Anda di halaman 1dari 58

MANAJEMEN PAKAN DAN STATUS GIZI RUSA TIMOR

(Cervus timorensis de Blainville, 1822) DI TAMAN


MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA

DHEA AYUNING TYAS

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M / 1445 H
Manajemen Pakan dan Status Gizi Rusa Timor (Cervus timorensis de
Blainville, 1822) Di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Sains pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DHEA AYUNING TYAS

NIM 11190950000012

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M / 1445 H

ii
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH


BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Oktober 2023

Dhea Ayuning Tyas


11190950000012

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum w.w.

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Manajemen Pakan dan Status Gizi Rusa Timor (Cervus
timorensis de Blainville, 1822) Di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta”.
Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan gelar sarjana
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis ingin memberikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini agar dapat bermanfaat
dan memberikan informasi yang berguna untuk semua pihak, antara lain kepada :
1. Husni Teja Sukmana, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta
jajarannya.
2. Dr. Agus Salim, S.Ag, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Etyn Yunita, S.Pt, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Biologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. drh. Endah Rumiyati selaku Kepala Unit Pengelola Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta yang telah menerima, memberikan izin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian kepada Penulis
5. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si. selaku Pembimbing I yang senantiasa
membimbing selama penelitian, memberikan banyak ilmu dan arahan.
6. Narti Fitriana, M.Si. selaku Pembimbing II yang senantiasa membimbing
selama penelitian, memberikan banyak ilmu dan arahan.
7. Fahri Fahrudin, M.Si. selaku Penguji I dan Khohirul Hidayah, M.Si selaku
Penguji II pada seminar proposal serta hasil yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun kepada Penulis.
Penulis sadar sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran.
Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.

vi
Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan penelitan ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, Oktober 2023

Penulis

vii
ABSTRAK

Dhea Ayuning Tyas. Manajemen Pakan dan Status Gizi Rusa Timor (Cervus
timorensis de Blainville, 1822) Di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2023. Dibimbing oleh Fahma
Wijayanti dan Narti Fitriana.

Populasi rusa timor tidak lebih dari 10.000 individu dan dikategorikan terancam
(vulnerable), sehingga keberadaanya dilindungi. Salah satu aspek penting dalam
konservasi ex situ rusa timor yaitu pengelolaan pakan. Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta merupakan salah satu tempat konservasi ex situ hewan liar di
Jakarta. Penelitian ini bertujuan menganalisis manajemen pakan dan status gizi rusa
timor di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan April
– Mei 2023 menggunakan metode survei dengan teknik focal animal sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jadwal pemberian pakan rusa timor yaitu
pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB, diberikan pakan berupa rumput odot,
rumput gajah, pisang siem dan konsentrat. Berat pakan rata-rata diberikan 6,5
kg/ekor/hari dan pemberian vitamin dilakukan sebulan sekali. Pengelola Taman
Margasatwa Ragunan Jakarta sudah memenuhi jumlah konsumsi dan nutrisi pakan
sesuai dengan kebutuhan tubuh rusa timor. Status gizi berdasarkan bobot tubuh
menunjukkan sesuai dengan jenis kelamin. Pengamatan ciri fisik memperlihatkan
kondisi mata dan gigi rusa timor sehat dengan warna rambut cokelat krem.
Konsumsi nutrisi pada seluruh rusa timor melebihi standar kebutuhan tubuh.

Kata kunci: Manajemen pakan; Rusa timor; Status gizi; Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta

viii
ABSTRACT

Dhea Ayuning Tyas. Food Management and Nutritional Status of Timor Deer
(Cervus timorensis de Blainville, 1822) at Ragunan Zoological Garden
Jakarta. Undergraduete Thesis. Department of Biology. Faculty of Science
and Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2023.
Advised by Fahma Wijayanti and Narti Fitriana
The population of timor deer is no more than 10,000 individuals and is categorized
as vulnerable, thus requiring protection. One crucial aspect of ex situ conservation
for timor deer is the management of their diet. Ragunan Wildlife Park in Jakarta is
one of the locations for ex situ conservation of wildlife in Jakarta. This research
aims to analyze the diet management and nutritional status of Timor deer at
Ragunan Wildlife Park in Jakarta. The research was conducted from April to Mei
2023 using a survey method with a focal animal sampling technique. The results of
the research indicate that the feeding schedule for timor deer is at 8:00 AM, 1:00
PM, and 4:00 PM, and their diet consists of odot grass, elephant grass, siem
bananas, and concentrate feed. The average daily food weight provided is 6.5 kg
per individual, and vitamin supplements are given once a month. The management
at Ragunan Wildlife Park in Jakarta meets the required food consumption and
nutritional needs body weight of timor deer. The nutritional status based on body
weight shows that the gender. Physical observations show that the ocular conditions
and dental of timor deer are healthy, with a light brown hair color. Nutritional
consumption on all of timor deer exceeds the body standard requirements.

Keywords: Feeding management; Nutritional status; Taman Margasatwa


Ragunan Jakarta; Timor deer

ix
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................... 3
1.5 Kerangka Berpikir ................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville, 1822) .............................. 4
2.2. Perilaku Harian Rusa Timor ................................................................... 6
2.3 Pakan Rusa Timor.................................................................................... 8
2.4 Manajemen Kesehatan Rusa Timor ......................................................... 9
2.5 Taman Margasatwa Ragunan Jakarta .................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 13
3.3 Metode Penelitian .................................................................................. 14
3.3.1 Lingkungan Kandang Rusa Timor ................................................. 14
3.3.2 Perilaku Harian Rusa Timor .......................................................... 14
3.3.3 Manajemen Pemberian Pakan Rusa Timor .................................... 14
3.3.4 Status Gizi Rusa Timor .................................................................. 14
3.4 Analisis Data .......................................................................................... 15
3.4.1 Perilaku Harian Rusa Timor .......................................................... 15
3.4.2 Konsumsi Pakan Rusa Timor......................................................... 15
3.4.3 Kandungan Gizi Pakan Rusa Timor .............................................. 15
3.5 Analisis Data ..................................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kondisi Lingkungan Kandang Rusa Timor ........................................... 17
4.2 Perilaku Harian Rusa Timor .................................................................. 18
4.3 Manajemen Pakan Rusa Timor .............................................................. 20
4.3.1 Jenis Pakan Rusa Timor ................................................................. 20
4.3.2 Waktu dan Cara Pemberian Pakan ................................................. 22
4.3.3 Konsumsi Pakan Rusa Timor ......................................................... 22
4.3.4 Palatabilitas Pakan Rusa Timor ..................................................... 24
4.4 Status Gizi.............................................................................................. 25
4.4.1 Kandungan Gizi Pakan Rusa Timor............................................... 25

x
4.4.2 Ciri Fisik dan Morfometri Rusa Timor .......................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 34
5.2 Saran ...................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................35

LAMPIRAN ..........................................................................................................41

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian manajemen pakan dan status gizi rusa ... 3
Gambar 2. Rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta…………………13
Gambar 3. Persentase perilaku harian rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan
Jakarta……………………………………………………………………………19

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Rata-rata kondisi fisik lingkungan di kandang rusa timor ...................... 18
Tabel 2. Pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta ..................... 21
Tabel 3. Palatabilitas pakan rusa di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta........... 24
Tabel 4. Gizi pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.............. 26
Tabel 5. Ciri fisik dan morfometri rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan
Jakarta ................................................................................................................... 30

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kandang rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta .......... 41
Lampiran 2. Konsumsi pakan rusa timor di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta 42
Lampiran 3. Konsumsi pakan rumput odot di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta
............................................................................................................................... 43
Lampiran 4. Konsumsi pakan rumput gajah di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta
............................................................................................................................... 44
Lampiran 5. Konsumsi pakan pisang siem di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta
............................................................................................................................... 45
Lampiran 6. Konsumsi pakan konsentrat di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta 46

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rusa timor (Cervus timorensis de Blainville, 1822) merupakan satu dari empat
spesies rusa endemik Indonesia. Penyebaran rusa timor dapat ditemukan di Pulau
Jawa, Maluku, Sulawesi, Lombok, dan Bali (Afzalani et al., 2008). Saat ini rusa
timor dalam upaya pengembangbiakan sebagai satwa dilindungi, satwa ini telah
tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Putri et al., 2019).
Pada tahun 1990 hingga tahun 2014, populasi rusa timor mengalami penurunan
jumlah yang signifikan. Berdasarkan data IUCN (International Union for
Conservation of Nature) pada tahun 2014 populasi rusa timor tidak lebih dari
10.000 individu dan dikategorikan dalam satwa yang terancam (vurnerable),
sehingga keberadaannya dilindungi dan terdaftar pada Permen LKH No. 106 Tahun
2018. Menurut Utomo & Hasan (2014), penurunan populasi rusa timor disebabkan
oleh beberapa faktor seperti adanya perburuan yang menjurus pada eksploitasi,
masa reproduksi yaitu selama 7-8 bulan dengan hanya melahirkan satu individu
baru dan kerusakan habitat akibat alih fungsi lahan yang menjadi dampak terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
konservasi untuk menyelamatkan keberadaan rusa timor.
Salah satu upaya untuk menyelamatkan rusa timor dari kepunahan yaitu
dengan konservasi ex situ. Konservasi ex situ adalah proses melindungi spesies
tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat aslinya yang
sudah tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau memindahkan di bawah
perlindungan manusia (Alfalasifa et al., 2019). Salah satu tempat konservasi ex situ
yaitu Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
merupakan sebuah sarana konservasi ex situ fauna yang berfungsi sebagai tempat
penelitian, edukasi dan sarana rekreasi masyarakat. Taman Margasatwa Ragunan
Jakarta dijadikan sebagai tempat konservasi ex situ untuk rusa timor karena
memiliki areal yang sesuai dengan karakteristik habitat aslinya di alam liar.
Penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan karena diperlukan pengetahuan

1
tentang konservasi ex situ dengan harapan dapat menunjang keberlangsungan hidup
rusa timor yang sesuai dengan keadaan di habitat aslinya.
Salah satu aspek penting dalam konservasi ex situ rusa timor yaitu pengelolaan
terhadap pakan. Pengelolaan pakan dapat ditinjau dari jenis pakan yang diberikan,
ketersediaan pakan, proporsi pakan serta sistem pemberian pakan rusa timor.
Biasanya dalam pemberian pakan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
aspek seperti palatabilitas. Untuk mencapai keberhasilan dalam pemeliharaan perlu
dipelajari berbagai aspek fisiologi dan ekologi dari rusa timor. Salah satunya adalah
pengetahuan tentang tingkat kesukaan (palatabilitas) pakan sebagai dasar
peningkatan produktivitas pegelolaan rusa timor (Hemassandia et al., 2021).
Pentingnya kualitas dan kuantitas pakan pada satwa ruminansia kecil, termasuk rusa
yang dipelihara dengan sistem tanpa dikandangkan karena pakan merupakan faktor
pembatas, rendahnya kualitas dan kuantitas pakan seringkali menjadi faktor
kendala utama dalam pemeliharan dengan tujuan produksi keturunan rusa timor
(Kwatrina et al., 2016).
Selain dari tingkat kesukaan pakan, ketersediaan nutrisi yang terkandung di
dalam pakan rusa timor juga menjadi hal yang penting karena dengan adanya
kandungan nutrisi yang sesuai seperti karbohidrat, protein dan serat dalam pakan
akan memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh rusa timor. Namun
keberadaan pakan yang menjadi palatabilitas serta memiliki kandungan nutrisi juga
harus disesuaikan dengan keberadaan pakan pada lokasi pengelolaan satwa dengan
pertimbangan pakan yang diberikan mudah diperoleh. Beberapa penelitian
mengenai perilaku makan dan kandungan gizi pakan rusa timor pada tempat
konservasi ex situ telah dilakukan. Namun belum ada penelitian yang
memperhatikan status gizi rusa timor dari kondisi kesehatan fisik dan
morfometrinya.
1.2 Perumusan Masalah
A. Bagaimana manajemen pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan ?
B. Bagaimana status gizi rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan ?

1.3 Tujuan
A. Menganalisis manajemen pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan
B. Menganalisis status gizi rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan

2
1.4 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi
pengelola Taman Margasatwa Ragunan Jakarta dalam melakukan pengelolaan
pakan untuk mendukung upaya konservasi rusa timor.

