31 Oktober 2023
SPM dalam UU 23/2014 tentang
Pemerintah Daerah
Pasal 1 Butir 17 : Urusan Wajib terkait Pelayanan Dasar
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib
yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal
Pasal 18 Ayat 1 :
Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar Pendidikan Kesehatan Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).
Pasal 18 Ayat 2 :
Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pekerjaan Perumahan
Umum Rakyat Trantibumlinmas
Pasal 298 Ayat 1 :
Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan
Wajib yang terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan standar
pelayanan minimal
SPM dalam UU 1/2022 tentang HKPD Desain Transfer ke Daerah
Pasal 130 :
DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 ayat (1) DBH
digunakan untuk memenuhi pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan • DBH Pajak
tingkat capaian kinerja layanan Daerah. • DBH SDA
DAU
Pasal 135 Ayat 1 dan 2:
(1) Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal kepada Daerah atas pencapaian DAK
kinerja berdasarkan kriteria tertentu.
• DAK Fisik
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perbaikan
• DAK Non Fisik
dan/atau pencapaian kinerja Pemerintahan Daerah, antara lain pengelolaan • Hibah Daerah
Keuangan Daerah, pelayanan umum pemerintahan, dan pelayanan dasar.
Dana Otsus
Pasal 141 Ayat 1 :
Pemerintah Daerah menyusun program pembangunan Daerah sesuai dengan • Otsus Aceh
prioritas dan kebutuhan Daerah yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan • Otsus Papua
Urusan Pemerintahan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar publik dan • Otsus Papua Barat
pencapaian sasaran pembangunan. • Tambahan Infrastruktur Papua
• Tambahan Infrastruktur Papua Barat
Pasal 144 Ayat 1 : Dana Keistimewaan Yogyakarta
Belanja untuk pemenuhan kebutuhan Urusan Pemerintahan wajib yang terkait
dengan pelayanan dasar publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (1)
Dana Desa
disesuaikan dengan kebutuhan untuk pencapaian standar pelayanan minimal.
UU No. 23 Tahun 2014 PP No. 2 Tahun 2018 Dokumen Perencanaan Dokumen Perencanaan
tentang Pemerintahan pedoman tentang Standar pedoman Jangka Menengah dan pedoman Jangka Menengah dan
Daerah Pelayanan Minimal Tahunan tingkat Nasional Tahunan tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota
diacu diacu
diacu
Terwujudnya Pembangunan
Berkelanjutan
Modal Sosial
Budaya
Indonesia Maju
yang Berdaulat, Prioritas RPJMN 2020 – 2024:
Mandiri, dan
1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk 5. Memperkuat Infrastruktur
Pertumbuhan yang Berkualitas Mendukung Pengembangan
Gotong Royong 3.
Meningkatkan SDM Berkualitas dan
Bencana dan Perubahan Iklim
Berdaya Saing
7. Memperkuat Stabilitas
4.
Revolusi Mental dan Pembangunan Polhukhankam dan Transformasi
Kebudayaan Pelayanan Publik
PP PP
Pembangunan Target Persentase Capaian Penerapan SPM
Pembangunan
Wilayah Nusa Wilayah Capaian
Sulawesi Target Capaian
Tenggara Indikator Penerapan SPM
2024
2022*
PP Pembangunan
Persentase capaian SPM bidang Pendidikan 76% 100%
Wilayah Kalimantan
Persentase capaian SPM bidang Kesehatan 83% 100%
Kegiatan Prioritas: Persentase capaian SPM bidang Pekerjaan Umum 66% 100%
•1 Pengembangan Sektor Unggulan •4 Pengembangan Daerah Persentase capaian SPM bidang Perumahan Rakyat 70% 100%
Tertinggal, Kawasan
•2 Pengembangan Kawasan Strategis Persentase capaian SPM bidang Sosial 75% 100%
Perbatasan, dan Perdesaan
•3 Pengembangan Kawasan Perkotaan Persentase capaian SPM bidang Trantibumlinmas 80% 100%
• Kelembagaan dan Keuangan
5
Jawa-Bali 89%
Kalimantan 85%
Nusra 70%
Sulawesi 54%
Sumatera 52%
Maluku 50%
64% Papua 22%
Rata-rata Capaian SPM PU
tingkat Provinsi 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Nusra 79%
Jawa-Bali 76%
Kalimantan 67%
