Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu

negara. Melalui pendidikan yang berkualitas, diharapkan masyarakat dapat


mengembangkan potensi diri, memperoleh pengetahuan dan keterampilan,
serta menjadi warga negara yang produktif. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan
pengembangan kurikulum yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan
zaman. Salah satu kurikulum yang diperkenalkan adalah Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka adalah sebuah inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian, kreativitas, dan keberanian siswa dalam belajar.
Kurikulum ini mendorong siswa untuk mengembangkan potensi diri mereka
secara holistik, termasuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam
implementasinya, Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dengan guru sebagai fasilitator dan pendamping dalam
proses belajar mengajar.
Namun, ketika Kurikulum Merdeka diimplementasikan di daerah kepulauan,
terdapat sejumlah problematika yang dihadapi oleh guru-guru di sekolah
dasar. Berikut adalah beberapa latar belakang mengenai problematika
tersebut:
1. Keterbatasan Sumber Daya:
Daerah kepulauan seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya,
termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Sekolah dasar di pulau-
pulau terpencil seringkali kurang dilengkapi dengan fasilitas yang
memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, atau akses internet.
Keterbatasan ini membuat guru kesulitan dalam mengimplementasikan
metode pembelajaran yang interaktif dan inovatif yang dianjurkan oleh
Kurikulum Merdeka.
2. Keterbatasan Akses Informasi:
Daerah kepulauan seringkali mengalami keterbatasan akses terhadap
informasi dan perkembangan terkini di bidang pendidikan. Pelatihan
dan bimbingan terkait Kurikulum Merdeka mungkin tidak mudah
diakses oleh guru-guru di pulau-pulau terpencil. Kurangnya akses ini
dapat menghambat pemahaman dan penerapan kurikulum baru oleh
guru.
3. Kondisi Geografis yang Tantang:
Daerah kepulauan umumnya memiliki kondisi geografis yang berbeda
dari daerah daratan. Transportasi yang sulit dan mahal, serta cuaca yang
tidak menentu, dapat menjadi hambatan utama dalam pemenuhan
kebutuhan pendidikan di pulau-pulau terpencil. Hal ini dapat
mempengaruhi ketersediaan guru yang berkualitas dan berpengalaman
di daerah kepulauan.
4. Kurangnya Dukungan dan Pemahaman:
Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan dukungan dan
pemahaman yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah
daerah, kepala sekolah, dan orang tua. Namun, kurangnya pemahaman
dan kesadaran tentang tujuan dan manfaat Kurikulum Merdeka dapat
menghambat dukungan yang diperlukan. Selain itu, kurangnya
pelatihan dan bimbingan bagi guru-guru sekolah dasar di daerah
kepulauan juga dapat menghambat penerapan kurikulum ini.
Dalam menghadapi problematika ini, diperlukan upaya kolaboratif yang
melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat setempat.
Pelatihan yang terfokus pada kebutuhan guru di daerah kepulauan,
peningkatan akses terhadap informasi dan teknologi, serta peningkatan
investasi dalam sarana dan prasarana pendidikan di daerah kepulauan, dapat
menjadi langkah-langkah penting dalam mengatasi problematika yang
dihadapi oleh guru-guru sekolah dasar dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka di daerah kepulauan.

Anda mungkin juga menyukai