1.5 Kerangka Berpikir


Penelitian manajemen pakan dan status gizi rusa timor di Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta memiliki kerangka berpikir yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Taman Margasatwa Ragunan

Rusa Timor (Cervus timorensis)

Manajemen Pakan Perilaku Harian


Kondisi Kandang

Status Gizi Focal Animal Sampling


- Suhu udara
- Kelembapan udara
Ciri Fisik dan - Kebisingan
Analisis Proksimat Pakan
Morfometri - Intensitas cahaya

Bobot badan Air


Tinggi badan Abu
Panjang badan Lemak kasar
Mata Protein kasar
Warna rambut Serat kasar
Gigi

Analisis kuantitatif dan deskriptif

Analisis Manajemen Pakan dan Status Gizi Rusa Timor (Cervus timorensis de
Blainville, 1822) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian manajemen pakan dan status gizi rusa
timor (Cervus timorensis de Blainville, 1822) di Taman Margasatwa
Ragunan, Jakarta

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville, 1822)


Rusa timor merupakan salah satu dari empat spesies rusa endemik Indonesia.
Rusa timor merupakan rusa tropis kedua terbesar setelah rusa sambar.
Dibandingkan dengan spesies rusa tropis Indonesia lainnya, rusa timor memiliki
banyak keunikan yaitu merupakan kelompok rusa dengan banyak subspecies. Rusa
dengan nama daerah yang cukup beragam dan merupakan spesies rusa yang paling
banyak dijumpai di luar negeri (Semiadi & Nugraha, 2004). Rusa timor memiliki
ukuran tubuh kecil, dahi cekung, tungkai pendek, gigi seri relatif besar, ekor
panjang, dan rambut berwarna coklat kekuning-kuningan (Maha et al., 2021).
Dilihat dari perbandingan ukuran ranggahnya, kecenderungan adalah rusa timor
asal pulau Jawa memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan rusa
timor dari daerah lain. Rusa timor di Maluku berukuran sekitar 30-40% lebih kecil
dari rusa sambar. Warna rambut bervariasi dari coklat kemerahan hingga abu-abu
kecoklatan. Tekstur rambut jauh lebih halus dibandingkan dengan rusa sambar
(Semiadi & Nugraha, 2004). Rusa jantan memiliki ranggah yang relatif besar,
ramping, panjang dan bercabang (Thohari et al., 2011). Rusa betina tidak memiliki
ranggah, ukuran tubuh yang lebih kecil, dan memiliki usia kebuntingan selama 8
bulan, dengan jumlah kelahiran tunggal (Maha et al., 2021).
Rusa timor merupakan hewan yang dapat aktif pada siang hari (diurnal)
maupun di malam hari (nocturnal), tergantung kondisi habitat serta hidup secara
berkelompok (Utami et al., 2012). Perilaku rusa meliputi kegiatan makan, berjalan
dan sosial serta pada malam hari diisi dengan perilaku istirahat (Bunga et al., 2018).
Rusa juga memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan (Amiati et al., 2016).
Taksonomi rusa timor adalah sebagai berikut (IUCN, 2015) : Filum :
Vertebrata Subfilum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili :
Cervidae Genus : Rusa Spesies : Cervus timorensis
Selama masa penjajahan Belanda, banyak rusa timor yang disebar keluar dari
daerah habitat aslinya, termasuk ke pulau Papua dan beberapa pulau kecil lainnya
di sekitar Indonesia bagian timur. Secara umum subspesies yang diintroduksikan

4
ke luar habitatnya adalah dari subspesies rusa Jawa dan rusa Maluku. Pengiriman
ke luar negeri dilakukan ke negara Australia (1868-1912), Brasil (akhir abad ke-
19), Kep. Komoro (1870) di Afrika, Mandagaskar (1928), Selandia Baru (1907,
lewat negara Kaledonia Baru), Mauritius (1639), Kaledonia Baru (1870),
Kepulauan Reunion (abad ke-17), Papua New Guinea (1900), Malaysia (1985) dan
Thailand (1990). Di habitat barunya, sebagian besar rusa timor berkembang dengan
sangat baik, bahkan mampu menjadi tulang punggung dari industri peternakan rusa
asal daerah tropis sekaligus sebagai hama. Meskipun telah terjadi penurunan
populasi di beberapa negara rusa timor ditemukan, hal ini terutama disebabkan oleh
tingginya tingkat perburuan perburuan (Semiadi & Nugraha, 2004).
Namun, pada saat ini pemerintah Indonesia menyatakan rusa timor sebagai
satwa yang dilindungi melalui P.19/Menhut-II/2005 dan diklasifikasikan sebagai
satwa dengan status rentan (vulnerable) oleh IUCN (2015). Populasi rusa timor
yang berstatus rentan menjadi alasan dari adanya upaya konservasi ex situ yang
bertujuan untuk menyelamatkan populasi rusa timor dari kepunahan. Keberhasilan
pengelolaan rusa timor dapat terlihat dari peningkatan produksi dan reproduksi rusa
yang dipelihara (Utomo & Hasan, 2014). Peningkatan jumlah populasi rusa timor
yang dipelihara di dalam kandang cukup rendah, data menunjukkan persentase
pertambahan sebesar 50% dari jumlah betina, pada 100 ekor betina yang dipelihara
hanya ada peningkatan 5 ekor rusa dalam satu tahun (Samsudewa et al., 2017).
Rusa timor secara umum dapat hidup di hutan primer maupun sekunder,
menyukai daerah dengan pohon-pohon rindang, mencari makan di areal terbuka
seperti padang rumput dan tepian sungai maupun rumpang hutan, hutan dan semak
belukar sebagai tempat istirahat dan tempat yang mempunyai air dengan topografi
landai dan tumbuhan bawah yang rapat sebagai tempat berkembang biak. Rusa
timor dapat hidup sampai pada ketinggian 2600 mdpl (Ditjen PHKA) (Rumakar et
al., 2019). Secara alami rusa merupakan satwa yang hidup di daerah hutan lebat,
semak belukar atau padang terbuka. Adanya lingkungan yang ternaungi merupakan
salah satu aspek yang paling dibutuhkan oleh rusa karena dua hal: Pertama, sebagai
tempat berteduh dari sinar matahari dan menghindari gangguan serangga,
khususnya untuk pejantan yang sedang mengelupas kulit velvetnya; kedua, sebagai
tempat persembunyian dari pemangsa (Semiadi, 2006). Selain itu menurut

5
Semiadi (2006) bahwa habitat utama untuk rusa timor adalah kawasan savana. Di
daerah rawan kebakaran akan dijumpai banyak rusa timor yang ”turun gunung”
untuk merumput tanaman muda dan menjilati abu sisa pembakaran sebagai sumber
mineral (Kayat et al., 2015).
2.2. Perilaku Harian Rusa Timor
Mamalia seperti rusa, kuda dan anoa dari bangsa Artiodactyla merupakan
fauna khas yang berada di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Mamalia
hidup di berbagai habitat di darat (terestrial) dan di perairan. Kelompok mamalia
tertentu ada yang merupakan hewan arboreal yang hidup di pepohonan dalam
hutan. Perilaku harian yang diamati meliputi perilaku makan, bergerak, istirahat
dan perilaku lainnya (diantaranya membersihkan diri, kawin, urinasi). Perilaku
harian rusa timor sebagai berikut :
a. Perilaku makan dan minum (ingestif).
Perilaku makan pada rusa adalah merumput (grazing), mencari dan
memasukkan rumput atau hijauan ke dalam mulut. Sedangkan perilaku minum
adalah perilaku rusa mencari air dan memasukkan air ke dalam mulut. Rusa
melakukan perilaku makan menggunakan mulut utnuk mengambil makanan
sebelum mengunyah makanan. Dominasi rusa dalam satu kelompok terjadi juga
selama perilaku makan, biasanya rusa jantan akan menanduk rusa lainnya yang
berada di sekitarnya (Bunga et al., 2018).
b. Perilaku istirahat (resting)
Perilaku istirahat biasanya dilakukan sebagai perilaku yang menyelingi perilaku
makan, yang dilakukan dengan berbaring di bawah pohon sambil memamah biak.
Perilaku ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung dari teriknya sinar
matahari pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Dilakukan dengan
cara rusa akan menunggu makanan di tempat biasa diberi makan. Rusa timor
melakukan perilaku istirahat bersama-sama dalam kelompok dan dilakukan dengan
cara berbaring di tempat yang telah di sediakan oleh pihak pengelola. Biasanya
perilaku istirahat akan terjadi disaat rusa tidak melakukakn perilaku apapun (Bunga
et al., 2018).
c. Perilaku berjalan (lokomosi)

6
Perilaku berjalan atau bergerak biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya
untuk mencari makan, atau untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman
akibat ada gangguan. Perilaku lokomosi rusa timor biasanya terjadi disaat rusa
berpindah tempat ke tempat lain, seperti berjalan mencari makan dan minum, atau
berjalan di suatu tempat bernaung untuk menghindari panasnya terik matahari atau
hujan. Perilaku lokomosi rusa meningkat dikarenakan adanya rangsangan atau
stimulus yang menyebabkan rasa takut dalam perilaku menjelajah. Perpindahan
(lokomosi) dari suatu jenis satwa karena untuk menjelajahi suatu daerah ataupun
untuk memilih dan mencari makan (Bunga et al., 2018).
d. Perilaku defekasi (eleminative)
Perilaku defekasi (eliminative) merupakan perilaku proses pengeluaran zat sisa
pencernaan berupa feses dan cairan urin. Defekasi merupakan proses pengeluaran
zat sisa pencernaan feses, sedangkan urinasi merupakan keluarnya cairan urin dari
saluran vesika urinaria (Gusmarini, 2005). Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-
sisa pencernaan atau zat yang tidak mengalami pencernaan. Zat tersebut berupa
feses yang dikeluarkan melalui anus. Rusa sambar tersebut melakukan defekasi satu
sampai dua kali selama interval waktu dan yang paling sering biasanya perilaku
defekasi dilakukan saat sudah melakukan perilaku makan.
e. Perilaku seksual
Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian
lawan jenis. Jika rusa timor jantan telah siap dan matang untuk kawin terlihat
dengan ranggah yang semakin tajam dan keras.
f. Perilaku bermain sendiri
Perilaku bermain sendiri merupakan perilaku yang dilakukan individu rusa
timor dalam keadaan sendiri tidak berkelompok dengan cara menggesekan tanduk
(ranggah) kepohon kayu diperkirakan dengan tujuan menandai daerah
kekuasaannya serta memperkuat ranggahnya
g. Perilaku sosial
Perilaku sosial merupakan perilaku yang menunjukan interaksi antar rusa dalam
suatu kelompok. Perilaku satwa liar adalah ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan
oleh semua faktor yang mempengaruhinya. Pergerakan individu stawa merupakan

7
suatu strategi dari individu maupun dari populasi satwa liar untuk menyesuaikan
dan memanfaatkan keadaan lingkungan agar dapat hidup dan berkembang biak
secara normal (Alikodra, 2002). Rusa timor lebih aktif pada siang hari daripada
malam hari (Thohari et al., 1991). Walaupun rusa timor bukan satwa yang aktif
pada malam hari, namun rusa timor dapat berubah sifat menjadi nocturnal apabila
kondisinya terganggu atau diperlukan untuk beradaptasi. Oleh karena itu, rusa timor
merupakan salah satu spesies rusa yang dapat dikelola karena mudah beradaptasi
dengan lingkungan di luar habitatnya
Menurut Wirdateti & Kundarmasno (2005), bahwa rusa timor merupakan satwa
yang sering berkelompok aktif pada siang hari dan malam hari serta sangat peka
terhadap keadaan jika terjadi perubahan atau gangguan, maka dengan spontan rusa
akan menegakkan kepala tanpa bersuara dan memandang pada satu arah. Perilaku
sosial ditunjukkan dari interaksi antar rusa ketika makan, berkelahi, bermain, naik
ke punggung rusa lain ketika istirahat, berteduh dan saat grooming.
2.3 Pakan Rusa Timor
Pakan merupakan faktor pembatas, kebutuhan pokok dan sumber energi
utama bagi rusa. Selain aspek pakan, pemahaman tentang perilaku makan rusa
timor juga penting untuk diketahui, sebab perilaku makan sangat erat kaitannya
dengan jenis pakan yang dimakan oleh rusa tersebut (Withaningsih et al., 2020).
Pakan di kandang adalah makanan yang diberikan kepada satwa dengan
penanganan yang baik dan teratur, sehingga kualitas makanan yang diberikan
mampu menghasilkan produktivitas optimum rusa yang ditangkar (Sumanto, 2006).
Pengelolaan pakan dalam artian luas meliputi jenis pakan yang diberikan,
ketersediaan pakan disekitar kandang, jumlah yang diberikan serta cara pemberian
pakan. Dalam pengelolaan pakan di kandang, pemberian pakan biasnaya dilakukan
dengan mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya kemudahan memperoleh
pakan, kandungan nutrisi pakan serta yang tidak kalah penting yaitu tingkat
kesukaan atau palatabilitas satwa (Suparta et al., 2022).
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan pakan sebagai akibat dari
keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki bahan pakan yang dicerminkan oleh
organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur
dan temperaturnya, yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang satwa untuk

