Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS TRIANGULASI

METODE ANALISA PERENCANAAN II

Dosen Pengampu:
Widiyanto Hari Subagyo Widodo ST.,MSc.
Mohammad Reza, ST., MURP
Dr. Ir. Maria C. Endarwati, ST., MIUEM

Disusun Oleh:
Tiburcio G.F. da Silva 1924001
Osami Lelunni 2124001
Tika Yuniarti Wiridina 2124028
Erlangga Malik Mahesa 2124036
Sinta Setyawati 2124048
Baiq Erna Fitria Mandalike 2124052
Fransisko Edwin Sanjaya Gelung 2124056

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan “Modul Analisis Triangulasi”
tepat pada waktunya. Modul ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
Metode Analisa Perencanaan II yang berlangsung selama satu semester pada semester
genap tahun akademik 2022/2023. Modul ini berisi tentang praktek atau teknik analisis
triangulasi dalam perencanaan wilayah dan kota.
Modul ini ditujukan untuk menambah wawasan dalam mata kuliah Metode
Analisa Perencanaan II, dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca modul
ini. Dalam proses penyususunan “Modul Analisa Perencanaan II” ini tak luput dari
banyaknya bantuan yang kami terima, oleh karenanya kami haturkan terimakasih
kepada Bapak Widiyanto Hari Subagyo Widodo S.T., M.SC, Bapak Mohammad Reza,
ST., MURP, dan Ibu Dr. Ir. Maria C. Endarwati, ST., MIUEM selaku dosen pengampu
mata kuliah Metode Analisa Perencanaan II. Dan teman-teman kelompok 2 yang sudah
Bersama-sama Menyusun modul ini.
Dalam penyusunan modul ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan modul ini, untuk kemajuan studi
kami berikutnya, dan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan. Kami harap
modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca juga kami selaku penyusun.

Malang, 03 April 2023

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Triangulasi merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang benar-benar absah
dengan menggunakan pendekatan metode ganda. Triangulasi adalah cara untuk
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri sebagai keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang


dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya
adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh
kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret
fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan
diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek
kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang
yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data.

Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri


merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat
tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan
penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman
seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena
yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari
bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti mengurangi semaksimal mungkin bias
yang terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis
meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara ekstrim
menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.

Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei


dari tanah daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan
beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi
bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara
saja. Pada masa 1950’an hingga 1960’an, metode tringulasi tersebut mulai dipakai
dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan
memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara membandingkannya dengan
berbagai pendekatan yang berbeda. Karena menggunakan terminologi dan cara yang
mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan
validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di antara para ahli
penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode penelitian
kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-
aspek yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan data yang berbedabeda pula.
Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode
triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu
mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya modul ini adalah untuk mengetahui Analisa Triangulasi
dalam studi kasus

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diambil dalam hal ini yaitu menunjukkan proses dan
langkah langkah menganalisis studi kasus menggunakan Analisis Triangulasi

1.4 Sasaran
Sasaran dari laporan ini untuk mengidentifikasikan proses dan langkah langkah
studi kasus yang menggunakan analisis triangulasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Triangulasi
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah
bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh
kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena
tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat
kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data
atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda
dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan
dan analisis data.

Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri merupakan


instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada
kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan
sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam
melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti.
Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari bias atau
subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti mengurangi semaksimal mungkin bias yang
terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis
meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara ekstrim
menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.

Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei


dari tanah daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan
beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi
bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara
saja. Pada masa 1950 an hingga 1960 an, metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam
penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan
memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara membandingkannya
dengan berbagai pendekatan yang berbeda.

Dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dalam suatu penelitian


telah menghasilkan adanya dua paradigma berbeda yaitu ontologi dan epistemologis
(Hunt, 1991). Paradigma dirancang menuju pemahaman tentang suatu subyek tertentu
yang menarik dan keduanya memiliki kekuatan dan kelemahan. Jadi ketika
digabungkan bersama-sama, ada yang bagus kemungkinan menetralisir kekurangan
dari satu metode dan memperkuat manfaat yang lain untuk hasil penelitian yang lebih
baik, (Hinds, 1989), hlm. 442). Menggabungkan dua paradigma dalam studi yang sama
yaitu metode kuantitatif dan kualitatif dalam Triangulasi, dapat dilakukan dengan cara:

a. Pertama, metode kualitatif digunakan sebagai pertanyaan awal dalam penelitian


kuantitatif; dimana, metode kualitatif dianggap sebagai metode pelengkap.
b. Kedua, metode kuantitatif mendahului penyelidikan sebagai awal dalam
penelitian kualitatif dalam arti bahwa metode kuantitatif dianggap sebagai
metode tambahan (Morse, 1991).

2.2 Tujuan Triangulasi


Konsep Triangulasi dikembangkan oleh Denzin (1978). Triangulasi banyak
digunakan melalui upaya menggabungkan atau campuran metode yang berbeda dalam
studi penelitian. Dalam Action Research, pendekatan triangulasi sangat berarti. Jika
kita menarik makna dari paradigma Action Research tersirat hubungan yang signifikan
dengan tuntutan penggunaan Triangulasi, ternyata penggunaan Triangulasi
memberikan kelonggaran/fleksibilitas untuk memperkuat pemakaiannya di lapangan.
Tujuan penggunaan triangulasi dalam penelitian adalah:

a. Penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam triangulasi adalah untuk


mempelajari fenomena yang sama (Jick, 1979) dan untuk tujuan meningkatkan
kredibilitas penelitian. Hal ini menyebabkan beberapa penulis merujuk
paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif termasuk yang dikombinasikan
dalam studi/fnomena yang sama sehingga menunjukkan adanya hubungan
paradigmatik, (Denzin, 1978).
b. Mengkonfirmasi apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur suatu
konsep telah tepat.
c. Untuk keperluan kelengkapan. Peneliti menggunakan Triangulasi untuk
meningkatkan kedalaman dan pemahamannya tentang fenomena yang sedang
diselidiki dengan menggabungkan beberapa metode dan teori, karena fenomena
yang diselidiki memiliki sedikit dasar teori, (Fielding & Fielding, 1986, dalam
(Shih, 1998). Selain itu penggunaan Triangulasi untuk kelengkapan,
memperbesar dan memperdalam pemahaman tentang pertanyaan penelitian,
(Coyle & Williams 2000, MacTavish & Schleien 2000, Creswell, 2003).
d. Untuk meningkatkan akurasi penelitian, dalam hal ini triangulasi merupakan
salah satu validitas.
e. Untuk tujuan meningkatkan kredibilitas penelitian.
f. Metode triangulasi telah digunakan untuk tujuan mencapai validitas konvergen
dan menguji tingkat validitas eksternal, (Denzin, 1978).
g. Selain itu metode triangulasi melibatkan pemeriksaan silang untuk konsistensi
internal (Denzin, 1978).

Konsep Triangulasi didasarkan pada asumsi penggunaan beberapa sumber: data,


metode dan peneliti yang dapat menetralkan bias penelitian yang melekat dalam satu
sumber data tertentu, penyidik atau metode (Jick 1979). Metode yang berbeda memiliki
kelemahan dan kekuatan yang berbeda. Oleh karena itu efek Triangulasi yang utama
adalah dapat menawarkan untuk mengatasi kelemahan dari metode tunggal. Dengan
demikian, jika kita menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk penyelidikan
fenomena yang menarik dan hasilnya memberikan konfirmasi yang saling melengkapi,
sehingga diperoleh hasil yang valid.

Penggunaan Triangulasi dalam Action Research, memberi arahan penggunaan


pendekatan kuantitatif dan kualitatif, sebagai cara yang berbeda untuk mempelajari
fenomena yang sama dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
sama (Bryman 1988). Penggunaan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif untuk
keperluan Triangulasi, merupakan perspektif yang sangat menjanjikan. Terkait dengan
metode kuantitatif dan kualitatif, Bryman (1992) mengangkat tiga pertanyaan sebagai
suatu kekhawatiran, yaitu:

1) Pertama, penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki keasyikan yang


berbeda, namun dituntut untuk memeriksa hal yang sama/tampaknya
serupa.
2) Kedua, jika temuan kuantitatif dan kualitatif tidak mengkonfirmasi satu
sama lain bagaimana seharusnya peneliti merespon.
3) Ketiga, jika ada konflik terhadap hasil, apakah data masih berarti.

