Anda di halaman 1dari 51

REFERAT

STASE ILMU KESEHATAN JIWA


GANGGUAN MAKAN

Pembimbing : dr Zulvia Syarif, SpKJ

Mutiara Nur Adinda/ 112019030


PENDAHULUAN
Definisi
Gangguan makan adalah :

Suatu sindrom yang ditandai dengan pola


1 makan yang menyimpang

Terkait dengan karakteristik psikologis dan


2 medis yang serius.

DSM – IV : DSM – V :
3 AN, BN, BED
EDNOS – eating disorders not otherwise
specified
D
D

4 DSM-IV-TR : Pika
Latar Belakang
Jumlah pasien dengan gangguan
makan telah meningkat
secara global sejak 50 tahun
yang lalu.

1-2 juta 500.000

Bulimia Anorexia
Nervosa Nervosa 2006 (Academy of
Eating Disorder)
ANOREXIA NERVOSA
DSM-IV 01 Penolakan yang menetap untuk
mempertahankan berat badan minimal atau
diatasnya,

02
Terjadi ketakutan yang berlebihan akan
terjadi gemuk, meski memiliki berat
badan yang kurang

03 Tidak mengalami menstruasi selama 3


Siklus berturut-turut
ANOREXIA NERVOSA
TUJUAN
• Membuat dirinya tetap
lapar (self-starvation)
• Memiliki penampilan fisik
yang ramping dan
menarik
perhatian lawan jenis.
03
ANOREXIA NERVOSA
Biasanya ditemukan peningkatan
rasio
enzim hati ALT dan GGT, hingga
disfungsi hati akut pada tingkat
lanjut

Pencitraan Laboratorium Penderita


Diri
Dipengaruhi oleh bias kognitif
(pola penyimpangan dalam
menilai situasi) dan
Memiliki pola
mempengaruhi cara kebiasaan makan
seseorang berpikir serta
mengevaluasi tubuh yang aneh
dan makanannya.
Epidemiologi
Binge-eating/  Awal 20 tahun
purging type
 0,5 -1% pada remaja perempuan
 10-20 kali lebih besar pada
Restricting perempuan
Type
 Negara maju
Etiologi
 Faktor biopsikososial
 Kembar monozigot
 Saudara perempuan -> pengaruh sosial
 Penurunan MHPG pada urine dan CSS
 Berkurangnya aktivitas NE.
GAMBARAN KLINIS
• Menunjukkan perilaku aneh terhadap
makanan
• Ada ketakutan yang kuat akan penambahan
berat badan dan menjadi gemuk
• Perilaku obsesif kompulsif, depresi,
kecemasan
• Pasien kaku dan perfeksionis, disertai keluhan
somatik (gangguan epigastrik)
• Penyesuaian seksual yang buruk
PPDGJ III
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III :
• Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu, dan atau dipertahankan oleh penderita.
• Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua hal-hal seperti
dibawah ini :

