Anda di halaman 1dari 30

GANGGUAN MAKAN DAN

GANGGUAN TIDUR
Psikologi Abnormal
Pertemuan 11
Gangguan Makan

Bulimia Nervosa Anoreksia Nervosa

Gangguan Makan
Berlebihan
Bulimia Nervosa

Gangguan makan yang melibatkan episode berulang-ulang dari perilaku makan


eksesif (melampaui batas) dan tak terkontrol yang diikuti dengan tindakan
kompensantoris untuk menyingkirkan makanan itu (misalnya dengan muntah
secara sengaja, menyalahgunakan obat dan olahraga yang eksesif

Individu yang mengalami bulimia nervosa makan dalam


jumlah besar biasanya lebih banyak makan junk food
dari pada sayur-sayuran. Makan secara berlebihan dan
melampaui batas.

Epiosode yang relatif singkat dari konsumsi yang


melampaui batas dan tidak terkontrol disebut binge
(biasaya makanan dan alkohol)
Bulimia Nervosa

Purging Type (sengaja


merangsang muntah atau
penyalahgunaan obat
mengompensasi makanan yang
sudah terlalu banyak dicena.

Sub Tipe Bulimia Nervosa

Nonpurging Type (dengan puasa


dan olahraga belerlebihan
Kriteria Bulimia Nervosa

Episode berulang binge-eating (makan berlebih), yang


ditandai oleh asupan makanan yang luar biasa banyak
dalam waktu 2 jam, ditambah kekurangan sense of
control terhadap makan selama episode-episode ini.

Perilaku kompensantoris yang tidak pas dan


berulang kali dilakukan untuk mencegah
bertambahnya berat badan, seperti dengan
sengaja merangsang muntah, penyalahgunaan
obat, berpuasa atau olaharaga secara berlebih.

Secara rata-rata, binge eating dan perilaku Preokupasi yang berlebihan


kompensatoris yang tidak tepa, terjadi paling pada bentuk tubuh dan berat
sedikit dua kali seminggu selama tiga bulan. badan
Anoreksia Nervosa

Gangguan makan yang ditandai oleh penolakan


makanan yang mengakibatkan berat badan
berkurang sampai ke tingkat yang
membahayakan.

Individu yang mengalami anoreksia memiliki


ketakutan yang intens terhadap obesitas dan
berusaha keras untuk menjadi kurus dan tidak
pernah puas dengan penurunan berat badannya

Dua sub tipe anoreksia nervosa restricting type (penderita berdiet sebatas
membatasi asupan kalori), binge-eating purging type (penderita mengandalkan
pada purging.

Berbeda dengan penderita bulimia, penderita anoreksia binge-eating purging


type melakukan bingeing dengan jumlah makanan yang sedikit dan purging
secara lebih konsisten.
Kriteria Anoreksia Nervosa

- Tidak mampu mempertahankan berat


badan pada level normal atau sedikit di
atas normal
- Ketakutan intens bahwa berat badan akan
naik
- Evaluasi yang tidak pas terhadap berat
badan atau bentuk tubuhnya sendiri, atau
mengingkari keseriusan berat tubunya
yang saat ini sangat kurang
- Amenorrhea (tidak mengalami
menstruasi)
Gangguan Makan Berlebihan (Binge Eating Disorder)

Pola makan yang melibatkan distress yang


menginduksi bingeing yang tidak diikuti dengan
perilaku purging

Karakteristik :
1. Serupa dengan bulimia dalam hal makan berlebih yang tak terkontrol, tetapi tidak ada usaha
membuang makanan yang sudah masuk dengan muntah atau mengompensasi asupan
makan yang berlebih.
2. Stress fisik ataupun emosional ; sebagian penderita makan berlebih untuk mengurangi
perasaan yang buruk
3. Pada penderita memiliki kekhawatiran yang sama soal berat badan dan bentuk badan
Etiologi Gangguan Makan

