Anda di halaman 1dari 42

SINDROM PERILAKU YANG

BERHUBUNGAN DENGAN
GANGGUAN FISIOLOGIS DAN
FAKTOR FISIK
Francisca Angelia - 112021178
F5 : Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor
Fisik

◦ F50 : Gangguan makan

◦ F51 : Gangguan tidur non organik

◦ F52 : Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik

◦ F53 : Gangguan jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas yang tak
diklasifikasikan di tempat lain

◦ F54 : Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang
diklasifikasikan di tempat lain
F50 : Gangguan Makan
◦ F50.0 : Anoreksia nervosa

◦ F50.1 : Anoreksia nervosa tidak khas

◦ F50.2 : Bulimia nervosa

◦ F50.3 : Bulimia nervosa tidak khas

◦ F50.4 : Makan berlebihan yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya

◦ F50.5 : Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya

◦ F50.8 : Gangguan makan lainnya

◦ F50.9 : Gangguan makan yang tak tergolongkan


F50.0 : Anoreksia Nervosa
◦ Definisi ◦ Epidemiologi
◦ Gangguan makan yang ditandai dengan ketidakmampuan ◦ Terjadi di seluruh dunia
mempertahankan berat badan, rasa takut berlebihan bila berat ◦ Perempuan 0.3 – 1%, Pria 0.1 – 0.3 %
badan bertambah dan gangguan persepsi bentuk tubuh
◦ Aktor, atlet, model, dancer, dan lain nya
◦ Etiologi ◦ 85% terjadi pada usia 13 – 18 tahun
◦ Interaksi faktor biologis, psikologis dan social

◦ Cenderung mempengaruhi wanita dari pada pria dan remaja


dari pada wanita yang lebih tua
Gejala Klinis
o Kehilangan berat badan yang sangat drastis (15% di bawah normal dan IMT <17,5 o Mengeluh menjadi terlalu gemuk bahkan ketika mereka kurus.

kg/m2 pada orang dewasa) o Merasa bersalah atau malu jika makan.

o Menarik diri dari kehidupan sosial, khususnya saat makan. o Sifat lekas marah, depresi, dan mood tidak stabil.

o Terobsesi melakukan latihan berlebihan. o Menstruasi tidak teratur bahkan amenorrhea (hilangnya menstruasi).

o Terobsesi dengan berat badan, makanan, kalori, resep. o Memakai pakaian longgar untuk menyembunyikan kehilangan berat badan.

o Kelelahan dan lemah otot. o Sering pingsan dan merasa pusing .

o Mencari-cari alasan untuk tidak memakan makanan o Sangat tertutup tentang pola makan.

o Kebiasaan makan yang aneh (seperti makan sangat perlahan, memotong makanan o Terlihat pucat dan sering merasa kedinginan.

berukuran sangat kecil, memilih-milih makanan)

o Kelihatan tidak nyaman disekitar makanan.


Diagnostik
◦ Ciri khas: mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau di pertahankan oleh penderita

◦ Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua hal ini :


◦ BB tetap dipertahankan 15% dibawah seharusnya. Pada prepubertas bisa gagal mencapai berat badan yg diharapkan selama masa pertumbuhan.

◦ Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari lemak dan salah satu atau lebih hal dibawah ini :

◦ Merangsang muntah diri sendiri

◦ Menggunakan pencahar terus menerus

◦ Olahraga berlebihan

◦ Menggunakan obat penekan nafsu makan dan diuretika

◦ Terdapat gangguan pada pandangan tentang BB dimana ketakutan akan gemuk terus menerus dan pandangan berlebih tentang BB yang rendah

◦ Adanya gangguan endokrin yang meluas

◦ Onset terjadi pd masa prapubertas  tanda-tanda pubertas tertunda atau tertahan


Tatalaksana
• Koreksi penyakit organic • Dapat diterapkan pada rawat inap / rawat jalan
• Mengembalikan keadaan gizi (Frekuensi pemberian makan 5-6 kali) • Efektif mencetuskan peningkatan BB
ditimbang setiap hari • Pasien diajarkan membuat strategi untuk menhadapi masalah
• Pendekatan pengelolaan perilaku dan psikoterapi pasien & keluarga interpersonal serta masalah yang berkaitan dengan makanan

• Jarang diterapkan dan dilakukan dengan cara seksama


• Harus membangun hubungan terapeutik & berempati serta menunjukan FARMAKO TERAPI
minat aktif terhadap apa yang pasien rasa dan pikirkan.
• Cyproheptadine hydrochloride 8 mg peroral, dinaikan 32 mg/hari pada
• Terapi harus feksibel, persisten dan tahan lamadalam menghadapi
kecenderungan pasien. akhir minggu kedua

• Amitryptiline 50 mg/hari dinaikan bertahap sa/d 150 mg/hari

• Alprazolam 0,25 mg/hari


Diagnostik F50.1 Anoreksia Nervosa Tak Khas

● Diagnostik ini digunakan untuk penderita yang tidak menunjukan satu atau lebih gambaran utama dari anoreksia

nervosa seperti amenore atau kehilangan berat badan tetapi masih ada gambaran klinis yang agak khas.

● Penderita menunjukkan semua gejala yang ada tapi dalam tahap yang lebih ringan.
F50.2 Bulimia Nervosa
◦ Definisi ◦ Perempuan 1.5%, Pria 0.5%

◦ Gangguan makan yg ditandai dgn serangan berulang ◦ Usia rata – rata 20 tahun

perilaku makan berlebih dalam waktu singkat yang tidak ◦ Gejala


tertahankan, diikuti penggunaan cara-cara untuk
◦ Merasa takut gemuk
mengendalikan berat badan
◦ Kecenderungan menyendiri & menarik diri dari lingkungan
◦ Etiologi social
◦ Penyebab tidak diketahui tetapi ciri – ciri kepribadian ◦ Gangguan menstruasi, olah raga berlebihan, penggunaan
tertentu, emosi, pola perilaku, faktor lingkungan berperan laksatif, diuretic

◦ Epidemiologi ◦ Gigi rusak, radang tenggorokan, depresi

◦ Terjadi di seluruh dunia


Diagnostik
◦ Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua hal ini :
a. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan terhadap makan yang tidak bisa di lawan penderita tidak tahan
terhadap episode makan yang berlebihan dimana makan dalam jumlah besar dan singkat.

b. Pasien berusaha melawan kegemukan :


 Merangsang muntah

 Pencahar berlebihan

 Puasa berkala

 Memakai obat-obatan penekan nafsu makan, sediaan tiroid dan diuretika. Jika pada penderita diabetes, mereka akan mengabaikan pengobatan
insulinnya

c. Ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan mengatur batasan sendiri yang ketat terhadap berat badan. Ada riwayat
anoreksia nervosa sebelumnya, interval beberapa bulan sampai tahun.
Diagnostik F50.3 Bulimia Nervosa Tak Khas

◦ Diagnosa ini digunakan untuk penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih gambaran utama dari

bulimia nervosa, tetapi masih ada gambaran klinis yang agak khas.

◦ Umumnya hal ini ditujukan pada orang yang mempunyai berat badan normal atau berlebihan, tetapi

mengalami periode khas kebanyakan makan yang diikuti dengan muntah atau memakai pencahar.
Tatalaksana
◦ Non-medikamentosa:
◦ Cognitif behavioral therapy (CBT): membantu mengembalikan pola makan, mengubah perilaku tidak sehat
menjadi sehat dan pola pikir yang negatif menjadi positif.

◦ Terapi interpersonal: membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang lain, serta meningkatkan kemampuan
penderita dalam berkomunikasi dan menyelesaikan masalah.

◦ Konseling nutrisi

◦ Medikamentosa:
◦ Fluoxetine: dosis awal 20 mg/hari (maksimal 60 mg/hari)
F5 : Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis
dan Faktor Fisik

◦ F50 : Gangguan makan

◦ F51 : Gangguan tidur non organik

◦ F52 : Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik

◦ F53 : Gangguan jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas yang tak diklasifikasikan di
tempat lain

◦ F54 : Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau

◦ penyakit yang diklasifikasikan di tempat lain


Tidur
◦ Sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik ataupun dengan rangsang lainnya.
Tidur
Circadian Homeosta
Proces tic
s Process
Internal clock Need for
sleep

Melatonin & Time since last


adenosin adequate sleep

Zeitgebers
Siklus Tidur
◦ Tidur terdiri dari 2 fase yaitu:

◦ 1. Non Rapid Eye Movement (NREM)

◦ 2. Rapid Eye Movement (REM)

◦ Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Tidur NREM yang meliputi 75%
dari keseluruhan waktu tidur Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur.

◦ NREM : kira-kira 90-100 menit. Keadaan tentram, denyut jantung melambat dan teratur, pernapasan dan tekanan darah cenderung
rendah, gerakan tubuh episode dan involunter. Mimpi jelas dan bertujuan

◦ REM : kira-kira 15-40 menit. pola tidur tidak teratur, denyut jantung, pernapasan, tekanan darah tinggi, paralisis total otot. Ciri khas ;
Mimpi khas abstrak dan aneh
F51 Gangguan Tidur Non Organik
◦ F51.0 : Insomnia non-organik
◦ F51.1 : Hipersomnia non-organik
◦ F51.2 : Gangguan jadwal tidur-jaga non-organik
◦ F51.3 : Somnabulisme (Sleepwalking)
◦ F51.4 : Teror tidur (night terrors)
◦ F51.5 : Mimpi buruk (nightmares)
◦ F51.8 : Gangguan tidur non-organik lainnya
◦ F51.9 : Gangguan tidur non-organik YTT
F51 Gangguan Tidur Non Organik
◦ Dismonia
◦ Kondisi psikogenik primer dengan gangguan utama: jumlah, kualitas/ waktu tidur yang disebabkan hal emosional.
Contoh: insomnia, hipersomnia, ggg jadwal tidur-jaga.

◦ Parasomnia
◦ Peristiwa episodic abnormal yang terjadi selama tidur. Contoh : somnabulisme, terror tidur, mimpi buruk
Etiologi
◦ Kondisi Psikiatri ◦ Faktor lain
◦ Depresi: insomnia. Ps kesulitan tidur, terbangun di malam hari, ◦ Lingkungan: kerja shift (jet lag),
penurunan gelombang tidur lambat, pe- latensi & pe↑ intensitas REM. ◦ lingkungan yg berisik, suhu tinggi.
◦ Ansietas: insomnia. Kesulitan tidur, mengantuk. ◦ Pengobatan: diuretik (peningkatan BAK saat tidur, kram betis), kafein,
◦ Serangan panik: tdk terjadi saat alkohol,

◦ bermimpi, melainkan pd tahap N2 & N3. PTSD menimbulkan mimpu ◦ opioid dan putus obat  insomnia.
buruk yang nyata & menakutkan. ◦ Penuaan: perubahan tidur pd lansia. Peningkatan latensi tidur, banyak
◦ Obat psikotropika: antidepresan meggg pola tidur REM normal. terbangun di malam hari, & bangun pagi.
Benzodiazepin  insomnia berulang tu. ortu. ◦ Trauma masa kanak-kanak: konflik keluarga, pelecehan seksual me↑
risiko ggg tidur di masa dewasa  narkolepsi, insomnia, apnea tidur.
Epidemiologi
◦ Parasomnia seperti somnabulisme, kebingungan, teror tidur, mimpi buruk umum terjadi

◦ pada masa kanak-kanak.

◦ Sekitar 50% orang dewasa yang lebih tua memiliki masalah tidur.

◦ Kondisi komorbid seperti diabetes, hipertensi, demensia, dan ansietas terkait dengan gangguan tidur.
Insomnia primer lebih sering terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun dibandingkan pria.
Diagnosa F51.0 Insomnia Non-organik

◦ Hal yang diperlukan untuk membuat diagnostik pasti :


a. Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur & tidak dapat tidur kembali kalau terbangun, kualitas tidur buruk.

b. Gangguan terjadi minimal 3 kali seminggu dalam 1 bulan.

c. Preokupasi akan tidak bisa tidur malam, akibatnya pada malam dan siang hari merasa tegang.

d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas maupun kualitas tidur yang menyebabkan menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan.

◦ Ada gejala gangguan jiwa lain: depresi, ansietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Semua komorbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi tersendiri.
Tatalaksana
◦ Non medikamentosa

A. Hygiene tidur B. Cognitif behavioral therapy (CBT)

1. Gunakan tmpat tidur yang sama dengan situasi yang 6. Membatasi total waktu yang diperlukan di tempat tidur

nyaman, tidak membaca 7. Mengubah kebiasaan tidur

2. Jangan ketempat tidur kalau belum mengntuk. Jika <30 8. Latihan relaksasi : meditasi dan Latihan pernafasan
menit belum bisa tidur, tinggalkan tempat tidur

3. Usahakan waktu tidur dan bangun yang teratur atau


tetap

4. Mandi air hangat sore hari atau sebelum tidur

5. Jangan tidur siang atau berbaring untuk coba “tidur


sebentar”
Tatalaksana
Diagnosa F51.1 Hipersomnia Non-organik

◦ Gambaran klinis untuk membuat diagnostik pasti :


◦ Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau serangan tidur atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya.

◦ Terjadi setiap hari selama > 1 bulan atau berulang dgn kurun waktu lebih pendek yg mengganggu fungsi social dan pekerjaan.

◦ Tidak ada gejala tambahan narkolepsi (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau sleep apnea.

◦ Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan rasa kantuk di siang hari.