8
mengkonsumsinya (Fitriyanty et al., 2014). Palatabilitas dapat dikatakan sebagai
tingkat kesukaan satwa terhadap suatu jenis pakan. Beberapa tingkah laku pada saat
makan yang dilakukan oleh rusa meliputi lama waktu makan, lama waktu
ruminansia, jumlah pakan yang dikonsumsi dan jumlah pakan yang tersisa
merupakan bagian penting dalam proses palatabilitas. Pengukuran palatabilitas
dilakukan dengan cara menghitung tiap berat jenis pakan yang dimakan oleh rusa
timor dalam satuan hari (Sita et al., 2013).
Rusa timor menunjukkan fleksibelitas dalam makan berdasarkan komposisi
botani, tergantung ketersediaan kelompok tumbuhan di habitat. Hasil penelitian
rusa timor di New Zelodonia, menunjukkan bahwa pada vegetasi hutan yang
didominasi tumbuhan berkayu dan herba dikotil rusa bersifat browser dan di savana
yang didominasi rerumputan, rusa bersifat grazer (De Garine-Wichatitsky et al.,
2005). Hal ini menunjukkan bahwa rusa lebih cocok dikelompokkan sebagai
intermediet feeder artinya herbivor makanannya dominan kelompok rerumputan
dan herbivor yang makanannya utamanya tumbuhan daun lebar dalam perilaku
makan (Shipley, 1999).
2.4 Manajemen Kesehatan Rusa Timor
Definisi sehat menurut World Health Organization (WHO) bukan hanya
meliputi ketidakadaan penyakit atau kelemahan, tetapi meliputi keadaan fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial. Pemeriksaan hewan secara klinis dapat dilakukan
melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan uji laboratorium sebagai penunjang atau
peneguh diagnosa. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Nomor P.9/IV-SET/2011 bahwa pemerikasaan rutin, termasuk
pemeriksaaan parasit dan pencegahan (vaksinasi), dilakukan dengan interval waktu
tertentu sesuai rekomendasi dokter hewan.
Keberhasilan pengelolaan habitat ex situ ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, makanan,
manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme. Aspek kesehatan
mencakup pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemantauan kesehatan.
Kesehatan rusa merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus agar
produktivitas rusa semakin meningkat. Kematian pada rusa lebih banyak terjadi
ketika musim hujan yaitu pada anak rusa 27% dan rusa dewasa 9%. Penyakit yang

9
sering ditemukan pada musim hujan adalah radang paru-paru (pneumonia) akibat
lingkungan kandang yang tidak baik seperti becek dan lembap. Kematian yang
terjadi pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor makanan, stress, dan
lingkungan.
Menurut Sutiawan et al., (2015) tindakan pencegahan penyakit pada satwa
berupa pemeriksaan kesehatan, vaksinasi, manajemen nutrisi (pakan), pengaturan
minum dan desinfeksi. Dibandingkan dengan spesies satwa yang telah umum
dikenal, rusa timor cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap
penyakit. Jika rusa mendapatkan pakan yang cukup dari segi jumlah pakan dan
keseimbangan zat-zat nutrisinya, maka gejala defisiensi (kekurangan) suatu unsur
nutrisi tidak akan terjadi. Nutrisi merupakan suatu ikatan kimia yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, seperti energi yang digunakan dalam
membangun dan memelihara jaringan serta untuk mengatur proses-proses yang ada
pada tubuh (Soenarjo 2000). Adanya kandungan gizi dalam pakan yang mencukupi
bagi satwa dapat menjadi pendorong bagi satwa untuk tumbuh sehat dengan asupan
nutrisi yang seimbang.
2.5 Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
Taman Margasatwa Ragunan Jakarta merupakan kebun binatang pertama
yang didirikan di Indonesia tahun 1864 dengan nama Planten En Dierentuin.
Pembangunan kebun binatang bertujuan sebagai usaha untuk mensejahterakan
satwa-satwa, terutama satwa yang jumlahnya semakin sedikit atau langka akibat
kerusakan hutan, atau akibat dari perburuan yang dilakukan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, sehingga jumlahnya semakin sedikit dan butuh bantuan
tangan-tangan manusia supaya spesies mereka tidak punah. Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta berada di Jl. Harsono RM No. 1 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan dengan luas area ± 147 Ha.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 dan
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 141 tahun 2001 tentang organisasi
dan tata kerja kantor Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Provinsi DKI Jakarta
maka terbentuklah peraturan daerah No. 3 Tahun 2001 pasal 154 tentang tugas
pokok, fungsi dan struktur Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Taman
Margasatwa Ragunan adalah sebuah organisasi yang dikelola oleh pemerintah

10
daerah provinsi DKI Jakarta. Ketika berubah menjadi UPT ataupun BLUD, struktur
organisasi dari pengelola Taman Margasatwa Ragunan Jakarta mengacu dari
peraturan gubernur no. 135 tahun 2009. BLUD Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
telah ditetapkan sebagai Unit Kerja Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI
Jakarta yang menerapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) berdasarkan Keputusan Gubernur No. 323/2010 tanggal 23
februari 2010. Taman Margasatwa Ragunan Jakarta memiliki fungsi sebagai berikut
(Pujianto, 2011):
1. Konservasi
Konservasi juga berarti pelestarian alam baik fauna maupun flora fauna yang
ada di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta terdiri dari kelas mamalia 82 spesies,
kelas aves 136 spesies, kelas reptilian 41 spesies dan kelas pisces 19 spesies. Jumlah
keseluruhan satwa ada 240 spesies dengan jumlah koleksi lebih dari 3500 ekor satwa
(specimen). Beberapa contoh satwa endemic dan langka yang berhasil di
kembangbiakan di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta antara lain : orangutan, owa
jawa, Komodo, harimau sumatera, gajah, babi rusa, rusa timor, dan satwa lainnya.
Flora yang ada di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta terdiri dari 171 spesies
tumbuhan dari seluruh tanah air yang langka dengan jumlah mencapai 15.389 pohon
(specimen). Fungsi flora adalah sebagai paru-paru kota karena tumbuhan dapat
menghasilkan oksigen dan mereduksi gas-gas karbon dari proses pembakaran dan
aktifitas lainnya. Selain itu tanaman/hutan kota di areal Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta mampu mengefektifkan proses peresapan air tanah sebagai
cadangan air untuk kebutuhan hidup manusia
2. Edukasi
Pendidikan konservasi merupakan salah satu cara memberikan wawasan
kepada generasi penerus agar mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga
kelestarian alam dan lingkungan yang mencakup flora dan fauna. Taman
Margasatwa Ragunan Jakarta memberikan pelayanan pemandu wisata, pemutaran
film dokumenter tentang satwa, tersedianya perpustakaan, serta pendidikan lain
dengan suasana yang dikemas dalam nuansa alam
3. Penelitian

11
Sebagai salah satu kebun binatang yang terbesar di Indonesia, Taman
Margasatwa Ragunan Jakarta juga menjadi salah satu pusat penelitian satwa-satwa
langka yang ada di Indonesia. Para peneliti, pelajar, mahasiswa baik dari dalam dan
luar negeri melakukan observasi tentang perilaku satwa, reproduksi, pakan dan
sebagainya sebagai bahan untuk kajian ilmiah
4. Rekreasi alam
Taman Margasatwa Ragunan Jakarta merupakan tempat wisata yang bernuansa
alam menjadi salah satu daya tarik tersendiri karena selain udara yang masih bersih
dengan rimbunnya pohon yang ada, sekaligus juga dapat menikmati keelokan satwa
yang ada. Rekreasi alam dilengkapi dengan sarana rekreasi yang dapat dinikmati
pengunjung seperti kereta keliling, rakit wisata, permainan anak, gajah tunggang,
onta tunggang, kuda tunggang, foto bersama satwa dan rekreasi lainnya (Pujianto,
2011).

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2023. Lokasi
penelitian di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta yang terletak di Jl. Harsono RM.
No. 1, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan
data, yaitu kamera, alat tulis, stopwatch, timbangan, termometer udara, higrometer,
lux meter, sound level meter, dan tally sheet. Bahan yang digunakan berupa pakan
hijau dan serat yang terdapat di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.

A. B.

C. D.

Gambar 2. Rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. A. Rusa timor


jantan dewasa; B. Rusa timor betina dewasa; C. Rusa timor juvenile
jantan; D. Rusa timor juvenille betina
Objek penelitian adalah satu individu rusa timor jantan dewasa, satu
individu betina dewasa, satu individu juvenil jantan dan satu individu juvenile

13
betina Gambar 2. Rusa timor yang berada di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
merupakan pertukaran satwa dari beberapa kebun binatang.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Lingkungan Kandang Rusa Timor
Pengumpulan data lingkungan kandang terdiri faktor fisik lingkungan dan
kondisi kandang. Pencatatan faktor fisik dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08.00
WIB, siang hari pada pukul 12.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB. Faktor
fisik yang diukur berupa suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya dan kebisingan.
3.3.2 Perilaku Harian Rusa Timor
Pengamatan perilaku harian dilakukan selama 30 hari. Pengamatan dimulai
pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB. Data yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan menggunakan metode survei dengan teknik focal animal sampling.
Teknik ini untuk mengamati individu, fokus secara terus menerus. Pengamatan
dalam penelitian menggunakan interval waktu 60 menit. Setiap perilaku yang
dicatat nilai rata-rata dan persentasenya, sehingga dapat diketahui interaksi yang
lebih sering muncul dalam pengamatan (Moileti et al., 2018).
3.3.3 Manajemen Pemberian Pakan Rusa Timor
Perilaku makan yang diamati dengan menentukan palatabilitas pakan dan
menimbang jumlah sisa pakan. Data manajemen pakan dikumpulkan meliputi
waktu pemberian pakan, cara pemberian pakan, pakan yang diberikan, jumlah
pakan yang diberikan dan dikonsumsi (berat tiap pakan). Bobot pakan yang
diberikan akan ditimbang untuk setiap jenis pakan dan sisa pakan keesokan harinya
yang tersisa dikumpulkan dan ditimbang per jenis pakan.
3.3.4 Status Gizi Rusa Timor
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga metode
yaitu pengamatan, pengukuran dan wawancara. Indikator penentuan status gizi
dilihat dari ciri-ciri fisik, morfometri dan analisis komposisi pakan. Ciri fisik dari
rusa timor yang diamati seperti postur tubuh, rambut, struktur gigi dan mata.
Selanjutnya untuk data morfometri yang diukur berupa bobot tubuh, panjang tubuh
dan tinggi dari masing-masing individu. Analisis komposisi pakan dilakukan
bersamaan dengan pengamatan perilaku makan. Setelah dilihat komposisi pakan,
dilanjutkan menganalisis nilai kandungan gizi dan kebutuhan pakan yang
dikonsumsi.

14
3.4 Analisis Data
3.4.1 Perilaku Harian Rusa Timor
Analisis perilaku harian dilakukan dengan menguraikan segala bentuk
perilaku yang nampak dalam sebuah katalog berbentuk ethogram. Persentase
perilaku setiap individu adalah sebagai berikut :
𝑥
% Perilaku = 𝑦 × 100%
Keterangan :
x = Jumlah perilaku
y = Jumlah seluruh perilaku (Martin & Bateson, 1988)
3.4.2 Konsumsi Pakan Rusa Timor
Menurut Retanin et al. (2009), untuk mengetahui tingkah laku makan atau
palatabilitas pakan rusa timor dapat dilakukan menggunakan rumus :

g = g0 - g1
Keterangan :
g = Konsumsi pakan (g)
g0 = Berat pakan yang diberikan (g)
g1 = Sisa pakan yang dikonsumsi (g)
3.4.3 Kandungan Gizi Rusa Timor
Data kandungan gizi yang dikonsumsi diperoleh melalui data sekunder.
Informasi kandungan gizi diperoleh dari hasil analisis proksimat. Analisis
proksimat yaitu analisis kimia untuk mengetahui kandungan zat makanan yang
terdapat di dalam bahan makanan. Analisis proksimat terdiri atas kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat dan kadar karbohidrat. Besarnya
konsumsi gizi setiap pakan dihitung dengan cara sebagai berikut.

