Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MODIFIKASI PERILAKU

GANGGUAN MAKAN "NIGHT EATING SYNDROME (NES)"

Disusun Oleh :
Merinta Wira Ababiel
2018.08.1.0062

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020
SINDROM NES (NIGHT EATING SYNDROME)
MEMBUAT SELERA MAKAN MENINGKAT DI MALAM HARI

Terdapat kasus yang dialami oleh wanita asal Brigham Young, Amerika Serikat. Wanita
tersebut dilaporkan mengalami gangguan Night Eating Syndrome (NES) atau gangguan makan
yang ditandai dengan kebiasaan makan tengah malam. Wanita tersebut merasa tidak lapar
atau makan dengan porsi yang sangat sedikit pada saat pagi dan siang. Baru pada malam hari ia
akan merasa lapar dan akan makan dengan porsi yang lebih banyak dari porsi sarapan
dan makan siangnya. Karena memiliki kebiasaan tersebut ia seringkali kesulitan tidur, karena
terkadang ia akan bangun dari tidurnya hanya untuk makan, hingga mengalami kenaikan berat
badan karena pola makannya yang tidak teratur akibat langsung tidur setelah makan. NES ini
berbeda dengan gangguan makan lainnya, yaitu binge eating disorder atau kecanduan makan.
Orang yang menderita binge eating disorder akan makan dalam jumlah banyak, berkali-kali,
bahkan tidak bisa berhenti. Sementara penderita NES mempunyai pola makan yang normal, yaitu
3 kali sehari, tapi porsinya akan lebih banyak pada malam hari. Normalnya orang akan kesulitan
untuk tidur jika dalam keadaan perut yang lapar, tapi tetap bisa tidur jika memang sudah sangat
mengantuk. Sedangkan penderita NES, mereka tidak akan bisa tidur sebelum makan, bahkan
kadang di malam hari mereka akan terbangun untuk makan. Hal ini disebabkan karena hormon
melatonin atau hormon yang memicu seseorang untuk mengantuk kadarnya lebih rendah
dibandingkan dengan orang lain. Diakui oleh wanita tersebut ketika malam hari, dirinya
harus makan terlebih dahulu atau ia tidak akan bisa tidur. Ia juga menyebutkan kalau
kebiasaan makan pada malam hari nya ini merupakan bentuk pengobatan dari gangguan tidur
pada malam hari atau insomnia yang dialaminya.

ANALISIS KASUS

1. Definisi Gangguan Makan "Night Eating Syndrome (NES)"

Night Eating Syndrome atau biasa disingkat NES adalah suatu gangguan makan yang
ditandai dengan tertundanya ritme sirkadian (irama tubuh) yang mengatur jam makan. Night
eating syndrome tidak sama dengan binge eating disorder, meski para individu yang menderita
NES sering kali juga merupakan binge eater. Perbedaan keduanya terletak pada jumlah makanan
yang dikonsumsi pada malam hari. Para individu penderita NES biasanya merasa tidak memiliki
kontrol atas pola makan mereka, bukan atas jumlahnya yang berlebihan atau asupan
makanannya. Memang, mereka bisa saja tidak memiliki kontrol, namun belum tentu penderita
gangguan makan NES ini mengalaminya.

2. Karakteristik Gangguan Makan "Night Eating Syndrome (NES)"

Orang yang menderita gangguan makan ini biasanya teringat untuk makan baru pada
malam hari. Mereka biasanya tidak merasa lapar di awal hari. Mereka juga dapat menunda jam
makan pertama mereka sampai berjam-jam. Setelahnya, penderita sindrom makan tengah malam
ini dapat makan lebih dari seperempat makanan yang mereka makan setiap harinya. Pola makan
ini tidak dapat dijelaskan dengan perubahan pada jadwal tidur atau rutinitas sosial lokal
seseorang (misalnya, kebiasaan makan larut malam). Orang yang memiliki masalah ini biasanya
merasa kecewa dan bersalah dengan sindrom yang mereka alami.

Orang yang menderita gangguan makan tengah malam ini biasanya juga memiliki
masalah tidur, termasuk kesulitan untuk tertidur atau untuk tetap lanjut tidur. Orang yang
menderita masalah ini lebih mungkin untuk mengalami obesitas. Selain itu, depresi juga
merupakan sesuatu yang umum pada orang yang menderita Night Eating Syndrome.

Night Eating Syndrome berbeda dari binge eating disorder. Orang yang menderita binge
eating disorder biasanya tidak mengalami episode binge eating pada malam hari (jam 10 malam
hingga 6 pagi). Namun, jika mereka mengalaminya, mereka akan makan dalam jumlah besar
dalam sekali waktu.

3. Faktor Penyebab "Night Eating Syndrome (NES)"

Beberapa studi menunjukkan bahwa sindrom ini mungkin berkaitan dengan masalah
siklus bangun-tidur dan hormon tertentu. Penyebab sindrom makan tengah malam bervariasi,
tetapi biasanya ada beragam faktor yang berkontribusi. Terkadang mahasiswa jadi memiliki
kebiasaan makan di malam hari dan tidak dapat menghentikan kebiasaan itu ketika mereka telah
lulus menjadi mahasiswa dan memulai kehidupan pekerjaan. Mereka yang berprestasi tinggi
terkadang juga bekerja dengan melewatkan makan siang dan “membalas dendam” dengan makan
malam lebih banyak pada malam hari.
Ironisnya, Night Eating Syndrome bisa jadi merupakan suatu respons diet. Ketika orang
membatasi asupan kalori mereka di tengah hari, tubuh akan memberikan tanda ke otak bahwa ia
membutuhkan makanan. Individu itu kemudian biasanya menanggapi sinyal dari otak secara
berlebihan di malam hari. Makan tengah malam juga bisa jadi suatu respons terhadap stres.

Mereka yang menderita Night Eating Syndrome sering kali merupakan orang yang
berprestasi tinggi. Namun, gangguan makan yang mereka miliki dapat memengaruhi
kemampuannya untuk bersosialisasi atau mengatasi tanggung jawab yang berkaitan dengan
pekerjaan. Mereka juga bisa memiliki pola hormon yang berbeda, yang berdampak pada
terbaliknya rasa lapar sehingga mereka makan ketika bukan jamnya dan tidak makan saat
seharusnya mereka makan.

4. Analisa Diagnosis Multiaksial

Aksis 1

F50.9 Gangguan Makan YTT

F51 Gangguan Tidur Non-Organik

 Kelompok gangguan ini termasuk :


 Dyssomnia = kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah,
kualtitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia,
hipersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga.

 Pada kebanyakkan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya,
baik mental atau fisik. Walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat secara klinis
berdiri sendiri, sejumlah faktor psikiatrik dan atau fisik yang terkait memberikan
kontribusi pada kejadiannya. Secara umum adalah lebih baik membuat diagnosis
gangguan tidur yang spesifik bersamaan dengan diagnosis lain yang relevan untuk
menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan atau patofisiologinya.

F51.0 Insomnia Non-Organik

 Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis seperti :


 Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk;
 Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari;

F51.2 Gangguan Jadwal Tidur-Jaga Non-Organik

 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:


 Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchorony) dengan pola tidur-jaga
yang normal bagi masyarakat setempat;
 Ketidakpuasan dalam kuantitas,kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat

F41 Gangguan Anxietas Lainnya


 Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada
situasi lingkungan tertentu saja.
 Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan juga beberapa unsur dari
anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh


 Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III
 Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”.

Aksis 2
F60.6 Gangguan Kepribadian YTT
F61 Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya
 Kategori ini dimaksudkan untuk Gangguan Kepribadian dan kelainan-kelainan yang
seringkali menyulitkan tetapi tidak menunjukkan pola gejala yang khas yang menjadi
ciri-ciri dari gangguan pada F60.-
F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran

 Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.- tetapi tanpa suatu kumpulan gejala
yang dominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas.

F61.1 Perubahan Kepribadian yang Bermasalah

 Tidak dapat diklasifikasi pada F60.- atau F62.- dan dianggap sebagai sekunder terhadap
suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau anxietas yang ada bersamaan.

Aksis III

 Bab IV E00 – G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik

Aksis IV

 Masalah dengan “Primary support group” (keluarga)


 Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
 Masalah Psikososial dan Lingkungan lain

Aksis V

 Global Assessment Of Functioning (GAF) Scale


 70 – 61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik.

5. Prognosa

Prognosa dissomnia (gangguan tidur primer), merupakan kondisi psikogenik primer di


mana gangguan utamanya adalah kuantitas, kualitas, atau waktu tidur. Insomnia primer
didiagnosis jika keluhan utama adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan
memulai atau mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus berlangsung sedikitnya satu bulan.
Diagnosis insomnia primer ditegakkan bila tidak berhubungan dengan gangguan mental organik,
gangguan psikiatri dan obat-obatan. Irama Tidur-Bangun, jika tanpa sinyal eksternal, jam tubuh
alami mengikuti siklus 25 jam. Namun, pengaruh faktor eksternal, seperti siklus gelap-terang,
rutinitas sehari-hari, periode makan, dan pembuat sinkron eksternal lainnya, membawa orang
pada waktu 24 jam.

6. Treatment atau Pengobatan "Night Eating Syndrome (NES)"

Sama halnya dengan gangguan makan yang lain, pengobatan yang berhasil untuk Night
Eating Syndrome biasanya membutuhkan kombinasi terapi.

Pengobatan untuk gangguan makan tengah malam ini biasanya dimulai dengan
mengedukasi pasien mengenai kondisi mereka, sehingga mereka lebih waspada terhadap pola
makan. Dengan begitu, mereka diharapka dapat mulai mengenali pemicu yang memengaruhi
pola atau kebiasaan makan mereka. Hanya dengan menyadari bahwa mereka memiliki Night
Eating Syndrome dan bahwa itu bukanlah sebuah kesalahan, mereka telah maju satu langkah
mendekati kesembuhan.

Pengobatan Night Eating Syndrome juga meliputi penilaian dan terapi gizi, fisiologi
olahraga, dan integrasi dari terapi perilaku-kognitif (CBT), terapi perilaku dialektif (DBT), terapi
interpersonal (IT), dan pengelolaan stres. Tambahan informasi online juga dapat membantu
pasien mendapatkan kontrol atas gangguan mereka.

Penting bagi para penderita gangguan makan tengah malam ini untuk mengubah perilaku
mereka dengan mengubah keyakinan mereka. Jika mereka percaya bahwa mereka tidak akan
bisa mengubah cara makan mereka, mereka tidak akan mampu untuk berubah.

Anda mungkin juga menyukai