◦ Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain maka diagnose sesuai dengan gangguan yg mendasari.

◦ Diagnosa hipersomnia psikogenik harus ditambahkan jika keluhan dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya.
Dosis

100-200 mg

150-250 mg

Initial 4,5 g/night PO: 2,25 g HS & 2,25 g 2,5-4 hr later

1,25 mg, 5 mg

4,45 mg, 17,8 mg


W eek 1: initial 8,9 mg (two tablets) PO W eek 2:
increase 17,8 mg (one tablet) PO
W eek 3: increase max 35,6 mg (two tablets)

250 mg-500 mg

25 mcg

Khan Z, et all. Central Disorders of Hypersomnolence Focus on the Narcolepsies and Idiopathic Hypersomnia. CHEST. 2015; 148( 1 ): 262 - 273
Diagnosa F51.3 Somnabulisme (Sleepwalking)

◦ Suatu keadaan perubahan dari kesadaran, di mana fenomena tidur dan bangun bercampur pada saat sama.

◦ Bangun dari tidur, biasanya terjadi selama sepertiga awal dari tidur malam dan berjalan, memperlihatkan
tingkat kesadaran, reaktivitas dan kemampuan motoric yang rendah.

◦ Bangun- penderita tidak ingat.


Diagnosa F51.3 Somnabulisme (Sleepwalking)

◦ Gambaran klinis untuk membuat diagnostik pasti :


◦ Gejala utama 1 atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada 1/3 awal waktu tidur malam, & terus
berjalan-jalan.

◦ Selama 1 episode, pandangan kosong, tidak dapat berkomunikasi, disadarkan/dibangunkan orang lain.

◦ Waktu sadar, individu tidak ingat yang terjadi.

◦ Beberapa menit setelah bangun, tidak ada gangguan aktivitas mental, individu sedikit bingung, & disorientasi dlm
waktu singkat.

◦ Tidak ada GMO


Tatalaksana
◦ Non-medikamentosa:
◦ Stimulus pendengaran, sentuhan, dan visual harus dihindari

◦ Orang tua diinstruksikan untuk mengunci jendela dan pintu, menyingkirkan benda- benda tajam dari ruangan.

◦ Mengarahkan ke tempat tidur tanpa membangunkan.

◦ Terapi farmakologis tidak diindikasikan .

◦ Sleepwalking yang berkaitan dengan gangguan pernapasan saat tidur dapat membaik atau diatasi dengan
perawatan bedah untuk gangguan pernapasan.
Diagnosa F51.4 Teror Tidur
◦ Gambaran klinis untuk membuat diagnostik pasti :
◦ Gejala utama 1 atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak karena panik, ansietas hebat, seluruh tubuh bergetar, hiperaktivitas otonomik
(jantung berdebar, napas cepat, pupil melebar, berkeringat)

◦ Episode dapat berulang, setiap episode berkisar 1-10 menit, terjadi pada 1/3 awal tidur malam.

◦ Tidak bereaksi terhadap pengaruh orang lain, beberapa menit setelah bangun terjadi disorientasi dan gerakan-Gerakan berulang.

◦ Ingatan terhadap kejadian sangat minimal.

◦ Tidak ada bukti GMO

◦ Teror tidur harus dibedakan dari mimpi buruk yg biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah dibangunkan dan teringat dengan
jelas kejadiannya.

◦ Teror tidur dan somnabulisme berhubungat erat, keduanya mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologi yang sama.
Diagnosa F51.5 Mimpi Buruk
◦ Pengalaman mimpi yang penuh dengan kecemasan atau ketakutan (sangat jelas, mengancam kehidupan, keamanan dan
harga diri), yang teringat secara terinci oleh individu tersebut

◦ Anak  perkembangan emosional

◦ Dewasa  gangguan psikologis yang bermakna, ptsd, penggunaan psikotropika (reserpine, benzodiazepine,
tioridazin).
Diagnosa F51.5 Mimpi Buruk
◦ Gambaran klinis untuk membuat diagnostik pasti :
◦ Terbangun dari tidur malam/siang dengan mimpi yang menakutkan yg dapat diingat kembali, biasanya berupa
ancaman kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri, terbangun kapan saja

◦ Individu segera sadar penuh dan mempu mengenali lingkungan

◦ Pengalaman mimpi dan akibat dari tidur yang terganggu menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu.
Tatalaksana
◦ Behavioral therapy

◦ Sleep hygiene

◦ Stimulus control therapy

◦ Lucid dream therapy

◦ Farmakoterapi
◦ Anti depresan

◦ Benzodiazepine
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai