Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Performa Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Pakan Sumber Energi Pengganti Jagung”
adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
ABSTRACT
MUHAMMAD HISYAM SALAHUDDIN. Performance of Broiler Chicken
which Feeded Ration Containing Energy Source for Corn Substitute. Supervised by
HERI AHMAD SUKRIA and WIDYA HERMANA.
This study aimed to evaluate local feed ingredients such as sorghum, cassava,
and whole sago as an energy source to replace on the performance of broiler
chickens. The variables observed included body weight, body weight gain, feed
consumption, feed conversion ratio and mortality from 7 to 35 days of age. The
experimental design carried out was a completely randomized design (CRD) with
4 treatments, namely commercial ration (P0), complete ration based on sorghum
(P1), complete ration based on cassava (P2), complete ration based on dry grated
sago (P3). Each treatment consisted of 3 replications with a density of 16-17 m-2 in
each repetition with total of 200 chickens. The results showed that the average final
body weight, body weight gain, and feed conversion ratio were very significantly
different (P<0.01) lower than the control treatment, while feed consumption was
not significantly different. The performance of broiler chickens in treatment P1, P2,
and P3 was not significantly different. The diet contain sorghum, cassava, and dry
grated sago as a substitute corn in broiler chicken rations resulted in lower body
weight gain compared with the commercial feed.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
__________________
Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc,Agr.
Pembimbing 2:
__________________
Dr. Ir. Widya Hermana, MSi.
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2021 sampai
bulan Mei 2022 ini ialah “Performa Ayam Broiler yang Diberi Ransum
Mengandung Pakan Sumber Energi Pengganti Jagung”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada para pembimbing, Dr. Ir. Heri Ahmad
Sukria, M.Sc.Agr. sekalu pembimbing utama dan Dr. Ir. Widya Hermana, MSi.
selaku pembimbing anggota yang telah membimbing dan banyak memberi saran.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pembimbing akademik, moderator
seminar Dr. Dilla Maeristia Fassah, S.Pt., M.Sc., serta dosen penguji Prof. Dr. Ir.
Niken Ulupi, MS dan Dr. Ir. Dwi Margi Suci, MS.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah (Saepudin), Ibu (Eva
Sylviasari Handayani), Kakak (Muhammad Faiz Hafizhudien), dan Adik
(Muhammad Ghufran Fakhruddin dan Hasna Saffanah Nurfathonah) serta seluruh
keluarga besar yang lainnya atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada setiap individu di Laboratorium
Industri Pakan Fakultas Peternakan IPB dan Pembantu Kandang, khususnya Mba
Yati, Mang Ijan, Mas Bimo, Mang Ucan, dan Kang Adam yang telah membantu
selama pengumpulan data.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada teman satu penelitian
yaitu Agam, teman-teman satu kontrakan Blok B-3 yaitu Irham, Ghilman, Alka,
Rafid, Diki, Danang, Haris, dan Egar, teman-teman seperjuangan APRO BEMKM
IPB Kabinet Zilenial Alwi, Agung, Yajid, Soge, Agan, Nidy, Anggun, Eca, Kia,
Shafa, Fira, dan Syarah, sahabat satu departemen, Iqbal, Chemi, Endah, Sarah,
Bhernika, Rafi, teman-teman keluarga besar NTP 55, Cindy yang selalu menemani
dan menyemangati, serta pihak-pihak lainnya yang membantu dan melancarkan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, juga pihak yang
membutuhkan dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN x
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
II METODE 3
2.1 Waktu dan Tempat 3
2.2 Alat dan Bahan 3
2.3 Ternak dan Kandang 3
2.4 Prosedur Kerja 3
2.5 Pengukuran Performa Ayam Broiler 6
2.6 Rancangan dan Analisis Data 6
III HASIL DAN PEMBAHASAN 8
3.1 Hasil Analisa Fisik Pakan 8
3.2 Performa Ayam Broiler Periode Starter (7-28 hari) 9
3.3 Performa Ayam Broiler Periode Finisher (29-35 hari) 11
3.4 Performa Ayam Broiler Selama Pemeliharaan (7-35 hari) 12
IV SIMPULAN DAN SARAN 17
4.1 Simpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh pemberian ransum
mengandung tepung sorghum, ubi kayu, dan empulur batang pohon sagu yang
diparut dan dikeringkan (sagu parut kering) sebagai sumber energi pengganti
jagung terhadap performa ayam broiler. Performa ayam broiler yang diamati
meliputi bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan,
dan mortalitas
1.4 Manfaat
Manfaat dan kontribusi yang dapat diberikan pada penelitian ini, yaitu dapat
menambah ilmu pengetahuan dalam bentuk pustaka sebagai sumber
acuan/referensi. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi terkait potensi atau peluang alternatif bahan pakan sumber energi
pengganti jagung.