Dalam kerangka yang lebih luas pemanfaatan yang terintegrasi dari pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dalam Triangulasi menawarkan kemungkinan yang saling
melengkapi. Dalam kasus triangulasi hasil, metode yang berbeda seharusnya
digunakan validasi satu sama lain, dengan metode yang berbeda dan harus sangat
independen selama penelitian. Brewer dan Hunter (1989) memberikan kerangkan
triangulasi dengan beberapa kemungkinan beberapa jenis Triangulasi untuk saling
berintegrasi. Beliau mengklasifikasikan penelitian ke dalam tiga kategori:

a) Monometode studi
Sebuah studi monometode hanya menggunakan satu jenis metode, kuantitatif
atau kualitatif. Secara umum, dalam studi kuantitatif, data dalam bentuk
numerik dan informasi ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data
kuantitatif. Dalam sebuah studi kualitatif, informasi, yang terutama dalam
bentuk tekstual, dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif,
(Creswell dan Plano Clark, 2007).
b) Metode penelitian komposit
Suatu metode yang menggabungkan beberapa elemen dari gaya monomethod
dasar. Metode komposit terdiri beberapa metode dasar. Kegagalan dari metode
ini akhirnya memberi kesempatan bagi Triangulasi melakukan pengukuran dan
pengujian hipotesis, dan perlindungan terhadap adanya “Bias” dari
monometode, sehingga harus menggunakn strategi multimetode yang
memberikan peluang penyelesaian (Brewer dan Hunter 1989, 81). Greene,
Caracelli dan Graham (1989) mendefinisikan campuran metode desain
penelitian setidaknya satu metode kuantitatif (dirancang untuk mengumpulkan
angka) dan satu metode kualitatif (dirancang untuk mengumpulkan kata-kata).
c) Studi multimetode
Adalah sebuah metode studi yang menggunakan lebih dari satu metode. Selain
itu, diferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa metode desain penelitian.
Multimetode (multi kualitatif atau multimetode kuantitatif) dan metode
penelitian multimetode (integrasi metode kuantitatif dan kualitatif) (Creswell
dan Plano Clark, 2007). Inti dari metode penelitian multimetode adalah
menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam desain metodologi
penelitian. Metode penelitian multimetode adalah suatu metode campuran
peneliti atau menggabungkan teknik penelitian kuantitatif dan kualitatif,
metode, pendekatan, konsep, perspektif, sudut pandang, dan paradigma, ke
dalam penelitian tunggal. Plano Clark (2005) metode penelitian multimetode
adalah penelitian yang menggabungkan kualitatif dan kuantitatif baik
pengumpulan data dan analisis data dalam satau penelitian.

2.3 Jenis Triangulasi


Triangulasi berarti menggunakan beberapa pengukuran untuk menilai
fenomena yang sama. Penggunaan data yang beragam, sudah barang tentu akan
melibatkan penggabungan metode dan teori yang berbeda, serta perspektif peneliti
yang berbeda. Denzin (1978); Kimchi, Polivka, & Stevenson, 1991), Cohen, L.,
Manion, L., & Morrison, K. (2007: 141-143). mengidentifikasi lima jenis Triangulasi,
meliputi Triangulasi penyidik, teori, metode, data, dan analisis. Penjelasan rincinya
adalag sebagai berikut:

2.3.1 Triangulasi Penyidik


Teknik triangulasi penyidik ialah memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepeercayaan data.
Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data. Intinya membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis
dengan analisis lainnya. Maksudnya adalah penggunaan beberapa peneliti yang
berbeda, sebagai cara membawa perspektif yang berbeda. Penggunaan lebih
dari dua peneliti di salah satu tahap penelitian dalam studi yang sama ini,
melibatkan penggunaan beberapa pengamat, pewawancara, atau analis data
dalam penelitian yang sama untuk tujuan konfirmasi (Denzin, 1978;
(Thurmond, 2001). Dalam hal ini jika analisis telah menguraikan pola,
hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka
penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.
Melaporkan hasil penelitian disertai penjelasan sebagaimana yang
dikemukakan tadi jelas akan menimbulkan derajat kepercayaan data yang
diperoleh.

2.3.2 Triangulasi Teori


Yang dimaksud triangulasi teori adalah dimana hasil akhir penelitian
kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling
sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan
temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya
menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Penggunaan beberapa teori dalam studi yang sama untuk tujuan
mendukung atau menyangkal temuan sejak teori yang berbeda, membantu para
peneliti untuk melihat masalah yang dihadapi menggunakan beberapa lensa
(Denzin, 1970). Teori yang bersaing dapat digunakan dalam merumuskan
hipotesis untuk tujuan penyediaan pemahaman yang lebih luas dan lebih terkait
dengan masalah penelitian yang ditangani (Banik, 1993).
2.3.3 Triangulasi Metodologis
Triangulasi metodologis didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari dua
metode dalam mempelajari fenomena yang sama dalam penyelidikan (Mitchell,
1986). Jenis triangulasi dapat terjadi pada tingkat desain penelitian atau
pengumpulan data (Bums & Grove, 1993). Metodologi Triangulasi adalah jenis
triangulasi yang telah banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk
penelitian pendidikan. Penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dikombinasikan
dalam studi atau mempelajari fenomena yang sama, dapat ditelusuri adanya
hubungan paradigmatik. Jenis dan ragam Triangulasi metodologis adalah:
1) Penggunaan beberapa metode untuk mempelajari masalah atau
fenomena tunggal.
2) Dapat juga mencakup penggunaan metode yang sama pada
kesempatan dan situasi yang berbeda.
3) Melibatkan penggunaan dua atau lebih metode penelitian dalam satu
studi di tingkat pengumpulan data atau pada desain penelitian.
4) Metode triangulasi melibatkan penggabungan strategi penelitian
dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Sebagai contoh: data
wawancara stakesholder digunakan untuk memperkuat dan
melengkapi data dari pemeriksaan grafik (kuantitatif) karena konsep
yang disebutkan oleh para stakesholder/pemangku kepentingan
diperiksa selama audit-grafik.
Temuan penelitian memberikan kontribusi yang lebih valid terkait teori
dan pengembangan pengetahuan, meningkatkan keragaman, dan memperkaya
pemahaman seputar tujuan dan sasaran studi (Schneider, et al, 2003;. Macnee
dan McCabe, 2008). Sebuah kombinasi dan aplikasi beberapa metode dianggap
dapat meningkatkan konsistensi dan akurasi data dengan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang fenomena Beberapa metode Triangulasi
digunakan dalam penelitian deskriptif.
2.3.4 Triangulasi data
Penggunaan berbagai sumber data dan set data dalam sebuah penelitian.
Baik data kualitatif dan kuantitatif, yang dikumpulkan dengan metode yang
berbeda atau dengan metode yang sama dari sumber yang berbeda atau pada
waktu yang berbeda. Triangulasi data dapat digambarkan sebagai penggunaan
beberapa sumber data untuk mendapatkan pandangan yang berbeda tentang
situasi dalam studi tunggal (Roberts dan Taylor, 2002). Triangulasi
menggambarkan penggunaan beberapa sumber data dalam penelitian yang
sama untuk tujuan validasi. Menurut (Begley, 1996), Denzin, 1978), ada tiga
jenis data triangulasi, yaitu:
▪ Jenis triangulasi data berdasarkan waktu Adalah perolehan data
berdasarkan variasi waktu data dikumpulkan. Waktu triangulasi
melibatkan peneliti mengumpulkan data pada titik-titik waktu yang
berbeda, seperti waktu hari; pada hari yang berbeda dalam seminggu,
atau bulan yang berbeda dalam tahun ini (Rinaldi, Carpenter, dan
Speziale, 2006).
▪ Jenis triangulasi data berdasarkan orang. Adalah data yang
dikumpulakan didasarkan pada orang yang terlibat dalam proses
pengumpulan data. Sebagai contoh, data yang dikumpulkan dari
berbagai wawancara, kuisioner pre dan post-test dan dengan meninjau
dokumentasi portofolio peserta didik.
▪ Jenis triangulasi data berdasarkan ruang. Adalah data yang diperoleh
berdasarkan pengaturan dari mana data dikumpulkan. Beberapa sumber
data dapat membantu memvalidasi temuan dengan mengeksplorasi
berdasarkan situasi yang berbeda, ketika diselidiki.
BAB III
PROSES ANALISIS
3.1 Studi Kasus 1
Permukiman kumuh saat ini menjadi isu yang sering dibincangkan dalam
penataan ruang permukiman di kota-kota besar. Permukiman kumuh masih menjadi
salah satu permasalahan yang banyak terjadi dan hingga kini juga masih belum dapat
teratasi. Tingginya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menyebabkan peningkatan
kebutuhan akan lahan, sehingga menyebabkan peningkatan permukiman yang dimana
terjadilah fenomena permukiman kumuh. Oleh karena itu analisis ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat validasi data dan akurat data yang menjadi faktor penyebab dari
permukiman kumuh. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif
dengan teknik triangulasi.

3.1.1 Analisis
Jenis analisis trianggulasi yang digunakan yaitu trianggulasi data, pada
triangulasi data peneliti ingin memvalidasi data yang tersedia pada sumber-sumber
data,yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan penatan ruang,dalam penelitian
ini peneliti akan mengkomparasi berbagai sumber data berikut diagram alur proses.

DIAGRAM ALIR

Menentukan kriteria Proses Screening Analisa Interpretasi

• Jurnal
• Buku
• Peraturan
Dalam analisis triangulasi perlu adanya penyususnan kriteria terlebih dahulu,kemudia
dilanjutkan proses screening,sehingga barulah bisa dilakukan analisa,adapun kriteria
yang ditentukan

• Jurnal yang memiliki kriteria membahas permukiman kumuh


• Jurnal yang memiliki karakteristik kondisi eksisting yang sama
• Jurnal Lima Tahun Terakhir (2019-2023)
• Buku Tentang Permukiman Kumuh
• Peraturan yang dipilih merupakan peraturan yang mengatur tentang
permukiman kumuh
Kemudian setelah selesai dilakukan penyusunan kriteria maka proses
selanjutnya yaitu screening, secreening dilakukan untuk mengerucutkan sumber data
yang telah dikumpulkan untuk analisis. Berikut langkah-langkah screening sebagai
berikut.
A. Tahap Screening
Mengumpulkan beberapa sumber data berdasarkan studi kasus yang akan
diteliti, dalam studi kasus ini adalah validasi faktor yang mempengaruhi permukiman
kumuh. Apabila sudah terkumpul sumber data kependudukan yang akan dijadikan
refrensi dan sudah dirasa cukup, maka selanjutnya adalah proses screening.
Pada proses screening ini memperhatikan kriteria yang sudah ditetapkan untuk
sumber data yang akan digunakan. Data kependuduk yang akan di pilih adalah data
dengan kriteria yaitu sumber data berasal dari walidata, ketersediaan data terjamin, data
akurat, dan diatur oleh peraturan yang berlaku kemudian dilakukan review per masing-
masing kriteria, yaitu:
• Sumber data berasa; dari wali data
Wali data merupakan unit pada instansi pusat yang melaksanakan kegiatan
pengumpulan, pemeriksaan, dan pengelolaan data yang disampaikan oleh
produsen data, serta menyebarluaskan data.
Jika dilihat pada gambar diatas, Jika dilihat dari gambar di atas, gambar pertama
merupakan walidata sedangkan gambar kedua bukan dari walidata. Menurut Perpres
39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, data.go.id merupakan walidata referensi
dan data induk yang tersedia di portal resmi Satu Data Indonesia. Sedangkan gambar
kedua tidak termasuk walidata karena katadata.co.id bukan merupakan walidata
instansi pusat atau instansi daerah. Sehingga gambar pertama dapat digunakan dalam
proses analisis tata ruang.
• Ketersediaan Data Terjamin
Ketersediaan data terjamin yaitu aspek yang menjamin bahwa data akan
tersedia saat dibutuhkan, memastikan pengguna yang berhak dapat menggunakan
informasi dan perangkat terkait

Gambar diatas merupakan walidata.


Badan Pusat Statistik memiliki jaminan bahwa data akan tersedia saat dibutuhkan
hingga 5-10 tahun kebelakang.
• Data Akurat

Data yang akurat sangat diperlukan di dalam perencanaan pembangunan, oleh


karena itu data yang diolah harus bisa dipertanggung jawabkan dan valid. Dengan data
statistik maka sebagai pemangku kepentingan di seluruh Indonesia bisa mengambil
keputusan-keputusan yang tepat dengan data-data yang akurat.
Jika dilihat dari gambar di atas, gambar pertama dan kedua merupakan walidata
dan dapat menjamin ketersediaan data. Badan Pusat Statistik adalah lembaga yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden jadi data dapat dipertanggungjawabkan
dan didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari
departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder. Sedangkan
gambar kedua merupakan data berbentuk open data yang artinya data dapat
didistribusikan ulang oleh siapa saja. Karena data berbentuk open data dapat
didistribusikan ulang oleh siapa saja, maka keakuratan terkadang tidak dapat
dipertanggungjawabkan jika sumber data tidak dapat diketahui. Maka dari itu gambar
pertama dapat digunakan sebagai analisis tata ruang selanjutnya.
• Diatur oleh peraturan yang berlaku

Klasifikasi permukiman kumuh di Kabupaten Blitar di atur dalam Peraturan Bupati


Nomor.147 Tahun 2022 tentang rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
perumahan kumuh dan permukiman kumuh kabupaten blitar

B. Proses analisis
Setelah proses screening selesai maka proses analisa dapat dilakukan. Compare
kualitas data dalam satu tabel seperti di bawah ini dengan memasukan hasil screening
referensi sebelumnya dan dibuat kesimpulan.

No data.go.id BPS Opendata


1 Data.go.id merupakan wali Badan Pusat Statistik Merupakan walidata dimana

data referensi dan data induk merupakan Lembaga Dinas Kominfo Kabupaten

pemerintah non kementrian /Kota berperan sebagai


Walidata dalam penyusunan
yang bertanggung jawab
yang tersedia di prtal resmi langsung kepada presiden. Data Sektoral selalu

Satu data Indonesia Yang berdasar hukum pada berkoordinasi dengan Badan

Peraturan Presiden No 86 Pusat Statistik (BPS) dan SKPD


sebagai sumber data
Tahun 2007

2 Satu Data Indonesia Badan Pusat Statistik open data dapat


merupakan kebijakan tata memiliki jaminan bahwa data
didistribusikan ulang
kelola Data pemerintah untuk akan tersedia saat dibutuhkan
oleh siapa saja, maka
meng-hasilkan Data yang hingga 5-10 tahun
akurat, mutakhir, terpadu, dan kebelakang.
keakuratan terkadang
dapat dipertanggung- tidak dapat
jawabkan, serta mudah dipertanggungjawabkan
diakses dan dibagi-pakaikan
jika sumber data tidak
antar Instansi Pusat dan
dapat diketahui.
Instansi Daerah melalui
pemenuhan Standar Data,
Metadata, Interoperabilitas
Data, dan menggunakan Kode
Rcferensi dan Data Induk.

C. Interpretasi
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa data.go.id dan Badan Pusat
Statistik (BPS) merupakan sumber data yang valid dan reliable karena sumber data
berasal dari walidata, ketersediaan data terjamin, data akurat, dan diatur oleh peraturan
yang berlaku. Data.go.id jika merujuk pada Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu
Data Indonesia merupakan portal resmi Satu Data Indonesia sebagai wujud opera-
sionalisasi rilis dan pemanfaatan data terbuka, yang tidak terbatas pada kementerian,
lembaga, atau pemerintah daerah saja, namun juga semua instansi lain yang
menghasilkan data terkait Indonesia. BPS juga merupakan salah satu lembaga yang
diatur oleh UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Perpres No. 86 Tahun 2007
tentang Badan Pusat Statistik. Open data juga merupakan sumber data yang valid dan
reliable karena sumber data dapat berasal dari BPS. Hanya saja kekurangan dari
opendata adalah data dapat didistribusikan ulang oleh siapa saja, maka keakuratan
terkadang tidak dapat dipertanggungjawabkan jika sumber data tidak dapat diketahui.

