OLEH :
WAHYU SUJANA PUTRA
NIM 20210230006
Gambar 4 perubahan pada bahan dan struktur atap dari bambu dan alang-alang
menjadi genteng dan seng
Sumber : Prajnawrdhi, 2016
2. Perubahan pada bahan, struktur dinding bangunan dan bukaan
Perubahan yang terjadi pada elemen ini adalah penggantian dinding anyaman
bambu dengan bahan lainnya seperti kayu, batu bata, batako, jendela kaca,
maupun anyaman bambu dengan model yang lebih baru/ modern. Demikian juga
dengan bataran bangunan yang dulunya dari tanah polpolan berganti dengan batu,
batako dan semen/ beton, begitu juga penggantian kolom kayu menjadi kolom
beton. Senada dengan perubahan pada dinding bangunan, faktor ketahan bahan
bangunan dan faktor ekonomis juga menjadi suatu sebab dari perubahan yang
terjadi. Namun, disamping kedua faktor tersebut, perubahan gaya hidup yang
menuntut suatu tampilan bangunan agar lebih modern menjadi suatu faktor
penting yang menjadi pemicu perubahan yang terjadi seperti penggunaan bahan
bangunan dan bahan serta bentuk-bentuk jendela yang memberi tambilan baru
dan modern.
Gambar 5 perubahan bahan dan struktur dinding dari tanah polpolan dan bambu menjadi
kayu,batako dan dinding batu bata
Sumber : Prajnawrdhi, 2016
3. Perubahan yang terjadi pada lantai dan sendi
Penggantian tanah polpolan dengan bahan lainnya pada lantai bangunan seperti
keramik, batu bata dan semen. Demikian juga dengan sendi yang dulunya dibuat
dari batu menjadi sendi yang terbuat dari bahan beton.
Gambar 6 perubahan bahan lantai dari tanah menjadi keramik dan batu bata
Sumber : Prajnawrdhi, 2016
Perubahan pada bahan lantai dengan bahan lainnya seperti keramik adalah suatu
wujud dari tuntutan perubahan status ekonomi dari masyarakat disamping faktor
ekonomis yang dirasakan oleh masyarakat setempat. Hanya saja dengan
penggunaan bahan keramik, ruangan menjadi lebih dingin dan tidak lagi sehangat
sebelumnya, dimana bangunan tradisional ini menuntut ruangan yang hangat
karena berada di daerah yang dingin. dengan penggunaan keramik pada bangunan
tradisional ini, maka aktifitas yang ada pada bangunan tumah tinggal tradisional
ini menjadi berubah. Rumah dengan lantai keramik tidak mampu menyerap sisa/
kelebihan air pada saat memasak dan apabila ada upacara adat yang terjadi di
dalam rumah seperti nyiramang mayat. Sehingga perubahan fungsi ruang pun
terjadi dengan meletakkan dapur di luar bangunan dengan menambahkan ruangan
khusus untuk dapur maupun untuk kegiatan adat lainnya yang tidak bisa
dilakukan di dalam bangunan rumah ini.
4. Pemotongan bangunan rumah tradisional sesuai dengan kebutuhan pemilik
Beberapa bagian rumah tradisional dihilangkan sesuai dengan keinginan pemilik,
sehingga bagain-bagian bangunan terlebih ruang yang terbentuk sudah berbeda
dengan pola aslinya.
Gambar 7 penghilangan dan perubahan fungsi ruang pada rumah tradisional Desa Pedawa
Sumber : Prajnawrdhi, 2016
Perubahan ini terjadi akibat tutntutan ruang yang berbeda oleh pemilik.
Pemotongan bangunan rumah tradisional dilakukan dengan usaha untuk
menyambung rumah ini dengan bangunan lainnya yang dibangun berdekatan atau
berdempetan dengan bangunan tradisional ini. Dengan demikian wujud dan
fungsi ruang yang ada di dalamnya sudah berubah dari aslinya. Beberapa bagian
ruang yang dipertahankan adalah biasanya Pedeman Gede atau Bale Gede dan
Paon, namun ditemukan juga penghilangan Paon yang difungsikan sebagai ruang
TV, dan tempat meletakkan lemari pakaian maupun barang rumah tangga lainnya.
Perubahan fungsi ruang tidak hanya terjadi akibat pemotongan bagunan atau
ruang saja, namun beberapa fungsi ruang seperti Terempang menjadi ruang TV
dan ruang belajar.
5. Kesimpulan
a. Kebutuhan ruang
Akibat munculnya kebutuhan ruang yang berbeda, baik itu bertambah
maupun berkurang dibandingkan dengan sebelumnya, kebutuhan akan ruang-
ruang yang mewadahi aktifitas mulai mengalami perubahan. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada beberapa rumah tradisional yang ada di Desa
Pedawa. Sebagai salah satu contoh adalah Gentong yang sudah difungsikan
sebagai dapur modern dengan menfgunakan kompor gas, dan dapur asli yaitu
Paon sudan tidak dipergunaka lagi mengingat pemilik sudah menginginkan
efesiensi waktu di dalam memasak. Demikian juga perubahan yang terjadi
baik dengan Pedeman Gede maupun Pedeman Alit yang sudah berubah fungsi
sebagai sebuah ruangan yang dipergunakan untuk kamar maupun
tempatmenyimpan barang dan lemari. Dan juga pada beberapa rumah sudah
tidak ada dan area ini menyatu dengan Terempang sebagai tempat duduk-
duduk dan menerima tamu.
b. Perubahan gaya hidup dan mata pencaharian
Perubahan gaya hidup dan mata pencaharian merupakan salah satu factor
yang mempengaruhi perubahan ruang-ruang yang ada pada rumah tradisional
Desa Pedawa ini. Paon yang berisi Paon Tuak sudah sedikit ditemukan oleh
karena sekarang sudah sangat jarang masyarakat membuat gula aren. Dan
banyak masyarakat yang sudah beralih profesi dari keturunan petani menjadi
profesi lainnya, sehingga memuntut ruang yang berbeda yang diakibatkan
oleh tuntutan aktifitas yang berbeda.
c. Ketahanan bahan bangunan terhadap cuaca
Perubahan ruang dan elemen bangunan yang terjadi akibat ketahanan bahan
yang kurang memadai dan juga biaya penggantian dengan bahan yang sama
dianggap terlalu besar oleh masyarakat sehingga ada beberapa elemen
bangunan yang hilang atau berubah dan diganti dengan bahan lain yang
dianggap lebih ekonomis.
STUDI KASUS 2
PERUBAHAN ALIH FUNGSI BANGUNAN HERITAGE THE FACTORY OUTLET
DI BANDUNG
1. Lokasi
Lokasi bangunan berada di jalan R.E Martadinata (dahulu jl. Riau) yang pada waktu
itu dianggap sebagai kawasan yang masih tenang, bersih, sehat, dengan lingkungan alam
indah dan nyaman di bagian utara kota Bandung. Rumah ini diperkirakan merupakan
villa milik seorang pengusaha atau seorang pimpinan permerintahan berkebangsaan
Belanda yang dibangun pada saat kota Bandung telah memperoleh status mandiri
sebagai Gemeente. Bangunan ini merupakan bangunan pojok yang paling unik, yang
didisain dengan acuan pada sejarah tradisi arsitektur Barat masa lalu. Perkiraan waktu
pembangunan pada awal abad ke 19 ini didukung oleh data bangunan yang
menggunakan bahan langit-langit dekoratif dari bahan plat besi tipis pres (gestampt dun
plaatijzeren) yang banyak diproduksi di negeri Belanda pada dekade pertama abad 20
(en dateren uit het eerste decenium van de 20ste eeeuw).
Bangunan ini telah beralih kepemilikan dari kepemilikan pribadi kepada BUMN
milik negara, yaitu P.T Kimia Farma. Demikian pula dengan fungsinya telah beberapa
kali beralih fungsi. Sejak beralih kepemilikan bangunan ini disewa untuk tempat kursus
bahasa Inggris lalu pernah pula dipakai untuk sekolah khusus untuk para manager Bank
dan sejak tahun 2000 hingga saat ini menjadi factory outlet dengan nama ‘Heritage the
Factory Outlet’.
2. Kondisi awal bangunan
Kondisi awal yang dimaksud adalah kondisi pada saat bangunan diserahkan oleh
pemilik (P.T Kimia Farma) kepada team cagar budaya untuk direnovasi untuk kemudian
digunakan menjadi factory outlet. Fungsi sebelumnya adalah tempat kursus yang tidak
memerlukan ruang tambahan sehingga secara fisik bangunan tidak berubah hanya ada
penambahan 3 pilar di bagian muka yang dibuat meniru pilar utama. Bangunan
memerlukan perawatan dan perbaikan yang serius dan karena bangunan termasuk
bangunan konservasi golongan A, maka pemilik menyerahkan kepada tim Bandung
Heritage dipimpin oleh Bapak Drs Dibyo Hartono, M.Sn untuk melakukan renovasi dan
mengembalikan bangunan ke bentuk semula.
4. Kesimpulan
Renovasi yang telah dilakukan pada bangunan ‘Heritage’ mengganti sebagian interior
bangunan agar dapat beradaptasi terhadap fungsi barunya sebagai factory outlet.
Adaptive reuse merupakan salah satu metoda untuk melestarikan bangunan dengan
beradaptasi terhadap fungsi baru dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Renovasi dan adaptive reuse yang dilakukan pada bangunan ‘Heritage’ diharapkan dapat
menghidupkan sebuah kawasan bersejarah, yaitu kawasan eks perumahan militer di jl
Riau atau R.E Martadinata Bandung.
Hasil studi memperlihatkan bahwa setelah direnovasi dan dialih fungsikan, bangunan
tua masih terlihat cantik, mempunyai karakter spesifik yaitu karakter yang tidak dimiliki
oleh bangunan baru. Kesuksesan alih fungsi bangunan ‘Heritage’ diikuti oleh bangunan-
bangunan lainnya yang menjadikan jalan Riau menjadi tujuan wisatawan datang ke kota
Bandung dan kawasan ini menjadi sebuah kawasan komersial yang unik dengan nuansa
bangunan-bangunan bergaya kolonial sebagai daya tariknya.
DAFTAR PUSTAKA
Prajnawrdhi, Tri Anggraini., (2016). “Perubahan Wujud Dan Fungsi Ruang Pada Rumah
Tinggal Tradisional Desa Bali Aga, Studi Kasus: Desa Pedawa, Buleleng- Bali”.