1. Berat badan tetap dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya (baik y


ang berkurang maupun yang tak pernah dicapai), atau “Quetelet’s body-
mass index” adalah 17,5 atau kurang (Quetelet’s body-mass index = ber
at [kg] / tinggi [m]kuadrat). Pada penderita pra pubertas bisa saja gagal
mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan.
PPDGJ III
2. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan y
ang mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-hal yang berikut ini:
• Merangsang muntah oleh diri sendiri
• Menggunakan pencahar
• Olahraga berlebihan
• Memakai obat penekan nafsu makan dan / atau diuretika
3. Terdapat distorsi “body-image” dalam bentuk psikopatologi yang spesifik dimana
ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang
berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
PPDGJ III
4. Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan “hypothalamic-pituitary
-gonadal axis” dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada
pria sebagai kehilangan minat dan potensi seksual. (suatu kekecualian adal
ah perdarahan vagina yang menetap pada wanita yang anoreksia yang men
erima terapi hormon,umumnya dalam bentuk pil kontrasepsi). Juga dapat ter
jadi kenaikan hormon pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan meta
bolisme periferal dari hormon tiroid, dan sekresi insulin abnormal
PPDGJ III
5. Jika onset terjadinya pada masa pra-pubertas, perkembangan pubertas
tertunda, atau dapat pula tertahan (pertumbuhan berhenti, pada anak
perempuan buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenore primer,
pada anak laki-laki genitalnya tetap kecil). Pada penyembuhan, pubertas
kembali normal, tetapi “menarche” terlambat.
ICD-10
F50.0 Anorexia nervosa
• Berat badan tetap 15% di bawah nilai yang diharapkan sesuai umur dan
tinggi badan
• Penurunan berat badan yang diinduksi sendiri dengan :
- Pembatasan asupan
- Merangsang muntah oleh diri sendiri
- Merangsang pengeluaran makanan oleh diri sendiri
- Aktivitas fisik yangberlebih
- Menggunakan obat penekan nafsu makan atau diuretika
• Ketakutan patologis akan kegemukan (ide berlebih)
• Pemberlakuan ambang berat badan yang rendah oleh diri sendiri
• Gangguan fungsi endokrin yang menyebabkan amenore pada perempuan
dan hilangnya minat seksual dan potensi pada laki-laki (onset pra pubertas,
terdapat keterlambatan pubertas dan hambatan pertumbuhan).
ICD-10
F50.1 Anorexia nervosa atypical
• Beberapa hal diatas, atau
• Gambaran-gambaran diatas dengan derajat Pemeriksaan
ringan.
Penunjang
Dilakukan pada orang yang memenuhi
kriteria diagnostik anorksia nervosa
• Hipertensi
• bradikardi
Diagnosis Banding
Diagnosis banding anorexsia nervosa dipersulit oleh penyangkalan pasien
akan gejalanya, kerahasiaan disekitar kebiasaan makan pasien yang aneh,
dan penolakan pasien untuk mencari pengobatan. Jadi mungkin sulit untuk
mengidentifikasi mekanisme kehilangan berat badan dan pikiran tentang
distorsi citra tubuh yang menyertai pasien. Klinisi harus meyakinkan bahwa
pasien tidak memiliki penyakit medis yang dapat menyebabkan penurunan
berat badan (sebagai contohnya, tumor otak atau kanker).
• kehilangan nafsu makan organik (R63.0)
• kehilangan nafsu makan psikogenik (F50.8)
Tatalaksana
Pengembalian
1. Perlunyakeadaan nutrisi pasien
menargetkan
Terapi Perilaku Terapi Perilaku berat badan
Kognitif Kognitif
1. Cara pelaksanannya
Psikoterapi
2. Berat badan tersebut
harus ditentukan oleh
satu pihak melalui
Farmakoterapi
Psikoterapi Terapi perundingan
Dinamik Keluarga
Prognosis
• 50-60% orang yang dulunya didiagnosis mengidap anoreksia ternyata memiliki berat
badan yang normal, dan 47-58% perempuan kembali menjalani masa haid normal
• Insidens depresi sebesar 38% dan gejala obsesif-kompulsif sebesar 22%.
• risiko mortalitas pada sekitar 1 dari 20 untuk gangguan makan, kira-kira sepertiga
kematian disebabkan oleh bunuh diri dan dua pertiga oleh komplikasi gangguan
makan
• Indikator prognosis buruk adalah gangguan makan yang terlalu lama; berat badan
minimal yang lebih rendah; upaya terapi sebelumnya; dan penyesuaian sosial
pramorbid yang buruk
BULIMIA NERVOSA
Gangguan pola makan yang ditandai dengan
01 usaha untuk memuntahkan kembali secara
Terus-menerus apa yang telah dimakan
sebelumnya

