Anda di halaman 1dari 7

1.

yang dapat kita pelajari dari dua sistem berpikir ini adalah bagaimana kita melatih ‘diri’ untuk
mengambil keputusan dengan lebih

2. kita perlu mempelajarinya tentang bagaimana otak kita dapat menyaring informasi sebelum
mengambil keputusan atau tindakan.

3. kita dapat lebih peka terhadap kedua sistem ini dengan menggunakan kedua sistem berpikir tersebut
bergantian dalam ‘ambil alih’ pembuatan keputusan kita, tergantung pada beberapa kondisi

4. kita dapat menyadari, menemukenali, membiasakan dan mengelola dua sistem kerja otak ini dengan
sengaja berpikir kritis sehingga mengembangkan kesadaran atas ‘diri’. Dengan berpikir kritis, mungkin
pada akhirnya kita dapat membuat keputusan dengan lebih baik, dan karena-nya juga menjadi ‘diri’ yang
lebih baik

Otak manusia mempunyai tiga bagian yang terpisah (meskipun saling berhubungan), yaitu: otak
reptil, sistem limbik (otak tengah), dan neokorteks. Ketiga bagian otak ini saling terkait dalam satu
organisme menyeluruh dan sering saling terlibat dalam suatu tugas yang kompleks, rumit, dan
menentukan, didalam otak terjadi pertukaran dan saling bantu yang berlangsung terus-menerus.

Secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih
cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya
terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman. Otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar.
Secara elastis, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) tidak begitu saja
memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil dan Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.

Masing-masing manusia makhluk hidup memiliki kemauan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Setidaknya terdapat 5 kebutuhan dasar manusia. Dari 5 kebutuhan dasar manusia ini, setiap manusia
berusaha memenuhi kebutuhannya agar hidupnya berjalan optimal. 5 kebutuhan dasar manusia  ini
selalu akan diupayakan agar dapat dipenuhi. Maka dari itu, sosok guru seharusnya memahami
kebutuhan dasar yang berkaitan secara langsung dengan anak didiknya.

Berdasarkan gagasan KHD tumbuh kembang anak  diklasifikasikan menjadi 3 tahapan yang berbeda,
yakni wiraga (0-8 tahun), wiraga-wirama (9-16 tahun), serta wirama (17-24 tahun).

Wiraga dapat disebut sebagai tahap tumbuh kembang awal di mana seorang anak memiliki
perkembangan pesat dari segi jasmani dan indera. Tugas Bapak/Ibu guru adalah mendampingi dan
memfasilitasi anak untuk aktif dalam mengeksplorasi dunianya, melalui permainan atau cara lainnya.

Tahap wirama, anak akan berkembang dari sisi pikiran. Di tahap ini guru sangat tepat untuk memberikan
tuntunan supaya perkembangan berpikir yang dimiliki oleh anak dapat lebih terarah dengan baik,
sehingga selaras dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
Di masa wirama anak memiliki kepekaan dalam hal emosi selain perkembangan pikirannya, sehingga
guru bisa memberikan tantangan atau tuntunan yang sifatnya pengelolaan diri dan penggalian potensi.

Bila ini dilakukan baik maka guru bisa menuntun anak untuk menggerakkan kekuatan kodrat manusia
yang dimilikinya.

Hal yang penting harus diberikan orang tua kepada dan guru terhadap anak adalah kesempatan,
dukungan, pengakuan dan penghargaan, serta penerimaan terhadap diri anak. Pondasi penting bagi
kepribadian anak untuk menjalani hidupnya terletak di awal-awal kehidupannya. Mari kita berikan
pondasi yang kuat bagi anak-anak kita, sebagai bekal mereka mengarungi kehidupan yang luas.

1. Bagaimana Bapak/Ibu memahami cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap tumbuh-
kembang anak berserta pengaruhnya pada pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia?
Mengapa demikian?

