Erik Erikson adalah psikolog yang meyakini bahwa kepribadian seseorang itu
tumbuh dalam rangkaian tahapan (8 tahapan). Tahap 1 (Usia 0-1,5 tahun) 2.
Tahap 2 (Usia 1,5-3 tahun) 3. Tahap 3 (Usia 3-5 tahun) 4. Tahap 4 (Usia 5-12
tahun) 5. Tahap 5 (Usia 12-18 tahun) 6. Tahap 6 (Usia 18-40 tahun)
Tugas A.
Setelah menyimak video dan bacaan pada bagian ini:
Manusia merdeka adalah manusia yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari
dalam.
Pernyataan ini memiliki makna yang dalam dan relevan dalam konteks kebebasan dan
motivasi individu. Berikut adalah penjelasan mengenai makna pernyataan tersebut:
1. Kebebasan Memilih: Manusia merdeka adalah mereka yang memiliki kebebasan
untuk membuat pilihan. Mereka tidak terikat oleh paksaan atau tekanan dari luar. Ini
mencakup kebebasan dalam memilih jalur hidup, pendidikan, pekerjaan, dan nilai-
nilai yang ingin dipegang.
2. Motivasi dari Dalam: Merdeka dalam hal memilih bukan hanya tentang kebebasan
eksternal, tetapi juga tentang motivasi internal. Manusia merdeka termotivasi dari
dalam diri mereka sendiri. Motivasi ini berasal dari keyakinan, minat, dan tujuan
pribadi. Ketika seseorang termotivasi dari dalam, mereka memiliki semangat dan
tekad untuk mencapai apa yang mereka pilih.
William Glasser (1998) pernah menyatakan dalam “teori pilihan”, bahwa perilaku seorang manusia
adalah buah dari pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri (baca Bacaan 1. Aksioma terkait
pilihan). Setiap hari, manusia selalu berada dalam situasi untuk memilih. Apakah harus bangun pagi
atau tidur lagi, apakah harus bereaksi keras atas berita yang menyinggung perasaan walaupun belum
pasti kebenarannya atau mengecek dahulu kebenarannya dahulu, dan lain sebagainya. Untuk itu, kita
perlu terus berlatih untuk: (1) fokus pada apa yang terjadi saat ini bukan masa lalu; (2) menghindari
7-kebiasaan buruk yang secara eksternal “mengganggu” relasi dengan orang lain: mengkritik,
menyalahkan, mengeluh, menjengkelkan, mengancam, menghukum, menyuap (memberi reward)
untuk mengendalikan orang lain; (3) menjalankan 7-kebiasaan mempedulikan orang lain:
mendukung, mendorong, mendengarkan, menerima, mempercayai, menghormati, dan
menegosiasikan perbedaan; (4) menghindari membuat dalih dan alasan karena menghalangi kita
membangun relasi; (5) bersabar.
Bacaan 2. Aksioma1 terkait “pilihan” (Glasser, 1998) Untuk membantu mendefinisikan kembali apa
yang dimaksud dengan “diri kita yang merdeka”. 1. Satu-satunya orang yang perilakunya dapat kita
kendalikan adalah diri kita sendiri. 2. Yang bisa kita berikan kepada orang lain hanyalah informasi. 3.
Semua masalah psikologis yang bertahan lama adalah masalah relasi (hubungan). 4. Masalah relasi
selalu menjadi bagian dari kehidupan kita saat ini. 5. Apa yang terjadi di masa lalu berkaitan dengan
keadaan kita sekarang ini, tetapi kita hanya dapat memenuhi kebutuhan dasar kita saat ini dan
berencana untuk terus mengejar pemenuhannya di masa depan. 6. Kita hanya dapat memenuhi
kebutuhan kita dengan cara memuaskan gambaran yang kita anggap sebagai realitas di benak kita
sendiri (disebut juga sebagai: Dunia Berkualitas). Setiap manusia memiliki gambaran realitas yang
berbeda dalam memandang dunia mereka, biasanya gambaran itu lahir dari pengalaman hidup
mereka dan biasanya terkait: (1) orang-orang yang paling kita inginkan ada bersama kita, (2) hal-hal
yang paling ingin kita miliki atau alami, dan (3) gagasan atau sistem keyakinan yang kemudian
mengatur sebagian besar respon perilaku kita. 7. Yang kita lakukan hanyalah berperilaku. 8. Setiap
perilaku terdiri dari empat komponen: (1) tindakan, (2) pemikiran, (3) perasaan, dan (4) fisiologis. 9.
Setiap perilaku adalah buah dari pilihan. Kita memiliki kontrol langsung atas komponen tindakan dan
pemikiran. Kita dapat mengontrol komponen perasaan dan fisiologis secara tidak langsung lewat cara
kita memilih komponen tindakan dan pemikiran tadi. 10. Karena setiap perilaku ada dalam kendali
kita sendiri, maka kita perlu fokus pada apa yang dapat dilakukan (fokus pada kata-kerja) untuk
mengambil kendali atas perilaku dalam suatu keadaan bukan berperilaku sebagai korban dari suatu
keadaan.
B.2. Manusia Merdeka: Termotivasi dari
Dalam (Motivasi Intrinsik)
UU RI No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum
Pasal 1, No.1, menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Pernyataan tersebut merupakan penguatan bahwa pendidik harus menuntun segala
kekuatan kodrat anak dari dalam. Ryan dan Deci (2000) melalui teori determinasi
diri (self-determination theory), mengisyaratkan bahwa pendidik perlu fokus dalam
menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan anak
menguatkan dan menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik mereka. Dalam
penerapannya, suasana belajar dan proses pembelajaran yang disediakan harus
dapat membuat anak senantiasa: merasa kompeten (mampu, dapat, cakap), merasa
saling-terhubung (kebutuhan sosial yang diusahakan oleh individu untuk
membangun hubungan dengan sesamanya), dan merasa otonom (mandiri,
merdeka).
Jadi, jika kita mengharapkan anak memiliki determinasi atau ketetapan hati, dalam
menentukan jalan kodrat mereka, maka anak harus mampu menghayati perasaan
akan kompetensi, otonomi, dan relasi mereka dan mengambil makna positifnya.
Kata "merasa" menjadi kata yang penting untuk diperhatikan karena menunjukkan
bahwa suasana dan proses pembelajaran harus mampu menguatkan anak di
tingkat “perasaan” sehingga bersifat pribadi dan mendalam bagi masing-masing
anak. Dengan demikian, para pendidik harus mulai dan terus menguatkan dirinya
untuk menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik.
Tugas B.
1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu
memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik?
2. Tindakan spesifik apa yang dapat dilakukan untuk menguatkan diri Bapak/Ibu
sendiri untuk memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya sekaligus
menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil
Pelajar Pancasila?
1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori
pilihan dan motivasi intrinsik? Nilai – nilai yang dikuatkan adalah berpihak pada peserta didik,
mandiri,reflektif,kelaboratif dan inovatif .
Sebagai seorang Guru Penggerak, ada beberapa tindakan spesifik yang dapat dilakukan
untuk menguatkan diri sendiri dan memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya
serta menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil
Pelajar Pancasila:
1. Memahami Nilai-nilai Pancasila dengan Mendalam:
o Guru Penggerak perlu memahami secara mendalam nilai-nilai Pancasila. Ini
melibatkan pembacaan, refleksi, dan diskusi tentang makna dan implikasi dari
setiap nilai Pancasila.
o Dengan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai ini, seorang guru akan
mampu menyampaikan dan menerapkan nilai-nilai tersebut dengan keyakinan
dan konsistensi.
2. Membangun Koneksi Personal dengan Murid:
Salah satu langkah penting dalam memperkuat diri sebagai seorang guru
o
adalah dengan membangun koneksi personal yang kuat dengan murid.
o Mendengarkan dengan empati, memahami kebutuhan dan minat individu
murid, serta memberikan dukungan dan dorongan yang diperlukan untuk
pengembangan mereka.
3. Memberikan Ruang untuk Penemuan Diri:
o Guru Penggerak harus memberikan kesempatan bagi murid untuk
mengeksplorasi dan menemukan jalan kodrat mereka sendiri.
o Mendorong mereka untuk menemukan minat, bakat, dan tujuan hidup yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
4. Mendorong Diskusi dan Refleksi:
o Melibatkan murid dalam diskusi tentang nilai-nilai Pancasila dan mengajak
mereka merenungkan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
o Refleksi bersama tentang pengalaman dan tindakan yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
5. Menyediakan Teladan yang Positif:
o Guru Penggerak harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam tindakan sehari-hari.
o Menunjukkan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sebagai contoh bagi
murid.
ingkaran kuning pada Gambar 11, berusaha menggambarkan pada Bapak/Ibu dua
lingkaran lain, yaitu lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran kepedulian itu
bagaikan kita di kursi penumpang, tidak punya kuasa langsung atau kuasa cukup untuk
menjalankan dan mempengaruhi perubahan. Dalam perumpamaan supir, penumpang dan
kendaraan tadi, lingkaran perhatian itu berada di luar kendaraan. Bapak/Ibu masih punya
perhatian, tapi sebatas itu saja, perhatian.
18 lagi