Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR ILMU TANAH

“KLASIFIKASI TANAH”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. I Dewa Gede Maha Prawira Diva (2206541162)
2. I Made Agus Krisna Adi (2206541164)
3. Ni Ketut Sukma Dewi (2206541168)
4. Ni Komang Melani Wiswarani (2206541169)
5. Ni Kadek Dinda Prameswari (2206541172)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
2.1 Klasifikasi Tanah.............................................................................................................. 2
2.2 Sifat- Sifat Tanah Untuk Klasifikasi Tanah ..................................................................... 2
2.2.1 Pedon ......................................................................................................................... 2
2.2.2 Polipedon ................................................................................................................... 2
2.2.3 Profil Tanah ............................................................................................................... 2
2.3 Sistem Klasifikasi Tanah ................................................................................................. 3
2.3.1 Sistem Klasifikasi Tanah Indonesia .......................................................................... 3
2.3.2 Sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah ........................................................................ 4
2.3.3 Sistem Klasifikasi Tanah Nasional ............................................................................ 5
2.4 Survei dan Evaluasi Lahan ............................................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 7

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya yang melimpah,
salah satunya di sektor pertanian sehingga memiliki julukan sebagai negara agraris. Dalam
interpretasinya berdasarkan pengalaman untuk memodifikasi perkembangan sistem maka
dinbutuhkannya klasifikasi tanah dan aplikasinya pada survei maupun pemetaan.
Dikembangkan sejak tahun 1910 melalui pendekatan hingga proses pembentukan warna tanah.
Penggunaan klasifikasi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sifat sifat tanah
untuk pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan.
Berada di garis khatulistiwa menjadikan posisi yang strategis ini menjadi wadah
keuntungan dalam segi iklim tropika basah hingga suhu tinggi yang mempercepat proeses
pelapukan batuan menjadi tanah dan memberikan keberagaman hayati yang tinggi. Selain itu,
memberikan keberagaman sifat dan jenis yang terbentuk, sehingga setiap tanah mempunyai
sifat dan ciri tertentu dan berbeda satu dengan yang lainnya dengan masing masing potensi dan
kendalaa berbeda. Oleh karena itu, diperkukan input teknologi yang berbeda untuk suatu jenis
penggunaan pertanian dan atau non pertanian. Sehingga dalam penggunaan tanah perlu
pengelolahan yang baik, sesuai karakteristik dan podensi, kendala dan input teknologi spesifik
lokasi yang diperlukan agar diperolehnya produktivitas pertanian yang optimal dan
berkelanjutan melalui pemahaman klasifikasi tanah.
Sistem klasifikasi tanah perlu dibangun dan dimiliki oleh setiap pihak sesuai kebutuhan
dan perkembangan ilmu pengetahuan hingga teknologi tanah. Untuk peningkatan kualitas
diperlukannya struktural yang spesifik mungkin. Oleh karena itu, dimulai dengan pemahaman
klasifikasi tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu klasifikasi tanah?
2. Apa saja teknis klasifikasi tanah?
3. Bagaimana perkembangan klasifikasi tanah di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


1. Dapat mengetahui klasifikasi tanah
2. Dapat mengetahui teknis dari klasifikasi tanah
3. Untuk mengetahui perkembangan klasifikasi tanah di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Tanah

Merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah


antara satu dengan yang lain dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu
berdasarkan kesamaan sifat dan ciri yang dimiliki (Buol dkk., 1980). Tanah yang
dilkasifikasikan adalah benda alami yang terdiri dari padatan (mineral dan bahan
organik), cairan dan gas, yang terbentuk di permukaan bumi dari hasil pelapukan bahan
induk oleh interaksi faktor iklim, relief, organisme dan waktu, berlapis-lapis dan
mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sedaalam 2 meter ataau sampai batas
aktivitas biologi tanah.
2.2 Sifat- Sifat Tanah Untuk Klasifikasi Tanah

Keberagaman tanah, sifat tanah berbeda dari satu tempat ke tempat lain yang di
dasarkan pada morfologi tanah yaitu sifat dan ciiri tanah yang dapat diamati dan
diperlajari pada penampang profil tanah di lapang. Pengamatan di lapang dimulai
dengan membedakan lapisan lapisan tanah atau horizon-horizon. Horizon adalah
lapisan dalam tanah lebih kurang sejajar dengna permukaan tanah dan terbentuk karena
proses pembentukan tanah.
2.2.1 Pedon
Pedon adalah volume terkecil yang dapat disebut tanah. Pedon
mempunyai ukuran tiga dimensi. Batas bawah antara tanah dengan bukan tanah
sedang batas lateralnya (panjang dan lebar) cukup luas untuk mempelajari sifat-
sifat Horizon tanah yang ada. Luasnya berkisar antara 1 – 10 m2 tergantung dari
keragaman Horizon.
2.2.2 Polipedon
Polipedon adalah kumpulan lebih dari satu pedon yang sama atau
hampir sama yaitu semuanya mempunyai sifat yang memenuhi syarat untuk
dikelompokkan kedalam satu seri tanah. Luas polipedon minimum 2 m2 (dua
pedon) sedang lusas maksimum tidak terbatas.
2.2.3 Profil Tanah
Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi
pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut Horizon
Tanah. Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut

2
komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari
dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah
(leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-
horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah.
Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif tanah yang masih dapat
dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah
berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau
Pengenalan tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-
sifat profil tanah. Profil tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-
lapisan tanah yang dianggap sejajar permukaan bumi. Profil tanah dipelajari
menggali tanah dengan dinding lubang vertikal kelapisan yang lebih bawah.
2.3 Sistem Klasifikasi Tanah
Perkembangan penelitian klasifikasi tanah di Indonesia berawal dari
pembentukan Kebun Raya Bogor yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1817 oleh C.G.C.
Reinwardt. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan akan penelitian pertanian
sangat diperlukan, sehingga pada tahun 1880- an sampai awal tahun 1900-an, Direktur
Kebun Raya Bogor yang waktu itu dijabat oleh Melchior Treub mendirikan tujuh
lembaga penelitian sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1905, Treub
mengadakan reorganisasi lembaga-lembaga penelitian yang ada di Bogor menjadi
bagian teknis dari Departement van Landbow/ Departemen Pertanian. Bersamaan
dengan itu, dibangun sebuah Laboratoria voor Inlandschen en voor
Bodemonderzoekingen (Laboratorium-laboratorium untuk Pertanian Rakyat dan untuk
Penyelidikan Tanah). Dengan demikian pada tahun 1905 dijadikan sebagai tonggak
sejarah lahirnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat/Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, karena pada tahun
itulah sebuah lembaga penelitian yang bergerak di bidang penelitian tanah/ lahan
didirikan di Hindia Belanda (Nederlands Indie), yang kini menjadi Indonesia

2.3.1 Sistem Klasifikasi Tanah Indonesia


Penelitian tanah dimulai pada tahun 1905, akan tetapi penelitian tanah
di indonesia dimulai tahun 1817. Klasifikasi tanah pertama disusun oleh E.C.J.
Mohr pada tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan atas prinsipgenesis, dan
tanah-tanah yang diklasifikasikan diberi nama atas dasar warna. Pada tahun
1974 dan 1975, mulai diperkenalkan sistem klasifikasi tanah dunia, yaitu “Soil
Unit” dari FAO/UNESCO (1974) dan “Soil Taxonomy” dari USDA (1975).
Praktis sejak tahun 1975 berkembang tiga sistem klasifikasi tanah di Indonesia.
Sistem “Soil Taxonomy” dinilai oleh para pakar memiliki banyak kelebihan,
sehingga lebih banyak dipelajari dan dipromosikan oleh para peneliti dan staf
pengajar perguruan tinggi lulusan dari Amerika Serikat dan Eropa untuk
diterapkan pada kegiatan pemetaan tanah di Indonesia. Gencarnya promosi
Penggunaan “Soil Taxonomy” di lembaga- lembaga penelitian dan perguruan
tinggi serta kebutuhan mendesak untuk tujuan survei dan pemetaan tanah, maka
pada Kongres Nasional V Himpunan Ilmu Tanah Indonesia di Medan tahun
1989 telah memutuskan penggunaan “Soil Taxonomy” sebagai sistem

3
klasifikasi tanah yang formal digunakan secara nasional untuk keperluan survei
dan pemetaan tanah, pendidikan ilmu tanah di perguruan tinggi dan praktek-
praktek pertanian di Indonesia (Hardjowigeno 1993).

Sejak saat itu penggunaan klasifikasi tanah mulai ditinggalkan,


sebaliknya di Lembaga Penelitian Tanah mulai menerapkan “Soil Taxonomy”,
yang diawali oleh kerjasama FAO dan Lembaga Penelitian Tanah pada tahun
1977 pada pemetaan sumberdaya lahan di DAS Cimanuk skala 1:100.000 , DAS
Solo Bagian Atas skala 1:25.000 tahun 1980 dan DAS Sekampung skala
1:100.000 tahun 1981 untuk Survei dan Pemetaan Sumberdaya Lahan untuk
Perencanaan Penggunaan Lahan. Kedua kegiatan tersebut menggunakan land
unit sebagai wadah satuan peta yang berisi satuan landform berdasarkan
Catalogue of Landform for Indonesia dan klasifikasi Taksonomi Tanah sebagai
satuan tanahnya. Kemudian aplikasinya pada survei dan pemetaan tanah tingkat
tinjau di Sulawesi Tenggara I dan II pada tahun 1982 dan 1983 serta Sumatera
Barat I dan II. Demikian pula dengan survei dan pemetaan tanah tingkat detil di
DAS Jratun Seluna dan DAS Brantas menggunakan Taksonomi Tanah sampai
tingkat seri tanah. Secara besar-besaran penggunaan klasifikasi Taksonomi
Tanah melalui kegiatan survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau Pulau
Sumatera dan pemetaan tanah tingkat semidetil di daerah pengembangan di 18
provinsi di luar Pulau Sumatera , serta kegiatan-kegiatan survei dan pemetaan
tanah sampai saat ini. Dalam Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah 2011 di
Surakarta, para pakar telah sepakat untuk menggunakan kembali Sistem
Klasifikasi Tanah Nasional dan secara bertahap sistem tersebut disempurnakan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna sesuai dengan kondisi sumberdaya tanah
yang ada dan perkembangan IPTEK tanah di Indonesia.
2.3.2 Sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah
Sistem “Soil Taxonomy” merupakan sistem klasifikasi tanah yang
dibangun oleh para pakar ilmu tanah dunia, secara komprehensif, sistematik dan
menggunakan pendekatan morfometrik (kuantitatif). Sistem ini menuntut data
yang lengkap dengan metode analisis yang baku. Tata nama dibuat dari bahasa
Latin dan atau Inggris. Revisi buku panduan dilakukan sangat cepat hampir
setiap dua tahun sekali. Kondisi ini menghambat perluasan penggunaan sistem
tersebut serta menyulitkan pengguna data. Versi terakhir dari publikasi buku
kunci taksonomi tanah “Keys to Soil Taxonomy” adalah Edisi-12 tahun 2014.
Klasifikasi tanah dibagi dalam enam kategori, yaitu Ordo, Sub-Ordo, Great
group, Sub-Group, Famili dan Seri (Soil Survey Staff 2010). Secara umum
taksonomi tanah juga membagi tanah berdasarkan asal bahan induknya menjadi
dua bagian, yaitu tanah organik (Histosol) dan tanah-tanah mineral. Di
Indonesia telah diinventarisir sebanyak 10 Ordo tanah dari 12 Ordo tanah yang
ada di dunia, yaitu: Histosol, Entisol, Inceptisol, Andisol, Mollisol, Vertisol,
Alfisol, Ultisol, Spodosol, Oxisol. Hanya dua Ordo tanah yang tidak dijumpai
di Indonesia yaitu: Aridisol, tanah pada daerah iklim sangat kering (aridik), dan
Gelisol, tanah pada daerah sangat dingin (gelik, es). Untuk memudahkan
penggunaan sistem klasifikasi Taksonomi Tanah di Indonesia, para peneliti dari
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat telah mengalih- 6 bahasakan buku Keys