02
Sering terjadi pada perempuan. Kelainan
ini merupakan suatu bentuk
penyiksaan terhadap dirinya

03 Dapat mempertahankan berat badan


normal
Epidemiologi
• Bulimia nervosa lebih sering terjadi dibandingkan anorexsia nervosa
• 1 – 3 % pada wanita muda
• lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki
• Onsetnya lebih sering terjadi pada masa remaja akhir
• Bulimia nervosa sering terdapat pada perempuan berberat badan normal,
tetapi kadang–kadang pasien memiliki riwayat obesitas
Epidemiologi
• Faktor Biologi
• Faktor Sosial
• Faktor Psikologis
Restricting
Type
Gambaran Klinis
• Episode makan berulang dan berlebihan, adanya perasaan tidak ada
kendali terhadap makan saat makan banyak
• Muntah yang dicetuskan sendiri (mencolokkan jari ke dalam tenggorokan)
PPDGJ III
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III :
• Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan semua berikut ini:
a) Terdapat preokupasi yang menetap untuk untuk makan, dan ketagihan (craving)
terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap dat
angnya episode makan berlebihan dimana makanan dalam jumlah yang besar di
makan dalam waktu yang singkat
b) Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu atau lebih cara
seperti berikut :
• Merangsang muntah oleh diri sendiri
• Menggunakan pencahar berlebihan
• Puasa berkala
• Memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan, sediaan tiroid
atau diuretika. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka akan
mengabaikan pengobatan insulinnya.
PPDGJ III
c) Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luar biasa akan
kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang
berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit dianggap berat
badan yang sehat atau optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat
episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara ke dua gangguan ter
sebut berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebel
umnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi
dengan kehilangan berat badan yang sedang dan atau suatu fase sementara
dari amenore.
d) Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderit
a bulimia sering mengalami gejala-gejala depresi.
ICD - 10
Pedoman diagnostik berdasarkan ICD 10 adalah :
F50.2 Bulimia nervosa
• Perilaku makan yang berlebihan dengan preokupasi perihal makanan dan
keinginan yang makan yang tak tertahankan.
• Upaya untuk mengurangi kelebihan kalori dengan cara:
- Sengaja merangsang muntah
- Menggunakan pencahar secara berlebihan
- Puasa berkala
- Menggunakan obat penekan nafsu makan, diuretik, preparat tiroid, atau pada d
iabetesmengacuhkan pengobatan dengan insulin
• Ketakutan patologis akan kegemukan
• Pemberlakuan ambang berat badan yang rendah oleh diri sendiri
• Kemungkinan riwayat anoreksia nervosa atau anoreksia nervosa atipikal.
ICD - 10
F.50.3 Bulimia nervosa atypical
Beberapa hal diatas (tetapi bukan demikian halnya jika gejala yang
dominan berupa depresi, ketika diagnosa depresi harus dibuat).

Tatalaksana
1. Psikoterapi (Terapi Perilaku Kognitif, Psikoterapi Dinamik)
2. Farmakoterapi
Prognosis
• bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa
• Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu menjalani tera
pi dilaporkan mengalami 50% perbaikan perilaku makan berlebihan dan m
engeluarkan
kembali
• Prognosis bergantung pada keparahan sisa mengeluarkan makanan kemb
ali, yaitu apakah pasien mengalami ketidakseimbangan elektrolit, dan sam
pai derajat berapa seringnya muntah menyebabkan esofagitis, amilasemia,
pembesaran kelenjar saliva, dan karies gigi. Pada beberapa
kasus bulimia nervosa yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam 1-
2 tahun
Binge-eating Disorder
Keadaan konsumsi makanan dalam jumlah
01 Banyak dan tidak dapat dikontrol oleh
individu itu sendiri

02 Tidak melakukan pemuntahan setelah


mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak

03 Setelah makan dalam jumlah besar, pen


derita merasa bersalah dan malu dengan
perilakunya.
Etiologi
 Riwayat keluarga
 Gaya kepribadian impulsif dan ekstrovert
 Pasien cemas
 Meringankan perasaan tertekan atau
depresi
Epidemiologi
• Paling sering ditemukan pada 21 – 48% pasien overweight dan 5-30%
obesitas serta 50-75% pasien dengan severe obesity yang mencari perawat
an medis.
• Sejumlah 3,5 – 4% wanita dewasa dan 2% pria dewasa memiliki BED
• Pada pria paling sering dalam rentang usia 45 – 59 tahun dan pada wanita
sejak masa dewasa muda yaitu 18 – 29 tahun
• Sekitar 1,6% remaja diketahui mengalami gangguan makan ini
Gejala Klinis
Terjadi komplikasi fisik Binge Eating Disorder termasuk peningkatan berat
badan. Individu dengan Binge Eating Disorder juga mengalami rasa bersalah,
malu dan tertekan akan perilaku makannya, yang dapat mengakibatkan keada
an perilaku makannya lebih buruk.
Diagnosis
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III dan DSM-V :
F50.4 Makan Berlebihan Yang Berhubungan dengan Gangguan Psikologis Lain
nya.
• Makan berlebihan sebagai reaksi terhadap hal-hal yang membuat stres (emoti
onally distressing events), sehingga menimbulkan "obesitas reaktif', terutama
pada individu dengan predisposisi untuk bertambah berat badan.
• Obesitas sebagai penyebab timbulnya berbagai gangguan psikologis tidak ter
masuk disini (obesitas dapat menyebabkan seseorang menjadi sensitif terhad
ap penampilannya dan meningkatkan kurang percaya diri dalam hubungan int
erpersonal).
• Obesitas sebagai efek samping penggunaan pbat-obatan (neuro leptika, antid
epresan, dll) juga tidak termasuk disini.
Diagnosis
Pedoman diagnostik menurut DSM-IV adalah :
1. Episode makan berlebihan yang berulang, yang ditandai oleh 2 hal berikut ini:
a) Makan, dalam periode waktu yang jelas (misal,dalam tiap periode 2 jam), jumlah
makanan yang jelas lebih besar dibandingkan yang dapat dimakan oleh sebagian
besar orang selama periode waktu yang sama dan dalam situasi yang sama)
b) Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode ini (misal, perasaan bah
wa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa dan berapa banyak yan
g dimakan)
2. Disertai oleh 3 atau lebih hal berikut :
a) Makan jauh lebih cepat daripada biasa/normal
b) Makan sampai merasa kekenyangan hingga mengganggu
c) Makan sejumlah besar makanan saat tidak merasa lapar secara fisik
d) Makan sendirian karena merasa malu dengan jumlah makanan yang dikonsumsin
ya
e) Perasaan benci terhadap diri sendiri, depresi, dan merasa bersalah setelah makan
Diagnosis
3. Terdapat kekhawatiran yang jelas tentang perilaku makan berlebih
4. Perilaku makan tersebut terjadi minimal 2 hari/minggu selama 6 bulan
5. Perilaku makan berlebih tidak disertai dengan penggunaan perilaku kompens
asi yang tidak layak ( laksatif, puasa, olahraga berat ) dan tidak terjadi selama
perjalanan anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.
Diagnosis Banding
1. Bulimia Nervosa (BN). BED memiliki pola makan berulang yang menyerupai
BN, namun berbeda dalam beberapa hal mendasar.
2. Obesitas Pasien. Obesitas secara umum tidak mengalami proses makan ber
ulang dalam waktu singkat, sehingga pada pasien obesitas jarang terjadi feno
mena weight cycling
3. Gangguan Bipolar dan Depresi Peningkatan nafsu makan dan berat bada
n termasuk dalam kriteria major depressive episode dan secara atipik menent
ukan diagnosis gangguan bipolar dan depresi
4. Borderline Personality Disorder, termasuk dalam kriteria gangguan perilaku
impulsif yang merupakan bagian dari definisi borderline personality disorder. J
ika kriteria untuk kedua gangguan terpenuhi, maka kedua diagnosis harus dit
egakkan
Tatalaksana
1. SSRI
2. Lisdexamfetamine menjadi obat yang pertama (dan satu-satunya) yang disetuj
ui oleh U.S. Food and Drug Administration untuk mengobati pasien dengan
BED
3. kombinasi psikoterapi CBT, lisdexamfetamine, dan antidepresan generasi kedu
a membantu pasien BED mengurangi frekuensi binge eating dan mampu meng
ontrol keinginan makannya, serta mengatasi masalah kurang percaya diri
4. Aktivitas fisik juga menghasilkan penurunan kejadian BED bila dikombinasikan
dengan CBT
Prognosis
Binge Eating Disorder mempunyai kadar remisi yang tinggi, walaupun tanpa
pengobatan. Juga tidak ada kecenderungan untuk Binge Eating Disorder beralih
ke tipe gangguan makan yang lain
Pika/Pica
DSM-IV-TR 01 Makan zat-zat tanpa gizi yang menetap
selama sedikitnya 1 bulan

02 Tidak sesuai dengan perkembangan,


tidak disetujui budaya dan membutuhkan
perhatian klinis

03 Lebih sering pada anak kecil


dibandingkan orang dewasa.
Epidemiologi
Binge Eating Disorder mempunyai kadar remisi yang tinggi, walaupun tanpa
pengobatan. Juga tidak ada kecenderungan untuk Binge Eating Disorder beralih
ke tipe gangguan makan yang lain
Etiologi

• Insiden pika yang lebih tinggi dari perkiraan tampak terdapat pada kerabat orang
dengan gejala ini.
• Defisiensi gizi didalilkan sebagai penyebab pika; pada keadaan tertentu, perasa
an “nagih” zat-zat yang tidak dapat dimakan diakibatkan oleh insufisiensi diet.
Contohnya, perasaan “nagih” debu dan es kadang-kadang disebabkan oleh defis
iensi besi dan seng, yang dihilangkan dengan pemberiannya.
• Insiden pengabaian dan deprivasi orang tua juga dikaitkan dengan kasus pika.
Gambaran Klinis
• Memakan zat yang tidak dapat dimakan secara berulang setelah usia 18 bulan
biasanya dianggap abnormal.
• Onset pika biasanya antara usia 12 dan 24 bulan, dan insiden berkurang
seiring usia.
• Zat khusus yang dikonsumsi bervariasi bergantung pada kemudahan diperoleh
nya, dan meningkat sesuai meningkatnya kemandirian yang dihasilkan serta
berkurangnya pengawasan orang tua.
• Biasanya, anak yang masih kecil mengonsumsi cat, plester, kawat, rambut,
dan pakaian; anak yang lebih tua memiliki akses pada debu, kotoran hewan, ba
tu, dankertas.
• Akibat klinisnya dapat ringan atau mengancam nyawa, sesuai dengan benda
yang dikonsumsi
Diagnosis
Kriteria diagnostik menurut DSM-IV yaitu:
1. Makan zat tanpa gizi yang menetap untuk periode sedikitnya 1 bulan.
2. Makan zat tanpa gizi &tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.
3. Perilaku makan bukan bagian dari praktik yang disetujui budaya.
4. Jika perilaku makan ini terjadi hanya selama perjalanan gangguan jiwa lain (misaln
ya retardasi mental, gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia), gangguan ini
cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri
Pemeriksaan Penunjang
Kadar serum besi dan seng harus selalu diperoleh; pada banyak kasus pika, kadar ini
rendah dan dapat turut menyebabkan timbulnya pika. Pika dapat hilang ketika besi
dan seng oral diiberikan. Kadar hemoglobin pasien harus diperoleh; jika kadarnya
berkurang, dapat terjadi anemia. Pada anak dengan pika, kadar timah serum harus di
dapat jika dokter khawatir pada anak; keracunan timah dapat terjadi akibat mengonsu
msi timah. Ketika kadar timah anak meningkat, keadaan ini harus diterapi.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pika mencakup defisiensi zat besi dan seng. Pika juga dapat terjadi
bersama dengan keadaan gagal tumbuh dan beberapa gangguan jiwa dan medis lain,
termasuk skizofrenia. gangguan autistik, anoreksia nervosa.
Tatalaksana
1. Menentukan penyebabnya jika memungkinkan (pengabaian/penganiayaan)
2. Hilangkan sumber pajanan
3. Edukasi dan modifikasi perilaku
4. Peningkatan perhatian orang tua
PENUTUP
PENUTUP
• Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan
berat dalam perilaku makan dan perhatian yang
berlebihan tentang berat dan bentuk tubuh.
• Menurut DSM-IV, terdapat 3 jenis gangguan makan :
anorexsia nervosa, bulimia nervosa, dan binge-eating
disorder sedangkan pada anak-anak sering dijumpai

D
D D
kondisi Pika

D
D
Terima Kasih
Fully Editable Icon Sets : B

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : C

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com

Anda mungkin juga menyukai