Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MUHAMMADIYAH DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Dosen pengampuh:
Waris, S.Pd., ME

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

Nur Apriliana.s (105731112823)


Nur Imelda Putri (105721118623)
NUR JINDASARI (105721132423)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga,
maupun pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas dan Kualitasnya” tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Waris, S.Pd., ME selaku dosen mata pelajaran agama
islam atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada
penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 : PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan 5
BAB 2 : PEMBAHASAN 6

2.1 Analisis Peran Ahmad Dahlan dalam Pemikiran tentang Perempuan dalam Islam

2.2 Penelusuran Program Pemberdayaan Perempuan oleh Gerakan Aisyiyah


BAB 3 : PENUTUP 16

3.1 Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada awal abad ke-20, Indonesia tengah mengalami perubahan sosial, politik,
dan budaya yang signifikan akibat kolonialisme dan modernisasi. Di tengah situasi
tersebut, kelompok Islam reformis, termasuk Muhammadiyah, muncul sebagai
gerakan pembaruan untuk menanggapi tantangan zaman. Salah satu tokoh sentral
dalam gerakan ini adalah Ahmad Dahlan, seorang pemikir dan pemimpin yang
visioner.Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 dengan tujuan
utama untuk memperbaiki kondisi umat Islam, termasuk perempuan, melalui
pendekatan yang terencana dan terorganisir. Salah satu upaya utamanya adalah
melalui Gerakan Aisyiyah, yang didirikan pada tahun 1917 sebagai bagian dari
Muhammadiyah untuk memperdayakan perempuan.

Latar belakang sosial masyarakat pada masa itu menunjukkan bahwa


perempuan Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti akses terbatas
terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi, serta keterbatasan
dalam hal pengambilan keputusan dan partisipasi dalam kehidupan publik.
Dalam konteks ini, gerakan pemberdayaan perempuan yang dipelopori oleh
Muhammadiyah,khususnya melalui Gerakan Aisyiyah, menjadi sangat relevan. Latar
belakang inilah yang mendorong penelitian lebih lanjut untuk menganalisis peran Ahmad
Dahlan dan Gerakan Aisyiyah dalam upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia.

4
1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana Ahmad Dahlan memandang peran perempuan dalam masyarakat Islam


pada awal abad ke-20, dan bagaimana visinya tercermin dalam pendirian Muhammadiyah
dan Gerakan Aisyiyah?

2.Apa saja program-program konkrit yang dilaksanakan oleh Gerakan Aisyiyah dalam
rangka pemberdayaan perempuan, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, dan kepemimpinan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah :

1.Menganalisis peran Ahmad Dahlan dalam pemikiran tentang perempuan dalam Islam
pada awal abad ke-20, serta mengidentifikasi bagaimana visinya tercermin dalam
pendirian Muhammadiyah dan Gerakan Aisyiyah.

2.Menelusuri program-program konkret yang dilaksanakan oleh Gerakan Aisyiyah dalam


rangka pemberdayaan perempuan, dengan fokus pada pendidikan, kesehatan, ekonomi,
dan kepemimpinan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Peran Ahmad Dahlan dalam Pemikiran tentang Perempuan dalam Islam

Ahmad Dahlan, sebagai tokoh sentral dalam gerakan pembaruan Islam di Indonesia pada
awal abad ke-20, memiliki pandangan yang progresif dan inklusif tentang perempuan dalam Islam.
Beliau menyadari bahwa dalam masyarakat tradisional, perempuan sering kali dikesampingkan
dan memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi.
Oleh karena itu, Ahmad Dahlan percaya bahwa untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan
beradab, perempuan harus diberdayakan dan diberikan kesempatan yang sama untuk
berkembang dan berkontribusi.
Dalam pandangan Ahmad Dahlan, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam
Islam. Beliau menekankan bahwa Islam memandang perempuan sebagai individu yang memiliki
martabat dan hak-hak yang sama dengan laki-laki, meskipun dengan perbedaan-perbedaan
tertentu sesuai dengan kodrat dan peran masing-masing. Ahmad Dahlan memahami bahwa
dalam prakteknya, pemahaman tentang peran perempuan dalam Islam sering kali tertutupi oleh
budaya patriarki dan penafsiran yang kaku terhadap teks-teks agama.
Dengan membangun Muhammadiyah pada tahun 1912, Ahmad Dahlan tidak hanya bertujuan
untuk mereformasi ajaran keagamaan Islam tetapi juga untuk memperbaiki kondisi sosial umat
Islam, termasuk perempuan. Salah satu upaya nyata Ahmad Dahlan dalam mewujudkan visi
5
pemberdayaan perempuan adalah dengan mendirikan Gerakan Aisyiyah pada tahun 1917
sebagai bagian integral dari Muhammadiyah.
Gerakan Aisyiyah dipandang sebagai jawaban konkret dari visi Ahmad Dahlan tentang
pemberdayaan perempuan dalam Islam. Melalui Gerakan Aisyiyah, perempuan didorong untuk
aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sekolah-sekolah Aisyiyah
didirikan untuk memberikan akses pendidikan yang berkualitas bagi perempuan, sementara klinik-
klinik Aisyiyah memberikan layanan kesehatan yang terjangkau dan terpercaya.
Selain itu, Gerakan Aisyiyah juga mendorong perempuan untuk mengembangkan keterampilan
ekonomi melalui koperasi wanita dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Lebih dari itu, Gerakan
Aisyiyah juga mengedepankan pengembangan kepemimpinan perempuan, baik di dalam struktur
organisasi Muhammadiyah maupun dalam masyarakat luas.
Dengan demikian, Ahmad Dahlan tidak hanya memahami peran penting perempuan dalam
Islam, tetapi juga berusaha keras untuk mewujudkan pemberdayaan mereka melalui tindakan
konkret. Kontribusi Ahmad Dahlan dalam hal ini tidak hanya membawa perubahan signifikan bagi
perempuan pada masanya, tetapi juga memberikan landasan penting bagi gerakan
pemberdayaan perempuan di Indonesia hingga saat ini.

2.2. Penelusuran Program Pemberdayaan Perempuan oleh Gerakan Aisyiyah


Gerakan Aisyiyah, sebagai bagian integral dari Muhammadiyah, telah melaksanakan
berbagai program pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan memperluas kesempatan bagi perempuan di berbagai bidang kehidupan. Program-program
ini dirancang dengan memperhatikan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh perempuan
dalam masyarakat, serta berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam yang inklusif dan progresif.
Salah satu program utama yang dilaksanakan oleh Gerakan Aisyiyah adalah di bidang
pendidikan. Gerakan Aisyiyah mendirikan sekolah-sekolah Aisyiyah yang menyediakan
pendidikan formal bagi perempuan, mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Sekolah-sekolah
ini tidak hanya memberikan akses pendidikan yang berkualitas, tetapi juga memberikan perhatian
khusus pada pembinaan karakter dan kepemimpinan perempuan. Selain itu, Gerakan Aisyiyah
juga mengadakan program pendidikan non-formal seperti kursus-kursus keterampilan dan
pelatihan untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam berbagai bidang.Di bidang kesehatan,
Gerakan Aisyiyah mendirikan klinik-klinik Aisyiyah yang memberikan pelayanan kesehatan dasar
serta layanan kesehatan reproduksi kepada perempuan dan keluarga mereka. Klinik-klinik ini tidak
hanya bertujuan untuk meningkatkan akses perempuan terhadap layanan kesehatan, tetapi juga
untuk memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan pola hidup sehat
kepada masyarakat.
Selain pendidikan dan kesehatan, Gerakan Aisyiyah juga aktif dalam bidang ekonomi. Mereka
mendirikan koperasi wanita yang memberikan pelatihan kewirausahaan dan modal usaha kepada
perempuan agar dapat mandiri secara ekonomi. Program-program ekonomi ini membantu
perempuan untuk mengembangkan keterampilan dan memperluas peluang usaha mereka,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan memberikan kontribusi positif bagi
pembangunan ekonomi lokal.

6
Selain dari program-program tersebut, Gerakan Aisyiyah juga memberikan perhatian khusus
pada pengembangan kepemimpinan perempuan. Mereka menyediakan pelatihan kepemimpinan
dan memberikan dukungan bagi perempuan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi,
baik di tingkat lokal maupun nasional. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan pemimpin perempuan
yang tangguh dan berkualitas, yang dapat berperan aktif dalam memajukan masyarakat dan
membela hak-hak perempuan.
Dengan penelusuran program-program pemberdayaan perempuan oleh Gerakan Aisyiyah ini,
dapat dipahami bagaimana upaya konkret telah dilakukan oleh organisasi ini dalam meningkatkan
kualitas hidup dan memperluas kesempatan bagi perempuan di Indonesia. Program-program ini
bukan hanya sekadar wacana, tetapi telah memberikan dampak nyata bagi perempuan dan
masyarakat secara luas.

7
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dalam konteks perjuangan pemberdayaan perempuan di Indonesia, peran Ahmad Dahlan dan
Gerakan Aisyiyah sebagai bagian dari Muhammadiyah memiliki dampak yang sangat signifikan.
Ahmad Dahlan, dengan pemikiran progresifnya tentang perempuan dalam Islam, mendirikan
Muhammadiyah sebagai wahana untuk mereformasi ajaran Islam dan memperjuangkan hak-hak
perempuan.
Gerakan Aisyiyah, sebagai implementasi langsung dari visi pemberdayaan perempuan Ahmad
Dahlan, telah menjalankan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan memperluas kesempatan bagi perempuan di berbagai aspek kehidupan. Melalui pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan pengembangan kepemimpinan, Gerakan Aisyiyah telah memberikan
kontribusi yang berarti dalam meningkatkan martabat dan kemandirian perempuan di Indonesia.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam implementasi program-
programnya, Gerakan Aisyiyah tetap teguh dalam prinsip-prinsipnya untuk memperjuangkan hak-
hak perempuan dan memberdayakan mereka dalam masyarakat. Relevansi Gerakan Aisyiyah
dalam konteks pemberdayaan perempuan di Indonesia saat ini masih terasa kuat, dan
prospeknya di masa depan sangatlah cerah dengan dukungan yang terus-menerus dari
masyarakat dan pemerintah.
Dengan demikian, kontribusi Ahmad Dahlan dan Gerakan Aisyiyah dalam pemberdayaan
perempuan tidak hanya berdampak pada masanya, tetapi juga memberikan landasan yang kokoh
bagi gerakan pemberdayaan perempuan yang terus berkembang di Indonesia. Semoga
kesadaran akan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan bangsa semakin meningkat,
dan upaya untuk memperjuangkan hak-hak mereka terus berlanjut dengan semangat dan tekad
yang kuat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. (2002). The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia:


Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern ‘Ulama’ in the Seventeenth and
Eighteenth Centuries. Honolulu: University of Hawaii Press.
Dhofier, Zamakhsyari. (1999). Tradisi pesantren: studi tentang pandangan hidup kyai.
Jakarta: LP3ES.
Lukens-Bull, Ronald. (1996). A Peaceful Jihad: Negotiating Identity and Modernity in Muslim
Java. Contempory Islam, 1(2), 141-170.
Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Palgrave Macmillan.
Siti Ruhaini Dzuhayatin. (2008). Engendering Indonesian Islamic Politics: The Role of
Muslimat Nahdlatul Ulama. Studia Islamika, 15(2), 273-317.
Zuhdi, Susanto. (2012). Gerakan Aisyiyah dan Pendidikan Perempuan. Jurnal Pendidikan
Islam, 1(1), 42-56.

Anda mungkin juga menyukai