α × %BDD × b
K= 100
Keterangan :
K = Konsumsi gizi pakan (g)
α = berat pakan semula (g)
b = kandungan gizi pakan dalam 100 g (kkal atau g)
%BDD = berat dapat dimakan

15
3.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan analisis deskriptif.
Sementara metode kuantitatif adalah metode yang dapat berupa angka (Sugiyono,
2015). Data yang telah dianalisis secara kuantitaif, lalu dianalisis secara deskriptif
dengan dibuat dalam bentuk tabel dan grafik/diagram. Hasil tersebut kemudian
diterjemahkan ke dalam bentuk kalimat yang dapat menjelaskan serta
menyimpulkan hasil penelitian. Metode deskriptif yaitu metode yang
menggambarkan bentuk data yang didapatkan di lapangan tanpa bermaksud untuk
menyimpulkan sesuatu baik untuk umum atau generalisasi.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lingkungan Kandang Rusa Timor


Kandang rusa timor memiliki luas sebesar 115 m2 yang berbentuk persegi
panjang dengan pagar yang digunakan untuk menutupi sisi keliling kandang. Tinggi
pagar 2.5 m yang terbuat dari tiang besi dan kawat ram dan kandang yang dikelola
menggunakan sistem terkurung (mini ranch). Terdapat tempat naungan alami di
dalam kandang berupa pohon dari jenis kelapa yang dibatasi dengan seng serta
tempat penampungan air yang terbuat dari beton dengan ukuran 2x1 m serta
dibatasi pagar (Lampiran 1). Menurut Gusmalinda et al., (2018) kandang rusa timor
di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta merupakan kandang peraga yang terbuka
sehingga selalu tersedia udara segar dan cahaya matahari, terdapat pohon dan
kubangan berlumpur karena bertujuan agar rusa jantan dapat melakukan perilaku
alaminya yaitu menggesekkan tanduk ke tanah ataupun pohon.
Selain kandang terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
rusa timor yaitu faktor fisik lingkungan. Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik
lingkungan kandang selama pengamatan menunjukan bahwa rata rata tertinggi pada
siang hari (Tabel 1). Suhu udara dan kelembapan udara sangat berpengaruh
terhadap perilaku yang dilakukan oleh rusa. Siang hari saat suhu udara meningkat
dan kelembapan udara yang rendah membuat rusa timor tidak banyak melakukan
kegiatan bergerak dan lebih banyak beristirahat. Kondisi ini membuat rusa timor
memilih berteduh untuk menstabilkan suhu tubuh di dalam shelter. Hal tersebut
sesuai dengan Ismail, (2011) bahwa faktor suhu yang tinggi berpengaruh dalam
aktifitas rusa sehingga rusa lebih memilih melakukan aktifitas istirahat atau makan
pada saat suhu dan kelembapan udara yang relatif rendah yaitu pada pagi dan sore
hari. Menurut (Masy’ud et al., 2007) rusa melakukan perilaku istirahat dengan
berteduh dari teriknya sinar matahari pada siang hari untuk menjaga kestabilan suhu
tubuh. Pengaruh cuaca yang terik ini hanya berdampak terhadap tempat berteduh
yang dilakukan rusa jantan yang banyak dilakukan di bawah naungan seperti pohon
dan lain-lain. Terdapat beberapa pohon yang dapat berfungsi sebagai peneduh
ataupun makanan rusa bila daunnya jatuh. Namun demikian, kondisi vegetasi yang

17
berada di dalam kandang tersebut tidak terlalu baik karena batang pohonnya sudah
banyak terkelupas. Hal tersebut akibat rusa jantan yang melakukan perilaku
mengesekkan tanduk ke pohon.
Tabel 1. Rata-rata kondisi fisik lingkungan di kandang rusa timor

Waktu Pengamatan
Parameter Pagi Siang Sore
(08.00-08.10 WIB) (12.00-12.10 WIB) (16.00-16.00 WIB)
Suhu udara (oC) 29,62±0,17 30,77±0,75 29,42±0,66
Kelembapan udara (%) 84,57±0,78 80,14±2,15 84,42±1,73
Kebisingan (dB) 40,77±0,65 54,01±0,95 43,21±1,61
Intensitas cahaya (Lux) 840,28±97,72 1593,14±186,05 584,28±74,08

Kebisingan di Taman Margasatwa Ragunan didominasi oleh suara saut-


sautan dari satwa yang ada seperti burung, primata dan juga pengujung. Kebisingan
tertinggi terjadi pada siang hari (Tabel 1). Siang hari merupakan waktu yang banyak
kedatangan pengunjung namun, untuk kawasan kandang rusa timor jauh dari
keramaian pengunjung dan jalan raya sehingga kebisingannya sangat rendah.
Penyumbang sumber suara terbesar yaitu suara burung dan suara primata. Tingkat
kebisingan di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta masih di bawah batas baku
kebisingan hal tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48
Tahun 1996 bahwa untuk lingkungan kegiatan nilai maksimal kebisingan yaitu 55
dB.

4.2 Perilaku Harian Rusa Timor


Perilaku rusa dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelompok sosial, suhu
dan ketersediaan makanan (Pairah et al., 2014). Frekuensi dominan perilaku harian
rusa dapat dilihat pada Gambar 3.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan menunjukan bahwa rusa timor
jantan dewasa lebih banyak melakukan perilaku makan dengan persentase 28%,
sedangkan rusa timor betina dewasa lebih banyak melakukan perilaku istirahat
dengan persentase 31% dan rusa timor juvenile jantan melakukan perilaku
berpindah tempat dengan persentase 30% sedangkan rusa timor juvenile betina
melakukan perilaku istirahat dengan persentase 27%. Perilaku harian rusa timor di
Taman Margasatwa Ragunan Jakarta dominan melakukan perilaku makan,
berpindah tempat dan istirahat. Rusa timor di Taman Wisata Alam Pulau Menipo

18
sama-sama dominan melakukan perilaku makan, berpindah tempat dan istirahat.
Namun demikian, persentase perilaku makan rusa timor di Taman Wisata Alam
Pulau Menipo lebih tinggi dibandingkan perilaku makan rusa timor di Taman
Margasatwa Ragunan Jakarta. Perbedaan hal tersebut mengindikasikan bahwa
pemberian pakan untuk rusa timor di Taman Wisata Alam Pulau Menipo lebih
banyak dibandingkan di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan Pairah et al., (2014) bahwa secara umum rusa lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk makan selama terjamin ketersediaan pakan.

A. B.

C. D.

Gambar 3. Persentase perilaku harian rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan


Jakarta. A. Perilaku harian rusa timor jantan dewasa; B. Perilaku
harian rusa timor betina dewasa; C. Perilaku harian rusa timor juvenile
jantan; D. Perilaku harian rusa timor juvenille betina

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rusa timor
jantan dewasa paling banyak melakukan perilaku makan. Rusa timor jantan dewasa
paling banyak melakukan perilaku berpindah diduga karena selain untuk mencari
makan, perilaku berpindah juga dilakukan untuk mengusir rusa jantan lain dan
menandai daerah kekuasaanya dengan cara menggoreskan tanduk pada batang-
batang pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Sofyan & Setiawan, 2018) bahwa
rusa timor jantan dewasa lebih aktif bergerak dibandingkan rusa timor betina.
Perilaku berpindah atau bergerak banyak dilakukan rusa timor di Taman
Margasatwa Ragunan Jakarta pada saat pagi hari antara pukul 08.00-12.00 WIB.

19
Hal ini terjadi karena pada jam tersebut pakan belum diberikan, sehingga rusa
melakukan perilaku berpindah untuk mencari makan berupa rumput yang tumbuh
di kandang. Hal ini didukung dengan pernyataan (Dewi & Wulandari, 2019) bahwa
umumnya perilaku berpindah (movement) dilakukan rusa dari satu areal vegetasi ke
areal vegetasi lainnya untuk mencari makan. Hasil pengamatan juga menunjukkan
bahwa persentase perilaku berpindah rusa timor betina dewasa, jantan juvenile, dan
betina juvenile cenderung sama. Hal ini terjadi karena selama pengamatan
berlangsung ketiga rusa tersebut melakukan perilaku berpindah secara bersama-
sama dalam kelompok, sedangkan rusa jantan dewasa lebih soliter dibandingkan
ketiga rusa tersebut.
Perilaku makan rusa sebagian besar dilakukan pada posisi berdiri. Dominasi
rusa dalam satu kelompok di kandang terjadi juga selama perilaku makan, biasanya
rusa jantan akan menanduk rusa lainnya yang berada disekitarnya. Perilaku makan
dimulai dari penciuman makanan, mengambil dan memasukkan ke dalam mulut,
mengunyah dan menelan sampai memamah biak (Indriyani et al., 2017). Rusa timor
menggigit dan merenggut rumput dari rumpunnya diantara gigi seri bawah dan gusi
atas, serta menggerakkan kepalanya kedepan atau kebelakang. Pada saat menggigit
dan merenggut rumput, moncongnya ditekankan pada bidang yang mendatar jika
memakan tanaman rumput yang pendek, dan kepalanya akan bergerak vertikal
kalau memakan tanaman yang tinggi (Ismail, 2011).
Selama pengamatan perilaku harian rusa minim sekali melihat rusa minum
meskipun air telah disediakan oleh pengelola. Makan dan minum sudah terpenuhi
dari pakan yang di konsumsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahardika (2008)
bahwa perilaku minum sangat berhubungan dengan perilaku makan, semakin tinggi
perilaku makan maka perilaku minumnya akan semakin kecil karena kebutuhan air
bisa diperoleh dari makanan berupa rumput. Kebutuhan air rusa di kandang
dipenuhi secara tidak terbatas karena air selalu tersedia.
4.3 Manajemen Pakan
4.3.1 Jenis Pakan Rusa Timor
Makanan pokok rusa adalah hijauan berupa dedaunan dan rumput-rumputan
yang ketersediaannya terbatas terutama di kendang sehingga dibutuhkan pakan
tambahan. Rusa menghabiskan sebagian waktunya untuk makan, rusa juga

20
melakukan kegiatan mengumpulkan makanan, kawin serta merawat anak di dalam
habitatnya (Pairah et al., 2014).
Pakan merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan
pengembangan rusa dengan sistem terkurung (Garsetiasih et al., 2003). Rusa timor
dalam melakukan perilaku makan, dapat memanfaatkan rumput-rumputan,
dedaunan dan ranting-ranting pohon yang masih muda (Lelono, 2004). Jenis pakan
satwa ruminansia terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, hijauan segar, jerami,
hijauan kering, silase dan pakan konsentrat. Pakan rusa terbagi menjadi pakan
utama dan pakan tambahan. Pakan utama berupa rumput odot dan rumput gajah,
sedangkan pakan tambahan berupa buah pisang siem dan konsentrat
Tabel 2. Pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

No Kelompok Nama lokal Nama ilmiah


1 Buah Pisang siem Musa sp.
2 Hijauan Rumput odot Pennisetum purpureum cv Mott
3 Hijauan Rumput gajah Pennisetum purpureum
4 Konsentrat Konsentrat -

Menurut Nugent (1990), faktor yang mempengaruhi perilaku makan atau


seleksi makan pada herbivor adalah ketersediaan jenis tumbuhan atau pakan. Rusa
timor menunjukkan fleksibelitas dalam makan berdasarkan komposisi botani,
tergantung ketersediaan kelompok tumbuhan di habitat. Berdasarkan hasil
penelitian rusa timor di New Zelodonia, menunjukkan bahwa pada vegetasi hutan
yang didominasi tumbuhan berkayu dan herba dikotil serta di savana yang
didominasi rerumputan rusa timor akan makan sesuai ketersediaan pakan yang ada
(Adnyani et al., 2018). Hal ini menunjukkan bahwa rusa lebih cocok
dikelompokkan sebagai intermediet feeder artinya herbivor makanannya dominan
kelompok rerumputan dan herbivor yang makanannya utamanya tumbuhan daun
lebar dalam perilaku makan (Shipley, 1999).
Rusa timor memiliki sifat generalis atau kenakeragaman pakan yang lebih
tinggi yaitu dapat memakan lebih banyak macam-macam tumbuhan, dari pakan
rerumputan, herba dikotil (legum atau non-legum), dan juga tumbuhan berkayu
(legum atau non-legum) (Adyani et al., 2018). Dalam kondisi pakan yang
jumlahnya sedikit atau pakan di habitat sudah habis atau tidak tersedia biasanya

21
rusa timor bisa juga makan sisa-sisa makanan yang ada di sampah organik
(Ginantra et al., 2014).
4.3.2 Waktu dan Cara Pemberian Pakan Rusa Timor
Pemberian pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan dilakukan
sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB.
Pemberian pakan terhadap rusa timor telah diatur oleh animal keeper mulai dari
pagi, siang dan sore hari. Namun demikian, masih belum konsisten untuk waktunya.
Hal ini terjadi dikarenakan faktor keterlambatan petugas dalam mengambil pakan
di kebun jika tidak ada persediaan di gudang pakan.
Pemberian pakan berupa buah pisang siem diberikan pada pagi hari.
Sebelum pemberian pakan animal keeper melakukan pencacahan pada pisang siem.
Hal tersebut dilakukan untuk memisahkan buah pisang dari bonggol pisang. Animal
keeper meletakkan pakan pagi yang telah siap diberikan ke rusa timor. Kemudian
pakan rumput diberikan setelah pakan buah di siang hari dan tergantung
ketersediaan serta kedatangan rumput dari pengelola. Pakan selanjutnya berupa
konsentrat yang diberikan pada sore hari. Animal keeper memberikan pakan utama
rumput odot ataupun rumput gajah (tergantung rumput yang tersedia), dan pakan
tambahan diberikan secara bergantian tergantung kesediaan pakan tambahan yang
ada di gudang pakan. Menurut Hasnawati et al. (2006), selain pakan hijauan seperti
rumput atau daun, rusa boleh diberikan pakan tambahan lainya seperti umbi-
umbian, sayur-mayur serta limbah pertanian.
4.3.3 Konsumsi Pakan Rusa Timor
Pakan utama rusa adalah rumput dan daun-daunan yang mengandung
protein dan energi. Makanan lain yang diberikan berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan gizi rusa tersebut. Pada rusa dewasa proses metabolisme sel tubuhnya
berjalan lebih tinggi sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel tubuh dalam
metabolisme rusa dewasa lebih banyak makan (Elfrida et al, 2019). Kapasitas
lambung rusa juga berpengaruhi pada tingginya perilaku makan. Semakin dewasa
kapasitas lambung rusa akan semakin besar sehingga jumlah makanan yang
dikonsumsi lebih banyak (Susanto, 1980). Faktor yang mempengaruhi konsumsi
pakan adalah kesehatan, pakan dan lingkungan, serta perilaku yang juga
memengaruhi tingkat konsumsi pakan. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor
penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang

22
didapat satwa. Bagi satwa yang sedang tumbuh, kebutuhan zat-zat makanan akan
bertambah sejalan dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas
umur tidak terjadi lagi pertumbuhan (Maha et al., 2021).
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah konsumsi pakan yang diberikan pada
rusa rata-rata adalah 6,5 kg/ekor/hari (Lampiran 2). Hasil ini diperoleh dari 4 pakan
yang diberikan. Tingkat konsumsi pakan rusa pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan tingkat konsumsi rata-rata harian rusa timor di Penangkaran Taman
Wisata Alam Gunung Tunak Nusa Tenggara Barat yaitu 4,72 kg/ekor/hari.
Berdasarkan penelitian Kwatrina et al., (2016) di Kawasan Hutan Penelitian
Dramaga bahwa setiap individu rusa membutuhkan minimal sebanyak 5,8
kg/ekor/hari.
Tingkat konsumsi pakan pada rusa dewasa dan juvenile terdapat perbedaan
jumlah dikarenakan rusa jantan dan betina lebih banyak bergerak dan
membutuhkan energi yang lebih jika dibandingkan dengan juvenile rusa. Jumlah
pakan yang diberikan kuantitasnya tidak sama pada setiap harinya, hal ini
disebabkan pihak pengelola tidak menimbang pakan sebelum diberikan ke rusa.
Pengelola Taman Margasatwa Ragunan Jakarta hanya memberikan pakan hijauan
berdasarkan banyaknya ikatan, yaitu ± 3 ikat per harinya. Bobot hijauan tiap ikatnya
berbeda. Rusa satu dengan yang lain memiliki jatah makan yang berbeda karena
pakan rumput tidak diberikan berdasarkan fase umur dan fisiologi rusa. Rusa jantan
yang berkuasa biasanya mendapatkan jatah makan yang paling banyak. Kualitas
pakan yang baik merupakan salah satu aspek pendukung keberhasilan untuk
meningkatkan populasi rusa timor di lembaga konservasi ex situ
(Nurhayati&Priyono, 2020).
Menurut Sita et al., (2013) bahwa pakan, lingkungan dan perilaku termasuk
dalam faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan pada rusa timor. Rusa
timor memiliki perbedaan pada saat di kandang dengan di alam, dikarenakan
lingkungan di kandang dengan alam berbeda. Rusa timor di habitat aslinya lebih
luas perilaku pergerakan dan banyaknya jenis pakan, sehingga energi yang
dikeluarkan lebih banyak dan tingkat konsumsi pakan yang tinggi (Kwatrina et al.,
2016). Kandang perilaku yang muncul hanya sedikit sehingga energi yang
dikeluarkan juga sedikit dan jenis serta jumlah pakan yang terbatas. Tinggi rendah

23
tingkat konsumsi dalam suatu penelitian dapat dipengaruhi oleh dua faktor, pertama
adanya perbedaan jumlah pakan dan yang kedua adalah spesies rusa yang
digunakan. Kebutuhan jumlah pakan pada rusa menyesuaikan dengan ukuran
tubuh. Tingkat konsumsi harian rusa timor tidak membutuhkan energi yang banyak,
dikarenakan luasan kandang (Maha et al., 2021). Akibatnya tidak banyak perilaku
yang dapat dilakukan dan tidak membutuhkan energi lebih besar, energi bagian
terbesar dari bahan makanan oleh satwa. Energi yang dikeluarkan oleh satwa dapat
melakukan akitivitas lainnya, maka dapat dikatakan perilaku makan, bahan pakan
dan energi saling berkaitan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa luasan tempat tinggal rusa timor
berpengaruh pada perilaku yang dilakukan. Luasan lingkungan berpengaruh
terhadap perilaku yang dilakukan sehingga membutuhkan semakin banyak energi.
Energi utama didapatkan dengan konsumsi makanan, kebutuhan energi semakin
tinggi maka konsumsi pakan bertambah. Lingkungan yang luas dapat
meningkatkan konsumsi pakan. Pakan rusa pada sore hari selalu tidak habis tetapi
pada pagi hari pakan selalu habis atau tidak tersisa, hal ini disebabkan karena rusa
lebih aktif pada malam hari. Rusa timor merupakan satwa yang menyukai segala
hijauan kecuali jenis hijauan tertentu seperti talas. Rusa timor tidak memiliki batas
maksimum untuk makan sehingga seberapapun jumlah pakan yang diberikan oleh
pengelola akan selalu habis (Hombing et al., 2015).

4.3.4 Palatabilitas Pakan Rusa Timor


Pengukuran palatabilitas secara kuantitatif dilakukan dengan melihat
banyaknya konsumsi pakan dalam suatu waktu tertentu (Megami et al., 2022).
Tabel 3. Palatabilitas pakan rusa di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

Jenis pakan Berat pakan Tingkat palatabilitas


Pisang siem 0,5 4
Rumput gajah 1,8 2
Rumput odot 3,5 1
Konsentrat 0,7 3
Keterangan : Angka 1 sampai 4 menunjukan nomor urutan pemilihan pakan dari
yang pertama hingga yang terakhir dikonsumsi

Faktor yang dapat mempengaruhi palatabilitas pakan diantaranya: 1) faktor


dalam satwa itu sendiri (setiap spesies satwa memiliki preferensi yang berbeda

24
dengan spesies lain); 2) kondisi pakan, apakah pakan dalam keadaan segar atau
tidak; dan 3) kesempatan memilih pakan yang lain (Novriyanti, 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan palatabilitas pakan yang disukai rusa ialah
rumput odot (Pennisetum purpureum cv Mott). Pakan yang pertama dipilih dan
dikonsumsi oleh rusa timor hingga habis adalah rumput odot dan dilanjut dengan
rumput gajah. Hal tersebut karena pakan utama rusa timor merupakan hijauan dan
diduga rumput odot memiliki rasa lebih manis, tekstur batang lebih lunak dan halus,
sehingga menumbuhkan daya tarik dan merangsang satwa untuk
mengkonsumsinya. Menurut penelitian Sita et al., (2013) bahwa rusa timor lebih
menyukai pakan rasa manis, rasa asin dan hambar dari pada pakan rasa pahit dari
rumput segar bertekstur baik.
Rusa timor merupakan hewan yang memiliki sifat selektif terhadap pakan
yang disajikan. Hanya pakan dengan protein tinggi dan serat kasar yang rendah
yang lebih disukai, sehingga rusa digolongkan sebagai jenis hewan Consentrat
Selector (Susmaleni, 2004). Namun demikian, pemberian pakan rusa timor dapat
ditambahkan air garam. Menurut Putra (2022) pemberian garam dan air pada pakan
ini berguna untuk merangsang nafsu makan dan kebutuhan mineral satwa,
pemberian pakan perlu dibuat formulasi dengan adanya pencampuran pakan
lainnya.
Palatabilitas akan menjadi dasar bagi pengelola untuk menyediakan sumber
pakan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. Menurut Novianti et al.,
(2014) hijauan menjadi sumber kehidupan penting dalam perkembangan satwa,
oleh karena itu hijauan diharapkan yang berkualitas baik dan mudah dicerna oleh
satwa. Salah satu faktor utama penentu berkembangbiak atau tidaknya satwa liar
termasuk rusa timor adalah pakan (Xavier et al., 2018)

4.4 Status Gizi


4.4.1 Kandungan Gizi Pakan Rusa Timor
Jenis tanaman pakan yang diberikan berupa rumput odot, rumput gajah,
pisang siem dan konsentrat. Hasil uji kandungan nutrisi pakan rusa timor dapat
dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil penelitian kandungan nutrisi dari pakan
yang diuji per 100 g diketahui bahwa kadar serat kasar, protein kasar, lemak kasar

25
dan abu tertinggi adalah rumput odot dan rumput gajah, sedangkan untuk kadar air
tertinggi terdapat pisang siem (Tabel 4).
Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan rumput gajah
(Pennisetum pupureum) merupakan pakan yang paling memenuhi unsur nutrisi bagi
rusa. Tanaman rumput odot dapat dijadikan rekomendasi utama sebagai pakan
harian rusa. Rumput odot dan rumput gajah memiliki kandungan nutrisi yang cukup
dan juga menjadi tanaman dengan urutan pertama dan kedua dalam pengujian
palatabilitas, sedangkan pakan buah pisang siem dan konsentrat dapat dijadikan
sebagai alternatif pakan. Kandungan dari konsentrat itu sendiri berupa sereal,
gandum, alfalfa, beras bekatul, kacang kedelai, minyak kelapa, sawit, garam
mineral, vitamin dan mannan-oligossacharides. Kegunaan konsentrat dalam pakan
rusa timor sebagai tambahan atau pengganti sementara apabila persediaan pakann
utama habis. Pakan dengan kandungan protein yang cukup dan lebih halus
strukturnya akan cepat dicerna. Serat kasar sangat penting keberadaannya, karena
serat kasar dapat merangsang sistem pencernaan dan pemberian pakan dengan
kandungan serat tinggi dapat meningkatkan perilaku ruminansi (Hemassandia et al.,
2021).
Tabel 4. Gizi pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

Kadar Gizi (%)


Jenis Pakan SK PK LK Air Abu
Rumput Odot(1) 32,35 12,72 2,28 46,94(3) 14,45(4)
Rumput Gajah(2) 10,20 2,94 1,18 41,37(3) 4,93
Pisang Siem(2) 0,53 0,55 0,29 74,04 0,85
Konsentrat(2) 8 10,0 4,0 12 6,81
Keterangan : SK : Serat Kasar, PK : Protein Kasar, LK : Lemak Kasar
Sumber : (1) Wati et al., 2018; (2)Taman Margasatwa Ragunan Jakarta, 2023;
(3)
Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012; (4)Sirait, 2018
Tingginya kandungan serat cenderung akan menurunkan nilai daya cerna
dan rendahnya daya cerna merefleksikan rendahnya kualitas hijauan tersebut
ditinjau sebagai sumber nutrisi. Lemak pada hewan ruminansia sebagai simpanan
energi juga sebagai pelarut dari berbagai jenis vitamin dimana pada pakan
ruminansia, lemak terdapat dalam hijauan maupun konsentrat. Hijauan yang banyak
mengandung lemak akan memberikan efek terhadap daya tahan tubuh yang tinggi

26
dan mempengaruhi pertumbuhan rusa (Hombing et al., 2018). Kandungan abu dan
komposisinya tergantung dari macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu
dari suatu bahan pangan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan
pangan tersebut. Abu memiliki sejumlah mineral yang berasal dari bahan pakan.
Mineral tersebut dibutuhkan oleh satwa liar karena berperan sebagai pertumbuhan
dan perbaikan jaringan, pembentukan tulang dan gigi, pembentukan rambut, kuku,
dan tanduk (Hombing et al., 2018).
Menurut Riyadi (2021), kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh Rusa
berupa protein sebesar 8%, sedangkan menurut Nurinsi et al., (2019), kandungan
nutrisi yang dibutuhkan oleh rusa baik rusa jantan maupun betina meliputi protein
kasar 5.96% dan 5.91%, serat kasar 14.47% dan 14.42%, serta lemak kasar 1.8%
dan 1.72%. Namun, menurut Balebu (2002), kebutuhan rusa akan serat sebesar 27-
85,25% dan lemak sebesar 1,1-20,1%. Secara fisiologis rusa jantan membutuhkan
energi lebih banyak proses metabolismenya dibandingkan rusa betina.
Produktivitas dan perkembangbiakan rusa sangat tergantung oleh pakan. Konsumsi
dan daya cerna nutrient pada rusa yaitu BK 1,72% bobot badan, dan Protein 23%.
Namun kebutuhan nutrisi dapat berbeda, tergantung jenis dan bobot rusa. Rusa
dengan bobot yang lebih besar, membutuhkan konsumsi pakan yang
lebih besar pula.
Dilihat dari aspek produksi dan kandungan protein kasar, rumput odot lebih
unggul dibandingkan dengan rumput gajah karena mempunyai produktivitas dan
kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi
satwa ruminansia (Santosa et al., 2012) sedangkan dari sisi palatabilitas dan
kecernaan rumput odot sebanding dengan rumput gajah dan tetap lebih unggul
dibandingkan dengan rumput gajah (Sirait et al., 2015). Rumput odot memiliki
beberapa keunggulan yaitu pertumbuhan cepat, berbulu halus, daun lembut, batang
lunak, disukai satwa dan regrowth (pertumbuhan kembali) yang cepat. Keunggulan
lain adalah produksi hijauan tinggi, kandungan protein 10-15% dan kandungan
serat kasar yang rendah (Urribarrí et al., 2005). Rumput odot memiliki kandungan
karbohidrat struktural lebih rendah sehingga memiliki kecernaan yang tinggi.
Dilaporkan juga bahwa pada musim kemarau maupun hujan tidak terjadi perubahan
fisik pada daunnya. Jenis pakan yang diberikan pengelola sudah memenuhi

27
kebutuhan gizi populasi rusa di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Hal ini dilihat
dari perkembangbiakan rusa di kandang yang setiap tahunnya melahirkan satu
individu rusa atau lebih. Perkembangbiakan rusa yang baik ini merupakan salah
satu indikator dari rusa yang kebutuhan gizinya tercukupi.
4.4.2 Ciri Fisik dan Morfometri Rusa Timor
Rusa timor yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 individu, yaitu
jantan dewasa, betina dewasa, juvenile jantan dan juvenile betina. Kondisi rusa
timor yang dijadikan objek penelitian terdapat satu individu yaitu juvenile jantan
yang terluka dibagian kaki tepatnya pada kuku. Terjadinya luka pada kuku kaki
juvenile jantan rusa timor disebabkan karena tergigitnya oleh lipan. Ketiga rusa
timor lainnya adalah rusa yang sehat, hal tersebut terlihat dari ukuran tubuh, mata,
gigi dan tubuh tidak terdapat luka atau cidera.
Perlu diperhatikan lebih bahwa rusa yang tinggal di iklim tropis sangat
rentan terinfeksi oleh parasit karena kelembapan udara lingkungan yang cukup
tinggi, sehingga kondisi tersebut optimal untuk perkembangbiakan parasit. Infeksi
yang disebabkan oleh parasit dapat menimbulkan kerugian bagi satwa, seperti
penurunan bobot tubuh, tingkat reproduksi, perilaku, stress, luka, dan peningkatan
agresi (Dwiyani et al., 2014). Sakit, luka dan penyakit merupakan bagian yang tidak
dapat dihindari dalam pengelolaan satwa di kawasan konservasi ex situ. Penilaian
kesejahteraan satwa bahwa komponen bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
menjadi hal yang penting dan sangat diperhatikan. Berdasarkan pengamatan
terhadap rusa timor yang ada di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta tidak
ditemukan penyakit kulit dan kerontokan pada rambutnya
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, rusa diberikan
vitamin setidaknya satu bulan sekali dengan dicampurkannya vitamin tersebut
kedalam makanan. Terdapat beberapa kategori penyakit yang diketahui pernah
menyerang rusa, diantaranya penyakit kembung mencret yang disebabkan oleh
pakan yang basah dan lembap. Cara pengobatan yang dilakukan untuk setiap
penyakit berbeda beda. Pencegahan penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan
memindahkan satu individu rusa sakit ke kandang khusus perawatan hewan
(kandang karantina), diberikan vitamin setiap minggu dan kandang selalu
dibersihkan. Meskipun terdapat catatan bahwa rusa timor di Taman Margasatwa

28
Ragunan Jakarta pernah mengalami beberapa penyakit seperti diuraikan di atas,
namun secara umum kondisi fisik rusa pada saat penelitian ini dilakukan terlihat
sehat dan dalam kondisi gemuk.
Perhatian masalah pakan yang lebih seksama memang diperlukan seperti
saat kebuntingan, menyusui atau tumbuh ranggah. Apabila rusa mulai turun tingkat
kesehatannya namun tidak terlihat disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, maka
kemungkinan besar hal ini dikarenakan pengaruh stres yang berkepanjangan, baik
karena iklim (hujan lebat berkepanjangan dengan tanah berlumpur, terik panas
matahari) ataupun lingkungan sekitar (terganggu ketenangannya). Penanganan
yang dapat dilakukan hanyalah melalui perbaikan lingkungan dan pemberian
vitamin. Indikator sehatnya seekor rusa seringkali harus dianalisa lewat kondisi
darah dan ini hanya bisa dilakukan setelah didiagnosis oleh dokter hewan (Semiadi
& Nugraha, 2004).
Kesejahteraan rusa salah satunya yaitu kebersihan. Kandang rusa selalu
dibersihkan oleh animal keeper setiap pagi hari. Apabila kebersihan kandang
kurang terurus, maka akan banyak terdapat bibit penyakit dibandingkan dalam
habitat aslinya, untuk itu perlunya memperhatikan kebersihan kandang dari
kotoran, sisa pakan serta air dan lingkungan kandang diharapkan selalu kering
terutama lantai (Semiadi & Nugraha, 2004). Hewan yang termasuk subordo
Ruminantia merupakan hewan herbivora yang memiliki empat lambung. Makanan
dari berbagai jenis daun dan rerumputan diperoleh dengan menggunakan gigi seri
dan gigi taring yang berbentuk seperti spatula. Taring memiliki bentuk yang tidak
berbeda dengan gigi sisi anterior lain dan tersusun setengah lingkaran. Geligi yang
berada di rahang bagian samping (pipi) memiliki ciri yang membedakan Cervidae
dengan anggotan dari subrordo Ruminantia lainnya yaitu leher mahkota yang luas
dan mahkota yang berbentuk miring (Radiansyah, 2010).
Gigi yang berperan sebagai pencernaan mekanis ini menghaluskan dengan
menumbuk atau dengan gerakan. Gigi pada ruminansia terdiri atas gigi seri yang
memiliki ukuran relative lebih besar yang digunakan untuk memotong rumput atau
daun yang menjadi pakannya dan gigi geraham baik depan maupun geraham
belakang yang berfungsi untuk menggiling agar pakan menjadi lebih lembut
sehingga mudah dicerna.

29
Tabel 5. Ciri fisik dan morfometri rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan
Jakarta
Individu
Ciri Fisik Jantan Betina Juvenile Juvenile Standar Pembanding
Dewasa Dewasa Jantan Betina
Mata Jernih dan Jernih dan Jernih dan Jernih dan Mata bersinar, terbuka dan
warna iris warna iris warna iris warna iris bersih serta selaput mata
coklat coklat coklat coklat tidak pucat dan tidak merah
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan atau kuning(1)
Gigi Lengkap Lengkap Belum Belum Gigi pada rusa berjumlah
lengkap lengkap 34 buah tanpa gigi seri
dibagian atas(2)
Warna Cokelat- Cokelat- Cokelat- Cokelat- Berwarna putih/krem pada
rambut krem krem krem krem bagian distal, cokelat muda
bagian medial dan cokelat
tua-hitam pada bagian
proximal dengan tekstur
yang kasar serta berstruktur
gelombang(3)
Morfometri
Bobot 112 117 7 9 Bobot badan rusa berkisar
badan (kg) antara 40-120 kg,
tergantung pada usia(4)

Tinggi 107-118 115-123 43-50 47-52 Tinggi badan rusa sambar


badan (cm) dapat mencapai kisaran
120-150 cm(5)
Panjang 194-205 200-215 55-61 60-67 Ukuran badan rusa timor
badan (cm) dapat lebih panjang (130-
210 cm)(6)
Sumber : (1). (Pramono, 2019); (2). (Fox&Myers, 1997); (3). (Phadmacanty, 2020);
(4). (Semiadi & Nugraha, 2004); (5). (Bismark et al, 2011); (6). (Adiati &
Brahmantiyo B, 2015)
Selain fungsi utama untuk keperluan pencernaan, gigi juga dapat digunakan
untuk menaksir umur satwa. Berdasarkan jenis pakan tersebut maka struktur gigi
yang berkembang akan menyesuaikan terhadap kebutuhan untuk memperhalus
jenis pakan tersebut. Gigi pada ruminansia yang berkembang baik adalah gigi yang
diperlukan untuk mengunyah bahan hijauan agar menjadi lembut, sehingga yang
berkembang adalah gigi geraham
Berdasarkan hasil pengamatan, rusa timor jantan memiliki mata yang jernih,
bersih, tidak leleran dan memiliki warna iris coklat kemerahan. Ciri-ciri mata sehat
menurut ahli kedokteran diantaranya, kedudukan kedua bola mata lurus dan
simetris, kelopak mata terang, tidak tampak bengkak, merah, dan lapisan

30
permukaan bola mata jernih, halus serta rata. Jadi, mata yang sehat adalah mata
yang memiliki penglihatan yang seimbang antara mata kanan dan mata kiri dan juga
terasa nyaman (Jannah, 2012).
Warna rambut rusa dipengaruhi oleh musim. Ketika musim kemarau,
rambut rusa dewasa menjadi berwarna cokelat kemerahan agak gelap di bagian
punggung dan lebih terang di bagian dada. Saat musim hujan, bagian atas menjadi
ke abu-abuan dan pada rusa jantan rambut tengkuknya tumbuh. Warna rambut rusa
jawa dan rusa bawean memiliki gradasi dengan warna putih krem di bagian distal,
berwarna cokelat di bagian medial dan cokelat tua pada bagian proximal (Tabel 5).
Namun demikian, menurut Maha et al., (2021) bahwa selain itu rusa timor
juga memiliki rambut dengan warna dasar cokelat kekuningan di seluruh bagian
tubuh dan tidak memiliki corak tertentu, sedangkan pada betina terdapat sedikit
perbedaan yaitu berwarna cokelat, dan pada area ventral yaitu bagian kaki, perut
dagu dan bagian bawah leher berwarna coklat keabuan. Sebagian besar struktur
rambut cervidae bergelombang hingga lurus, namun pada rusa jawa semua sampel
memiliki struktur rambut bergelombang yang mudah diidentifikasi dengan metode
makroskopis. Struktur rambut bergelombang hingga lurus umum ditemukan pada
famili Cervidae, seperti pada Cervus timorensis, Hydropotes inermis, Capreolus
pygargus, Dama dama, Cervus elaphus, Capreolis capreolus (Lee et al., 2013).
Adapun hewan yang termasuk ke dalam famili Cervidae memiliki beragam
ukuran tubuh, yang terkecil sebesar domba dan yang terbesar hingga sebesar sapi.
Rusa timor yang digunakan sebagai bahan penelitian memiliki bobot yang berbeda-
beda. Rusa dewasa jantan memiliki bobot 112 kg, dewasa betina 117 kg, juvenile
jantan 7 kg dan juvenile betina 9 kg. Menurut Bukhori et al., (2017) bahwa bobot
badan dapat dipengaruhi oleh umur karena adanya hubungan antara bobot badan
dengan laju pertumbuhan. Pertumbuhan yang cepat terjadi sejak periode lahir
hingga pubertas, namun setelah pubertas akan menurun dan laju pertumbuhan
hingga usia dewasa. Bobot badan rusa penting untuk diketahui karena merupakan
salah satu indikator penentu produktivitas satwa.
Menurut Wahyono et al. (2013), pertumbuhan bobot badan satwa juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya jenis kelamin, manajemen pakan,
kesehatan, berat lahir, serta manajemen pemeliharaan. Bobot lahir berpengaruh

31
terhadap laju pertumbuhan prasapih. Anak satwa dengan bobot lahir rendah
biasanya diikuti oleh rendahnya air susu yang diperoleh dari induknya, sehingga
laju pertumbuhan hingga penyapihan tampak lebih lambat dibandingkan anak satwa
yang bobot lahirnya tinggi (Suryadi, 2012). Bobot badan yang berlebihan
menandakan asupan gizi yang baik, tetapi dapat menghambat perilaku gerak rusa
sebagai hewan liar yang dikenal sebagai hewan yang aktif dan lincah. Bobot badan
yang kecil menandakan kurangnya asupan gizi yang dibutuhkan.
Juvenile rusa jantan memiliki perbedaan morfometri dengan juvenile rusa
betina dikarenakan beberapa faktor, seperti usia, hormon dan asupan gizi. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Subhandiawan et al., (2016) bahwa laju
pertumbuhan yang tinggi dapat menyebabkan perbedaan kecepatan pertumbuhan
dalam waktu singkat yang disebabkan oleh hormon dan kesehatan satwa.
Berdasarkan penelitian Syawal et al., (2013) setelah dilahirkan, perkembangan
tubuh satwa lebih awal terjadi pada bagian kepala dan kaki, selanjutnya diikuti
dengan bagian badan dan bagian punggung yang berkembang lebih lambat dan
merupakan bagian yang tumbuh terakhir hingga mencapai ukuran dewasa. Panjang
badan mempengaruh kelincahan dan kecepatan rusa saat berlari. Satwa dengan
panjang badan yang relatif pendek memiliki pergerakan badan yang lebih cepat dan
membantu dalam kesinambungan saat bergerak. Panjang badan merupakan bagian
dari tubuh rusa yang dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan. Pertambahan
panjang badan pada tubuh satwa dikarenakan perluasan otot-otot yang menimbun
tulang meluas akibat dari penambahan bobot badan (Sipul, 2017).
Perbedaan yang besar terjadi pada perbandingan antara panjang badan rusa
jantan dan rusa betina yaitu 194-205 cm dan 200-215 cm. Menurut Sudibyo et al.,
(2012), ukuran tubuh rusa jantan lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh
rusa betina. Pertambahan panjang badan sangat dipengaruhi oleh ras satwa dan jenis
kelamin (Novriani, 2016). Pengetahuan tentang ukuran- ukuran tubuh satwa dapat
digunakan sebagai data untuk menseleksi satwa (Basbeth, 2015). Tinggi badan
merupakan salah satu ukuran tubuh satwa yang dapat digunakan sebagai data
pendukung dalam penentuan performa satwa (Novriani, 2016). Berdasarkan hasil
pengukuran tinggi badan rusa timor bahwa rusa timor dewasa jantan memiliki
tinggi badan berkirsar 107-118 cm dan dewasa betina berkisar 115-123 cm.

