Marzuki dan Lumeno, 2011), perananan pimpinan
perusahaan dalam menjalankan sistem (Lumeno dan
Siswanto, 2012).
Tujuan Penelitian ini bertujuan:
1. Identifikasi faktor-faktor penting penerapan system
mutu berisikan TQM untuk peningkatan mutu
kontraktor Papua Barat.
2. Identifikasi faktor-faktor hambatan bagi kontraktor-
kontraktor Papua Barat dalam menerapkan ISO
9001:2015
3. Membuat model Sistem Manajemen Mutu ISO
9001;2015 kotraktor di Propinsi Papua Barat
Metode Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan
penyebaran kuesioner pada kontraktor yang tersebar di
Papua Barat. Dimana jumlah kontraktor-kontraktor
dengan kualifikasi M1 di Papua Barat berjumlah 50
badan usaha jasa konstruksi (kepemilikan rakyat asli
Papua Barat). Perusahaan tersebut tersebar di 12
kabupaten dan 1 kota. Sementara itu sekitar 400
perusahaan kontraktor yang terdaftar di LPJK-D Papua
Barat
Pembahasan
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan
sisitem manajemen mutu pada Kontraktor kualifikasi
M1 di Provinsi Papua Barat berbasis ISO 9001:2015
perlu memperhatikan hal-hal penting yang harus
dipenuhi oleh kontraktor. Faktor-faktor tersebut adalah
a. pemikiran berbasis risiko: Budaya mengenal risiko
sejak awal sebelum memutuskan ikut terlibat dalam
proyek. Hal ini sebagai salah satu upaya menghindari
atau memitigasi risiko. b. Penerapan standar
manajemen mutu diantaranya dokumentasi manajemen
organisasi dan penerapan standar internastional dengan
mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditetapkan
berupa pemilikan tenaga ahli, peralatan, kemampuan
teknologi c. Organisasi harus menetapkan SOP
sehingga setiap personil jelas akan tugas dan tanggung
jawabnya. d. Menata dengan baik sistem informasi baik
internal maupun eksternal secara terdokumentasi. e.
Komitmen pemimpin organisasi harus kuat dalam
menerapkan sistem manajen mutu melalui pengawasan
dan kontrol serta sosialisasi pada semua SDM
perusahaan. 2. Faktor-faktor hambatan dalam
penerapan Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO
9001:2015 antara laian: a. Rendahnya pemahaman
SDM konstruksi atas pentingnya penerapan mutu yang
berdampak pada tingkat kepercayaan perusahaan dari
instansi atau pihak pemberi tugas. b. Kemampuan/skil
SDM lokal perlu mendapat dukungan pemerintah guna
peningkatan kinerja c. Sistem organisasi perusahaan
yang masih membutuhkan penataan kembali dengan
standar mutu yang ada. d. Kemampuan perusahaan
kontraktor kualifikasi M1 dalam memiliki SDM tetap,
mengingat proyek tidak selalu diperoleh. e.
Kepemilikan peralatan sendiri yang masih kurang
karena lebih banyak rental. Model penerapan ISO
9001:2015 pada kontraktor kualifikasi M1 di Papua
Barat menekankan pada input internal perusahaan dari
ketersediaan sumber daya, sistem manajemen
organisasi, dan kepemimpinan.

Anda mungkin juga menyukai