Pengaruh Biologis (kecenderungan genetis untuk


memiliki kontrol impuls yang buruk,
ketidakstabilan emosi, dan ciri-ciri perfeksionistis)

Pengaruh Psikologis (Kehilangan perasaan


kontrol diri dan rasa percaya diri, sehingga
Etiologi
membuat self-esteem menjadi rendah. Citra tubuh
terdistorsi)

Pengaruh Sosial (Penekanan kultural dan sosial


pada kerampingan, yang menimbulkan
ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri dan
preokupasi pada makanan dan makan.
Penanganan Gangguan Makan
Penanganan Bulimia Nervosa
1. Penanganan obat Penanganan Anoreksia Nervosa
2. Terapi kognitif behavioral (CBT) 1. Medis
jangka pendek untuk menangani 2. Penanganan rawat jalan untuk
perilaku dan sikap terhadap makan mengembalikan berat badan mengoreksi
dan bentuk badan sikap-sikap yang disfungsional terhadap
3. Terapi Interpersonal (IPT) untuk makan dan bentuk tubuh
memperbaiki fungsi interpersonal 3. Terapi keluarga

Penanganan binge eating disorder


1. Terapi kognitif behavioral (CBT) jangka pendek untuk menangani
perilaku dan sikap terhadap makan dan bentuk badan
2. Penanganan dengan obat untuk merasa lapar
3. Terapi Interpersonal (IPT) untuk memperbaiki fungsi interpersonal
4. Pendekatan self-help.
Gangguan Tidur
Gangguan Tidur

Disomnia Parasomnia

1. Primary Insomnia
1. Nightmare Disorder/Dream
2. Primary Hypersomnia
Anxiety Disorder
3. Narcolepsy
2. Sleep Teror Disorder
4. Breathing Related Sleep
3. Sleepwalking Disorder
5. Circadian Rythm Sleep Disorder
Disomnia (Gangguan tidur yang berkaitan dengan jumlah,
waktu dan kualitas tidur)
Primary Insomnia (Insomnia Primer)

Kesulitan untuk masuk tidur dan mempertahankan tidur atau tidur yang nonrestoratif
(orang tidak merasa telah cukup beristirahat setelah tidur dalam jumlah normal/tidak
membuat tubuh terasa segar kembali)

Kriteria primary insomnia :


1. Keluhan utama adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur atau tidur yang tidak
restoratif (setidaknya selama satu bulan)
2. Gangguan tidur menyebabkan gangguan yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan atau
fungsi penting lainnya.
3. Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama narkolepsi, gangguan tidur terkait
pernafasan, circadian rhythm sleep disorder, atau parasomnia.
4. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif dengan gangguan mental lain (mis. gangguan depresif
utama, gangguan kecemasan mmum,delirium).
5. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis langsung suatu zat (mis. obat-obatan) atau kondisi
medis umum.
Primary Hypersomnia (Hipersomnia Primer)

Keluhan mengantuk eksesif yang tampak dalam bentuk episode-episode tidur yang
terlalu lama atau episode-episode tidur di siang bolong. Individu yang mengalami
hipersomnia akan tertidur beberapa kali sehari

Karakteristik Hipersomnia Primer :


1. Keluhan utama adalah kantuk berlebihan setidaknya selama 1 bulan (atau
kurang jika berulang) sebagaimana dibuktikan oleh episode tidur yang
berkepanjangan atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari.
2. Rasa kantuk yang berlebihan menyebabkan gangguan fungsi pada bidang
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Lanjutan Karakteristik Hipersomnia Primer :
3. Rasa kantuk yang berlebihan tidak terjadi secara eksklusif selama narkolepsi,
gangguan tidur terkait pernafasan, circadian rhythm sleep disorder, atau
parasomnia. dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan oleh jumlah tidur yang
tidak memadai.
4. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan mental lainnya.
5. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis langsung suatu zat (mis., obat-
obatan) atau kondisi medis umum.
Tentukan jika: Berulang: jika ada periode kantuk berlebihan yang berlangsung
setidaknya 3 hari terjadi beberapa kali setahun selama setidaknya 2 tahun
Narcolepsy (Narkolepsi)