32
Terdapat perbedaan ukuran tinggi badan rusa timor dewasa jantan dengan dewasa
betina. Sementara pengukuran ukuran tubuh keseluruhan terhadap rusa timor, rusa
sambar dan rusa bawean yang dilakukan pada di BKPH Jonggol oleh Thohari et al.,
(1993) menunjukkan bahwa rusa sambar relatif lebih besar dari rusa timor dan rusa
bawean. Keadaan morfologi rusa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau
habitat rusa tersebut (Stefoff, 2008). Akibat dari terjadinya proses pertumbuhan
serta menjaga keseimbangan biologis, maka setiap pertumbuhan komponen tubuh
akan diikuti dengan peningkatan ukuran tubuh (Malewa, 2009).

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pemberian pakan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
sebanyak tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB.
Pengelola Taman Margasatwa Ragunan Jakarta memberikan pakan berupa rumput
odot (Pennisetum purpureum cv Mott), rumput gajah (Pennisetum purpureum),
pisang siem (Musa sp.) dan konsentrat dengan rata-rata konsumsi pakan 6,5
kg/ekor/hari. Pakan hijauan dan konsentrat diberikan secara utuh, pakan buah
diberikan dalam bentuk terpotong dan diletakkan di tempat yang telah disediakan.
Pemberian vitamin dilakukan sebulan sekali. Pengelola Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta sudah memenuhi jumlah konsumsi dan nutrisi pakan sesuai
dengan kebutuhan tubuh rusa timor. Status gizi berdasarkan bobot tubuh sesuai
dengan jenis kelamin. Pengamatan ciri fisik memperlihatkan kondisi mata dan gigi
rusa timor sehat dengan warna rambut cokelat krem. Konsumsi nutrisi pada seluruh
rusa timor melebihi standar kebutuhan tubuh.

5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah perlunya penelitian lanjutan terhadap
sistem pengelolaan rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta untuk
mengetahui tentang kelayakan untuk tempat tinggal rusa timor tersebut. Kemudian
perlunya studi lebih lanjut terhadap pakan rusa timor terhadap nutrisi yang melebihi
standar kebutuhan rusa timor.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adiati, U., & Brahmantiyo B. (2015). Karakteristik morfologi rusa timor (Rusa
timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner, 596–600.
Afzalani, Muthalib, R. A., & Musnandar, E. (2008). Preferensi pakan, tingkah laku
makan dan kebutuhan nutrien rusa sambar (Cervus unicolor) dalam usaha
penangkaran di Provinsi Jambi. Media Peternakan, 31(2), 114–121.
Alfalasifa, N. & Dewi, S. B.(2019). Konservasi satwa liar secara ex-situ di Taman
Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung. Jurnal Sylva Lestari ISSN, 7(1), 71–
81.
Alkatiri, A. B. (2020). Perilaku makan dan status gizi siamang (Symphalangus
syndactylus Raffles, 1821) di Pusat Penyelamatan Satwa Tegal Alur, Jakarta.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Alikodra. H. S. (2002). Pengelolaan satwa liar. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Amiati, D. A., Masyud, B., & Garsetiasih, R. (2016). Pengaruh pengunjung
terhadap perilaku dan pola konsumsi rusa timor (Rusa timorensis de blainville
1822) di penangkaran Hutan Penelitian Dramaga. Buletin Plasma Nutfah,
21(2), 47. https://doi.org/10.21082/blpn.v21n2.2015.p47-60
Ayub, A. M., Syaputra, M., & Permata, S. D. (2022). Nutrisi pakan dan perilaku
makan rusa timor (Cervus timorensis) di penangkaran rusa wisma Daerah
Kabupaten Sumbawa. Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Kehutanan
Indonesia E, 1(1), 77–85.
Badan Penanaman Modal Perijinan Terpadu. (2011). Kandungan nutrisi berbagai
jenis rumput gajah (Pennisetum purpureum). Balai Pengujian Mutu Pakan
Ternak. Bekasi.
Basbeth AH, Dilaga WS, Purnomoadi A. (2015). Hubungan antara ukuran-ukuran
tubuh terhadap bobot badan kambing jawarandu jantan umur muda di
Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Animal Agriculture Journal, 4(1): 35-40
Bismark, R. M., Mukhtar. A. S., Takandjandji, M., Garsetiasih, R., Setio, P. &
Sawitri, R. (2011). Sintesis hasil-hasil litbang: pengembanga penangkara rusa
timor. Badan Penelitian da Pengembanga Kehutaan. Jakarta.

Bukhori, I., Aka, R., & Saili, T. (2017). Pola pertumbuhan kambing kacang jantan
di Kabupaten Konawe Selatan. JITRO, 4(3): 34 - 41.
Bunga, R., Kawatu, M. M. H., Wungow, R. S. H., & Rompas, J. J. I. (2018).
Perilaku harian rusa timor (Cervus timorensis) di Taman Marga Satwa
Tandurusa Aertembaga, Bitung-Sulawesi Utara. Zootec, 38(2), 345.
https://doi.org/10.35792/zot.38.2.2018.20111
De Garine-Wichatitsky, M., Soubeyran, Y., Maillard, D., & Duncan, P. (2005). The
diets of introduced rusa deer (Cervus timorensis russa) in a native sclerophyll

35
forest and a native rainforest of new caledonia. New Zealand Journal of
Zoology, 32(2), 117–126. https://doi.org/10.1080/03014223.2005.9518403
Dewi, B. S., & Wulandari Endang. (2019). Studi perilaku harian rusa sambar
(Cervus unicolor) di Taman Wisata Alam Bumi Kedaton. Agustus Sain MIPA,
17(2), 75–82.
Dwiyani, N. P., Setiati, N., & Widiyaningrum, P. (2014). Ektoparasit pada ordo
artiodactyla di Taman Margasatwa Semarang. Unnes Journal of Life Science
3, 3(2), 124–129.
Fitriyanty, H., Masyud, B. & Kartono, A. P. (2014). Respon rusa timor terhadap
pemberian pakan alternatif di penangkaran. Media Konservasi. 19(2), 105–
112.
Garsetiasih, R., & Takandjandji, M. (2007). Model penangkaran rusa. Prosiding
Ekspose Hasil-Hasil Penelitian: Konservasi Dan Rehabilitasi Sumberdaya
Hutan.
Gusmalinda, R., Dewi, S. B., & Masruri, W. (2018). Perilaku sosial rusa sambar
(Cervus unicolor) dan rusa totol (Axis axis) di kandang penangkaran PT.
Gunung Madu Plantation Lampung Tengah. Jurnal Sylva Lestari, 6(1), 74–84.
Hemassandia, D., Ar Rasyid, U. H., & Syafruddin, S. (2021). Palatabilitas pakan
rusa sambar (Cervus unicolor) di Taman Rusa Sibreh, Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 6(4), 757–765.
https://doi.org/10.17969/jimfp.v6i4.18184
Hombing, J. B., Dewi, B. S., Tantalo, S., & Harianto, S. P. (2018). Studi kandungan
gizi pada pakan drop in rusa di PT. Gunung Madu. Jurnal Sylva Lestari, 6(1),
32–38. https://sylvalestari.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/view/133
Indriyani, S., Sari, B. D & Niskan, W. M. (2017). Analisis preferensi pakan drop in
rusa sambar (Cervus unicolor) dan rusa totol (Axis axis) di penangkaran PT.
Gunung Madu Plantations Lampung Tengah. Jurnal Sylva Lestari ISSN, 5(3),
22–29.
Ismail, D. (2011). Tingkah laku makan rusa jawa (Cervus timorensis) yang
dipelihara pada lokasi penangkaran yang berbeda. Bumi Lestari, 11(1), 147
158.
jannah, Raudatul. (2012). Gangguan kesehatan mata. Jakarta: Guepedia.
Kayat., Saragih, G. S., & Oki, H. (2015). Savana sebagai habitat rusa timor (Rusa
timorensis, de blainville 1822) di Nusa Tenggara Timur. Prodising Seminar
Nasional Biodiversitas Savana Nusa Tenggara. 93.
Kwatrina, R. T., Takandjandji, M., & Bismark, M. (2016). Ketersediaan tumbuhan
pakan dan daya dukung habitat Rusa timorensis de blainville, 1822 di
Kawasan Hutan Penelitian Dramaga. Buletin Plasma Nutfah, 17(2), 129.
https://doi.org/10.21082/blpn.v17n2.2011.p129-137
Lee, E., T.Y. Choi, D. Woo, M.S. Min, S. Sugita and H. Lee. (2013). Species
identification key of Korean mammal hair. Journal of Veterinary Medical

36
Science. 76(5): 667- 675.
Lelono, A. (2004). Ekologi perilaku makan rusa (Cervus timorensis lyd.) dalam
penangkaran di Ranca Upas Ciwidey. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut
Teknologi Bandung. Bandung
Maha, I. T., Manafe, R. Y., Amalo, F. A., & Selan, Y. N. (2021). Karakteristik
morfologi rusa timor (Rusa timorensis) dengan pemeliharaan ex situ di Kota
Kupang. Acta Veterinaria Indonesiana , 9(1), 1–13.
http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones
Mahardika, Y. (2008). Pemilihan pakan dan aktivitas makan owa jawa (hylobates
moloch) pada siang hari di Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa, Gadog
– Ciawi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Malewa, A. (2009). Penaksiran bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang
domba donggala. J Agroland, 16, 91-97.
Masy’ud, B., Wijaya, R., & Santoso, I. B. (2007). Distribusi, populasi dan perilaku
harian rusa timor (Cervus timorensis, de blainville 1822) di Taman Nasional
Bali Barat. Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan
Lingkungan, 12, 108–113.
Moileti, A. A., Seran, W., & Kaho, N. P. L. B. R. (2018). Perilaku harian rusa timor
(Rusa timorensis) di Taman Wisata Alam Pulau Menipo, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Jurnal Sains Peternakan Indonesia, 1(2), 7–15.
https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/warnalestari/article/view/2576/1844.
Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabany, A. (2014). Efisiensi produksi susu dan
kecernaan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada sapi perah Fh dengan
pemberian ukuran potongan yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan, 2(1), 243-250
Novriani, D. (2016). Perbandingan karakteristik morfologi kambing saburai jantan
pada dua wilayah sumber bibit di Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Lampung.
Novriyanti. (2011). Kajian manajemen penangkaran, tingkat konsumsi,
palatabilitas pakan, dan aktivitas harian trenggiling (Manis javanca) di
Penangkaran Ud Multi Jaya Abadi, Sumatera Utara. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.
Nurhayati, I., Partaya, & Priyono, B. (2020). Kesesuaian habitat rusa timor di PT.
Taman Satwa Semarang. Life Science, 9(1), 52–61.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/LifeSci
Nurinsi, Z. K., Ginoga, L.N., & Gunawan, H. (2019). Perilaku harian dan preferensi
pakan rusa timor (Rusa timorensis) di Taman Rusa Bumi Patra, Indramayu.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pairah, Santosa, Y., Prasetyo, L. B., & Mustari, A. H. (2014). The time budget of
javan deer (Rusa timorensis, blainville 1822) in Panaitan Island, Ujung Kulon
National Park, Banten, Indonesia. HAYATI Journal of Biosciences, 21(3),

37
121–126. https://doi.org/10.4308/hjb.21.3.121.
Phadmacanty, N. L. P. R. (2020). Karakter morfologi rambut kelompok cervidae
Indonesia. Jurnal Sain Veteriner, 38(2), 159.
https://doi.org/10.22146/jsv.47456.
Pramono, U. K. (2019.) “Buku Informasi: Memeriksa Fisik Hewan.” : 1–49.
Pujianto, T. K. (2011). Analisis efektifitas retribusi Taman Margasatwa Ragunan.
Skripsi. Universitas Indonesia, Depok.
Putri, I. A. S. L. P., Broto, B. W., & Ansari, Fajri. (2019). Keragaman vegetasi
habitat rusa timor (Rusa timorensis de Blainville, 1822) di Taman Nasional
Bantimurung Bulusarung. Prosiding Seminar Nasional Jurusan Pendidikan
Biologi. Universitas Negeri Yogyakarta
Radiansyah, D. (2010). Gigi hewan dari situs gua pawon (Jawa Barat): identifikasi
hewan, habitat, dan pemanfaatan. (Skripsi). Universitas Indonesia. Depok.
Riyadi, A., Yoza, D., & Somadono, S. (2021). Potensi Dan produksi pakan rusa
timor (Cervus timorensis) Di Kampus Universitas Riau. Jurnal Ilmu-ilmu
Kehutanan. 5: 8-15
Rumakar, S., Puttileihalat, M. M. ., & Tuhumury, A. (2019). Populasi dan habitat
rusa timor (Cervus timorensis). Makila, 13(1), 40–56.
https://doi.org/10.30598/makila.v13i1.2320
Samsudewa, D., Capitan, S. S., Sevilla, C. C., Vega, R. S. A., & Ocampo, P. P.
(2017). Body measurements and testosteron level of male timor deer (Rusa
timorensis) at various hierarchies. Journal of the Indonesian Tropical Animal
Agriculture, 42(4), 227–232. https://doi.org/10.14710/jitaa.42.4.227-232
Santosa, Y., Kwatrina, R. T., & Kartono, A. P. (2012). Penentuan sistem
penangkaran rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) berdasarkan
jatah pemanenan dan ukuran populasi awal. Media Konservasi, 17(2), 55-64.
DOI: http://dx.doi.org/10.29243/med kon.17.2.%25p
Semiadi, G., & Nugraha, R. (2004). Panduan pemeliharaan rusa tropis. Puslit
Biologi. LIPI.
Shipley, L. (1999). Grazers and browsers: how digestive morphology affects diet
selection. Grazing Behavior of Livestock and Wildlife, 20–27.
http://www.cnr.uidaho.edu/range456/readings/shipley.pdf
Sipul, A. U. J. (2017). Studi keragaman warna dan morfometrik kuda sandelwood
di Kabupaten Sumba Tengah. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Sita, V. & Ainurohim. (2013). Tingkah laku makan rusa sambar (Cervus unicolor)
dalam konservasi ex-situ di Kebun Binatang Surabaya. Jurnal Sains dan Seni
Pomits, 2(1).
Sirait, Juniar. (2017). Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. mott) sebagai
hijauan pakan untuk ruminansia. WARTAZOA, 27(4), 167-176.

38
Sofyan, Ichvan., & Setiawan, Agus. (2018). Studi perilaku harian rusa timor
(Cervus timorensis) di penangkaran rusa Tahura Wan Abdul Rachman. Jurnal
Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati, 5(1), 67-76
Stefoff R. (2008). Deer. New York. Marshall Cavendish Benchmark.
Subhandiawan H, Komar SB, Suwarno N. (2016). Persamaan laju pertumbuhan
domba lokal jantan dan betina umur 1-12 bulan yang ditinjau dari panjang
badan dan tinggi pundak (kasus peternakan domba di Kampung Nenggeng,
Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat).
Students e-Journals 5(4):1-13
Sudibyo M, Santosa Y, Masy’ud B, Toharmat T. (2012). Ekologi Habitat Rusa
Timor (Rusa Timorensis) di Kawasan Konservasi Pulau Peucang (Tipologi
Rusa Timorensis dan Produk Ranggah Muda). Laporan Penelitian. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. Medan.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian kombinasi (mix methods). Bandung:Alfabeta
Suparta, E. R., Syaputra, M., & Sari, D. P. (2022). Feed palatability of timor deer
(Rusa timorensis) in capture Goa Jereweh District, West Sumbawa Regency.
Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Kehutanan Indonesia, 1(1), 86–93.
https://journal.unram.ac.id/index.php/iwors/article/view/1098/509
Suryadi U. (2012). Pengaruh jumlah anak sekelahiran dan jenis kelamin terhadap
kinerja anak domba sampai sapih. Majalah Ilmiah Peternakan, 9(1):1-9
Sutiawan, Riki., Tohir, R. K., Pramudita, F. W., Rahmawati, Ismi., Ahyani, U. D.,
Adyasmita, G. K., & Oktaviani, Malika. (2015). Manajemen pakan dan
kesehatan rusa timor (Cervus timorensis, de blainville 1822) di habitat eksitu
(studi kasus litbang kehutanan, penangkaran Ranca Upas dan Taman Satwa
Cikembulan). Laporan Praktikum Manajemen Pakan dan Kesehatan Satwa
Liar. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syawal S, BP Purwanto, IG Permana. (2013). Studi hubungan respon ukuran tubuh
dan pemberian pakan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara. JITP 2
(3):175-188.
Takandjandji, M., & Setio, P. (2013). Nilai finansial penangkaran rusa timor di
Hutan Penelitian Dramaga, Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. 11(1); 53-76.
Urribarrí, L., Ferrer, A., & Colina, A. (2005). Leaf protein from ammonia-treated
dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum cv. Mott). Applied
Biochemistry and Biotechnology, 122(1–3), 0721–0730.
doi:10.1385/ABAB:122:1-3:0721
Utomo, M. M. B., & Hasan, R. Al. (2014). Kajian partisipasi masyarakat dan peran
pemerintah dalam kegiatan penangkaran dan kosnervasi eksitu rusa timor di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan,
165–173.
Wati, W. S., Mashudi., & Irsyammawati, A. (2018). Kualitas silase rumput odot

39
(Pennisetum purpureum cv. mott) dengan penambahan Lactobacillus
plantarum dan molasses pada waktu inkubasi yang berbeda. Jurnal Nutrisi
Ternak Tropis, 1(1), 45-53.
Wahyono T, Kusumaningrum, Widiawati, Suharyono. (2013). Penampilan
produksi kambing kacang jantan yang diberi pakan siap saji (pss) berbasis
silase tanaman jagung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. p363-367
Wirdateti, M. M., & Kundarmasno, A. (2005). Pengamatan tingkah laku rusa timor
(Cervus timorensis) di PT. Kuala Tembaga, Desa Aertembaga, Bitung-
Sulawesi Utara. In Jurnal Penelitian Animal Production, 7(2), 112–121.
Withaningsih, S., Parikesit, P., & Fazriani, Y. N. (2020). Pola perilaku harian rusa
(Cervus timorensis, blainville, 1822) di penangkaran rusa Cagar Alam
Pananjung Pangandaran. BIOTIKA , 18(1), 12.
Xavier, S., Harianto, S. P., Dewi, B. S., & Semiadi, I. M. (2018). Studi kelayakan
penangkaran rusa jawa (Rusa timorensis de blainville, 1822) di Tahura Wan
Abdul Rachman, Lampung. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
15(2); 111-124.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kandang rusa timor di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

41
Lampiran 2. Konsumsi pakan rusa timor di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta

Pengamatan hari Berat yang Berat sisa Berat yang di


ke diberikan (Kg) (Kg) konsumsi (Kg)
1 192,6 14,3 178,3
2 207,4 16,1 191,3
3 198,3 11,9 186,4
4 192,7 10,4 182,3
5 202,3 15,3 187
6 209,8 17,2 192,6
7 199,3 11,7 187,6
8 195,2 14,1 181,1
9 203,3 9,6 193,7
10 206,5 12,7 193,8
11 201,9 16,2 185,7
12 196,6 13,6 183
13 192,3 11,8 180,5
14 202,8 14,2 188,6
15 209,1 13,6 195,5
16 198,2 16,1 182,1
17 192,6 13,8 178,8
18 197,1 9,8 187,3
19 207,8 10,6 197,2
20 213,2 12,9 200,3
21 195,4 15,3 180,1
22 209,6 16,8 192,8
23 211,3 14,3 197,0
24 199,7 18,5 181,2
25 206,1 16,9 189,2
26 207,8 14,7 193,1
27 197,5 18,6 178,9
28 196,9 18,4 178,5
Jumlah 5643,3 399,4 5243,9
Rata-rata 201,5 14,3 187,3
Standar deviasi 6,4 2,6 6,6

42
Lampiran 3. Konsumsi pakan rumput odot di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta

Pengamatan hari Berat yang Berat sisa Berat yang di


ke diberikan (Kg) (Kg) konsumsi (Kg)
1 105,8 6,4 99,4
2 108,7 7,3 101,4
3 105,1 6,4 98,7
4 103,3 4,7 98,6
5 111,2 6,6 104,6
6 110,1 8,7 101,4
7 100,9 5,5 95,4
8 102,9 6,5 96,4
9 115,1 3,8 111,3
10 103,7 5,4 98,3
11 112,3 7,4 104,9
12 110,4 6,7 103,7
13 91,6 4,9 86,7
14 108,4 6,3 102,1
15 122,3 6,1 116,2
16 104,7 7,5 97,2
17 102 5,6 96,4
18 99,5 5,6 93,9
19 105,3 5,8 99,5
20 109,3 6,5 102,8
21 100,7 6,4 94,3
22 113,4 7,2 106,2
23 121,7 5,9 115,8
24 105,4 9,7 95,7
25 117,7 7,4 110,3
26 112,4 6,6 105,8
27 108,8 7,4 101,4
28 105,2 8,3 96,9
Jumlah 3017,9 182,6 2835,3
Rata-rata 107,78 6,521428571 101,2607

43
Lampiran 4. Konsumsi pakan rumput gajah di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta

Pengamatan hari Berat yang Berat sisa Berat yang di


ke diberikan (Kg) (Kg) konsumsi (Kg)
1 51,8 7,9 43,9
2 63,7 8,8 54,9
3 58,2 5,5 52,7
4 54,4 5,7 48,7
5 56,1 8,7 47,4
6 64,7 8,5 56,2
7 63,4 6,2 57,2
8 57,3 7,6 49,7
9 53,2 5,8 47,4
10 67,8 7,3 60,5
11 54,6 8,8 45,8
12 51,2 6,9 44,3
13 65,7 6,9 58,8
14 59,4 7,9 51,5
15 51,8 7,5 44,3
16 58,5 8,6 49,9
17 55,6 8,2 47,4
18 62,6 4,2 58,4
19 67,5 4,8 62,7
20 68,9 6,4 62,5
21 59,7 8,9 50,8
22 61,2 9,6 51,6
23 54,6 8,4 46,2
24 59,3 8,8 50,5
25 53,4 9,5 43,9
26 60,4 8,1 52,3
27 53,7 11,2 42,5
28 56,7 10,1 46,6
Jumlah 1645,4 216,8 1428,6
Rata-rata 58,76 7,742857143 51,02143

44
Lampiran 5. Konsumsi pakan pisang siem di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta

Pengamatan hari Berat yang Berat sisa Berat yang di


ke diberikan (Kg) (Kg) konsumsi (Kg)
1 15 0 15
2 15 0 15
3 15 0 15
4 15 0 15
5 15 0 15
6 15 0 15
7 15 0 15
8 15 0 15
9 15 0 15
10 15 0 15
11 15 0 15
12 15 0 15
13 15 0 15
14 15 0 15
15 15 0 15
16 15 0 15
17 15 0 15
18 15 0 15
19 15 0 15
20 15 0 15
21 15 0 15
22 15 0 15
23 15 0 15
24 15 0 15
25 15 0 15
26 15 0 15
27 15 0 15
28 15 0 15
Jumlah 420 0 15
Rata-rata 15 0 15

45
Lampiran 6. Konsumsi pakan konsentrat di Taman Margsatwa Ragunan Jakarta

Pengamatan hari Berat yang Berat sisa Berat yang di


ke diberikan (Kg) (Kg) konsumsi (Kg)
1 20 0 20
2 20 0 20
3 20 0 20
4 20 0 20
5 20 0 20
6 20 0 20
7 20 0 20
8 20 0 20
9 20 0 20
10 20 0 20
11 20 0 20
12 20 0 20
13 20 0 20
14 20 0 20
15 20 0 20
16 20 0 20
17 20 0 20
18 20 0 20
19 20 0 20
20 20 0 20
21 20 0 20
22 20 0 20
23 20 0 20
24 20 0 20
25 20 0 20
26 20 0 20
27 20 0 20
28 20 0 20
Jumlah 560 0 560
Rata-rata 20 0 20

46

Anda mungkin juga menyukai