4
to Soil Taxonomy ke dalam bahasa Indonesia. Alih bahasa ini terwujud melalui
kerjasama internasional yang menangani masalah klasifikasi termasuk
klasifikasi tanah tropika. Buku pertama yang dialihbahasakan adalah Keys to
Soil Taxonomy edisi keempat (Soil Survey Staff 1990), selanjutnya Keys to
Soil Taxonomy edisi kedelapan (Soil Survey Staff 1998) dialihbahasakan
menjadi Kunci Taksonomi Tanah Edisi Kedua (Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat 1999)
2.3.3 Sistem Klasifikasi Tanah Nasional

Sistem klasifikasi tanah nasional yang akan digunakan dalam


mendukung pewilayahan komoditas pertanian mengacu kepada sistem
klasifikasi tanah yang telah ada (Suhardjo dan Soepraptohardjo, 1981) yang
merupakan penyempurnaan dari sistem Dudal & Soepraptohardjo (1957, 1961).
Sistem klasifikasi tanah didasarkan pada morfogenesis, bersifat terbuka dan
dapat menampung semua jenis tanah di Indonesia. Struktur klasifikasi tanah
terbagi dalam 2 tingkat/kategori, yaitu Jenis Tanah dan Macam Tanah.
Pembagian Jenis Tanah didasarkan pada 208 Dian Fiantis susunan horison
utama penciri, proses pembentukan (genesis) dan sifat penciri lainnya. Pada
tingkat Macam Tanah digunakan sifat tanah atau horison penciri lainnya. Tata
nama pada tingkat Jenis Tanah lebih dominan menggunakan nama Jenis Tanah
yang lama dengan beberapa penambahan baru. Sedangkan pada tingkat Macam
Tanah sepenuhnya menggunakan nama/istilah yang berasal dari Unit Tanah
FAO/UNESCO dan atau Sistem Taksonomi Tanah USDA.
Perbaikan/penyempurnaan sistem dapat dilakukan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan perkembangan iptek tanah sesuai
dengan kondisi sumberdaya tanah di Indonesia.

2.4 Survei dan Evaluasi Lahan


Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik, dan biologi
di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan
umum maupun khusus. Tujuannya adalah mengklasifikasi, menganalisis dan
memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, sama sifatnya kedalma satuan
peta tanah.Sifat dari satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedang
uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei tanah yang selalu menyertai perta
tanah tersebut.
Tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk
tujuan tertentu. Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu
daerah.Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.Inti
evaluasi merupakan bagian membandingkna persyaratan yang diminta oleh tipe
penggunaan lahan yang akan direapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang
dimiliki leh lahan yang akan digunakan.Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi
lahan atau kelas kesesuaian/ kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut.

5
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Klasifikasi tanah merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan
sifat-sifat tanah antara satu dengan yang lain dan mengelompokkan tanah ke dalam
kelas-kelas tertentu berdasarkan kesamaan sifat dan ciri yang dimiliki. Sifat tanah
berbeda dari satu tempat ke tempat lain yang di dasarkan pada morfologi tanah yaitu
sifat dan ciiri tanah yang dapat diamati dan diperlajari pada penampang profil tanah di
lapang. Pengamatan di lapang dimulai dengan membedakan lapisan lapisan tanah atau
horizon-horizon. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas
ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau Pengenalan tanah di lapangan
dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Sistem klasifikasi
tanah nasional yang akan digunakan dalam mendukung pewilayahan komoditas
pertanian mengacu kepada sistem klasifikasi tanah yang telah ada yang merupakan
penyempurnaan dari sistem Dudal & Soepraptohardjo

6
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. (1993). Klasifikasi Tanah dna Pedogenesis . Jakarta: Akademika Pressindo.


Soepraptohardjo, M. (1961). Sistim Klasifikasi Tanah di Balai Penyelidikan Tanah. Bogor: Kongres
Nasional Ilmu Tanah (KNIT) I.
Subardja, D. S. (2014). Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Bogor: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Utomo, I. (2016). Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengelolaaan. Kencana .

Anda mungkin juga menyukai