Sulawesi 59%
Sumatera 41%
57% Maluku 40%
Rata-rata Capaian SPM PU Papua 39%
Pada Jenis Layanan Pemenuhan Kebutuhan
Air Minum Curah lintas Kabupaten/Kota 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Jawa-Bali 82%
Kalimantan 64%
Maluku 40%
Nusra 40%
Sumatera 40%
Sulawesi 32%
48% Papua 0%
Rata-rata Capaian SPM PU
Pada Jenis Layanan Penyediaan Pelayanan Pengolahan 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Air Limbah Domestik Regional Lintas Kab/Kota : Target Capaian Penerapan : Target Penerapan Capaian
: Rata-rata Nasional
Sumber: Sekber SPM Bangda Kemendagri (data capaian tahun 2022 yang dilaporkan hingga Juli 2023), diolah Bappenas SPM 2022 (82,85%) SPM 2024 (100%)
Rekapitulasi Capaian Indeks Penerapan SPM PU tahun 2022
Jenis Layanan Tingkat Kabupaten/Kota
Capaian Penerapan Jenis Layanan Pemenuhan
Pemenuhan Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari
Jawa-Bali 69%
Sumatera 65%
Kalimantan 59%
Sulawesi 57%
Maluku 53%
58% Nusra 45%
Rata-rata Capaian SPM PU Papua 6%
Pada Jenis Layanan Pemenuhan
Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Jawa-Bali 66%
Sumatera 61%
Sulawesi 57%
Kalimantan 54%
Maluku 51%
Nusra 50%
56% Papua 7%
Rata-rata Capaian SPM PU
Pada Jenis Layanan Penyediaan Pelayanan 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Pengolahan Air Limbah Domestik : Target Capaian Penerapan : Target Penerapan Capaian
: Rata-rata Nasional
Sumber: Sekber SPM Bangda Kemendagri (data capaian tahun 2022 yang dilaporkan hingga Juli 2023), diolah Bappenas SPM 2022 (82,85%) SPM 2024 (100%)
Pemetaan Berbasis Skalogram Capaian Indeks Penerapan SPM PU dan RKF
daerah tingkat Kabupaten/Kota KUADRAN 4 RKF KUADRAN 1
RKF > SPM < RKF > SPM >
8
2
SPM
0% 20% 40% 60%
1 80% 100%
Kuadran 1
Kuadran 2 KUADRAN 3 0 KUADRAN 2
Kuadran 3 RKF < SPM < RKF < SPM >
Kuadran 4
Papua
Maluku
Jawa Bali
Sumatera
Sumber: Sekber SPM Bangda Kemendagri (data capaian tahun 2022 yang dilaporkan hingga Juli 2023), Kemenkeu (Peta Kapasitas Fiskal Daerah tahun 2022), diolah Bappenas
Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4
Isu Strategis Penerapan SPM di Daerah
Perencanaan dan Anggaran SDM Komitmen dan Kelembagaan
• Belum ada sumber data penerima layanan yang • Sumber daya aparatur secara kualitas • Kurangnya komitmen kepala daerah
akurat maupun kuantitas masih terbatas dan DPRD
• Kesulitan untuk pengumpulan data terkait • Tipe kelembagaan OPD masih
• Mekanisme binwas/bimtek yang kurang
penentuan target SPM (beberapa Pemda masih tepat sasaran (sosialisasi & pendampingan bervariasi
memanfaatkan data sekunder (bukan BNBA), kurang maksimal sehingga infrastruktur • Perbedaan komitmen dan persepsi
keterbatasan SDM dan anggaran untuk pendataan terbangun tidak termanfaatkan dengan antar OPD
ke lapangan) efektif) • Upaya inovasi yang terhambat oleh
mekanisme birokrasi dan regulasi
• Belum optimalnya serapan anggaran untuk SPM • Permasalahan mutasi ASN yang • Belum semua daerah membentuk SK
menangani SPM di tingkat Pemda Tim Koordinasi Penerapan SPM
• Inkonsistensi perencanaan dan penganggaran
SPM • Pemahaman Pemda mengenai tahapan
penerapan SPM beragam dan belum
• Belum semua bidang SPM mendapatkan proporsi memadai
anggaran yang optimal
• Tahapan penerapan SPM yang belum
dilaksanakan sesuai aturan Permendagri 59/2021 Karakteristik Spasial Sistem Pelaporan
Sarana Prasarana • Kebijakan yang bersifat simetris • Kualitas pelaporan oleh pemda
masih bervariasi (pelaporan daerah
• Kondisi geografis menyulitkan yang tidak memiliki spam regional,
• Keterbatasan sarana prasarana pendukung penjangkauan layanan ke daerah terpencil belum ada standar baku penentuan
layanan SPM (beberapa infrastruktur terbangun (rentang jarak yang jauh, pola peran, karena OPD, biro tapem dan
belum sesuai dengan kriteria/standar yang kampung/permukiman yang sporadik dan bappeda).
ditetapkan dan tidak semua daerah memiliki berjauhan sehingga menyulitkan infrastruktur
SPAM Regional) pemenuhan air minum dan sanitasiterutama • Belum terintegrasinya sistem
untuk air minum pola jaringan sehingga butuh pelaporan SPM yang dikelola oleh
banyak pipa SR, kemudian yang berbukit2 K/L
juga butuh pola air gravitasi)
Rekomendasi Penerapan SPM di Daerah
Perencanaan dan Anggaran SDM Komitmen dan Kelembagaan
• Penguatan fungsi koordinasi Biro Pemerintahan Provinsi • Binwasval yang tepat sasaran dan • Advokasi kebijakan SPM kepada KDH dan
dan Kabupaten/Kota untuk koordinasi pendataan terfragmentasi serta fokus pada 4 DPRD
kebutuhan dan validasi data capaian penerapan tahapan penerapan SPM • Kinerja SPM sebagai indikator utama KDH
SPM bidang PU yang diukur
• Penguatan pejabat fungsional yang
• Pengawalan prioritisasi APBD untuk SPM oleh menangani SPM di daerah • Menyelenggarakan forum peer-learning
Kemendagri dan KL pengampu • Penguatan kolaborasi Biropem dan TAPD
• Penguatan kebijakan mutasi ASN untuk optimalisasi pemahaman dan
• Penyiapan daerah dalam penyusunan kebijakan dana di sektor SPM (set minimal penerapan SPM
transfer berbasis kinerja pengabdian) • Penguatan inovasi layanan melalui
• Optimalisasi sumber pembiayaan selain dana transfer • Membangun sistem transfer kerjasama daerah dan pihak non-pemerintah
dan mengasah kemampuan socio-entrepreneur untuk knowledge sebagai solusi mutasi
menginisiasi kerjasama dengan pihak non-pemerintah ASN
• Percepatan finalisasi dan sosialisasi Permenteknis
SPM PUPR Sistem Pelaporan
Karakteristik Spasial
• Memastikan laporan yang disampaikan sesuai
Sarana Prasarana • Penerapan SPM secara asimetris realita di lapangan dan sesuai periode
memperhatikan tipologi wilayah pelaporan yang sudah ditetapkan
• Mendata kebutuhan sarana prasarana dan
pemetaan skala prioritas untuk pemenuhannya • Penentuan skala prioritas • Sosialisasi kepada Pemprov mengenai
• Pemetaan kebutuhan air baku dan pemenuhannya berdasarkan alternatif layanan dan mekanisme pelaporan
tipologi wilayah (geografis, pemda yang tidak memiliki SPAM atau
ketersediaan air baku untuk menentukan daerah SPALD regional
yang membutuhkan SPAM regional atau yang kapasitas, kinerja)
cukup dengan SPAM kecamatan, perkotaan, IKK, • Penyelarasan dan penyepakatan metode
dll. Pembangunan SPAM atau SPALD regional penghitungan SPM untuk K/L teknis tingkat
tidak selalu menjadi solusi karena membutuhkan Pusat melalui forum Sekber (collection, basis
waktu, pembiayaan, dan komitmen besar data, target setup, costing, monev framework)
TERIMA KASIH
Kementerian PPN/Bappenas