Anda di halaman 1dari 142

Gangguan Kepribadian dan

Perilaku Masa Dewasa


F5 SINDROM PERILAKU YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
GANGGUAN FISIOLOGIS dan FAKTOR
FISIK
F50 Gangguan Makan
Gangguan makan adalah penyakit di mana seseorang menderita gangguan
parah pada perilaku makan mereka yang berkaitan dengan pikiran dan
emosi. Mereka yang menderita gangguan makan biasanya terobsesi dengan
makanan dan juga berat badan mereka. Gangguan makan mempengaruhi
beberapa juta orang pada waktu tertentu, paling sering mempengaruhi
perempuan diantara usia 12 sampai 35.
F50.0 Anoreksia Nervosa
Pedoman Diagnostik
● Mengurangi BB dengan sengaja, dipacu atau dipertahankan oleh penderita
Diagnosis pasti:
● BB dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya, atau BMI =<17,5.
● Berkurangnya BB dilakukan sendiri dengan mengurangi makanan berlemak,
dan setidaknya satu dari hal-hal berikut:
- Rangsang muntah sendiri
- Menggunakan pencahar
- OR berlebihan
- Obat penahan nafsu makan dan atau diuretik
● Distorsi body image : ketakutan gemuk, penilaian berlebih pada BB rendah
● Gangguan endokrin meluas : amenore (wanita) dan penurunan libido (pria),
naiknya kadar kortisol, perubahan metabolisme perifer dari hormon tiroid,
sekresi insulin abnormal.
● Jika onset pada pra pubertas, perkembangan pubertas akan tertunda.
Akibat dari anoreksia nervosa:
Menstruasi berhenti, Osteopenia atau osteoporosis melalui hilangnya kalsium,
Rambut/kukumenjadi rapuh, Mengeringnya kulit dan kulit dapat berubah menjadi
kuning, Anemia ringan, Sembelit parah, Turunnya tekanan darah, melambatnya
pernapasan dan denyut nadi, suhu tubuh internal jatuh, menyebabkan orang
merasa dingin sepanjang waktu, Depresi, dan kelesuan. Pada pria dapat terjadi
impotensi .

Insiden:
1.komplikasi jantung terjadi pada 87% remaja penderita anoreksia nervosa
2.kira-kira 5% penderita anoreksia nervosa adalah laki-laki
3.komplikasi ginjal terjadi pada kurang lebih 70% remaja penderita anoreksia
nervosa
4.puncak gangguan adalah antara umur 14 dan 18 tahun
F50.1 Anoreksia Nervosa Tak Khas
● Penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih gambaran utama dari
anoreksia nervosa F50.0, seperti amenore atau kehilangan berat badan, tapi
masih ada gambaran klinis yang agak khas.
● Penderita yang menunjukkan semua gejala utama, tetapi pada derajat ringan.
F50.2 Bullimia Nervosa
Pedoman Diagnostik
● Memenuhi semua berikut ini :
- Preokupasi menetap untuk makan, craving yang tidak dapat ditahan, tidak
berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan dimana makanan
dalam jumlah besar dimakan dalam waktu singkat
- Berusaha melawan efek kegemukan dengan minimal satu cara berikut :
merangsang muntah sendiri, pencahar berlebihan, puasa berkala, memakai
obat penekan nafsu makan, diuretik, mengabaikan pengobatan insulin (pada
penderita diabetes).
- Ketakutan yang berlebih akan kegemukkan dan penderita mengatur sendiri
target BB yang sangat rendah dibawah BB sebelumnya atau BB normal.
- Seringkali didahului dengan episode anoreksia nervosa sebelumnya.
Treatment
Langkah pertama dalam mengobati anoreksia nervosa adalah dengan
membantu pasien mendapatkan kembali berat badan ke tingkat yang sehat
dan dianggap normal.
Psikoterapi membantu individu dengan gangguan makan untuk memahami
pikiran, emosi dan perilaku yang memicu gangguan ini . Selain itu, beberapa obat
juga terbukti efektif dalam proses pengobatan.
Karena masalah fisik yang serius dapat disebabkan oleh penyakit ini , adalah
penting bahwa setiap rencana pengobatan untuk orang dengan anoreksia
nervosa dan bulimia nervosa untuk mendapat perawatan medis umum ,
manajemen gizi dan konseling gizi. Langkah-langkah ini dilakukan untuk
membangun kembali kesejahteraan dan praktek makan sehat.
F50.3 Bulimia Nervosa Tak Khas
● Penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih gambaran utama dari
bulimia nervosa F50.2, seperti amenore atau kehilangan berat badan, tapi
masih ada gambaran klinis yang agak khas.
● Orang yang mempunyai BB normal atau berlebihan, tetapi mengalami
periode khas kebanyakan makan yang diikuti dengan muntah atau memakai
pencahar.
F50.4 Makan Berlebihan yang Berhubungan dengan
Gangguan Psikologis Lainnya
● Makan berlebih sebagai reaksi terhadap hal-hal yang membuat stres.
● Obesitas sebagai penyebab timbulnya berbagai gangguan psikologis tidak
termasuk disini.
● Obesitas sebagai efek samping dari penggunaan obat-obatan juga tidak
termasuk disini
F50.5 Muntah yang Berhubungan dengan Gangguan Psikologis Lainnya
● Selain merangsang muntah oleh diri sendiri pada bulimia nervosa, muntah
berulang dapat juga terjadi pada gangguan disosiatif, gangguan hipokondrik.
Ini didiagnosis sesuai dengan gangguan utamanya.
● Termasuk hiperemesis gravidarum psikogenik, muntah psikogenik.

F50.8 Gangguan Makan Lainnya


Termasuk kehilangan nafsu makan psikogenik.

F50.9 Gangguan Makan yang Tidak Tergolongkan


F51 Gangguan Tidur Non-organik
Kelompok ini mencakup:

- Dissomnia: kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan jumlah, kualitas, atau waktu
tidur akibat kausa emosional yaitu insomnia , hipersomnia, dan gangguan jadwal tidur.
- Parasomnia: peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur,(masa kanak
berhubungan terutama dengan perkembangan anak, sedangkandewasa predominan adalah
psikogenik, yaitu somnabulisme, teror tidur, dan mimpi buruk)

Faktor utama pada kategori ini adalah emosi


F51.0 Insomnia Nonorganik
Insomnia: kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan/atau kualitas
yang berlangsung untuk satu kurun waktu tertentu

Faktor risiko: peningkatan stres kehidupan, memiliki gangguan psikologis

Prevalensi: wanita, usia lebih tua

Gejala: tegang, khawatir, pikiran melayang layang, mengeluh tak cukup tidur, masalah
pribadi, gangguan kesehatan , pagi hari lemah fisik dan mental, mudah tersinggung.

Comorbid: depresi, bipolar, PTSD, gangguan cemas

Riemann D, Baglioni C, Bassetti C et al. European guideline for the diagnosis and treatment of insomnia. J Sleep Res 2017; 26: 675–700.
Pedoman Diagnostik

● Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk
● Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal sebulan
● Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran berlebihan perihal
akibatnya pada malam dan sepanjang hari
● Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang keduanya
menyebabkan berbagai gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan

Terapi: diutamakan psikoterapi (cognitive behavioral therapy), bila gagal dilakukan


farmakoterapi (benzodiazepin, digunakan jangka pendek < 4 minggu)

Riemann D, Baglioni C, Bassetti C et al. European guideline for the diagnosis and treatment of insomnia. J Sleep Res 2017; 26: 675–700.
F51.1 Hipersomnia Nonorganik
Hippersomnia: tidur siang berlebih atau serangan kantuk yang bukan disebabkan kurang tidur
atau butuh waktu lebih lama untuk pulih segar setelah bangun tidur.

Prevalensi: 40% dari populasi

Faktor risiko: depresi, genetik

Terapi: psikoterapi dengan mengatur jadwal tidur

Pedoman diagnostik

● Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/sleep attacks
(tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang) dan atau transisi yang memanjang dari saat
mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)

Ambardekar, Nayana. Night Terrors. 2019. https://www.webmd.com/sleep-disorders/hypersomnia diakses pada 20 Mei 2020.
F51.2 Ganguan Jadwal Tidur-Jaga Nonorganik
Ketidak sinkronan antara jadwal tidur-siaga seseorang dengan jadwal tidur-siaga yang
diinginkan oleh lingkungannya dengan akibat keluhan insomnia dan hipersomnia.

Pedoman diagnostik

● Pola tidur jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola tidur jaga
yang normal bagi masyarakat setempat
● Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan
orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek.
● Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas dan waktu tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
● Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan
kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
● Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (cataplexy,sleep paralysis, hypnagogic
hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, typical
intermittent snoring sounds, etc)
● Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada
siang hari
F51.3 Somnambulisme (sleepwalking)
Somnambulisme: Keadaan perubahan dari kesadaran dimana fenomena bangun dan
tidur tercampur pada saat yang sama.

Faktor risiko: genetik, stres, jadwal tidur yang tidak teratur

Terapi: perubahan pola hidup (jadwal tidur teratur, rutinitas sebelum tidur)

Pedoman diagnosis

● Gejala utama: salah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada
sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan (kesadaran berubah)

Sarkissian, Carol. Somnambulism (sleepwalking). 2019.https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleepwalking-causes diakses pada 20 Mei 2020


● Selama satu episode, individu menunjukan wajah bengong (blank staring face), relatif
tidak memberi renspons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan
atau untuk berkominukasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan
dengan susah payah.
● Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak
ingat apa yang terjadi
● Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada
gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan
disorientasi dalam waktu singkat.
● Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik

Sarkissian, Carol. Somnambulism (sleepwalking). 2019.https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleepwalking-causes diakses pada 20 Mei 2020


F51.4 Teror Tidur (night terrors)
Teror tidur: episode malam hari yang ditandai rasa tercekam dan panik hebat dengan cetusan
teriakan, motilitas, dan pelepasan otonomik hebat.

Prevalensi: 2% dari orang dewasa, sering pada anak anak (1-6/ 100)

Faktor pencetus: stres, depresi, cemas, kurang tidur

Terapi:

- Non farmako:jadwal tidur teratur, rutinitas sebelum tidur yang nyaman


- Tidak perlu diobati pada anak → sembuh saat dewasa, bila mengganggu aktivitas bisa diberi
benzodiazepine dosis rendah atau antidepresan.

Ambardekar, Nayana. Night Terrors. 2019. https://www.webmd.com/sleep-disorders/night-terrors diakses pada 20 Mei 2020.
Pedoman diagnostik

● Gejala utama: satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak karena
panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar dan hiperaktivitas otonomik
seperti jantung yang berdebar-debar, napas cepat, pupil melebar, dan berkeringat
● Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1-10 menit dan biasanya terjadi
pada sepertiga awal tidur malam
● Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan teror tidurnya dan kemudian dalam beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi
disorientasi dan gerakan-gerakan berulang
● Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau
dua bayangan-bayangan yang terpilah-pilah)
● Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
F51.5 Mimpi Buruk (Nightmare)
Mimpi buruk: pengalaman mimpi yang penuh dengan kecemasan dan
ketakutan yang teringat secara terinci oleh individu tsb.

Prevalensi: banyak pada anak-anak

Faktor risiko: stres, cemas, depresi, PTSD, alcohol withdrawal

Terapi: CBT, perubahan pola hidup sehat → kurangi stres

Sarkissian, Carol. Nightmares in Adult. 2019.https://www.webmd.com/sleep-disorders/nightmares-in-adults diakses pada 20 Mei 2020


Pedoman diagnostik

● Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan
yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid), biasanya perihal ancaman
kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri; terbangunnya dapat terjadi kapan
saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa tidur
● Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan
mampu mengenali lingkungannya;
● Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan
penderitaan cukup berat bagi individu.
F51.8 Gangguan Tidur Non organik Lainnya

F51.9 Gangguan Tidur Non organik YTT


F52 Disfungsi Seksual Bukan Disebabkan Oleh Gangguan
Atau Penyakit Organik
Definisi :

● Disfungsi seksual meliputi berbagai gangguan dimana individu tidak mampu


berperan serta dalam hubungan seksual seperti yang diharapkannya.
● Dapat berupa
○ Kekurangan minat (interest)
○ Kenikmatan (enjoyment)
○ Gagal dalam respons fisiologis yang dibutuhkan untuk interaksi seksual yang efektif
(misalnya, ereksi) ,atau
○ Tidak mampu mengendalikan atau mengalami orgasme
● Respon seksual adalah suatu proses psiko-somatik, dan kedua proses
(psikologis dan somatik/organik) biasanya terlibat sebagai penyebab disfungsi
seksual.
● Disfungsi psikoseksual adalah suatu kondisi saat respons psikoseksual normal hilang,
dihambat atau berlebihan sehingga menganggu proses sanggama yang sedaang
berlangsung.
● Menurut ICD 10, berarti ketidakmampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam
hubungan seks seperti yang dikehendakinya, hal ini berarti dari mulai, selama, hingga
selesai interaksi seksual
● Disfungsi dapat bersifat
○ Primer: dari semula sudah ada disfungsi
○ Sekunder: Timbul setelah suatu waktu berfungsi baik, namun kemudian
mengalami penurunan atau hilang fungsinya.
● Disfungsi dapat berbentuk tunggal, ganda/multiple, atau total (semua fungsi respons
terganggu)
● Disfungsi dapat bersifat
○ Situasional
○ Menetap
● Penyebab disfungsi: organik, psikologis, gabungan.
● Cara cepat membedakan organik dan psikologis:
○ Bila ereksi pagi hari atau nocturnal penile tumescence (NPT) tetap terjadi, maka
gangguan fungsi alat seks bukan disebabkan oleh penyebab organik.
○ Bila situasional jelas bersifat psikologis
○ Suntikan intrapenal dengan prostaglandin E, bila terjadi ereksi bukan bersifat
organik
● Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik, terdiri atas:
1. Kurang atau hilangnya nafsu seksual
2. Tidak menikmati seks
3. Kegagalan dari respons genital
4. Disfungsi orgasme
5. Ejakulasi dini
6. Vaginismus non organik
7. Dispareuni non oorganik
8. Dorongan seksual yang berlebihan
9. Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
10. Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
F52.0 Kurang atau Hilangnya Nafsu Seksual
● Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah utama dan tidak merupakan
gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya, seperti kegagalan ereksi
atau dispareunia (F52.6)
● Berkurangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan atau bangkitan
(arousal) seksual, tetapi menyebabkan kurangnya aktivitas awal seksual.
Termasuk: frigiditas.
F52.1 Penolakan dan Kurangnya Kenikmatan Seksual
F52.10

● Penolakan seksual (sexual aversion)


● Adanya perasaan negatif terhadap interaksi seksual, sehingga aktivitas
seksual dihindarkan

F52.11

● Kurangnya Kenikmatan Seksual (lack of sexual enjoyment)


● Respons seksual berlangsung normal dan mengalami orgasme, tetapi kurang
ada kenikmatan yang memadai
F52.2 Kegagalan dari Respons Genital
● Pada pria masalah utama adalah disfungsi ereksi, misalnya kesukaran untuk terjadinya
atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk suatu hubungan seksual yang
memuaskan.
● Pada wanita masalah utama adalah kekeringan vagina atau kegagalan pelicinan
(lubrication)

➔ Definisi: disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria untuk memperoleh ereksi dan
atau mempertahankan ereksi hingga koitus selesai.
➔ Epidemiologi: penelitian dari univ. Chicago → 10% pria pernah mengalami.
Diperkirakan insidensi pada dewasa muda 8%. Merupakan keluhan utama pasien pria
untuk gangguan seksual.
➔ Penyebab psikologis: ansietas, tekanan dari pasangan, masalah perkawinan, konflik
masa oedipal yang tak terselesaikan
F52.3 Disfungsi Orgasme
● Baik orgasme tidak terjadi sama sekali maupun yang sangat terlambat.
● Termasuk: “psychogenic anorgasmy”

F52.3 Ejakulasi Dini


● Ketidakmampuan mengendalikan ejakulasi sedemikian rupa sehingga masing-masing
menikmati hubungan seksual
➔ Penyebab: sering dikaitkan dengan rasa ketakutan, bersalah, tergesa-gesa,
perfeksionis, pengharapan yang tidak realistik, hipersensitif dalam relasi interpersonal
➔ Diagnosis: keluhan ejakulasi sebelum dikehendaki
➔ Terapi: antidepresan atau antipsikotik ringan, terapi seks dengan teknik pencet
(squeeze technique)
F52.5 Vaginismus Non-Organik
● Terjadi spasme dari otot-otot vagina, menyebabkan tertutupnya pembukaan
vagina. Masuknya penis menjadi tak mungkin atau nyeri

F52.5 Dispareuni Non-Organik

● Dispareunia adalah keadaan nyeri pada waktu hubungan seksual, dapat


terjaadi pada wanita maupun pria.
● Diagnosis ini dibuat hanya bila tidak ada kelainan seksual primer lainnya
(seperti vaginismus atau keringnya vagina)
F52.7 Dorongan Seksual yang Berlebihan
● Baik pria maupun wanita dapat kadang-kadang mengeluh dorongan seksual
berlebihan sebagai problem dalam dirinya, biasanya pada remaja akhir
belasan tahun atau dewasa muda
● Bila keadaan ini sekunder dari Gangguan Afektif (F30-F39) atau terjadi ppada
stadium awal dari Dementia (F00-F03), maka gangguan primernya harus
di-diagnosis.
F52.8 Disfungsi Seksual lainnya, Bukan Disebabkan Oleh Gangguan atau Penyakit Organik

F52.8 Disfungsi Seksual YTT, Bukan Disebabkan Oleh Gangguan atau Penyakit Organik
F.53 Gangguan Jiwa dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Masa Nifas YTK
Klasifikasi ini hanya digunakan untuk gangguan jiwa yang berhubungan dengan
masa nifas (tidak >6 minggu postpartum), yang tidak memenuhi kriteria di tempat
lain.

Sepanjang masa setelah melahirkan hampir 85% wanita mengalami gangguan


emosi. Bagi kebanyakan wanita, gejalanya hanya sementara dan ringan
(postpartum blues/babyblues); namun 10-15% wanita mengalami gangguan
emosi yang berkelanjutan (persisten).
F53.0 Gangguan Mental dan Perilaku Ringan Yang Berhubungan dengan
Masa Nifas YTK
Termasuk postpartum depression YTT

F53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Berat Yang Berhubungan dengan Masa
Nifas YTK
Termasuk psikosis masa nifas YTT

F53.8 Gangguan Mental dan Perilaku Lainnya Yang Berhubungan dengan


Masa Nifas YTK

F53.9 Gangguan Jiwa Masa Nifas YTT


F54 Faktor Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan atau Penyakit YDK

Kategori ini digunakan untuk mencatat adanya faktor psikologis atau perilaku yang
memengaruhi atau berperan pada gangguan fisik yang diklasifikasikan di bab lain pada
ICD-10.

Gangguan jiwa yang timbul biasanya ringan tapi sering berkepanjangan (seperti khawatir,
konflik emosional, takut) dan tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam kategori lain.

Contoh: asma (F54 plus J45), dermatitis dan ekzema (F54 plus L23-L25)
F55 Penyalahgunaan Zat yang Tidak Menyebabkan Ketergantungan
● Walaupun pada awalnya adalah merupakan obat yang diresepkan atau
dianjurkan oleh dokter, namun kemudian dapat terjadi pemakaian yang terus
-menerus, diluar indikasi medis, dan seringkali dosis menjadi berlebihan.
(persistent and unjustified use)
● Tidak ada tanda perkembangan menjadi ketergantungan.
● Tersering adalah 3 kelompok: Obat psikotropik yang tidak menyebabkan
ketergantungan seperti antidepresiva, pencahar, dan analgetika yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter seperti aspirin dan paracetamol
F55.0 Antidepresan: seperti antidepresiva trisiklik dan tetrasiklik serta inhibitor monoamin oksidase
F55.1 Pencahar
F55.2 Analgetika: Seperti aspirin, parasetamol, Fenasetin, yang tidak ditentukan sebagai psikoaktif
pada F10-F19
F55.3 Antasida
F55.4 Vitamin
F55.5 Steroida atau Hormon
F55.6 Jamu
F55.7 Zat lainnya Yang Tidak Menyebabkan Ketergantungan (misalnya, diuretika)
F55.9 YTT: Tak termasuk penyalahgunaan zat psikoaktif (yang menyebabkan ketergantungan )
(F10-F19)
F6 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan
PERILAKU MASA DEWASA
Gangguan Kepribadian Khas (F60)
Definisi
Suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan kecenderungan
perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian, dan
hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial
Pedoman Diagnostik
Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan penyakit otak berat atau ggn jwia
lain :

Memenuhi kriteria :

- Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang
fungsi, misal afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berfikir,
serta gaya berhubungan dengan orang lain.
- Pola perliaku abnormal yg berlangsung lama
- Pola perilaku abnormalnya bersifat mendalam dan maladaptif
- Manifestasi diatas muncul pada masa kanak2 remaja berlanjut ke dewasa
- Ggn ini menyebabkan personal distress, tetapi baru terlihat pada perjalanan lanjut
- Ggn ini biasanya berkaitan bermakna pada masalah perkerjaan dan kinerja sosial
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Dengan ciri - ciri :

- Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan


- Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam
- Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan
orang lain yang netral atau bersahabatan sebagai sikap permusuhan atau penghinaan
- Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada
- Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
- Kecencerungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihann yang bermanifestasi dalam sikap
yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude
- Preokupas dengan penjelasan - penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu
peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya

Untuk diagnosis dubutuhkan paling sedikit 3 gejala diatas


F60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut:

- Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan


- Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment)
- Kurang mampu untuk mengeskpresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang
lain
- Tampak nyata ketidak pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
- Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungan usia
penderita)
- Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
- Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan
- Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak
ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
- Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas


F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya perbedaan yang besar antara
perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh :

- Bersikap tidak peduli dengan persaan orang lain


- Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus, serta tidak peduli
terhadap norma, peraturan, dan kewajiban sosial
- Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan
untuk mengembangkannya
- Toleransi erhadap frustasi sangat rendah dan ambah yang rendah untuk melampiaskan agresin
termasuk tindakan kekerasan
- Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari
hukuman
- Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk
perliaku yang membuat pasien dengan konflik dengan masyarakat.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas


F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak stabil
- Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan
ketidak-stabilan emosional
- Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri

Karakter kelima : F60.30 = Tipe Impulsif

F60.31 = Tipe Ambang (Borderline)


F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian dengan ciri - ciri :

- Ekpresi emosi yang dibuat - buat (self-dramatization), seperti bersandiwara


(theatricality), yang dibesar- besarkan (exaggerated)
- Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain stau oleh keadaan
- Keadaan afektif yang dangkal dan labil
- Terus - menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan (appreciation)
dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
- Penampilan atau perilaku “merangsang” yang tidak memadai.
- Teralu peduli dengan daya tarik fisik.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas


F60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik
Gangguan kepribadian dengan ciri - ciri:

- Perasaan ragu - ragu dan hati - hati berlebihan


- Preokupasi dengan hal - hal yang rinci (detail), peraturan,daftar, urutan, organisasi atau jadwal
- Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
- Ketelitian yang berlebihan, teralu hati - hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada
produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal
- Keterpakuan dan keterikatan yang berlebuhan pada kebiasaan sosial
- Kaku dan keras kepala
- Pemaksaan yang tak beralasan agat orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatun
atau keengganan yang tak beralasan uyntuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
- Mencampur - adukan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas


F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)
Gangguan kepribadian dengan ciri - ciri :

- Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif


- Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
- Preokupasi yang berlebihan terhadap kirtik dan penolakan dalam situasi
sosial
- Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai
- Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
- Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal takut di tritik, tidak didukung atau ditolak
F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen

• Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar


keputusan penting untuk dirinya
• Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka
• Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana
tempat ia bergantung
• Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri
• Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan
nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
• Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.
Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.
F 60.8 Gangguan Kepribadian Khas Lainnya
Gangguan kepribadian yang tidak cocok dengan rubrik khusus F60.0- F60.7
Termasuk: (gangguan) kepribadian eksentrik, tipe “haltlose”, imatur, narsistik,
pasif-agresif,dan psikoneurotik.
1. Kepribadian Eksentrik
2. Kepribadian tipe “Haltlose”
3. Kepribadian Imatur
4. Kepribadian Narsistik
5. Kepribadian Pasif-Agresif
6. Kepribadian Psikoneurotik
Kepribadian Eksentrik
Mereka dengan sikap “out of the box” atau bahkan dianggap sebagai kepribadian
yang memiliki standar perilaku tersendiri dan tidak sesuai dengan norma

1. Sikap tidak sesuai dengan norma


2. Kreatif
3. Rasa ingin tahu yang intens
4. Idealistis
5. Terobsesi dengan dunianya sendiri
6. Senang menentang pendapat orang lain yang tidak sesuai
Kepribadian Tipe Haltlose
Mereka dengan gangguan kepribadian haltlose memiliki fitur sindrom lobus frontal,
sifat kepribadian sosiopat dan histrionik :

1. Kurangnya minat untuk menggambarkan masa depan dan belajar dari masa
lalu
2. Tidak memiliki rasa penyesalan terhadap tindakannya
3. Terlalu optimis dan mudah bergaul
Kepribadian Imatur
Merupakan kepribadian yang dianggap bodoh dan tidak bertanggung jawab,
bahkan perilaku yang tidak sesuai dengan usia atau tingkat pendidikan dan
budaya yang dimiliki oleh individu

1. Kecenderungan untuk bertindak tanpa berpikir, tidak terlalu memikirkan


konsekuensinya
2. Penyelesaian dalam ketergantungan psikologis atau sosial ekonomi pada
orang lain
3. Ketidakmampuan untuk mengelola suatu hal
4. Ketidakmampuan untuk merencanakan sesuatu dengan matang di masa
depan
5. Kecenderungan untuk berbohong
Kepribadian Narsistik
Kondisi mental di mana orang-orang memiliki perasaan yang meningkat akan
kepentingannya sendiri, kebutuhan yang dalam akan perhatian dan kekaguman
yang berlebihan, hubungan yang bermasalah, dan kurangnya empati terhadap
orang lain.

1. Memiliki rasa kepentingan diri yang berlebihan


2. Memiliki rasa memiliki hak dan membutuhkan kekaguman yang
terus-menerus dan berlebihan
3. Berharap diakui sebagai atasan bahkan tanpa prestasi yang menjaminnya
4. Membesar-besarkan prestasi dan bakat
5. Disibukkan dengan fantasi tentang kesuksesan dan rasa kesempurnaan
Kepribadian Pasif-Agresif
Pola kepribadian yang mengungkapkan perasaan negatif secara tidak langsung
alih-alih mengungkapkannya secara terbuka.

1. Kebencian dan oposisi terhadap tuntutan orang lain


2. Penundaan dan kesalahan yang disengaja dalam menanggapi tuntutan orang
lain
3. Sikap sinis, cemberut atau bermusuhan
4. Keluhan yang sering terjadi tentang perasaan kurang dihargai atau ditipu
Kepribadian Psikoneurotik
Pola kepribadian yang dicirikan oleh kecemasan, depresi, atau perasaan tidak
bahagia atau tertekan lainnya yang tidak sesuai dengan keadaan kehidupan
seseorang.
F60.9 Gangguan Kepribadian YTT
1. Neurosis Watak YTT
2. Kepribadian Patologis YTT
F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran
Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60. ; tetapi tanpa suatu kumpulan gejala yang
predominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas.
F 61.1 Perubahan Kepribadian yang Bermasalah
Tidak dapat diklasifikasikan pada F60.- atau F61.- dan dianggap sebagai sekunder terhadap
suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau anxietas yang ada secara
bersamaan.
F62. Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama
Yang Tidak Diakibatkan Oleh Kerusakan atau Penyakit
Kelompok ini meliputi gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa yang
berkembang mengikuti stres yang sangat berkepanjangan atau katastrofik, atau
mengikuti penyakit jiwa yang berat, pada pasien yang tanpa gangguan
kepribadian sebelumnya.

Diagnosis dibuat hanya jika ada bukti pasti dan perubahan yang berlangsung
lama pada pola seseorang dalam hal menerima, berhubungan dengan atau
berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri.
Perubahan kepribadian ini berkaitan dengan prilaku yang menjadi inflexible dan
maladaptif yang mengarah kegagalan dalam fungei interpersonal, sosial dan
pekerjaan.
F62.0 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung
Lama Setelah Mengalami Katastrofa

Perubahan kepribadian yang berlangsung lama dapat menyertai suatu


pengalaman stres katastrofik. Stres harus sedemikian ekstrem sehingga tidak
perlu lagi untuk mempertimbangkan kerentanan pasien agar dapat menjelaskan
efeknya yang berat pada kepribadian.

Tetapi perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang mengikuti suatu


pengalaman ancaman maut jangka pendek seperti kecelakaan kendaraan, tidak
boleh dimasukkan dalam kategori ini
Pedoman diagnostik
Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan muncul sebagai gambaran
yang tidak fleksibel dan maladaptif yang menjurus kepada disabilitas dalam
hubungan interpersonal, sosial dan pekerjaan. Perubahan kepribadian harus di
konfirmasi oleh orang terdekat.

Gambaran untuk menegakan diagnosis:

● Sikap bermusuhan dan tidak percaya menghadapi dunia


● Penarikan diri dari masyarakat
● Perasaan kosong dan putus asa
● Perasaan terpojok yang kronis seperti terancam terus-menerus
● Keterasingan
● Perubahan kepribadian harus berlangsung paling sedikit 2 tahun, dan bukan
karena gangguan kepribadian sebelumnya atau gangguan jiwa.
● Harus singkirkan kemungkinan ada kerusakan atau penyakit otak yang dapat
memberikan gambaran klinis serupa
F62.1 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung
Lama Setelah Menderita Gangguan Jiwa

● Perubahan kepribadian yang disebabkan pengalaman traumatik akibat


menderita gangguan jiwa berat.

Pedoman diagnostik:

● Gambaran klinis:
○ Ketergantungan berlebihan pada orang lain dan sikap selalu minta dibantu
○ Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat karena penyakit terdahulu
○ Ketidakmampuan membentuk dan mempertahankan hub. Pribadi yang dekat dan dapat di
percaya serta isolasi sosial
○ Pasif, kurang minat, menurunnya keterlibatan dalam aktivitas rekreasi
○ Selalu mengeluh sakit, yang berhubungan dengan keluhan hipokondrik dan prilaku sakit
● Afek disforik atau labil, yang tidak disebabkan oleh gangguan jiwa saat
ini atau sebelumnya
● Hendaya bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan
dengan keadaan sebelum sakit

Manifestasi harus sudah dalam waktu 2 tahun atau lebih

● Perubahan yang terjadi bukan karena kerusakan atau penyakit otak yang
berat.
F62.8 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung
Lama Lainnya
perubahan kepribadian yang berlangsung lama sesudah pengalaman yang tidak
disebutkan dalam F62.0 dan F62.1, seperti sindrom kepribadian nyeri kronis dan
perubahan kepribadian yang berlangsung lama sesudah peristiwa kematian

F62.9 Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung


Lama YTT
F63 GANGGUAN KEBIASAAN DAN
IMPULS
Cont..
● Gangguan kebiasaan dan impuls ditandai oleh aksi berulang yang tidak
mempunyai motivasi yang rasional dan jelas, umumnya merugikan diri
sendiri dan orang lain. Penderita melaporkan bahwa perilakunya disertai
impuls yang tidak dapat dikendalikan. Penyebab kelainan ini tidak diketahui.
F63.0 Judi Patologis
Definisi Judi:

pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang
dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu
pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan perlombaan dan kejadian-
kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.
Dampak perjudian:
● Pikiran menjadi kacau dan kekacauan kehidupan pribadi
● Hubungan dalam keluarga terganggu
● Mempertaruhkan pekerjaannya
● Ekonominya menjadi kacau dan kemiskinan
● Mempunyai banyak hutang
● Melakukan pelanggaran hukum dalam rangka memperoleh uang.
Pasien dengan gangguan ini memperlihatkan dorongan yang kuat untuk berjudi, sukar dikendalikan
dengan preokupasi ide dan khayalan tentang kegiatan perjudian itu. Preokupasi dan dorongan ini
sering kali meningkat pada saat menghadapi stress.

● Pedoman diagnostik:
○ Berjudi secara berulang dan menetap.
○ Berlanjut dan sering meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan
○ Akibatnya penderita mengalami kemiskinan, kegagalan rumah tangga, kekacauan
kehidupan pribadi
● Judi patologis ini dibedakan dari:
○ Judi dan taruhan. Dimana judi yang sering untuk kesenangan atau sebagai upaya
untuk mendapatkan uang, orang dalam kategori ini dapat menahan diri apabila
kalah banyak atau ada efek merugikan lain
○ Judi berlebihan oleh pasien manik
○ Judi oleh kepribadian sosiopatik. Terdapat gangguan perilaku sosial yang
menetap, yang tampak dalam kegiatan yang agresif atau memperlihatkan sangat
kurangnya kepedulian akan kesejahteraan orang lain.
F63.1 Bakar Patologis (piromania)
● Gangguan ini ditandai oleh tindakan yang berulang kali atau usaha membakar
harta benda atau barang lain tanpa tujuan yang jelas. Adanya keasyikan yang
menetap pada benda yang berhubungan dengan api dan kebakaran. Mungkin
juga ada minat yang luar biasa terhadap mobil pemadam kebakaran dan alat
pemadam api lainnya, serta memanggil petugas pemadam kebakaran.

● Pedoman diagnostik:
○ Berulang-ulang melakukan pembakaran tanpa motif yang jelas
○ Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran
○ Perasaan tegang sebelum kejadian dan sangat puas segera setelah berhasil
dilaksanakan
● Ciri patologis harus dibedakan dari:
○ Sengaja melakukan pembakaran tanpa manifestasi gangguan psikiatrik (jadi ada
motif yang jelas)
○ Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku dimana terbukti ada
gangguan perilaku lain seperti mencuri, menyerang, atau menipu
○ Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian sosiopatik.
Dimana terbukti terdapat gangguan menetap lain dalam perilaku sosialnya seperti
agresi, atau ketidak pedulian terhadap orang lain disekitarnya
○ Pembakaran pada skizofrenia, dimana kebakaran secara khas ditimbulkan oleh
ide-ide waham atau perintah dari suara halusinasi
○ Pembakaran pada gangguan psikiatrik organik. Kebakaran terjadi karena
kecelakaan akibat kebingungan, kurangnya daya ingat, atau hilangnya
kewaspadaan akan akibat dari perbuatannya
F63.2 Curi Patologis (kleptomania)
● Gangguan ini ditandai dengan kegagalan menahan dorongan yang berulang-ulang
untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang. Barang itu
kemudian dibuang, diberikan kepada orang lain atau dikumpulkan.

● Pedoman diagnostik:
○ Terdapat peningkatan ketegangan sebelum melakukan aksi, merasa puas pada
saat melakukan aksi dan segera sesudahnya.
○ Pencurian ini biasanya merupakan aksi soliter dan tidak dibantu oleh kaki tangan.
○ Individu mungkin tampak gelisah, murung, dan bersalah diantara episode
pencurian terjadi, namun hal itu tidak menghentikannya mengulangi pencurian.
● Curi patologis harus dibedakan dari:
○ Pencurian berulang di toko tanpa manifestasi suatu gangguan psikiatrik,
dimana aksinya direncanakan dengan lebih hati-hati dan terdapat motif
keuntungan pribadi yang jelas.
○ Gangguan mental organik, dengan berulang kali gagal untuk membayar
barang belanjaan yang disebabkan ingatan yang buruk dan adanya
deteriorasi intelektual lain
○ Gangguan depresif dengan pencurian, berupa individu yang depresif
melakukan pencurian dan mungkin akan tetap mengulanginya selama
gangguan depresif ini masih ada.
F63.3 Trikotilomania

● Gangguan ditandai oleh kerontokan rambut kepala akibat berulang kali gagal
menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut. Pencabutan rambut ini
biasanya didahului oleh ketegangan yang memuncak dan diikuti rasa lega
atau puas.
F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya

● Kategori ini digunakan untuk jenis lain dari perilaku maladaptif yang tetap
berulang, yang bukan sekunder terhadap sindrom psikiatri yang dikenal, dan
dimana tampak kegagalan berulang untuk menahan dorongan impuls untuk
melakukan perilaku tersebut. Terdapat periode prodromal berupa ketegangan
dengan perasaan lega pada saat terjadinya aksi tersebut.
F64 GANGGUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN
F64.0 Transseksualisme
Definisi:
keinginan untuk hidup dan diterima sebagai seorang anggota lawan jenis, biasanya disertai
dengan ketidaknyamanan atau tidak pantasnya jenis kelamin fisik seseorang dan memiliki
kehendak untuk menjalani pembedahan dan perawatan hormonal untuk membuat tubuhnya
sesesuai mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkannya

Pedoman diagnostik:

Untuk menegakkan diagnosis ini, identitas transeksual harus sudah menetap selama
minimal 2 tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti
skizofrenia, atau disertai oleh suatu kelainan interseks, genetik, atau kromosom seks.
Gambaran identitasnya:
- Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan
jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi
seksualnya dan
- Adanya keinginan untuk memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk
membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
F64.1 Transvetisme Peran Ganda

Definisi:
aktifitas seksual dimana kepuasan emosional dan fisik diperoleh dari menggunakan pakaian dari
lawan
jenis tanpa adanya hasrat merubah jenis kelamin

Pedoman diagnostik:

- Mengenakan jenis pakaian dari lawan jenis sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk
menikmati sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya.
- Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau berkaitan
dengan tindakan bedah.
- Tidak ada kepuasan seksual yang menyertai pemakaian pakaian lawan jenis tersebut,
yang membedakan gangguan ini dari transvestisme fetishistik (F65.1)
F64.2 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak

Pedoman Diagnostik:

- Gambaran diagnostik esensial adalah keinginan anak yang mendalam (pervasive) dan
menetap untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah) jenis kelamin lawan
jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan/atau pakaian yang sesuai untuk
jenis kelaminnya. Tidak ada rangsangan seksual dari pakaian.
- Yang khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul selama usia prasekolah;
untuk menegakkan diagnosis, gangguan harus sudah tampak sebelum pubertas.
- Pada kedua jenis kelamin, kemungkinan ada penyangkalan terhadap struktur anatomi jenis
kelaminnya sendiri, tetapi hal ini jarang terjadi.
- Ciri khas lainnya adalah anak dengan gangguan identitas jenis kelamin, menyangkal
bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka mungkin tertekan oleh konflik dengan
keinginan orangtua atau kawan sebayanya dan oleh ejekan dan/atau penolakan oleh
orang-orang yang berhubungan dengan dirinya.
F64.8 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Lainnya
F64.9 Gangguan Identitas Jenis Kelamin YTT
Gangguan preferensi seksual (F65)
F65.0 Fethishisme
● Pengandaian pada benda mati sebagai suatu stimulus yang dapat
membangkitkan gairah seksual dan memberikan kepuasan seksual. Banyak
objek fetish merupakan ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau
sepatu.
● Beberapa contoh lain yang lazim ditandai oleh beberapa bentuk atau wujud
tertentu seperti karet, plastik, atau kulit.
● Objek fetish bervariasi pentingnya bagi individu: dalam kasus tertentu mereka
hanya bermanfaat secara sederhana untuk meningkatkan kepuasan seksual
yang dapat dicapai dengan cara biasa (misalnya dengan partnernya memakai
pakaian tertentu).
● Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III:
○ Fetishisme harus didiagnosis apabila fetish merupakan sumber yang paling penting dari
stimulasi seksual atau esensial untuk respon seksual yang memuaskan.
○ Fantasi fetishistik adalah lazim, tetapi tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus
pada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan
seksual dan menyebabkan penderitaan pada individu.
○ Fetishisme terbatas hanya khusus pada pria.
● Pedoman Diagnostik menurut DSM V:
○ Orang ini mengalami dorongan seksual yang sering dan berulang, baik dari penggunaan benda mati,
atau dari bagian tubuh non genital; berlangsung selama minimal 6 bulan.
○ Pengalaman pasien tertekan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau bidang-bidang penting lainnya
akibat dari fantasi, dorongan seksual atau perilaku.
○ Objek fetis tidak terbatas pada barang pakaian wanita yang digunakan pada pakaian banci (transvetic
fetishisme) atau perangkat yang dirancang untuk tujuan stimulasi genital (misalnya vibrator).

● Biasanya paraphilia memiliki onset selama masa pubertas, tetapi fetish dapat
berkembang sebelum remaja.
● Setelah terbentuk, kelainan fetishistik cenderung memiliki riwayat menetap yang
berfluktuasi dalam intensitas dan frekuensi dorongan atau perilaku.
F65.1 Transvestisme Festishistik
● Definisi → Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan untuk
mencapai kepuasan seksual.
● Pedoman diagnostik:
○ Gangguan ini dibedakan dari Fetishisme Simpleks dimana pakaian sebagai barang Fetishistik
bukan hanya sekedar dikenakan tetapi dikenakan juga untuk menciptakan penampilan
seseorang dari lawan jenis.
○ Biasanya lebih dari satu barang yang dikenakan dan sering kali suatu perlengkapan
menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata rias wajah.
○ Transvestisme Fetishistik dibedakan dari transvestime transseksual oleh adanya hubungan
yang jelas dalam membangkitkan gairah seksual dan keinginan/hasrat yang kuat untuk
melepaskan baju tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan gairah seksual menurun.
○ Adanya riwayat transvestisme fetishistik biasanya dilaporkan sebagai fase awal oleh para
penderita transseksualisme dan mungkin merupakan suatu stadium dalam perkembangan
transseksualisme pada kasus demikian.
● Pedoman diagnostik menurut DSM V:
○ Orang ini mengalami dorongan seksual yang sering dan berulang dari penggunaan
pakaian lawan jenis; gejala berlangsung minimal 6 bulan.
○ Fantasi, dorongan seksual dan perilaku menyebabkan penderitaan atau hendaya sosial,
pekerjaan atau bidang-bidang penting lainnya.
Prevalensi
● The prevalence of transvestic disorder is unknown.
● Transvestic disorder is rare in males and extremely rare in females. Fewer
than 3% of males report having ever been sexually aroused by dressing in
women's attire.
● The percentage of individuals who have crossdressed with sexual arousal
more than once or a few times in their lifetimes would be even lower.
● The majority of males with transvestic disorder identify as heterosexual,
although some individuals have occasional sexual interaction with other
males, especially when they are cross-dressed.
F65.2 Ekshibisionisme
Definisi → Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat
kelamin kepada orang asing (biasanya lawan jenis) atau kepada orang banyak di
tempat umum tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab. Biasanya,
tetapi tidak selalu, terdapat kepuasan seksual pada saat memamerkan dan aksi
ini lazim diikuti dengan masturbasi. Kecenderungan ini mungkin tampak hanya
pada saat stress/krisis emosional diselingi kurun waktu yang lama tanpa timbulnya
perilaku overt.
● Pedoman diagnostik:
○ Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual yang memamerkan
kepada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di
tempat umum.
○ Pada beberapa penderita ekshibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran seksual, tetapi
pada penderita lainnya kebiasaan ini dilakukan secara simultan dengan kehidupan seks yang
aktif dalam hubungan jangka panjang, meskipun dorongan tersebut mungkin menjadi lebih
menekan pada saat adanya konflik dalam hubungan tersebut.
○ Kebanyakan ekshibisionisme mendapatkan kesulitan mengendalikan dorongan tersebut dan
bersifat ego-alien. Kalau penonton yang melihat tampak kaget, takut, atau terkesan, maka
penikmatan ekshibisionime akan makin meningkat.
Faktor risiko
Temperamental → Antisocial history, antisocial personality disorder, alcohol
misuse, and pedophilic sexual preference mungkin meningkatkan resividisme
pada pelaku ekshibisionis

Maka dari itu gangguan-gangguan diatas mungkin dipertimbangkan faktor risiko


untuk ekshibisionistik pada laki-laki..

Lingkungan → kekerasan seksual dan emosional pada masa kanak-kanak telah


diperkirakan sebagai faktor risiko untuk ekshibisionis, meskipun sebab hubungan
untuk ekshibisionis belum jelas dan spesifik.
F65.3 Voyeurisme
● Suatu kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang
berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti menanggalkan pakaian.
Hal ini biasanya menjurus pada penguasaan seksual dan masturbasi dan
dilaksanakan tanpa orang yang diintipnya menyadarinya.
● Pedoman diagnostik DSM V:
○ Orang ini mengalami dorongan seksual yang sering dan berulang yang melibatkan tindakan
mengamati orang yang sedang telajang, didalam proses membuka pakaian, atau sedang
melakukan hubungan seksual, berlangsung selama minimal 6 bulan.
○ Orang ini mengalami tekanan dalam kehidupan sosial, pekerjaan dan bidang-bidang penting
lainnya akibat dari fantasi, dorongan seksual atau perilaku pasien.
○ Orang ini mengalami dorongan seksual atau perilaku seksual pada usia minimal 18 tahun
F65.4 Pedofilia
● Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal
masa pubertas. Beberapa pedofilis tertarik hanya pada anak perempuan,
yang lainnya hanya pada anak lakilaki, yang lain lagi menyukai keduanya.
● Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan.
● Preferensi tersebut harus menetap dan berulang
● Termasuk dalam pedofilia, bagaimana pun juga, adalah laki-laki yang
mempunyai preferensi partner seks dewasa, tetapi karena mereka secara
kronis mengalami frustasi untuk berhubungan secara memadai, maka
kebiasaan mereka beralih kepada anak-anak sebagai pengganti.
● Pedoman diagnostik menurut DSM V:
○ Orang ini mengalami dorongan seksual yang sering dan berulang yang melibatkan aktivitas
seksual dengan anak prapubertas dan anak-anak (biasanya <13 tahun), berlangsung selama
minimal 6 bulan.
○ Orang tersebut telah melakukan dorongan seksual ini, atau khayalan seksual yang menimbulkan
penderitaan yang nyata atau kesulitan interpersonal.
○ Orang ini berusia minimal 16 tahun dan minimal 5 tahun lebih tua dari para korbannya. Individu
yang berusia remaja akhir yang terlibat dalam hubungan seksual yang sedang berlangsung
dengan anak berusia 12-13 tahun tidak termasuk kategori ini
Prevalensi

● Populasi orang yang pedofilia tidak diketahui. Prevalensi tertinggi yang


mungkin untuk pedofilia adalah pada laki-laki sekitar 3-5%.
● Populasi wanita yang mengalami pedofilia lebih tidak jelas, tetapi masih lebih
kecil dibanding prevalensi di laki-laki.
Faktor risiko
Temperamental → Tampaknya ada interaksi antara pedofilia dan antisosialitas,
Sedemikian rupa sehingga laki-laki dengan kedua sifat tersebut lebih mungkin untuk
bertindak secara seksual dengan anak-anak. Jadi, gangguan kepribadian antisosial dapat
dianggap sebagai faktor risiko untuk gangguan pedofilik pada laki-laki dengan pedofilia.

Lingkungan → Laki-laki dewasa dengan pedofilia sering dilaporkan bahwa mereka


mengalami pelecehan seksual waktu anak-anak.meskipun masih tidak jelas, apakah
korelasi ini mencerminkan pengaruh kausal dari pelecehan seksual masa kecil pada
pedofilia dewasa.

Genetik dan fisiologis → Ada beberapa bukti bahwa gangguan perkembangan saraf
dalam rahim meningkatkan kemungkinan pengembangan orientasi pedofilik.
F65.5 Sadomasokisme
● Suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau
menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jikalau individu lebih suka untuk
menjadi resipien dari perangsangan demikian, maka disebut masokisme, jika
sebagai pelaku disebut sadisme.
● Sering kali individu memperoleh kepuasan seksual dari kedua aktivitas, baik
sadisme maupun masokisme.
● Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas sadomasokistik merupakan
sumber rangsangan yang terpenting untuk pemuasan seksual.
● Sadisme seksual kadang-kadang sukar dibedakan dari kekejaman pada
hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan dengan
erotisisme. Oleh karena kekerasan diperlukan untuk membangkitkan birahi,
maka diagnosis dapat ditentukan dengan jelas.
F65.6 Gangguan Preferensi Seksual Multipel
● Kadang-kadang lebih dari satu gangguan preferensi seksual terjadi pada
seseorang dan tidak satu pun lebih diutamakan daripada yang lainnya.
● Kombinasi yang paling sering adalah fetishisme, transvestisme, dan
sadomasokisme.
F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainnya
● Suatu varietas dari pola lain pada preferensi dan aktivitas seksual mungkin terjadi,
yang masing-masing relatif tidak lazim. I
● ni mencakup kegiatan seperti melakukan panggilan telepon cabul. Meggosok –
menempel pada orang untuk stimulasi seksual di tempat umum yang ramai
(frotteurisme), aktivitas seksual dengan binatang, menggunakan cekikan atau anoksia
untuk mengintensifkan kepuasan seksual dan kesukaan terhadap partner dengan cacat
badan tertentu seperti tungkai yang diamputasi.
● Perbuatan erotik terlalu bermacam-macam dan banyak di antaranya terlalu jarang atau
idiosinkratik untuk diberikan istilah khusus untuk setiap kelainan.
● Masturbasi dengan berbagai cara adalah lazim, tetapi praktek yang lebih ekstrem
seperti memasukkan benda ke rektrum atau uretra penis atau strangulasi diri parsialis,
apabila menggantikan hubungan seksual yang lazim, termasuk dalam abnormalitas.
● Nekrofilia juga harus dimasukkan dalam kategori ini.
F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT
Termasuk: deviasi seksual YTT
F66 GANGGUAN PSIKOLOGIS DAN
PERILAKU YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PERKEMBANGAN DAN
ORIENTASI SEKSUAL
F66.0 Gangguan Maturitas Seksual
● Individu menderita ketidakpastian tentang identitas jenis kelaminnya atau
orientasi seksualnya, yang menimbulkan kecemasan atau depresi.
● Paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti apakah mereka
homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau pada
individu yang sesudah suatu periode orientasi seksual yang tampak
stabil, sering kali setelah hubungan yang berlangsung lama, ternyata
menemukan bahwa dirinya mengalami perubahan orientasi seksual.
F66.1 Orientasi Seksual Egodistonik
Identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi individu
mengharapkan yang lain, disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku,
serta mencari pengobatan untuk mengubahnya.

F66.2 Gangguan Jalinan Seksual


Abnormalitas identitas jenis kelamin atau preferensi seksual merupakan
penyebab kesulitan dalam membentuk atau memelihara hubungan dengan
partner seksual.

F66.8 Gangguan Perkembangan Psikoseksual Lainnya

F66.9 Gangguan Perkembangan Psikoseksual YTT


GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN
PERILAKU MASA DEWASA LAINNYA
(F68)
F68.0 Elaborasi Gejala Fisik Karena Alasan
Psikologis
• Gejala fisik yang sesuai dan semula disebabkan oleh gangguan fisik, penyakit
atau disabilitas menjadi berlebihan atau berkepanjangan disebabkan oleh
keadaan psikologis dari pasien.
• Suatu sindrom perilaku menarik perhatian (histrionik) berkembang, yang juga
mengandung keluhan tambahan (dan biasanya non-spesifik) yang tidak
berasal dari fisik
Neurosis Pascatrauma (Neurosis Kecelakaan /
Neurosis Kompensasi)
• Jenis psikoneurosis ini terlihat pada pasien yang telah mengalami trauma,
yang secara mendadak mengancam jiwanya
• Kebanyakan kasus timbul setelah kecelakaan dan klaim untuk kompensasi
sering mengkomplikasi diagnosis dan terapi sampai tingkat ini
• Gejala bisa terdiri dari semua gejala neurotic yang telah disebutkan, tetapi
yang lebih sering ditemukan iritabilitas, tegangan, konsentrasi buruk dan mimpi
buruk, sering bentuk berulang. Bisa timbul manifestasi motorik, terutama “tic”
F68.1 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat
Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun
Psikologis (Gangguan Buatan)
• Individu berpura-pura mempunyai gejala sakit secara berulang-ulang dan
konsisten, dengan tidak adanya gangguan fisik atau jiwa, penyakit atau cacat
yang pasti
• Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap internal dan
kondisi tersebut terbaik diinterpretasikan sebagai suatu gangguan perilaku
sakit atau peran sakit.
• Individu dengan pola perilaku ini biasanya menunjukkan sejumlah tanda dari
abnormalitas yang berat dari kepribadian dan hubungan
• Malingering didefinisikan sebagai kesenjangan atau berpura-pura membuat
gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh
stress eksternal atau insentif, harus diberi kode Z76.5 dari ICD-10
• Motif eksternal yang paling lazim untuk melingering adalah menghindari
hukuman atau memperoleh keuntungan
Sindrom Munchausen (hospital addiction syndrome, hospital hopper
syndrome)
● Suatu gangguan kejiwaan yang menyebabkan seorang individu
mencederai/menyakiti dirinya sendiri/untuk membuat gejala
penyakit fisik atau mental, agar ia menerima perawatan medis atau
rumah sakit .

● Munchausen by proxy ( MSBP ) , seorang individu , biasanya seorang


ibu , sengaja menyebabkan atau membuat sakit anak-anaknya atau
orang lain di bawah asuhannya.
● Dikategorikan sebagai gangguan tiruan (gangguan di mana
gejala-gejala fisik atau psikologisnya berada di bawah kontrol
sukarela).

● Tidak seperti berpura-pura sakit (Malingering), karena sepertinya


tidak akan ada keuntungan sekunder yang jelas (misalnya: uang).

● Munchausen termotivasi oleh keinginan untuk diperhatikan,


ketergantungan, ambivalensi terhadap dokter, atau kebutuhan
untuk menderita.
● Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu untuk Munchausen →
penyakit serius di masa kecil atau gangguan kepribadian yang ada .
● Beberapa keluhan umum termasuk demam, ruam, abses, perdarahan,
dan muntah .
● Biasanya pada Munchausen by proxy terdapat juga gejala apnea (henti
napas), demam, muntah, dan diare.

● Pada Munchausen dan MSBP sindrom , yang diduga penyakit tidak


menanggapi biasa saja pengobatan. Pasien atau orang tua dapat
mendorong untuk prosedur diagnostik invasif dan menampilkan
pengetahuan yang luar biasa pengetahuan tentang prosedur medis
F68.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya
YDT
● Kategori ini seharusnya digunakan untuk memberi kode setiap
gangguan khas dari kepribadian dan perilaku dewasa yang tidak
dapat diklasifikasikan dalam semua kategori terdahulu.

● Termasuk : gangguan watak YTT, gangguan hubungan YTT


F69 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA YTT

● Kode ini harus digunakan hanya sebagai jalan terakhir, kalau adanya
suatu gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa dapat
diterima, tetapi informasi untuk menegakkan diagnosis dan
mengalokasikan dalam kategori khusus tidak tersedia.
Gangguan Tics
Definisi
•Suatu gerakan motorik (yg lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas
tertentu) yg tidak dibawah pengendalian, berlangsung cepat, dan
berulang-ulang, tidak berirama, ataupun hasil vokal yg timbul mendadak dan
tidak ada tujuan yg nyata.
Etiologi
•Dianggap hasil dari interaksi genetik, faktor neurobiologis dan psikologis serta
pengaruh lingkungan.
•Disregulasi dalam sirkuit cortico-striato-thalamo-kortikal dgn penyimpangan
dalam sistem dopaminergik dan serotonergik
•Aktivitas berlebihan dopaminergik diganglia basal menyebabkan kekurangan
penghambatan subkortikal dan gangguan otomatis kontrol gerakan, yang tampak
sebagai tik motorik ataupun vokal.
Faktor Resiko
● Genetik
● Jenis Kelamin
○ Laki-laki 3-4x lebih beresiko daripada perempuan.
Klasifikasi
● Berdasarkan Jenis
○ Motor tics : melakukan gerakan yang sama secara berulang (Gerakan kepala dan
bahu, berkedip, menyentak, membenturkan, mengklik jari, menyentuh
benda-benda atau menyentuh orang lain). Cenderung muncul sebelum vocal tics.
(tidak selalu).
○ Vocal tics : membuat suara yang sama berulang (Batuk, berdeham atau
mendengus, atau mengulangi kata atau frasa).
● Dapat pula di bagi dalam kategori berikut :
○ Simple tics : terjadi secara tiba-tiba dan bersifat sekilas (melibatkan beberapa
kelompok otot secara terbatas).
■ Contoh :
● Simple motor tics : berkedip, mengangguk, menggeleng, dan
menggerak-gerakkan mulut
● Simple vocal tics : batuk, berdeham, dan membuat suara menyerupai
binatang seperti menggonggong.
Cont.

○ Complex tics: melibatkan gerakan yang terkoordinasi menggunakan beberapa


kelompok otot sekaligus.
■ Contoh :
● Complex Motor Tics : mengulang gerakan seperti menyentuh atau
mencium suatu benda, meniru pergerakan suatu benda, menekuk atau
memutar badan, meloncat, dan melangkah dalam pola tertentu.
● Complex Vocal Tics : mengulang perkataan sendiri (palilalia) atau
perkataan orang lain (echophenomena), dan mengucapkan kata-kata
kasar dan vulgar (koprolalia).
Tanda dan Gejala
● Gejala diawali saat kanak-kanak & remaja.
● Berupa gerakan kedipan mata, menggerakkan kepala tanpa sebab atau
menghentak-hentakkan kaki.
● Gangguan vokal (berdehem, mendecakkan lidah, menjerit, merintih).

* Pada Tourette syndrome didapatkan koprolalia ( mengeluarkan kata-kata kotor) &


ekolalia (mengulang kata-kata yang sama).
Kriteria Diagnosis
F95 Gangguan “Tic”

● Tic : suatu gerakan motorik (lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas
tertentu) yang tidak di bawah pengendalian, berlangsung cepat, berulang-ulang,
tidak berirama, ataupun suatu hasil vokal yang timbul mendadak & tidak ada
tujuannya yang nyata.
● Ciri khas terpenting membedakan Tic dari gangguan motorik lainnya :
○ Gerakan yang mendadak, cepat, sekejab, terbatasnya gerakan, tanpa bukti
gangguan neurologis yang mendasari.
○ Sifatnya berulang-ulang.
○ Biasanya terhenti saat tidur.
○ Mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan dengan kemauan.
● Kurang beriramanya tic yang membedakan dengan gerakan stereotipik berulang
yang tampak pada beberapa kasus autisme & retardasi mental.
● Aktivitas motorik manneristik yang tampak pada autisme & retardasi mental
cenderung mencakup gerakan yang lebih rumit & lebih bervariasi daripada gejala
tic.
● Gerakan obsesif-kompulsif sering menyerupai tic yang kompleks, namun berbeda
karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya (misal : menyentuh benda
secara berulang) daripada oleh kelompok otot yang terlibat.
● Tic seringkali tunggal, namun bisa disertai variasi gangguan emosional yang luas
(khususnya fenomena obsesi & hipokondrik).
F95.0 Gangguan “Tic” Sementara

● Gangguan ini umumnya memenuhi kriteria untuk diagnosis gangguan “tic”, tapi
tidak melampaui 12 bulan.
● Paling sering dijumpai pada anak usia 4-5 tahun.
● Biasanya berupa kedipan mata, muka menyeringai, kedutan kepala.
● Pada sebagian kasus hanya berupa episode tunggal, beberapa kasus lain hilang
timbul selama beberapa bulan.
F95.1 Gangguan “Tic” Motorik atau Vokal Kronik
● Umumnya memenuhi kriteria untuk suatu gangguan “tic” motorik atau vokal
(namun bukan kedua-duanya) dan berlangsung selama lebih dari 1 tahun.
● Tic dapat tunggal atau multipel (lebih sering multipel).
F95.2 Gangguan Campuran “Tic” Motorik dan Vokal
Multipel (Sindrom de la Tourette)

● Tic motorik multipel dengan satu atau beberapa tic vokal, tidak harus timbul
secara serentak, dalam riwayatnya hilang timbul.
● Onset hampir selalu pada masa kanak atau remaja.
● Umumnya ada riwayat tic motorik sebelum timbulnya tic vokal.
● Sering memburuk pada usia remaja, umumnya menetap sampai dewasa.
● Tic vokal sering bersifat multipel dengan letupan vokalisasi yang berulang-ulang
(suara mendehem, bunyi ngorok, mengucapkan kata-kata/kalimat-kalimat cabul).
● Ada kalanya diiringi gerakan isyarat ekopraksia, dapat juga bersifat cabul
(copropraxia).
● Ditekan dengan kemauan untuk jangka waktu singkat, bertambah parah karena
stres, berhenti saat tidur.
F95.8 Gangguan “Tic” Lainnya

F95.9 Gangguan “Tic” YTT


Terapi
● Penderita dengan gejala ringan hanya memerlukan edukasi dan konseling
(untuk diri mereka dan anggota keluarga mereka).
● Obat diindikasikan jika tics benar-benar mengganggu aktivitas atau
menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
● Umumnya terapi dimulai dengan pemberian agonist clonidine, dimulai dari
dosis rendah dan ditingkatkan dosis dan frekuensinya secara bertahap,
sampai hasilnya memuaskan.
● Jika tidak efektif, dapat diberi antipsikotik. Neuroleptik atipikal (risperidone
0,25-16 mg/hari, olanzapine 2,5-15 mg/hari, ziprasidone 20-200 mg/hari)
dipilih karena berhubungan dengan penurunan risiko dari efek samping
ekstrapiramidal.
● Jika ini tidak efektif, neuroleptik klasik seperti: haloperidol, fluphenazine, atau
pimozide dapat diberikan.
Psikoterapi
Beberapa pendekatan terapi yang memungkinkan untuk diterapkan adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan Kognitif Behavioral - Habit Reversal
● Komponen-komponen utama dari pendekatan ini adalah:
- Latihan kesadaran (awareness training)
- Pemantauan diri (self-monitoring)
- Latihan relaksasi, misalnya relaksasi otot, pernapasan, imajinasi, dsb. setiap
hari selama 10- 15 menit, dan dipraktekkan selama 1-2 menit setiap muncul
kecemasan atau setelah muncul tics
● Prosedur 'melawan' respon
Memikirkan respon tertentu yang inkompatibel dengan tics, berlawanan dengan
gerakan, dapat dipertahankan selama beberapa menit, memunculkan tekanan
otot yang sama dengan yang terjadi saat gerakan tics muncul, tidak terlalu
mencolok, serta menguatkan otot yang antagonis dengan tics.
● Manajemen kontingensi
Terapis menginstruksikan keluarga klien untuk memberikan komentar berupa
penghargaan jika klien menunjukkan kemajuan dan terus mengingatkan jika klien
lupa untuk berlatih
● Klien diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas menyenangkan yang sudah mulai
jarang dilakukan
● Evaluasi ketidaknyamanan, berupa rasa malu, serta kesulitan-kesulitan klien yang
diakibatkan oleh munculnya gejala.
2. Psikoterapi Suportif
● Terapi ini lebih mengarah pada pendekatan humanistik (khususnya Gestalt) di
mana terapis diharapkan untuk tidak bersikap direktif, dan penderita
memfokuskan diri pada pengalaman-pengalamannya, merefleksikan serta
mengekspresikan perasaan-perasaannya terkait dengan cara hidup dan cara
menyelesaikan masalah.
3. Hipnoterapi
● Penderita dilatihkan bagaimana menghipnosis diri sendiri dalam rangka
mengendalikan kebiasaan, gejala fisik, dan kondisi-kondisi lainnya. Hipnoterapi
juga menggunakan teknik-teknik relaksasi dan imajinasi, sebagaimana yang
sering dilakukan pada meditasi.
● Dalam keadaan terhipnosis, terapis memberi sugesti yang mengarah pada
perubahan perilaku, penurunan kecemasan, dan intensitas gejala.
4. Terapi Keluarga

Terapi keluarga hendaknya difokuskan pada peran penderita dalam keluarga, dimana
ia sering menerima perlakuan-perlakuan sebagai berikut:
● Overproteksi dari orang tua/anggota keluarga
● Dihukum
● Tidak dipahami perasaan/pikirannya
● Dianggap sebagai sumber aib
Komplikasi
● Anxiety
● Attention deficit/hyperactive disorder (ADHD)
● Autisme/ Autism Spectrum Disorder (ASD)
● Depresi
● Learning difficulties
● OCD
● Speech and language difficulties
● Gangguan tidur

Anda mungkin juga menyukai