3
II METODE
Tabel 1 Kandungan energi dan protein kasar bahan pakan pengganti jagung
Bahan Pakan
Kandungan
Jagunga F1b F2b F3b
PK (%) 8,5 9,98 7,11 7,78
EM (Kkal kg-1) 3350 3120 3287 3122
F1 = sorgum + daun kelor, F2 = gaplek + pollard + daun kelor, F3 = sagu parut kering + solid sawit
+ daun kelor, PK = protein kasar, EM = Energi Metabolis. aNRC 1994, bHasil perhitungan dengan
perbandingan yang digunakan.
Tabel 3 Kandungan nutrien ransum perlakuan periode starter dan periode finisher
2.5.5 Mortalitas
Mortalitas menunjukkan persentase kematian ternak yang diperoleh
dengan cara membandingkan antara jumlah ayam yang mati selama
pemeliharaan dengan total jumlah ayam yang dipelihara.
2.6.1 Perlakuan
Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) perlakuan dengan pakan ransum
komersial sebagai kontrol. Perlakuan yang digunakan yaitu:
P0 : Pakan ransum komersial (Charoen Pokphand)
P1 : Pakan ransum komplit berbasis sorgum
P2 : Pakan ransum komplit berbasis gaplek
P3 : Pakan ransum komplit berbasis sagu parut kering
Yij = µ + τi + єij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
7
µ = Rataan umum
i = Pengaruh perlakuan ke-i
€ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i yang terjadi pada ulangan ke-j
Starter Finisher
Peubah Ref
P1 P2 P3 P1 P2 P3
Kadar air 10,40 ± 8,80 ± 11,88 ± 9,73 ± 8,98 ± 12,15 ±
< 14*
(%) 0,61b 0,14a 0,39c 0,22b 0,22a 0,34c
Aktivitas 0,61 ± 0,57 ± 0,64 ± 0,62 ± 0,54 ± 0,66 ±
< 0,7*
air 0,03b 0,01 a 0,01b 0,02b 0,02 a 0,03c
P1 = ransum berbasis sorgum, P2 = ransum berbasis gaplek, P3 = ransum berbasis sagu parut kering,
angka yang diikuti huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata hasil uji
lanjut Duncan (P<0,01). *) Retnani et al. 2010.
baik, sesuai dengan pernyataan Retnani et al. (2010), bahwa nilai aktivitas air pakan
ayam broiler komersial sebesar 0,77. Perubahan nilai aktivitas air pada periode
starter dan finisher tidak menunjukkan perbedaan yang siginifikan. Hal ini dapat
disebabkan oleh pengaruh yang sama oleh suhu dan kelembaban ruangan serta
adanya reaksi oksidasi pada masing masing pakan (Akbar et al. 2017). Nilai
aktivitas air pakan perlakuan <0,7 dan dapat dikatakan cukup baik, karena rentang
aktivitas air bagi jamur untuk dapat tumbuh secara maksimal ialah antara 0,8-0,9.
Perlakuan
Peubah
P0 P1 P2 P3
134,82 ± 134,19 ± 134,79 ± 133,05 ±
BB awal (g ekor-1)
3,42 5,40 1,91 0,22
990,48 ± 793,98 ± 781,70 ± 819,18 ±
BB akhir (g ekor-1)
45,91b 37,14a 59,82a 24,12a
855,66 ± 659,79 ± 646,91 ± 686,13 ±
PBB (g ekor-1)
49,32b 39,11a 61,67a 24,33a
1383,66 ± 1352,75 ± 1398,98 ± 1345,91 ±
Konsumsi pakan (g ekor-1)
42,67 44,68 5,14 32,34
1,62 ± 2,05 ± 2,18 ± 1,96 ±
Konversi pakan
0,04a 0,11b 0,21b 0,05b
Mortalitas (%) 4 2 2 6
BB = bobot badan, PBB = pertambahan bobot badan, P0 = ransum komersial (kontrol), P1 = ransum
berbasis sorgum, P2 = ransum berbasis gaplek, P3 = ransum berbasis sagu parut kering, angka yang
diikuti huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata hasil uji lanjut
Duncan (P<0,01).
teknologi steam pelleting dan quality control yang lebih baik dibandingkan dengan
tahapan proses pembuatan pakan perlakuan (Cramer et al. 2003).
Nilai pertambahan bobot badan yang didapatkan pada penelitian yaitu
berkisar antara 646,91-855,66 g ekor-1. Rendahnya nilai pertambahan bobot badan
ini disebabkan oleh rendahnya konsumsi pakan. Menurut Koni et al. (2013), bobot
badan akhir dan pertambahan bobot badan juga dipengaruhi dari konsumsi pakan.
Semakin tinggi nilai konsumsi pakan, maka kemungkinan besar akan semakin
tinggi juga nilai bobot badan akhir. Selain itu, salah satu faktor dari rendahnya
bobot badan akhir yaitu tingginya nilai konversi pakan, sehingga pakan yang
dikonsumsi tidak efisien dan tidak berpengaruh positif terhadap bobot badan dan
pertambahan bobot badannya.
Konsumsi pakan dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan bobot
badan akhir dan pertambahan bobot badan. Nilai konsumsi pakan pada penelitian
yaitu berkisar antara 1345,91-1398,98 g ekor-1. Nilai yang didapat memiliki nilai
yang lebih kecil dibandingkan menurut Aviagen (2022), bahwa nilai konsumsi
pakan ayam broiler umur 28 hari sebesar 1956 g ekor -1. Rendahnya nilai konsumsi
pakan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu salah satunya suhu lingkungan dan
kepadatan ayam di kandang. Kepadatan kandang dapat menyebabkan konsumsi
pakan tidak efisien. Menurut Gustira dan Kurtini (2015), kandang yang terlalu padat
akan meningkatkan kompetisi pada ayam untuk mengonsumsi ransum, air minum,
maupun oksigen. Kepadatan jumlah ayam dalam kandang merupakan salah satu
faktor penyebab stres yang diindikasikan dengan perubahan pola makan dan
beberapa perubahan perilaku pada ayam (Iskandar et al. 2009).
Nilai konversi pakan pada penelitian berkisar antara 1,62-2,18. Hal ini
menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan menurut Aviagen (2022), bahwa
nilai konversi pakan ayam broiler pada umur 28 hari yaitu 1,27. Konversi pakan
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan zat-
zat yang terdapat dalam ransum (National Research Council 1994). Menurut Rasyaf
(2007), pakan berbentuk crumble sangat cocok untuk ayam broiler periode starter
atau umur mulai tujuh hari, karena dapat menghasilkan bobot badan yang lebih
besar. Namun pakan yang digunakan pada penelitian berbentuk pellet, sehingga
pakan terlalu sulit untuk dicerna karena kemampuan untuk mencerna pakannya
masih belum baik. Menurut Kartadisastra (1994) pakan berbentuk crumble
memiliki kemudahan yaitu dapat mudah dikonsumsi dan membuat pakan tidak
mudah tercecer saat dikonsumsi, sehingga efisiensi pakannya pun berdampak
positif. Rendahnya konversi pakan menunjukkan semakin efisien penggunaan
pakan dalam produksi daging (Allama et al. 2012).
Tingkat kematian ayam broiler dipengaruhi oleh manajemen
pemeliharaannya yang dapat dilihat dari nilai mortalitasnya. Nilai mortalitas yang
didapatkan selama penelitian yaitu berkisar antara 2%-6% atau 1-3 ekor ayam yang
mati. Hal ini disebabkan salah satunya oleh kepadatan kandang yang tinggi.
Kandang dengan kepadatan yang tinggi akan memicu tingkat agresif dalam
perebutan pakan, ayam yang ukurannya lebih kecil akan kalah dengan ayam yang
ukurannya lebih besar, oleh karena itu memicu peningkatan jumlah ayam yang
mati. Selain itu, kepadatan kandang yang tinggi juga akan menurunkan aktivitas
ayam sehingga berpengaruh pada kesehatan kaki (Thomas et al. 2011). Menurut
Sipahutar (2018), ayam broiler pada fase starter masih sulit memulihkan kondisi
fisik dan beradaptasi dengan lingkungan. Ayam broiler fase starter memerlukan
11
penanganan khusus untuk menyeimbangkan kondisi tubuh serta suplai energi untuk
memulihkan kondisi fisik akibat stres trasportasi dan lingkungan. Suplai asupan
harus mengandung energi cukup untuk mendukung energi metabolisme dalam
pertumbuhan dan memelihara kondisi fisik.
Perlakuan
Peubah
P0 P1 P2 P3
1333,47 ± 1018,00 ± 999,07 ± 936,47 ±
BB akhir (g ekor-1)
55,42b 60,15a 58,94a 10,82a
342,99 ± 245,60 ± 217,37 ± 187,74 ±
PBB (g ekor-1)
27,78c 23,44b 0,91ab 13,34a
798,84 ± 793,61 ± 763,72 ± 761,86 ±
Konsumsi pakan (g ekor-1)
30,76 40,98 42,59 85,41
2,34 ± 3,24 ± 3,51 ± 4,05 ±
Konversi pakan
0,21a 0,30b 0,20bc 0,36c
Mortalitas (%) 0 2 8 8
BB = bobot badan, PBB = pertambahan bobot badan, P0 = ransum komersial (kontrol), P1 = ransum
berbasis sorgum, P2 = ransum berbasis gaplek, P3 = ransum berbasis sagu parut kering, angka yang
diikuti huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata hasil uji lanjut
Duncan (P<0,01).
Perlakuan
Peubah
P0 P1 P2 P3
134,82 ± 134,19 ± 134,79 ± 133,05 ±
BB awal (g ekor-1)
3,42 5,40 1,91 0,22
1333,47 ± 1018,00 ± 999,07 ± 936,47 ±
BB akhir (g ekor-1)
55,42b 60,15a 58,94a 10,82a
1198,65 ± 883,82 ± 864,28 ± 803,42 ±
PBB (g ekor-1)
58,37b 56,09a 60,79a 11,03a
2182,51 ± 2146,36 ± 2162,70 ± 2107,77 ±
Konsumsi pakan (g ekor-1)
73,40 85,58 45,02 109,43
1,82 ± 2,43 ± 2,51 ± 2,62 ±
Konversi pakan
0,06a 0,06b 0,18bc 0,13c
Mortalitas (%) 4 4 10 14
BB = bobot badan, PBB = pertambahan bobot badan, P0 = ransum komersial (kontrol), P1 = ransum
berbasis sorgum, P2 = ransum berbasis gaplek, P3 = ransum berbasis sagu parut kering, angka yang
diikuti huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata hasil uji lanjut
Duncan (P<0,01).
kelor dapat digunakan sebagai pakan yang potensial dan ramah lingkungan sebagai
suplemen dalam pakan ayam broiler. Walaupun daun kelor memiliki kandungan
nutrisi yang baik sebagai suplementasi dalam pakan ayam broiler, namun tidak
berdampak positif terhadap bobot badannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Oludoyi dan Toye (2012) yang melaporkan bahwa tepung daun kelor yang
ditambahkan sampai 10% pada pakan ayam broiler umur 0-4 minggu tidak
memberikan efek positif pada performa bobot badan.
Perlakuan P1 dengan pakan berbasis sorgum memiliki nilai bobot badan akhir
paling tinggi diantara perlakuan lainnya setelah perlakuan P0, karena sorgum
memiliki kandungan nutrisi yang hampir menyamai jagung. Kandungan energi dan
protein pada pakan P1 yaitu yang tertinggi diantara perlakuan P2 dan P3. Perlakuan
P2 dengan pakan berbasis gaplek memiliki bobot badan lebih rendah. Chang’a et
al. (2020) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan menurun dengan ransum
berbasis singkong terutama pada level kandungan singkong yang tinggi. Sementara
pada perlakuan P3 dengan pakan berbasis sagu memiliki nilai bobot badan akhir
paling rendah. Penyebab hal ini dapat diduga karena sagu memiliki serat kasar lebih
tinggi sehingga mempengaruhi kecernaan bahan pakan. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Rianza et al. (2019) ampas sagu sebagai pakan ternak masih terbatas
penggunaannya dalam bahan penyusun ransum ternak karena adanya kandungan
serat kasar yang tinggi dan kandungan protein yang rendah. Kandungan energi yang
terkandung dalam masing-masing pakan perlakuan mempengaruhi metabolisme
ayam. Ayam yang diberi pakan dengan kandungan energi yang cukup akan dapat
memenuhi kebutuhannya. Sehingga ayam akan memiliki pertumbuhan yang
optimal dan mencapai bobot badan akhir yang maksimal.
Nilai rata-rata konsumsi pakan ayam broiler pada hasil penelitian berkisar
antara 2107,77-2182,51 g ekor-1. Nilai konsumsi pakan antar tiap perlakuan tidak
berbeda jauh. Namun nilai konsumsi pakan masih lebih rendah dibandingkan nilai
konsumsi pakan menurut Aviagen (2022), nilai konsumsi ayam broiler strain Ross
yang dipelihara sampai umur 35 hari yaitu sebesar 3028 g ekor-1. Córdova-Noboa
et al. (2018) menyatakan bahwa pemberian pakan yang mengandung sorgum pada
ayam broiler menunjukkan respon pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan
dengan pakan yang menggunakan jagung, hal ini disebabkan oleh adanya senyawa
tanin yang terdapat pada sorgum. Sehingga penggunaan sorgum dalam pakan ayam
broiler perlu dibatasi sesuai dengan pernyataan Torres et al. (2013), sebesar 50%
untuk dapat menggantikan jagung. Sedangkan menurut Voght (1966) penggunaan
gaplek yang tinggi dalam pakan akan mengakibatkan penurunan pada konsumsi dan
efisiensi pakan. Muller et al. (1971) juga menambahkan bahwa gaplek dapat
menggantikan jagung sampai 60% dan dapat meningkatkan performa ayam broiler.
Namun jika melebihi itu, maka akan berdampak negatif terhadap performanya.
Bhuiyan dan Iji (2015) menyatakan bahwa gaplek dapat menggantikan jagung
100% bila dengan penambahan enzim. Penambahan enzim ini akan berdampak
positif terhadap performanya.
Perlakuan P3 dengan pakan berbasis sagu memiliki kandungan serat kasar
yang tinggi. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian
besar tidak dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai pengganjal atau bulky.
Kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan ayam cepat kenyang.
Dilaporakan oleh Wati et al. (2018) bahwa kandungan serat kasar yang meningkat
dalam pakan menyebabkan konsumsi pakan semakin menurun. Hal ini disebabkan
15
karena serat kasar memiliki sifat bulky, yaitu mengisi saluran pencernaan dan
cenderung mengurangi pergerakan makanan sehingga ternak akan merasa kenyang
dan berhenti makan menyebabkan konsumsi menjadi rendah. Selain dari
kandungannya, pakan perlakuan P3 memiliki warna yang cenderung gelap.
Situmorang et al. (2013), menyatakan bahwa ayam pedaging lebih menyukai pakan
yang berwarna kuning dan tidak gelap. Faktor penting yang menentukan tinggi
rendahnya konsumsi ransum adalah palatabilitas. Palatabilitas ransum pada ternak
umumnya dipengaruhi oleh rasa, bau, warna dan tekstur. Sjofjan et al. (2020)
menambahkan bahwa palatabilitas dapat mempengaruhi tingkat tinggi rendahnya
konsumsi pakan. Jumlah konsumsi pakan yang tinggi mencerminkan palatabilitas
pakan tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi ransum yaitu umur, jenis
kelamin, bangsa ayam, luas kandang, dan keadaan lingkungan (Ali et al. 2019).
Besar nilai konversi pakan pada hasil penelitian memiliki pengaruh terhadap
efisiensi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konversi pakan berkisar
antara 1,82-2,62. Nilai ini masih lebih tinggi dibanding nilai konversi pakan
menurut Aviagen (2022) yaitu sebesar 1,41. Perlakuan P3 memiliki nilai konversi
pakan tertinggi yang artinya pakan dibutuhkan lebih banyak untuk dapat
meningkatkan bobot badannya. sagu memiliki kandungan selulosa yang merupakan
komponen dominan pada serat kasar. Hal itu dapat dilihat dari kandungan serat
kasar yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain, yaitu sebesar 4,07% pada
pakan periode starter dan 5,90% pada pakan periode finisher. Menurut Tejeda dan
Kim (2020) selulosa menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi daya cerna
pada ayam broiler. Perlakuan P1 yang mengandung sorgum memiliki kemampuan.
Pakan berbasis Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi konversi pakan adalah
genetik, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif,
kualitas air, penyakit, dan pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu
meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor sosial (Lacy dan Vest
2000).
Mortalitas pada penelitian selama pemeliharaan terjadi pada setiap perlakuan.
Nilai mortalitas berkisar antara 4-14% dengan nilai tertinggi pada perlakuan P3 dan
nilai terendah pada perlakuan P0 dan P1. Pakan dengan kandungan β-karoten yang
cukup akan mempengaruhi terhadap daya tahan tubuh ternak. β-karoten merupakan
provitamin A yang dapat diserap oleh tubuh dan dapat meningkatkan kekebalan
tubuh (Muda et al. 2022). Perlakuan P1, P2, dan P3 mendapatkan sumbangan β-
karoten dari suplementasi daun kelor, dan memiliki nilai yang sama. Namun
perlakuan P3 memiliki kandungan energi yang paling rendah, yang juga dapat
mempengaruhi daya tahan tubuhnya. Selain itu, penyebab kematian ayam yaitu
salah satunya faktor kondisi di kandang yang tidak baik. Menurut North dan Bell
(2004) tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kebersihan
lingkungan, sanitasi peralatan kandang, serta suhu udara lingkungan. Kepadatan
juga menjadi salah satu faktor terjadinya kematian pada ayam. Hal ini sejalan
dengan pernyataan menurut Mahmud et al. (2017) bahwa kepadatan yang terlalu
tinggi memiliki efek negatif terhadap peningkatan suhu dan kelembapan dalam
kandang serta sirkulasi udara yang buruk.
Kandang dengan kepadatan yang tinggi akan memicu tingkat agresif dalam
perebutan pakan, ayam yang ukurannya lebih kecil akan kalah dengan ayam yang
ukurannya lebih besar, oleh karena itu memicu jumlah ayam yang mati meningkat.
Kepadatan kandang pada tiap ulangan yaitu 16-17 ekor/m2. Kepadatan ini memiliki
16
angka yang lebih tinggi dari pendapat Murni (2009) yang menyatakan bahwa
kapasitas kandang ayam broiler pada umur diatas dua minggu kepadatan ayam
broiler sebanyak 8-10 ekor/m2. Kusnadi et al. (2006) menyatakan bahwa pada
kandang bertingkat sirkulasi udara yang kurang lancar mengakibatkan kurangnya
suplai O2 ke dalam kandang dan pembuangan NH 3, H2S dan CO2 jadi tidak lancar.
Hal ini menyebabkan temperatur di dalam kandang menjadi lebih tinggi. Bergeron
et al. (2020) menambahkan bahwa kepadatan ayam yang terlalu tinggi memberikan
pengaruh negatif diantaranya adalah meningkatkan kematian ayam broiler. Nilai
mortalitas pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan nilai mortalitas menurut
North dan Bell (1990), pemeliharaan ayam broiler dapat dikatakan baik dan berhasil
jika nilai mortalitas secara keseluruhan selama pemeliharaan kurang dari 5%.
17
4.1 Simpulan
Ayam broiler yang diberi ransum berbasis sorgum (P1), ransum berbasis
gaplek (P2), dan ransum berbasis sagu parut kering (P3) memiliki nilai bobot badan
akhir lebih rendah daripada ayam broiler yang diberi ransum komersial (P0). Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan proses pembuatan ransum perlakuan dengan
ransum komersial. Kondisi kandang dan manajemen pemeliharaan juga menjadi
faktor yang mempengaruhi nilai performa yang rendah.
4.2 Saran
Penelitian perlu dikaji lebih lanjut untuk mencapai nilai performa yang
maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ataupun performa ayam
pun perlu diperhatikan, seperti kondisi kandang, kepadatan, dan komposisi ransum
yang seimbang. Selain itu proses pembuatan ransum perlakuan juga perlu dilakukan
dengan proses yang sama pada pembuatan ransum komersial.
18
DAFTAR PUSTAKA
Akbar MRL, Suci DM, Wijayanti I. 2017. Evaluasi kualitas pellet pakan itik yang
disuplementasi tepung daun mengkudu (morinda citrifolia) dan disimpan
selama 6 minggu. Buletin Ilmu Makanan Ternak. 104(2):31-48.
Ali N, Agustina A, Dahniar D. 2019. Pemberian dedak yang difermentasi dengan
em4 sebagai pakan ayam broiler. Agrovital. 4(1):1-4.
Allama H, Sjofjan O, Widodo E, Prayogi HS. 2012. Pengaruh penggunaan tepung
ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dalam pakan terhadap penampilan
produksi ayam pedaging. JIIP. 22(3):1-8.
Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Astuti FK, Busono W, Sjofjan O. 2015. Pengaruh penambahan probiotik cair dalam
pakan terhadap penampilan produksi pada ayam pedaging. JPAL. 6(2).
Aviagen. 2022. Ross 308 AP Performance Objective. Huntsville (AL): Aviagen
Group.
Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed
ke-5. New York (NY): Springer Science Business Media, Inc.
Bhuiyan MM, Iji PA. 2015. Energy value of cassava products in broiler chicken
diets with or without enzyme supplementation. AJAS. 28(9):1317–1326.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Jagung Menurut Provinsi Tahun
2014-2018. Jakarta: BPS RI.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Ubi Kayu Indonesia Tahun 1993-
2015. Jakarta: BPS RI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Sagu di Indonesia 2017-2021. Jakarta:
BPS RI.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2015. SNI Ransum Broiler Stater 8173.2-
2015. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Pakan anak ayam ras pedaging
(broiler starter). SNI 01-3930-2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Chang’a EP, Abdallah ME, Ahiwe EU, Mbaga S, Zhu ZY, Fru-Nji F, de Iji PA.
2020. Replacement value of cassava for maize in broiler chicken diets
supplemented with enzymes. AJAS. 33(7):1126.
Córdova-Noboa HA, Oviedo-Rondón EO, Sarsour AH, Barnes J, Ferzola P,
Rademacher-Heilshorn M, Braun U. 2018. Performance, meat quality, and
pectoral myopathies of broilers fed either corn or sorghum based diets
supplemented with guanidinoacetic acid. PSJ. 97(7):2479-2493.
Cramer KR, Wilson KJ, Moritz JS, Beyer RS. 2003. Effect of sorghum based diets
subjected to various manufacturing procedures on broiler performance. JAPR.
12(4):404-410.
Fadilah R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Falah RR, Sadara HT, Sjofjan O, Natsir MH. 2022. Pengaruh penggunaan organik
protein dalam pakan terhadap produktivitas ayam pedaging. JNT. 5(2):125-
138.
Fuglie LJ. 2001. The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the
Tropics. Dakar: Church World Service Dakar.
19
Retnani Y, Hasanah N, Rahmayeni, Herawati L. 2010. Uji sifat fisik ransum ayam
broiler bentuk pellet yang ditambahkan perekat onggok melalui proses
penyemprotan air. Jurnal Agripet. 10(1):13-18.
Rianza R, Rusmana D, Tanwiriah W. 2019. Penggunaan ampas sagu fermentasi
sebagai pakan ayam kampung super periode starter. Jurnal Ilmu Ternak.
19(1):36-44.
Sipahutar LW. 2018. Respon stres ayam broiler yang disuplementasi nira aren
(arenga pinnata merr.) selama fase starter. JPI. 2(2):21-28.
Situmorang NA, Mahfuds LD, Atmomarsono U. 2013. Pengaruh pemberian tepung
rumput laut (gracilaria verrucosa) dalam ransum terhadap efisiensi
penggunaan protein ayam broiler. JAAS. 2(2):49-56.
Sjofjan O, Natsir MH, Nunimgtyas YF, Adli DN. 2020. Protein Sel Tunggal
Saccharomyces Cerevisiae Aktivitas dan Manfaat sebagai Bahan Pakan
Unggas. Malang: Media Nusa Creative.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT.
Gramedia.
Sukria HA, Risyahadi ST, Aditama RS, Salahuddin MH. 2022. Evaluasi pakan
sumber energi berbasis sorgum, gaplek, dan sagu sebagai substitusi jagung
dalam ransum ayam broiler. JINTP. 20(2):66-72.
Syarief R, Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta: Arcan.
Tejeda OJ, Kim WK. 2020. The effects of cellulose and soybean hulls as sources
of dietary fiber on the growth performance, organ growth, gut
histomorphology, and nutrient digestibility of broiler chickens. PSJ.
99(12):6828-6836.
Thomas DG, Son JH, Ravindran V, Thomas DV. 2011. The effect of stocking
density on the behaviour of broiler chickens. PSJ. 38(1):1-4.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosukojo S.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Torres KAA, Pizauro Jr JM, Soares CP, Silva TGA, Nogueira WCL, Campos DMB,
Furlan RL, Macari M. 2013. Effects of corn replacement by sorghum in
broiler diets on performance and intestinal mucosa integrity. PSJ. 92(6):1564-
1571.
Voght H. 1966. The use tapioca in poultry ration. JWPS. 22(2):113-125.
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wati AK, Zuprizal Z, Kustantinah K, Indarto E, Dono ND, Wihandoyo W. 2018.
Performan ayam broiler dengan penambahan tepung daun calliandra
calothyrsus dalam pakan. JPIP. 16(2):74-79.
Weurding RE, Veldman A, Veen WA, van der Aar PJ, Verstegen MW. 2001. Starch
digestion rate in the small intestine of broiler chickens differs among
feedstuffs. JN. 131(9):2329-2335.
21
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP