Tugas B Indo Cerpen (XI)
Tugas B Indo Cerpen (XI)
Kelas: XI C
No. Absen: 28
1. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi (kata kerja
aksi). Kaidah kebahasaan ini terdapat pada beberapa kalimat pada cerpen, yaitu sebagai
berikut:
b) “Guru bahasa Belanda Hatta menyuruhnya pindah karena menganggap Hatta sudah bisa
berbahasa Belanda dengan baik.”
c) “Namun, sang ibu menyuruh Hatta lanjut sekolah di Padang saja, di Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO) yang setara SMP.”
e) “Karena tahu keponakannya cerdas dan berpengetahuan luas, Ayub Rais berjanji
menyekolahkan Hatta ke Belanda.”
h) “Ayub Rais dan keluarga di kampung halaman pun memberikan sejumlah bekal uang.”
i) “Melalui perhimpunan itu, Mohammad Hatta dan temannya menerbitkan majalah berjudul
‘Indonesia merdeka’.”
j) “Merasa terusik, pada tahun 1927, Belanda pun menahan Mohammad Hatta.”
k) “Beliau menulis sebuah pidato berjudul ‘Indonesia Merdeka’.”
l) “Mereka berdua membentuk partai politik yang fokus pada aspek pendidikan politik dan
pemberdayaan rakyat yang terjajah.”
a) “Karena tahu bahwa keponakannya cerdas dan berpengetahuan luas, Ayub Rais berjanji
menyekolahkan Hatta ke Belanda.”
a) “Namun setelah itu, merek dibawa kembali ke Jakarta dan bertemu dengan Mayor Jenderal
Harada.”
b) “Setelah lulus dari MULO, sang ibu tidak lagi melarangnya sekolah di kota besar seperti
Jakarta.”
c) “Setelah tamat sekolah di PHS pada 1921, Hatta bersiap pergi ke Belanda sambil
menanyakan sama guru-guru Belandanya.”
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Kaidah kebahasaan ini terdapat pada
kalimat yang ada di dalam cerpen, yaitu sebagai berikut:
a) “Stigter, salah satu guru, justru menyarankan Hatta bekerja sama saja karena ada
kebutuhan pegawai dengan gaji besar.”
b) “Setelah tamat sekolah di PHS pada 1921, Hatta bersiap pergi ke Belanda sambil
menanyakan saran guru-guru Belandanya.”
5. Menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh
tokoh. Kaidah kebahasaan ini terdapat pada kalimat yang ada di dalam cerpen, yaitu sebagai
berikut:
“Guru bahasa Belanda Hatta menyuruhnya pindah karena menganggap Hatta sudah bisa
berbahasa Belanda dengan baik.”
1. Tema
Tema dari cerpen yang berjudul “Mohammad Hatta, Seorang Pahlawan Proklamator
Indonesia” adalah tentang “Pahlawan”. Cerpen tersebut menceritakan tentang kejadian-
kejadian penting yang dialami oleh Mohammad Hatta sebagai salah satu pahlawan
proklamator Indonesia.
2. Tokoh
a) Protagonis : Mohammad Hatta, Siti Saleha (Ibu Mohammad Hatta), Ayub Rais, guru-guru
Belanda Mohammad Hatta (Stigter dan De Cock), Stokvis (Inspektur Perguruan Menengah)
c) Tritagonis: -
3. Perwatakan
a) Mohammad Hatta
Siti Saleha memiliki peran yang signifikan dalam pengambilan keputusan pendidikan
Mohammad Hatta. Ia mempunyai pemikiran yang rasional untuk membantu
mempertimbangkan pendidikan yang akan ditempuh oleh anaknya, Mohammad Hatta.
c) Ayub Rais
Sebagai paman, Ayub Rais suka membantu Mohammad Hatta, terutama dalam masa
pendidikan Mohammad Hatta di Jakarta. Ayub Rais memberikan bantuan dan dukungan
finansial dan sering berdiskusi dengan Hatta mengenai pelajaran sekolah dan pengalaman
dagangnya.
Guru guru Belanda Mohammad Hatta, seperti Stigter dan De Kock, juga memiliki karakter
suka membantu, terutama membantu Mohammad Hatta dengan memberikan saran dan
nasihat kepadanya terkait kelanjutan pendidikan Mohammad Hatta.
f) Kolonial Belanda
Kolonial Belanda memiliki sikap otoriter dan represif terhadap individu yang menyuarakan
perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Hal ini tercermin saat pemerintah kolonial
Belanda menahan Mohammad Hatta pada tahun 1927 sebagai tanggapan terhadap tulisan-
tulisan Mohammad Hatta yang kritis terhadap pemerintahan kolonial Belanda.
Selain itu, pemerintah kolonial Belanda juga memiliki sikap yang tidak mau menerima
pandangan-pandangan yang tidak sesuai dengan kebijakan kolonial. Hal ini terlihat saat
kolonial Belanda menghentikan publikasi tulisan kritis Mohammad Hatta di majalah Daulat
Ra’jat. Tindakan ini menunjukkan upaya untuk mengendalikan dan menekan pandangan-
pandangan yang tidak sesuai dengan kebijakan kolonial.
4. Setting/Latar
a) Latar tempat
Latar tempat utama dalam teks ini mencakup beberapa lokasi, antara lain Bukittinggi
(tempat kelahiran Mohammad Hatta), Jakarta, Belanda, Irian Timur, Sukabumi, Vietnam
(Dalat), dan Jakarta (Jalan Pegangsaan Timur).
b) Latar waktu
Waktu dalam teks ini melibatkan beberapa periode sepanjang hidup Mohammad Hatta.
Beberapa waktu yang mencolok termasuk tahun 1902 (tahun kelahiran Hatta), tahun 1916
(tahun Hatta lulus dari Eurepeesche Lagere School), tahun 1921 (tahun Hatta berangkat ke
Belanda), tahun 1927 (tahun Hatta ditahan oleh Belanda), tahun 1941 (serangan Jepang ke
Pearl Harbor), tahun 1942 (pindahan Hatta dan Sutan Sjahrir ke Sukabumi), dan tanggal 17
Agustus 1945 (Proklamasi Kemerdekaan Indonesia).
c) Latar suasana
Suasana dalam teks ini bervariasi sepanjang perjalanan hidup Mohammad Hatta. Beberapa
suasana yang dapat diidentifikasi termasuk suasana rumit ketika Hatta kecil di Bukittinggi
dengan latar belakang kepergian ayahnya, suasana semangat saat Hatta bersekolah di
Eurepeesche Lagere School dan Prins Hendrik School, suasana perlawanan melalui tulisan
dan penahanan oleh Belanda, serta suasana perubahan politik dan kemerdekaan dengan
pembentukan PNI dan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
5. Alur/Plot
Pada cerpen yang berjudul “Mohammad Hatta, Seorang Pahlawan Proklamator Indonesia”,
alur yang digunakan adalah alur campuran (alur maju-mundur). Alur maju dapat diamati dari
rangkaian cerita pada cerpen tersebut yang disusun secara kronologis berdasarkan urutan
waktu dari awal hingga akhir. Alur mundur dapat diamati dari rangkaian cerita yang disusun
secara kronologis tersebut terjadi pada masa lampau.
6. Amanat
Amanat yang terkandung dari cerpen “Mohammad Hatta, Seorang Pahlawan Proklamator
Indonesia” adalah:
a) Membiasakan sikap jujur seperti apa yang dilakukan Mohammad Hatta. Mohammad Hatta
merupakan seorang yang terkenal jujur sampai ke negeri Belanda, karena kejujurannya beliau
beberapa kali di dalam organisasi dipercaya sebagai ketua (seperti ketua PI dan PNI-Baru)
dan bahkan sebagai bendahara organisasi.
b) Menumbuhkan sikap gigih, berani, dan pantang menyerah. Sikap ini tampak pada dri
seorang Mohammad Hatta saat berurusan dengan kolonial Belanda. Bagaimanapun
diperlakukan oleh kolonial Belanda, beliau tetap terus menciptakan karya dan tulisan-tulisan
baru, tidak takut terhadap hukuman pengasingan dan hukuman tahanan dari kolonial Belanda,
dan beliau pantang menyerah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui karya-
karyanya
c) Rajin beribadah. Hal ini tercermin dalam diri seorang Mohammad Hatta yang setiap selesai
maghrib, ia belajar mengaji di surau. Hal ini dapat menjadi teladan bagi diri kita bersama
dalam menjalankan perintah agama.
d) Rajin belajar dan membaca buku. Karakter Mohammad Hatta yang satu ini patut
diteladani, terutama bagi kita kaum pelajar. Dengan rajin belajar, bersungguh-sungguh dalam
menempuh pendidikan, dan dan rajin membaca buku, maka kita bisa menjadi orang yang
cerdas dan berpengetahuan luas, seperti seorang Mohammad Hatta.
Nilai pendidikan merupakan nilai yang mendidik kearah yang lebih baik dan berguna bagi
kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses perubahan sikap dan tingkah laku dalam
upaya mendewasakan diri melalui proses pedidikan. Pada cerpen “Mohammad Hatta,
Seorang Pahlawan Proklamator Indonesia” terkandung nilai-nilai pendidikan sebagai berikut:
b) Rajin belajar dan menumbuhkan cinta terhadap buku melalui membaca, agar menambah
wawasan kita sehingga dapat menjadi orang yang cerdas dan berpengetahuan luas. Hal ini
tercermin dari Mohammad Hatta yang merupakan sosok yang cinta buku, rajin membaca dan
belajar, sehingga ia menjadi orang yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas.
c) Membiasakan berpikir kritis. Hal ini tercermin saat Mohammad Hatta yang kritis terhadap
pemerintahan kolonial Belanda. Kemampuan berpikir kritis ini tentunya dapat dibangun dari
diri kita dengan cara belajar dengan giat, rajin membaca buku, dll. Dengan melakukan hal-hal
tersebut, kita akan terlatih untuk berpikir kritis.
d) Tekun dan semangat dalam menghasilkan karya-karya yang berguna, baik bagi diri sendiri
maupun orang lain. Hal ini tercermin dalam diri Mohammad Hatta, neliau banyak
menghasilkan karya-karya sesulit situasi yang dihadapinya.
2. Nilai Religius/Keagamaan
Nilai keagamaan yaitu nilai yang berkaitan dengan perilaku benar atau salah dalam
menjalankan aturan-aturan Tuhan. Pada cerpen “Mohammad Hatta, Seorang Pahlawan
Proklamator Indonesia”, terdapat kalimat “Usai salat Maghrib, ia belajar mengaji di surau.”.
Dari kalimat tersebut, dapat kita petik nilai religius pada diri Mohammad Hatta yang patut
kita teladani, di antaranya selalu rajin beribadah dan melakukan hal-hal baik yang
diperintahkan oleh Tuhan dalam agama, walaupun disisi lain kita disibukkan dengan hal-hal
seperti sekolah dan sebagainya.