3.2 Studi Kasus 2


Dalam kehidupan sehari-hari, kita cukup akrab dengan kata sampah. Menurut
KBBI, sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.
Sedangkan menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang
dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola berdasarkan UU Nomor 18 Tahun
2008 terdiri atas sampah rumah tangga (berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga, tidak termasuk tinja, dan sampah spesifik), sampah sejenis sampah rumah
tangga (berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya), dan sampah spesifik (sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran
bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau sampah yang
timbul secara tidak periodik)
Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan
pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada
dasar-dasar yang terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi,
estetika dan pertimbangan lingkungan yang lain dan juga tanggap terhadap perilaku
massa.
Kecamatan karangrejo menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten
Tulungagung yang masih perlu adanya pengelolaan sampah yang lebih laniut.
Dikarenakan setelah melakukan wawancara dan melihat kondisi eksisting di
Kecamatan Karangrejo ditemukan pengelolaan sampah yang kurang baik.
Penelitian ini menggunakan metode triangulasi data sebagai teknik pengukuran
keabsahan data. Menurut Wirawan (2011: p 156), triangulasi adalah suatu pendekatan
riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk
menjaring data/informasi. Dengan mengumpulkan dan membandingkan multipel data
set satu sama lain, triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan
reliabilitas data. Penelitian ini menggunakan triangulasi metode seperti yang dijelaskan
oleh Moleong (2004: 330).
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berbeda. Peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti dapat menggunakan observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Melalui berbagai perspektif diharapkan
diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan
jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan
kebenarannya.
Adapula teknik pengumpulan data yang digunakan dalam analisis ini yaitu
wawancara, observasi , dan dokumentasi.
3.2.1 Wawancara
Menurut Arikunto (2010: 270) wawancara mula-mula menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam dengan mencariketerangan lebih lanjut. Dengan pedoman
pertanyaan yang sudah dibuat diharapkan pertanyaan dan pernyataan responden
lebih terarah dan memudahkan untuk rekapitulasi catatan hasil pengumpulan
data penelitian. Pada wawancara ini, peneliti meminta supaya responden
memberikan informasi terkait pemilihan moda yang digunakan. Tujuan
dilakukan wawancara adalah untuk menggali informasi secara langsung dan
mendalam dari beberapa informan yang terlibat. Wawancara dilakukan secara
tatap muka saat kegiatan Studio Kota 2023 di Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Tulungagung.
Tabel Hasil wawancara penduduk Kecamatan Karangrejo
Nama Pekerjaan Alamat Jenis Pengolahan
sampah

Sukino PNS Sembon Di bakar

Yanto Buruh Jeli Di bakar

Tono Buruh Karangrejo TPS balai desa

Sakinah Ibu Rumah Tanngga Jeli Di bakar

Slamet Swasta Babadan Di timbun

Tukinem Petani Bungur Di bakar

Joko Pedagang Sukowidodo Di timbun

Budiyanto Pedagang Sembon Bank sampah

Sutrisno Petani Sukowiyono Di bakar

Rizal PNS Punjul Di timbun

Sumber : Hasil Wawancara 2023

3.2.2 Observasi
Menurut Sugiyono (2015:227), penelitian dimulai dengan mencatat,
menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang pemilihan moda
yang digunakan mahasiswi itn malang. Penelitian ini menggunakan teknik
observasi nonpartisipan, karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen.
Berdasarkan hasil observasi yang kai lakukan di Kecamatan
Karangrejo, memang tidak ditemukan tempat sampah di tiap rumah , akan tetapi
berupa titik pembakaran di beberapa pekarangan warga. Namun tedapat bank
sampah yang hanya berada di Desa Sembon.
3.2.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan oleh penulis,
yaitu dokumentasi. dokumentasi ini digunakan penulis untuk mengumpulkan
data peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi ini berbentuk rekaman dan
foto.

Gambar Bank Sampah

Gambar Pembakaran Sampah

3.2.4 Interpretasi
Dari hasil analisis dan juga survei lapangan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa data dan informasi yang didapatkan valid dan reliable karena
bersumber dari walidata dan dilakukan pencocokan kedalam kondisi eksisting yang
ada. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab secara lisan untuk memperoleh
informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau direkam
secara audio, visual, atau audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam
kajian pengamatan. Dari wawancara didapatkan informasi yang valid dari narasumber
tentang kondisi yang ada. Kemudian observasi, observasi adalah pengamatan secara
langsung dilapangan, dengan begitu kami mengamati secara langsung kondisi eksisting
yang ada di Kecamatan Karangrejo dan mengetahui kondisi disana. Terakhir
dokumentasi, dokumentasi dilakukan sebagai bukti dari hasil observasi yang telah
dilakukan, tidak hanya itu dokumentasi diperlukan untuk rekam jejak peristiwa atau
kondisi yang ada.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Triangulasi merupakan cara pendekatan yang dilakukan peneliti saat
mengumpulkan dan menganalisis data. Dimana fungsi dari Triangulasi sendiri adalah
untuk memperoleh tingkat kebenaran yang valid dan reliable. Triangulasi digunakan
unutk mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai
sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin keraguan
yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

4.2 Saran
Dalam proses analisa triangulasi perlu melakukan penentuan kriteria dan
screening. Dalam hal ini disarankan untuk menentukan kriteria dengan sebaik
mungkin, dengan menentukan kriteria yang baik maka proses selanjutnya yakni
screening akan lebih mudah. Dan pada proses screening haruslah dilakukan dengan
teliti, supaya sumber yang di pilih untuk analisa dapat menghasilkan kesimpulan yang
validitas nya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai