Anda di halaman 1dari 7

F50 - F59

Sindrom Perilaku Yang Berhubungan Dengan Gagguan Fisiologis Dan Faktor Fisik
Sindrom Perilaku Yang Berhubungan Dengan Gagguan Fisiologis Dan Faktor Fisik
F.50 GANGGUAN MAKAN
F50.0 Anoreksia Nervosa Pedoman - Ciri khas gangguan berat mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu
Diagnosis dan atau dipertahankanoleh penderita.
- BB < 15% dari BMI
- Berkurangnya BB dilakukan oleh diri sendiri, dengan cara tidak memakan
lemak, merangsang muntah oleh diri sendiri, menggunakan pencahar,
olahraga berlebihan, memakai obat penekan nafsu makan atau obat
diuretik
- Terdapat distorsi body image, dimana ketakutan gemuk menyerang
penderita
- Adanya gangguan endokrin yang meluas “Hipothalamic-pituitary-gonadal
axis”, manifestasi wanita sebagai amenore dan pria kehilangan minat dan
potensi seksual.
- Jika onset terjadi pada masa prapubertas maka perkembangan pubertas
tertunda, dapat juga pertumbuhannya berhenti
F50.1 Anoreksia Nervosa Pedoman - Penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih dari gambaran khas
tidak khas Diagnosis anoreksia nervosa (F50.0)
- Penderita menunjukkan semua gejala khas khas anoreksia nervosa tetapi
pada derajat ringan, juga masuk kedalam kategori ini
F50.2 Bulimia Nervosa Pedoman Dibutuhkan semua berikut ini :
Diagnosis - Preokupasi menetap untuk makan dan ketagihan terhadap makanan yang
tidak bisa dilawan. Penderita makan berlebihan dalam aktu yang singkat.
- Berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu atau lebih cara
berikut: merangsang muntah oleh diri sendiri, menggunakan pencahar
berlebihan, puasa berkala, memakai obat obatan seperti penekan nafsu
makan
- Gejala psikopatologinya terdiri dari: takut belebihakan kegemukan.
Penderita mengatur batasan ketat dari ambang BBnya
- Seringkali, tetapi tidak selalu ada Riwayat anoreksia nervosa sebelumnya
F50.3 Bulimia Nervosa Pedoman - Pada penderita yang tidak menunjukan satu atau lebih gambaran utama
Tak Khas Diagnosis dari bulimia nervosa (F50.2)
- Umunya hal ini di tunjukan pada orang yang mempunyai berat badan
normal atau berlebihan, tetapi mengalami periode khas kebanyakan makan
di ikuti dengan muntah atau memakai pencahar
F50.4 Makan berlebihan Pedoman - Makan berlebihan sebagai reaksi terhadap hal hal membuat stres, sehingga
yang berhubungan Diagnosis menimbulkan obesitas reaktif, terutama pada individu yang mempunyai
dengan gangguan predisposisi untuk pembahan BB
psikologis lainnya - Obesitas bukan penyebab timbulnya gangguan psikologis disini
- efek samping penggunaan obat tidak termasuk disini.
F50.5 Muntah yang Pedoman - Selain merangsang muntah oleh diri sendiri pada bulimia nervosa, muntah
berhubungan Diagnosis berulang dapat juga terjadi pada gangguan disosiatif, gangguan
dengan gangguan hipokondrik
psikologis lainnya. - Diagnosis ini termasuk: hiperemesis gravidarum psikogenik, muntah
psikogenik.
F50.8 Gangguan makan Pedoman - Termasuk pika non organik masa deasa, kehilngan nafsu makan
lainnya Diagnosis psikogenik.
F50.9 Gangguan makan YTT
F.51 GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK
Kelompok gangguan in termasuk :
- "dyssomnia" = kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan
oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga
- "parasomnia" = peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur, (pada kanak-kanak hal ini terkait terutama dengan
perkembangan anak, sedangkan pada dewasa terutama pengaruh psikogenik) misalnya: somnambulisme (sleepwalking), teror tidur
(night terrors), mimpi buruk (nightmares).
Gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik mental atau fisik.
F51.0 Insomnia Non Pedoman - keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau
organik Diagnosis kualitas tidur yang buruk
- gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu
bulan
- adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
- ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.
- Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi
tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan
F51.1 Hipersomnia Non- Pedoman - Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur /
organik Diagnosis "sleep attacks" (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau
transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya (sleep drunkenness)
- Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
- Tidak ada gejala tambahan "narcolepsy" (cataplexy, sleep paralysis,
hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk "sleep apnoe"
(nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring sounds, etc.)
- Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa
kantuk pada siang hari.
F51.2 Gangguan Jadwal Pedoman - Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola
Tidur-jaga Non- Diagnosis tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat
organik - Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu
kebanyakan orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya l
bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek.
- Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.
Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania.
F51.3 Somnambulisme Pedoman - Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat
(Sleepwalking) Diagnosis tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan
(kesadaran berubah)
- Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank,
staring face), relatif tak memberi respons terhadap upaya orang.
- Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya),
individu tidak ingat apa yang terjadi
- Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut,
tidak ada gangguan aktivitas mental
- Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
F51.4 Teror Tidur Pedoman - Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai
(Night Terrors) Diagnosis dengan berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh
bergetar, dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar-debar,
napas cepat, pupil melebar, dan berkeringat
- Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1 - 10 menit,
dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam
Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk
mempengaruhi keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam beberapa
menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan
berulang,
- Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal (biasanya
terbatas pada satu atau dua bayangan-bayangan yang terpilah-pilah)
- Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
F51.5 Mimpi Buruk Pedoman - Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang
(Nightmares) Diagnosis menakutkan. Yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid)
- Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar
penuh dan mampu mengenali lingkungannya
- Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu.
F51.8 Gangguan Tidur Non-organik Lainnya
F51.9 Gangguan Tidur Non-organik YTT
F52 DISFUNGSI SEKSUAL BUKAN DISEBABKAN OLEH GANGGUAN ATAU PENYAKIT ORGANIK
- Gangguan dimana individu tidak mampu berperan serta dalam hubungan seksual seperti yang diharapkannya. Gangguan tersebut
dapat berupa kekurangan minat (interest), kenikmatan (enjoyment), gagal dalam respons fisiologis yang dibutuhkan untuk interaksi
seksual yang efektif (misalnya, ereksi), atau tidak mampu mengendalikan atau mengalami orgasme.
- Respons seksual adalah suatu proses psikosomatik, dan kedua proses (psikologis dan somatik) biasanya terlibat sebagai penyebab
disfungsi seksual. 
F52.0 Kurang atau Pedoman - Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah utama dan tidak merupakan
Hilangnya Diagnosis gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya, seperti kegagalan ereksi
Nafsu Seksual atau dispareunia (F52.6).
- Berkurangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan atau
bangkitan (arousal) seksual, tetapi menyebabkan kurangnya aktivitas awal
seksual. Termasuk: frigiditas
F52.1 Penolakan dan Pedoman - F52.10
Kurangnya Diagnosis Penolakan Seksual (sexual aversion)
Kenikmatan Adanya perasaan negatif terhadap interaksi seksual,sehingga aktivitas
Seksual seksual dihindarkan.
- F52.11
Kurangnya Kenikmatan Seksual (lack of sexual enjoyment)
- Respons seksual berlangsung normal dan mengalami orgasme, tetapi
kurang ada kenikmatan yang memadai.
F52.2 Kegagalan dari Pedoman - Pada pria masalah utama adalah disfungsi ereksi, misalnya kesukaran
Respons Genital Diagnosis untuk terjadinya atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk suatu
hubungan seksual yang memuaskan.
- Pada wanita masalah utama adalah kekeringan vagina atau kegagalan
pelicinan (lubrication).
F52.3 Disfungsi Orgasme Pedoman - Baik orgasme tidak terjadi sama sekali maupun yang sangat terlambat.
Diagnosis Termasuk: "psychogenic anorgasmy" 
F52.4 Eyakulasi Dini Pedoman - Ketidakmampuan mengendalikan eyakulasi sedemikian rupa sehingga
Diagnosis masing-masing menikmati hubungan seksual.
F52.5 Vaginismus Non- Pedoman - Terjadi spasme otot-otot vagina, menyebabkan tertutupnya pembukaan
organik Diagnosis vagina. Masuknya penis menjadi tak mungkin atau nyeri.
F52.6 Dispareunia Non- Pedoman - Dispareunia adalah keadaan nyeri pada waktu hubungan seksual, dapat
organik Diagnosis terjadi pada wanita maupun pria.
- Diagnosis ini dibuat hanya bila tidak ada kelainan seksual primer lainnya
(seperti vaginismus atau keringnya vagina).
F52.7 Dorongan Seksual Pedoman - Baik pria maupun wanita dapat kadang-kadang mengeluh dorongan
Yang Berlebihan Diagnosis seksual berlebihan sebagai problem dalam dirinya, biasanya pada remaja
akhir belasan tahun atau dewasa muda.
Bila keadaan ini sekunder dari Gangguan Afektif (F30- F39) atau terjadi
-
pada stadium awal dari Dementia (F00- F03), maka gangguan primernya
harus didiagnosis.
F52.8 Disfungsi Seksual Lainnya, Bukan Disebabkan Oleh Gangguan atau Penyakit Organik

F52.9 Disfungsi Seksual YTT, Bukan Disebabkan Oleh Gangguan atau Penyakit Organik

F53 GANGGUAN MENTAL dan PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS YTK
Klasifikasi ini hanya digunakan untuk gangguan jiwa yang berhubungan dengan masa nifas (tidak lebih dari 6 minggu setelah persalinan),
yang tidak memenuhi kriteria di tempat lain.
F53.0 Gangguan Mental Pedoman - Termasuk: postpartum depression YTT
dan Perilaku Diagnosis
Ringan Yang
Berhubungan
dengan Masa Nifas
YTK
F53.1 Gangguan Mental Pedoman - Termasuk: psikosis masa nifas YTT
dan Perilaku Berat Diagnosis
Yang
Berhubungan
dengan Masa Nifas
YTK
F53.8 Gangguan Mental dan Perilaku Lainnya' Yang Berhubungan dengan Masa Nifas YTK
F53.9 Gangguan Jiwa Masa Nifas YTT
F54 FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN ATAU PENYAKIT YDK
Kategori ini harus digunakan untuk mencatat adanya pengaruh psikologis atau perilaku yang diperhitungkan mempunyai peranan besar
dalam etiologi terjadinya gangguan fisik yang diklasifikasi di tempat lain (pada Bab Lain dari ICD-10).
Contoh: - Asma Bronkiale (F54 + J45.-)
- Dermatitis dan Eczema (F54 + L23-L25)
- Tukak Lambung (F54 + K25.-)
- Kolitis Ulseratif (F54 + K51.-)
- Kolitis Mukus (F54 + K58.-)
- Ultikaria (F54 + L50.-)
Termasuk:"psychological factors affecting physical condition"
F55PENYALAHGUNAAN ZAT YANG TIDAK MENYEBABKAN KETERGANTUNGAN
- Walaupun pada awalnya adalah merupakan obat yang diresepkan atau dianjurkan oleh dokter, namun kemudian dapat terjadi
pemakaian yang terus-menerus, diluar indikasi medis, dan seringkali dosis menjadi berlebihan (persistent and unjustified use)
- Tidak ada tanda perkembangan menjadi ketergantungan (Flx.2) atau gejala putus zat (Flx.3)
F55.0 Antidepresan
F55.1 Pencahar
F55.2 Analgetika
F55.3 Antasida
F55.4 Vitamin
F55.5 Steroida atau Hormon
F55.6 Jamu
F55.8 Zat Lainnya Yang Tidak Menyebabkan Ketergantungan
F55.9 YTT
F59 SINDROM PERILAKU YTT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS dan FAKTOR FISIK
- Termasuk: disfungsi fisiologis psikogenik YTT.

Anda mungkin juga menyukai