Serangan tidur yang bersifat tiba tiba yang tidak dapat ditentang yang terjadi setiap hari dan
disertai episode2 hilangnya muscle tone (kekencangan otot) yang berlangsung dalam waktu
singkat. contoh : ketindihan

1. Serangan tidur tiba-tiba yang tak tertahankan dan terjadi setiap hari setidaknya selama 3 bulan.
2. Kehadiran salah satu atau kedua hal berikut:
(1) Cataplexy (mis., Episode singkat kehilangan otot bilateral yang tiba-tiba, paling sering dikaitkan
dengan emosi yang intens)
(2) Gerakan mata cepat (REM) secara berulang, tidur ke dalam transisi antara tidur dan bangun, seperti
yang dimanifestasikan oleh halusinasi hypnopompic atau hypnagogic atau kelumpuhan tidur pada awal
atau akhir episode tidur
3. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis langsung suatu zat (mis., penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
obat-obatan) atau kondisi medis umum lainnya.
Breathing – Related Sleep

Disrupsi tidur yang mengakibatkan kantuk eksesif atau insomnia yang


disebabkan oleh kesulitan bernafas terkait tidur

Dalam gangguan ini ada sleep apnea : gangguan yang melibatkan periode
pendek di mana pernapasan terhenti saat tidur (10-15 detik)

a. Obstructive sleep apnea


terjadi bila aliran udara terhenti meskipun aktivitas sistem pernapasan terus berjalan (100%
mendengkur)

b. Central sleep apnea


penghentian aktivitas bernapas secara total selama jangka waktu pendek dan sering berhubungan
dengan gangguan syaraf pusat tertentu (trauma kepala).

Penderita sering terbangun di malam hari tetapi tidak melaporkan bahwa mereka mengantuk secara
eksesif di siang hari dan sering tidak sadar bahwa mereka memiliki masalah perapasan.

c. Mixed sleep apnea


kombinasi antara dua tipe di atas. Semua kesulitan bernapas mengganggu tidur dan menimbulkan
gejala2 yang serupa dengan gejala insomnia.
Circadian Rythm Sleep Disorder

Gangguan tidur yang menyebabkan perasaan mengantuk atau insomnia, yang


disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mensinkronkan pola tidurnya
dengan pola siang dan malam yang berlaku pada saat itu. Contoh : Jet lag.

1. Pola gangguan tidur yang persisten atau berulang menyebabkan mengantuk yang
berlebihan atau insomnia yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara jadwal tidur-bangun
yang dibutuhkan oleh lingkungan seseorang dan pola tidur-bangun sirkadiannya.
2. Gangguan tidur menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
3. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan tidur lain atau gangguan mental
lainnya.
4. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (mis obat-obatan)
atau kondisi medis umum.
Circadian Rythm Sleep Disorder
Delayed Sleep Phase Type
pola persisten dari onset tidur yang terlambat dan waktu
bangun yang terlambat, dengan ketidakmampuan untuk
tertidur dan terbangun pada waktu yang diinginkan
sebelumnya.

Jet Lag Type: kantuk dan terjaga pada waktu yang tidak
tepat, relatif terjadi pada waktu setempat. Hal ini terjadi
Type
setelah individu melakukan perjalanan berulang di lebih
dari satu zona waktu

Shift Work Type: insomnia selama periode tidur utama


atau rasa kantuk berlebihan selama periode terjaga utama
yang terkait dengan pekerjaan shift malam atau pekerjaan
shift yang sering berubah
Parasomnia (Perilaku abnormal pada saat tertidur, seperti mimpi
buruk atau berjalan saat tertidur)
Nightmare Disorder / Dream Anxiety Disorder

Nightmare (mimpi buruk). Mimpi yang menakutkan dan menimbulkan kecemasan. Individu
terbangun berulangkali dengan ingatan yang terperinci tentang mimpi panjang yang sangat
menakutkan, biasanya melibatkan ancaman terhadap nyawa, keamanan atau self-esteem.

Karakteristik nightmare disorder / dream anxiety disorder


1. Terbangun berulang kali dari periode tidur utama atau tidur siang dengan mengingat kembali
secara terperinci mimpi yang panjang dan menakutkan, biasanya melibatkan ancaman terhadap
kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri. Terbangun umumnya terjadi selama paruh
kedua periode tidur.
2. Saat bangun dari mimpi yang menakutkan, orang tersebut dengan cepat menjadi waspada
(berbeda dengan kebingungan dan disorientasi yang terlihat dalam Gangguan Teror Tidur dan
beberapa bentuk epilepsi).
3. Pengalaman mimpi, atau gangguan tidur menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi lainnya.

4. Mimpi buruk tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan mental lain (misalnya, delirium,
Gangguan Stres Pascatrauma) dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, penyalahgunaan obat-obatan, obat-obatan) atau kondisi medis umum.
Sleep Teror Disorder

Episode-episode terbangun dari tidur, yang disertai dengan tanda-tanda panik,


yang diikuti dengan disorientasi dan amnesia tentang insiden itu. Individu bangun
mendadak yang berulangkali terjadi, biasanya terjadi selama sepertiga pertama
episode tidur utama dan dimulai jeritan panik

Karakteristik sleep teror disorder


1. Episode berulang dari bangun tiba-tiba dari tidur, biasanya terjadi selama sepertiga
pertama dari episode tidur utama dan dimulai dengan jeritan panik.
2. Ketakutan yang intens, individu yang tertidur menjerit, bernafas cepat, dan
berkeringat, selama setiap episode dan tidak dapat dibangunkan atau ditenangkan
dengan mudah
3. Relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk menghibur orang tersebut
selama episode.
4. Tidak ada mimpi terperinci yang diingat dan ada amnesia untuk
episode ini.

5. Episode dari gangguan ini secara klinis menyebabkan tekanan


yang signifikan , penurunan fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.

6. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis langsung suatu zat


(mis., penyalahgunaan obat-obatan, obat-obatan) atau kondisi
medis umum.
Sleepwalking Disorder (Gangguan Berjalan saat Tidur)

Episode berulang bangkit dari tempat tidur pada saat masih tidur lalu berjalan-
jalan, biasanya terjadi sepertiga pertama episode tidur utama

Karakteristik sleepwalking disorder :


1. Episode berulang naik dari tempat tidur selama tidur dan berjalan-jalan,
biasanya terjadi selama sepertiga pertama dari episode tidur utama.
2. Individu yang mengalami gangguan ini, tidur sambil berjalan, menatap dengan
wajah kosong dan relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain yang
membangunkan. Untuk bisa berkomunikasi dan membangunkan individu
tersebut harus dengan susah payah.
3. Saat bangun orang tersebut menderita amnesia untuk episode tersebut.
3. Beberapa menit setelah bangun dari episode sleepwalking individu
tidak mengalami gangguan aktivitas atau perilaku mental (meskipun
awalnya mungkin ada periode kebingungan atau disorientasi
pendek).

4. Sleepwalking menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan dalam

bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

5. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis langsung suatu zat (mis.,

penyalahgunaan obat-obatan, obat-obatan) atau kondisi medis umum.


Etiologi Gangguan Tidur

1. Kerentanan biologis  mudah terjaga di malam hari


2. Efek obat
3. Harapan yang tidak realitas terhadap tidur
4. Stres  beban terlalu berat, banyak masalah belum
terselesaikan dll
5. Ruangan tidur yang tidak kondusif
Penanganan Gangguan Tidur

 Medis  obat-obatan (Farmakoterapi)


 Terapi kognitif

 Konseling

 Psikoterapi

 Tata ruang yang bagus dan nyaman

Referensi Pertemuan 11 :

Durand, V.M &Barlow, D.H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV Jilid
2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of


Mentar Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM IV-TR)
SEKIAN DAN TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai