Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH LUAS PERMUKAAN BENDA TERHADAP KOEFISIEN GESEK

STATIS DAN KINETIS

INFLUENCE OF OBJECT'S SURFACE AREA ON STATIC AND


KINETIC FRICTION COEFFICIENTS

Tuti Supriyanti
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Email: tsupriyanti060@gmail.com

Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tentang analisis koefisien gesek statis dan
kinetis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh luas permukaan benda
terhadap koefisien gesek statis dan kinetis. Alat yang digunakan adalah sebuah
landasan kayu dan benda berbahan aluminium. Rangka dasar benda dibuat
persegi, sedangkan designpermukaanbenda dibuat berbeda. Tiap sisi permukaan
didesign memenuhi bangun datar dengan masing-masing permukaan berbentuk
persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium dan lingkaran. Eksperimen diujikan
pada suatu sistem bidang dengan kemiringan yang dapat diatursesuai dengan
kebutuhan. Untuk menentukan koefisien gesek statis, eksperimen dilakukan dengan
mencari sudut kemiringan landasan saat benda tepat akan bergerak. Sedangkan
koefisien gesek kinetis dapat ditentukan dengan mengamati luncuran benda dari
puncak bidang miring yang telah diatur sudutnya. Benda diletakan pada landasan
bidang dengan pengaturan sudut untuk koefisen gesek kinetis dan tanpa pengaturan
sudut untuk koefisien gesek statis pada landasan. Eksperimen ini
didokumentasikan untuk selanjutnya dianalisis menggunakan video tracker. Hasil yang
diperoleh adalah bahwa luas permukaan benda berpengaruh terhadap koefisien gesek
statis dan kinetis.
Kata kunci: gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis

Abstract This research is a continuation of previous research on statistical and kinetic


friction coefficient analysis. The aim of this research is to determine the effect of object
surface area on statistical and kinetic friction coefficients. The tools used are wooden
bases and aluminum objects. The basic frame of the object is made square, while the
surface design of the object is made differently. Each side of the surface is designed to
meet a flat shape with each surface being a square, long square, triangle, trapezoid and
circle. The experiment was tested on a plane system with a slope that can be adjusted
according to needs. To determine the statistical coefficient of friction, experiments are
carried out by finding the angle of inclination of the runway when the object will move.
Meanwhile, the coefficient of kinetic friction can be determined by observing the launch
of an object from the top of an inclined plane whose angle has been adjusted. The object
is placed on the anvil with an angle setting for the kinetic friction coefficient and without
an angle setting for the statistical friction coefficient on the anvil. This experiment was
documented and then explained using video tracking. The results obtained are that the
surface area of the object influences the statistical and kinetic friction coefficients.
Keywords: static friction force and kinetic friction force
PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu pesat menuntut guru untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam segala aspek kehidupan. Melalui kreativitas tersebut, guru diharapkan
mampu menempatkan siswa ke dalam ranah yang lebih kompleks untuk siap menghadapi tantangan
dalam era global(Lestari et al., 2019).Fisika didasarkan pada pengamatan eksperimental dan
pengukuran kuantitatif. Hukum dasar dinyatakan dalam bahasa matematika - alat yang
menyediakan jembatan antara teori dan eksperimen. Suatu benda yang bersinggungan dan
kemuadian diamati, maka akan terlihat bahwa pergerakanya seperti dilawan oleh suatu gaya.
Fenomena ini dinamakan gesekan. Sedangkan gaya yang bekerja didalamnya disebut dengan
gaya gesek. Benda diam cenderung memiliki gaya gesek statis yang berlawanan dengan arah
geraknya. Ketika benda yang berada diatas landasan diberi gaya yang sejajar dan tidak bergerak,
maka gaya gesek bernilai lebih besar dari nol hingga mencapai nilai gaya gesek statis maksimum.
Gaya gerak yang lebih besar dari gaya gesek statis maksimum akan membuat benda
bergerak, dengan demikian gaya-gaya gesek yang bekerja akan berkurang besarnya, sehingga
untuk mempertahankan gerak dibutuhkan gaya yang lebih kecil yakni gaya gesek kinetis.
Perbandingan gaya gesek kinetis maupun statis maksimum dengan gaya normalnya masing-masing
dikenal dengan nama koefisien gesek kinetis dan statis. Tujuannya adalah untuk mengetahui
koefisien gaya gesek statis dan kinetis pada permukaan benda. Fisika sangat erat kaitannya dengan
kehidupan kita sehari-hari, kaitan fisika ini akan berguna bagi kehidupan apabila sudah diwujudkan
dalam bentuk hasil teknologi(Tancenca, 2021).
Gaya gesekan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari misalnya gesekan yang terjadi
pada mesin mobil, sehingga dengan mempelajari hukum gaya untuk gaya gesekan diharapkan
mampu menyatakan gaya gesekan dan sifat-sifat benda dan lingkungannya. Dalam menganalisis
nilai koefisien gesek statis secara manual sering kali terjadi kesalahan dalam menentukan besar
sudutnya, oleh karena itu kecanggihan teknologi sangat diperlukan dalam menganalisis koefisien
gesek statis supaya nilai sudut yang diperoleh lebih tepat.

METODE

Metode yang digunakan pada pembuatan artikel ini adalah menggunakan metode summarize
yakni metode review jurnal dengan menulis kembali sumbernya dengan kalimat sendiri, metode ini
sering di gunakan teman-teman dalam tugas kuliah pada beberapa mata kuliah yang
memerintahkan mereview jurnal penelitian. Review jurnal hanya menyimpulkan saja, mengambil
sedikit pokok latar belakang, tujuan penelitian, metode penelitian, sampel dan populasi, alat dan
bahan, hasil penelitian dan sedikit pokok pembahasan juga kesimpulan yang dapat diambil dari
jurnal penelitian tersebut.
Database yang digunakan dalam penelitian ini adalah Google Scholar, kata kunci yang
digunakan adalah koefisien gesek statis dan koefisien gesek dinamis untuk mencari topik, abstract,
dan isi dari Review publikasi ilmiah saya. saya mendapatkan 5 jurnal. Yang dimana untuk review
publikasi ilmiah ini saya menggunakan jurnal akademik, dan prosiding. Saya mengategorikan dan
menjelaskan koefisien gesek statis dan koefisien gesek dinamis sesuai dengan jurnal yang telah
dibaca. Pada jurnal yang saya temukan, hasil dari percobaan setiap jurnal menggunakan metode
percobaan eksperimen yang dimana metode ini memudahkan saat melakukan percobaan, karena
dapat melakukan perbandingan secara langsung dan juga dapat mengembangkan sikap ilmiah dan
dapat dijadikan pengalaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koefisien Gesek Statis (Μs)


Benda diletakkan pada sebuah bidang dengan kemiringan seperti GAMBAR 1 dalam
keadaan diam. Dalam posisi ini gaya gesek statis yang bekerja pada benda sebanding dengan
komponen gaya berat benda pada arah . Jika sudut kemiringan bidang diubah sebesar maka benda
tepat akan bergerak, sehingga gaya gesek statis antara permukaan benda dan bidang mencapai nilai
maksimum. Perbandingan antara gaya gesek statis dengan gaya normalnya adalah koefisien gesek
statis (μs). ⃗
f smax =μ s ⃗
N.

N adalah gaya normal yang diberikan permukaan bidang pada benda. Karena benda tidak bergerak
pada arah , maka berdasarkan hukum I Newton, diperoleh:
∑ f y =0
N=mgcos θ
Komponen gaya pada arah dapat dijabarkan sebagai berikut:
∑ F x =0
mg sin θ−f s =0
mg sin θ=μ s N
mg sin θ=μ s mgcos θ
Dengan demikian, diperoleh persamaan untuk menentukan koefisien gesek statis (μs) yakni:
μs =tan θ
Berdasarkan hasil analisis melalui video tracker didapatkan hasil koefisien gesek statis pada
masing-masing luas permukaan sebagai berikut :

TABEL 1 menyatakan bahwa nilai koefisien gesek statis pada masing-masing luas permukaan
hampir sama, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan, perbedaan interval nilai koefisien gesek
statis satu dengan yang lainya adalah Nilai korelasi kedua variabel adalah 0.78. Hal ini berarti luas
permukaan berpengaruh terhadap koefisien gesek statis.