Otak bekerja dengan 2 sistem berfikir berbeda, yaitu berfikir cepat dan berfikir lambat. Kedua cara
berfikir tersebut sangat mempengaruhi manusia dalam berprilaku. Sistem berfikir cepat tidak
membutuhkan energi yang besar. Sehingga sistem berfikir ini dapat menghemat penggunaan energi
manusia. Cara berfikir cepat ini dikelola oleh otak reptil dan otak mamalia yang bekerja untuk
menghemat energi dalam mengelola otomasi bagian-bagian tubuh kita yang bekerja di bawah sadar.
Sedangkan sistem berfikir lambat lebih kepada cara berfikir pada tingkatan yang lebih kompleks,
sehingga membutuhkan energi yang besar. Sistem berfikir lambat ini dikelola oleh otak primata dan otak
luhur manusia yang bekerja dengan menggunakan energi dan kecepatan yang besar dan bertentangan
dengan cara kerja alamiah bagian otak yang lain.

Manusia memiliki 5 Kebutuhan dasar diantaranya kebutuhan akan kasih sayang atau perasaan diterima
oleh lingkungannya, pengakuan akan kekuasaan dan penguasaanya, bertahan hidup yang timbul secara
alamiah yang bersifat fisiologis seperti kebutuhan akan makan, minum, pakaian, istirahat, dan rasa
aman. Kemudian kebutuhan akan kesenangan dan kebebasan dalam bertindak dan bertingkah laku
tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Kebutuhan dasar ini harusnya terpenuhi secara penuh sehingga
tidak erjadi kesenjangan. Jika salah satu saja tidak terpenuhi, dikhawatirkan akan timbul tindakan-
tindakan dan perbuatan yang akan berlawanan dengan norma yang ada. Tumbuh kembang anak,
terutama kepribadiannya tumbuh dalam beberapa tahapan. Diantaranya, tahap yaitu ketika anak
berada pada rentang usia 0-1,5 tahun. Pada masa ini, anak menumbuhkan harapan dan rasa percaya
kepada orang tua sehingga jika dalam pengasuhannya itu tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa
ketidakpercayaan pada diri anak. Tahap yang kedua 1,5-3 tahun, pada tahap ini anak membangun tekad
dan kehendak mereka jika orang tua memberikan kesempatan kepada mereka maka akan tumbuh
kemandirian pada diri anak. Jika tidak didapatkan, maka akan timbul rasa rendah diri pada diri anak.
Selanjutnya tahap ketiga yaitu rentang usia anak 3-5 Tahun yaitu masa anak masuk pada masa awal
sekolah. Pada masa ini seharusnya anak diberikan kesempatan untuk mengeksplor maksud dan tujuan
dalam kehidupan mereka sehingga anak dapat mengambil inisiatif. Jika tidak, maka akan timbul rasa
bersalah pada diri anak. Tahap keempat 5-12 tahun orang tua harus menyediakan waktu untuk anak
menumbuhkembangkan produktifitas mereka dalam belajar apabila tidak terpenuhi maka anak akan
merasa rendah diri/ tidak produktif. Tahap kelima 12-18 tahun, anak perlu penuntun dalam
mendapatkan identitasnya menemukan jati diri agar mereka tidak kebingungan. Dan tahap keenam 18-
40 tahun, pada fase ini adalah tahapan memerlukan cinta dan kasih sayang menjalin hubungan intim
dengan seseorang dan keluarga apabila tidak anak akan merasa terisolasi dari lingkungannya. Selain itu
juga tahapan tumbuh kembang anak menurut Ki Hajar Dewantara terbagi atas 3, yaitu Wiraga (0-8
tahun) yaitu tahap bermain, belajar, ekplorasi, dan pengalaman. Wiraga-Wirama (8-16 tahun) yaitu
tahapan selaras dan seirama antara wiraga dan wirama tetapi keinginan untuk bermain berkurang.
Wirama (17-24) yaitu tahapan pembiasaan, tanggung jawab dan kegiatan rutin selaras dengan sesama
dan semesta.

2. Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai apa yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak? Mengapa demikian?
Menurut saya adalah nilai-nilai yang perlu dikuatkan dalam pendidikan calon guru penggerak adalah
Mandiri mampu mendorong diri untuk kreatif dan inovatif, Reflektif mampu introspeksi diri dan
perbaikan diri baik secara sistem pengajaran maupun sebagai teladan siswa, Kolaboratif mampu
bekerjasama dengan baik dengan rekan sesama guru penggerak, rekan guru, dan komunitas lainnya
sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. Inovatif menemukan gagasan/ ide baru dalam pendidikan.
Berpihak kepada murid mengutamakan kebutuhan murid untuk perkembangan pendidikannya.

Bagaimana Bapak/Ibu memahami Menurut Bapak/Ibu nilai-nilai apa cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar
yang perlu dikuatkan sebagai guru manusia, tahap tumbuh-kembang penggerak? Mengapa demikian?
anak berserta pengaruhnya pada pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia? Mengapa
demikian?

Cara Kerja Otak

Otak manusia bekerja dengan dua sistem yaitu sistem cepat dan sistem lambat. Pada sistem berpikir
cepat dikelola oleh otak reptil dan otak mamalia, sedangkan sistem berpikir lambat dikelola oleh otak
luhur
manusia dan otak primata. Sistem berpikir cepat dan lambat ini diibartkan tangga ekskalator yang
sedang berjalan turun. Sistem berpikir cepat akan bergerak mengikuti tangga ekskalator ketika turun
tanpa ada perlawanan sehingga menghemat energi. Sedangkan sistem berpikir lambat akan berjalan
naik ketika tangga ekskalator bergerak turun. Apabila kecepatan berkurang maka akan ikut terbawa
turun kembali.Kegiatan berpikir lambat ini digunakan untuk berpikir di tingkatan yang lebih kompleks
yang dikelola oleh bagian otak luhur. Perbedaan kedua sistem berpikir harus dikelola dengan baik agar
seimbang. Setiap manusia mempunyai porsi masing-masing, bagian cara berpikir mana yang lebih
dominan. Begitupun pada murid, murid memiliki cara berpikir yang berbeda-beda, ada yang cepat, ada
pula yang lambat. Oleh karena itu sebagai seorang guru kita harus mampu memahami murid dengan
segala kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing.

Kebutuhan Dasar manusia

Manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yaitu bertahan hidup (survival), kasih saying dan rasa diterima
(love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power).
Apabila seseorang menunjukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan, mungkin karena
tak mampu memenuhi atau tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka. Kaitannya dengan konteks
pendidikan, agar perilaku murid sesuai dengan norma atau aturan maka sebagai seorang guru harus
mampu menyelenggarakan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka sebagai
manusia. Guru harus mampu memberikan
perlindungan pada murid. Guru harus mampu berkolaborasi, membangun hubungan yang hangat dan
penuh ketulusan dengan murid maupun rekan kerja.Membiasakan mengadakan kegiatan yang
menantang, kontekstual serta relevan. Memberikan kebebasan pada murid untuk menemukan jati diri
sesuai dengan bakat dan minat mereka. Selain itu juga harus menciptakan suasana menyenangkan
melalui berbagai permainan edukatif sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Tahap Tumbuh Kembang Anak

Menurut Ki Hadjar Dewantara ada 3 tahap perkembangan anak yaitu wiraga (usia 0-8 tahun), wiraga-
wirama(usia 9-16tahun), dan wirama (usia 17-24tahun). Pada tahap wiraga, jasmani dan indera anak
berkembang sangat pesat. Peran guru pada tahap wiraga terus berupaya focus memberi akses dan
menyediakan pengalaman belajar agar anak semakin merdeka dalam mengeksplorasi dunianya. Tahap
berikutnya yaitu wiraga-wirama dimana pikiran anak mulai berkembang. Guru harus mulai fokus
menuntun proses berpikir anak agar semakin selaras seirama dengan sesame dan lingkungannya. Anak
harus dituntun melakukukan kebiasaan baik di sekolah, bukan sekedar menuruti dan mengikuti. Tahap
yang terakhir yaitu wirama, dimana guru pada periode ini menuntun dan menantang anak dalam hal
pengelolaan diri dan pengenalan potensi diri. Pada intinya, proses belajar pada anak harus sesuai
dengan usia dan tahap tumbuh kembangnya, selaras dengan kodrat anak.

Sedangkan Menurut Erik Erikson, kepribadian seseorang tumbuh dalam 8 rangkaian tahapan. Dimana
setiap tahapannya menggambarkan dampak pengalaman sosial pada mereka. Pada setiap tahap
perkembangan orang tua dan lingkungan sosial memberikan pengaruh besar. Kepribadian dan karakter
manusia berkembang seiring dengan pertambahan usia. Dalam teori psikososial dari Erik Erikson
mengandung pertentangan hasil positif dan negatif, namun membentuk hasil akhir berupa bagaimana
seseorang mencapai keseimbangan dalam hidupnya.

Pengaruh Cara Kerja Otak, Kebutuhan Dasar Manusia, serta Tahap Tumbuh Kembang Anak Pada
Pembentukan Kebiasaan dan Nilai-Nilai Hidup Manusia

Pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia dipengaruhi oleh cara kerja otak, kebutuhan dasar
manusia, serta tumbung kembang anak.Setiap manusia memiliki dua sistem berpikir tetapi terkadang
ada yang dominan. Begitupun pada murid, mereka memiliki cara berpikir yang berbeda-beda.
Dalam hal ini guru harus bisa memahaminya dan melatih anak untuk mampu mengelola keduanya
secara seimbang. Selain itu setiap anak memiliki kebutuhan dasar, yang apabila tidak terpenuhi dengan
baik maka tidak menutup kemungkinan akan melanggar norma atau aturan. Pembentukan kebiasaan
dan nilai-nilai manusia dipengaruhi oleh peran besar orang tua dan lingkungan sekitar. Sehingga guru
harus mampu menggerakkan orang tua dan lingkungan sekitar untuk ikut berperan dalam pembentukan
kebiasaan baik pada anak sesuai dengan tumbuh kembang mereka selaras dengan kodrat yang mereka
miliki.
Nilai-Nilai yang perlu Dikuatkan Guru Penggerak

Seorang guru penggerak dalam jiwanya harus selalu terpatri nilai-nilai yaitu mandiri, kolaborasi, reflektif,
inovatif, serta berpihak pada murid.

Mandiri yaitu kesiapan dan kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil
inisiatif. Selain itu mencoba mengatasi masalah tanpa meminta bantuan orang lain, berusaha dan
mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan. Contoh perilaku mandiri : Mengambil inisiatif
melakukan pembelajaran yang menyennagkan serta bermakna bagi murid tanpa perlu menunggu
perintah dari atasan, selama yang dilakukan tidak melanggar aturan.

Kolaborasi yaitu suatu sikap saling ketergantungan secara positif, dibarengi tanggung jawab setiap
individu, kerjasama, serta keterampilan komunikasi interpersonal. Contonya : bersama-sama rekan guru
baik satu sekolah maupun dari sekolah lain mencari solusi terkait permasalahan

Reflektif yaitu merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan pengetahuanyang diperolehnya


dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga diperoleh suatu kesimpulan untuk menyelesaikan
permasalahan yang baru.Contoh : pengalaman saya setelah mempelajari modul 1.1 tentang filosofi
pendidikan Ki hadjar Dewantara, pengetahuan baru yang mengubah pola pikir saya bahwa yang saya
lakukan selama ini keliru, sehingga harus memperbaikinya. Seorang guru harus selalu melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan di kelas.

Inovatif yaitu kreatif, ide baru, adaptasi, dan modifikasi. Contoh perilaku inovatif seorang Guru
Penggerak adalah menemukan cara baru untuk diterapkan, sehingga pembelajaran tak terasa sebagai
beban, tetapi tetap bermakna bagi siswa, menggunakan berbagai sumber belajar, menyenangkan,
dan sesuai dengan cara belajar siswa.

Berpihak pada murid yaitu bisa menempatkan diri seandainya guru menjadi murid, respek pada murid,
tidak didasarkan pada rasa suka atau tidak suka murid maupun guru. Keberpihakan pendidik harus selalu
pada kebenaran. Memfasilitasi bakat, minat, cita-cita anak sejauh yang dia inginkan tidak bertentangan
dengan kebenaran itu. Anak juga tidak boleh melanggar prinsip kebenaran atas nama bakat, minat, dan
cita-cita.

Pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia dipengaruhi oleh cara kerja otak, kebutuhan dasar
manusia, serta tumbung kembang anak.Setiap manusia memiliki dua sistem berpikir tetapi terkadang
ada yang dominan. Begitupun pada murid, mereka memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. Guru
harus bisa memahaminya dan melatih anak untuk mampu mengelola keduanya secara seimbang. Setiap
anak memiliki kebutuhan dasar, yang apabila tidak terpenuhi dengan baik maka kemungkinan akan
melanggar norma atau aturan. Sehingga guru harus mampu menggerakkan orang tua dan lingkungan
sekitar untuk ikut berperan dalam pembentukan kebiasaan baik pada anak sesuai dengan tumbuh
kembang mereka selaras dengan kodrat yang mereka miliki.
Nilai-nilai yang perlu dikuatkan dalam pendidikan calon guru penggerak adalah Mandiri, Kreatif, Inovatif,
Reflektif, Kolaboratif untuk menemukan gagasan/ ide baru dalam Pendidikan sehingga menciptakan
pembelajaran yang berpihak pada murid

Memerdekakan manusia adalah membebaskan mereka dari penghambaan terhadap apapun, termasuk
penghambaan kepada sesama manusia dan seluruh materi. Merdeka adalah menunggalkan
penghambaan hanya kepada Tuhan semesta, membebaskan manusia dari dunia yang sempit menuju
dunia yang luas, serta dari kesewenang-wenangan.

Dari beberapa nilai-nilai yang harus  di miliki oleh Guru penggerak  di antaranya (1) berpihak pada murid,
(2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif. 

Diantara kelima nilai ini yang perlu dikuatkan oleh guru penggerak menurt saya adalah Berpihak Pada
Murid di karenakan Mampu menciptakan lingkungan belajar yang asyik, aman, nyaman dan
menyenangkan serta memperhatikan kepentingan murid dan mampu mengembangkan potensinya.
murid diberi kesempatan untuk berpendapat dan peran guru adalah mengarah kannya sehingga murid
tetap pada koridornya sebagai seorang pelajar. 

Nilai Berpihak pada Murid adalah proses kegiatan pembelajaran berpusat pada murid. Salah satu contoh
membuat perencanaan pembelajaran dan proses kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan
berpusat pada murid, melibatkan semua murid aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dari kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.

Tindakan yang saya lakukan adalah Tergerak  untuk meningkatkan  kualitas  profesionalisme  sendiri
dengan cara mengikuti pelatihan, workshop, webinar dsb dan melakukan inovasi/perubahan  untuk
mewujudkan transformasi  pendidikan di Indonesia. 

Membangun budaya belajar yang betul-betul  berpihak kepada anak,  yang betul memberi ruang kepada
setiap individu anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai  dengan fitrahnya.  

Karena yang lebih  menentukan tumbuh kembang anak adalah kodratnya sebagai  manusia yang
berpikir.Membangun   kolaborasi   dengan   teman   sejawat   untuk   menciptakan   atau merancang
strategi pembelajaran   agar  tetap   berinovasi.   
Diagram Identitas Gunung Es menggambarkan bahwa penumbuhan karakter dapat yang terlihat di
permukaan tidak dapat menunjukkan sebesar apa yang tersembunyi di bawah permukaan laut.
Fenomena gunung es itu ibaratnya seperti proses perubahan perilaku dan penumbuhan karakter
manusia terjadi.  Gunung es juga menggambarkan adanya lingkungan yang terlihat kasat mata bersifat
fisik dan dapat disadari. Terdapat dua lingkungan yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu
lingkungan fisik dan psikis. Terdapat du acara untuk menumbuhkan perilaku dan kebiasaan positif
maupun negatif yaitu melalui jalan keteladanan melewati sistem atau aturan.

Antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila pada murid dan
transformasi pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat dan bisa saling mendukung satu sama
lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan paradigma baru. Kesadaran dan pemahaman terhadap
diagram identitas gunung es bisa membuat guru mengoptimalkan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila
pada murid.

Konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam
transformasi Pendidikan yaitu menjalankan peran yang meliputi sebagai pemimpin pembelajaran,
menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru,
mewujudkan kepemimpinan murid salah satu tugasnya adalah mewujudkan profil pelajar Pancasila,
dengan peran-peran di atas seharusnya guru penggerak mampu menyukseskan program merdeka
belajar dan profil pelajar pancasila. 

Anda mungkin juga menyukai