Koefisien Gesek Kinetis (μk)


Suatu benda diletakkan pada suatu bidang dengan sudut kemiringan tertentu dalam keadaan
diam dan kemudian meluncur dengan percepatan sebesar , maka gaya gesek antara permukaan
benda dan bidang adalah gaya gesek kinetis. Perbandingan antara gaya gesek kinetis dengan gaya
normal mempunyai nilai yang relatif konstan disebut dengan koefisien gesek kinetis (μk).
Komponen gaya pada arah dapat dijabarkan sebagai berikut:
∑ F x =ma
mg sin θ−f x =¿ ma¿
mg sin θ−μ k mg cos θ=ma
g¿ (5)
Bila a adalah dv/dt maka kecepatan (v) didapatkan dari hasil integral dari persamaan
∫ dv=∫ g ¿
v=¿
Persamaan (5) dapat didekati dengan regresi linear grafik kecepatan benda tiap satuan waktu,
dengan gradien kemiringan .
v= At +B
A=¿
Dengan demikian, diperoleh persamaan untuk menentukan koefisien gesek kinetis (μk) yakni:
A
μs =tan θ−
g cos θ
Data pada eksperimen ini dilakukan pada empat sudut yang berbeda, dengan masing-masing
perulangan sebanyak dua kali. Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan
software tracker. Proses tracking berfungsi untuk menentukan posisi benda per frame, kecepatan
benda, serta menampilkan grafik kecepatan terhadap waktu seperti pada GAMBAR 1.

Gambar 1. Parameter A dan B

Nilai koefisen gesek kinetis didapatkan dengan menggunakan regresi linear grafik pada persamaan.
Hasil koefisen gesek kinetik yang telah dianalisis disajikan pada TABEL 2. TABEL 2 menunjukan
bahwa nilai koefisien gesek kinetis satu dengan yang lainya memiliki perbedaan yang tidak
signifikan, besarnya hanya . Nilai r hitung product moment pada masing-masing koefisien gesek
kinetik lebih besar daripada nilai r tabel. Hal ini mengindikasikan bahwa luas permukaan
berpengaruh terhadap koefisien gesek kinetik.
Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya
gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk
menggerakan salah satu benda akan dibawa oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya
tersebut namun berlawanan arah. Gaya gerak yang lebih besar dari gaya gesek statis maksimum
akan membuat benda bergerak, dengan demikian gaya-gaya gesek yang bekerja akan berkurang
besarnya, sehingga untuk mempertahankan gerak dibutuhkan gaya yang lebih kecil yakni gaya
gesek kinetis(Muhammad Fadli et al., 2022).
Gaya gerak yang lebih besar dari gaya gesek statis maksimum akan membuat benda
bergerak, dengan demikian gaya-gaya gesek yang bekerja akan berkurang besarnya, sehingga
untuk mempertahankan gerak dibutuhkan gaya yang lebih kecil yakni gaya gesek kinetis(Amirudin
et al., 2018). Gaya gesek statias dan gaya gesek kinetis juga termausk kedalam pembelajaran
bidang miring, yang dimana bidang miring adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu
sudut, yang bukan sudut tegak lurus, terhadap permukaan horizontal.
Benda dikatakan bergerak jika terjadi perubahan posisi atau kedudukan terhadap suatu titik
acuan pada selang waktu tertentu. Besaran yang dapat menggambarkan gerak benda antara lain
jarak, kecepatan, percepatan, perpindahan dan besaran fisis lainnya baik yang didapat dari hasil
perhitungan maupun dari pengukuran. Gerak menggelinding merupakan perpaduan gerak translasi
dan gerak rotasi. Jika bola atau silinder bergerak menggelinding pada bidang miring pada
kenyataannya akan mengalami percepatan yang nilainya bergantung pada besar sudut kemiringan
dan massa benda. Bidang miring merupakan salah satu pesawat sederhana yang sering
dimanfaatkan manusia dalam menjalankan aktivitasnya.
Salah satu pemanfaatan konsep bidang miring digunakan saat menaikkan barang ke mobil
angkut atau truk. Konsep ini umumnya dimanfaatkan untuk meringankan beban atau pekerjaan
supaya tidak membutuhkan gaya yang begitu besar(Syaepudin, 2018). Namun keuntungan ini akan
berbeda jika di sisi luar benda yang akan diangkut atau diluncurkan terdapat sebuah benda yang
menggantung. Seperti pada kasus ketika sebuah benda bermassa 𝑀 dan sebuah pendulum yang
menggantung pada sisi samping benda dengan massa 𝑚 akan diluncurkan pada sebuah bidang
miring dengan kemiringan sudut 𝛽. Pendulum tersebut akan mempengaruhi gerakan benda ketika
diluncurkan karena terdapat perbedaan posisi dan kecepatan. Sehingga secara matematis persamaan
lagrange akan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.

Gambar 2. Pendulum yang digantungkan pada massa 𝑴 dalam bidang miring


Misalkan 𝑧 adalah koordinat 𝑀 sepanjang bidang, dan biarkan 𝜃 menjadi sudut pendulum
(lihat Gambar 2). Dalam koordinat Cartesian, posisi 𝑀 dan 𝑚 adalah: (𝑥, 𝑦)𝑀 = (𝑧 𝑐𝑜𝑠𝛽, −𝑧 𝑠𝑖𝑛𝛽)
(𝑥, 𝑦)𝑚 = (𝑧 𝑐𝑜𝑠𝛽 + 𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃, −𝑧 𝑠𝑖𝑛𝛽 − 𝑙𝑐𝑜𝑠𝜃) Dengan membedakan posisi ini, dapat ditemukan
bahwa kuadrat kecepatannya adalah: 𝑣𝑀 2 = 𝑧̇ 2 𝑣𝑚 2 = 𝑧̇ 2 + 𝑙 2𝜃̇2 + 2𝑙𝑧̇𝜃̇ cos( 𝑐𝑜𝑠𝛽𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑖𝑛𝛽
𝑠𝑖𝑛𝜃) Melalui persamaan lagrange 1 2 𝑀𝑧̇ 2 + 1 2 𝑚(𝑧̇ 2 + 𝑙 2𝜃̇2 + 2𝑙𝑧̇𝜃̇ cos(𝜃 + 𝛽)) 𝑀𝑔 sin 𝛽 +
𝑚𝑔 (𝑧 𝑠𝑖𝑛𝛽 + 𝑙 𝑐𝑜𝑠𝜃) Persamaan gerak yang diperoleh dari variasi 𝑧 dan 𝜃 adalah: (𝑀 + 𝑚)𝑧̈+
𝑚𝑙((𝜃̈cos( 𝜃 + 𝛽)) = (𝑀 + 𝑚)𝑔𝑠𝑖𝑛 β . 𝑙𝜃̈+ 𝑧̈cos(𝜃 + 𝛽) = −𝑔𝑠𝑖𝑛 𝜃.
Osilasi kecil yang terjadi pada titik kesetimbangan (di mana 𝜃̈= 𝜃̇ = 0). Sebelum menentukan
di mana posisi titik kesetimbangan. Persamaan pertama di atas memberikan 𝑧̈= 𝑔 𝑠𝑖𝑛 𝛽. Persamaan
kedua kemudian memberi 𝑔 sin𝛽 𝑐𝑜𝑠 (𝜃 + 𝛽) = −𝑔 𝑠𝑖𝑛 𝜃. Dengan memperluas istilah kosinus,
dapat ditemukan 𝑡𝑎𝑛 𝜃 = −𝑡𝑎𝑛 𝛽, jadi 𝜃 = −𝛽. (𝜃 = 𝜋 − 𝛽 kesetimbangan yang tidak stabil). Posisi
kesetimbangan pendulum terjadi pada saat tali tegak lurus terhadap bidang. Untuk menemukan
mode dan frekuensi normal untuk osilasi kecil, diberikan 𝜃 ≡ −𝛽 + 𝛿, dan rentangkan Pers. (4) ke
urutan pertama di 𝛿. Membiarkan 𝜂̈≡ 𝑧̈ − 𝑔 𝑠𝑖𝑛 𝛽 untuk memudahkan, maka didapat: (𝑀 + 𝑚)𝜂̈+
𝑚𝑙𝛿̈= 0 𝜂̈+ 𝑙𝛿̈+ (𝑔𝑐𝑜𝑠𝛽)𝛿 = 0 Dengan menggunakan metode determinan, maka frekuensi mode
normal untuk 𝜔1 = 0 dan 𝜔2 = √1 + 𝑚 𝑀 √ 𝑔𝑐𝑜𝑠𝛽 𝑙 Sehinga ditemukan bahwa frekuensi
pendulum dalam baki bermassa 𝑀 bergerak secara horizontal), namun dengan 𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝛽 di posisi 𝑔.
Melihat Persamaan (6), dan mengingat definisi 𝜂, diperoleh bahwa solusi umum untuk 𝜃 dan 𝑧
adalah 𝜃(𝑡) = −𝛽 + 𝐶 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 𝜙), (𝑡) − 𝐶𝑚𝑙 𝑀 + 𝑚 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 𝜙) + 𝑔𝑠𝑖𝑛𝛽 2 𝑡 2 + 𝐴𝑡 + 𝐵 Dengan
𝐵 nilainya adalah konstan, jadi akan diabaikan.

Tabel 3. Sudut kemiringan bidang dan koefisien gesek statis


Berdasarkan tabel diatas bahwa semakin besar sudut θ maka nilai μs juga akan semakin
bertambah besar. Kegiatan ini sangat rentan akan kesalahan sehingga pengguna kamera video
sebagai alat bantu pengamatan nilai lebih mampu memberikan data yang lebih valid. Data yang
diperoleh pada penelitian ini menunjukan nilai koefisien gesek statis rata-rata antara balok kayu
terhadap bidang papan kayu sebesar 0,7639.

KESIMPULAN
Berdasarkan artikel yang telah di review,dapat disimpulkan bahwa luas permukaan
berpengaruh terhadap koefisien gesek statis dan kinetis. Serta kemiringan lanadasan mempengaruhi
besar koefisien gesek statis dan kinetik. Semakin besar sudut kemiringannya maka semakin besar
koefisien gesek statisnya, namun untuk koefisien gesek kinetik terjadi sebaliknya.
SARAN
Kami menyadari jika dalam penyusunan artikel ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Lusia Oktri Wini,M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam membuat review jurnal dan artikel ini. Kami ucapkan terimakasih juga kepada
pihak yang menjadi Peer-Reviewers pada pembuatan studi literatur ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, D., Astro, R. B., Mufida, D. H., Humairo, S., & Viridi, S. (2018). Pengaruh Luas
Permukaan Benda Terhadap Koefisien Gesek Statis Dan Kinetis Pada Bidang Miring
Dengan Menggunakan Video Tracker. VII, SNF2018-PE-91-SNF2018-PE-97.
https://doi.org/10.21009/03.snf2018.01.pe.12
Lestari, I. M., Wijayanti, A., Sujatmika, S., & Ernawati, T. (2019). Prototype Alat Peraga Bidang
Miring Sebagai Media Pembelajaran Guided Inquiry Dalam Mengembangkan Critical
Thinking Skills. Prosiding Seminar Nasional MIPA 2019 Universitas Tidar, 2(1), 87–94.
Muhammad Fadli, Annisa Kamila Insani, Kasamira Delima, & Tyrra Aulia Rahma Mahfud.
(2022). Kajian Mekanika pada Materi Pesawat Sederhana: Review Publikasi Ilmiah. Mitra
Pilar: Jurnal Pendidikan, Inovasi, Dan Terapan Teknologi, 1(2), 171–190.
https://doi.org/10.58797/pilar.0102.09
Syaepudin, M. R. (2018). Menganalisis Sudut Pendulum Pada Bidang Miring Menggunakan
Software Tracker Video. Journal of Teaching and Learning Physics, 3(2), 14–20.
https://doi.org/10.15575/jotalp.v3i2.6553
Tancenca, A. (2021). Analisis Koefisien Gesek Statis Benda Pada Bidang Miring Mengunakan
Aplikasi Video Tracker. Jurnal Luminous: Riset Ilmiah Pendidikan Fisika, 2(2), 7.
https://doi.org/10.31851/luminous.v2i2.5919

Anda mungkin juga menyukai